Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

LAPORAN INDIVIDU

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Keperawatan Jiwa
di Puskesmas Bululawang Kabupaten Malang

Disusun oleh:
LITWINAYANTI PERWITA
NIM. 180070300011042

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
ISOLASI SOSIAL

A. Definisi
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladatif dan mengganggu fungsi
sesorang dalam hubungan sosial (Depkes,2000)
Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain.
Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan
untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap
memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang
lain (DepKes, 1998).
Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain(Rawlins, 1993, dikutip Budi Anna Keliat, 2006).
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk bebagi rasa,
pikiran, dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan
dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup berbagi pengalaman.

B. Etiologi
Salah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah.Harga diri adalah penilaian
individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri.Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
 Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang
dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah,
putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan.
 Faktor Presipitasi
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas
keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan
orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti
dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri
dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 1995).

C. Rentang Respon Sosial


Menurut Stuart Sundaen rentang respon klien ditinjau dari interaksinya dengan
lingkungan sosial merupakan suatu kontium yang terbentang antara respon adaptif dengan
maladatif sebagai berikut :
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Menarik diri Merasa sunyi


Otonomi Manipulasi Eksploitasi
Bekerjasama Tergantung Menarik diri
Interdependen Curiga Paranoid

 Respon adaptif
Yaitu respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial kebudayaan secara
umum yang berlaku di masyarakat. Dimana individu dalam menyelesaikan masalahnya
masih dalam batas norma.
 Menyendiri
Respon yang masih dibutuhkan individu untuk menuangkan apa yang telah dilakukan
di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah
selanjutnya
 Otonomi
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide pelaksanaan
perasaan dalam hubungan sosial.
 Bekerjasama
Suatu kondisi hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling
memberi dan menerima.
 Interdependen
Saling ketergantungan antar individu dengan yang lain dalam interaksi sosial dalam
membina hubungan independen.
 Respon maladaptif
Adalah respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan masalahnya, menyimpang
dari norma-norma sosial kebudayaan suatu tempat.
 Menarik diri
Terjadi apabila individu menemukan kesakitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain.
 Manipulasi
Individu menganggap orang lain sebagai objek individu serta tak dapat membina
hubungan sosial secara mendalam.
 Tergantung
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuan untuk
mengembalikan rasa percaya diri.
 Curiga
Bila individu gagal mengembalikan rasa percaya diri dengan orang lain

D. Tanda dan Gejala


 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
 Menghindar dari orang lain (menyendiri)
 Komunikasi kurang/tidak ada
 Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat
 Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk
 Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas
 Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap
 Tidur berlebihan, tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama, banyak tidur siang
 Kurang bergairah
 Tidak mempedulikan lingkungan
 Tidak melakukan kegiatan sehari-hari
 Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang)
 Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan
 Berat badan menurun atau meningkat secara drastis
 Kemunduran secara fisik
 Posisi janin saat tidur (Budi Anna Keliat, 1998)
 Keinginan seksual menurun

E. Akibat
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko perubahan
sensori persepsi (halusinasi).Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang
maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/
rangsangan eksternal.
Gejala Klinis :
 Bicara, senyum dan tertawa sendiri
 Menarik diri dan menghindar dari orang lain
 Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata
 Tidak dapat memusatkan perhatian
 Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
 Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
(Budi Anna Keliat, 2006)
Menurut Carpenito (1998) Tovonsend MC (1998) dan Stuard and Suddent (1998)
perubahan persepsi sensori sering ditandai dengan adanya :
Data Subyektif :
 Tidak mampu mengenal waktu, orang dan tempat
 Tidak mampu memecahkan masalah
 Mengeluh cemas dan khawatir
 Mengungkapkan adanya halusinasi (misal : mendengar suara/melihat bayangan)
Data Obyektif:
 Apatis dan cenderung menarik diri (controlling)
 Tampak gelisah perubahan perilaku dan pola komunikasi kadang berhenti bicara seolah
mendengar sesuatu menggferakkan bibirnya tanpa bersuara
 Menyerangai dan tertawa tidak sesuai
 Gerakkan mata yang cepat
 Pikirkan yang berubah – ubah dan konsentrasi rendah
 Respon – respon yang tidak sesuai (tidak mampu berespon) terhadap petunjuk yang
kompleks

F. Penatalaksanaan
Gangguan skizofrenia adalah sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar
pada kepribadian distorsi khas proses pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa
dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham yang kadang-kadang
aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya,
dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya
tidak terganggu.
Penatalaksanaan klien dengan diagnosa medik skizofrenia khususnya dengan diagnosa
keperawatan Isolasi Sosial adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain yaitu :
 Psikofarmakologi
Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat. Psiko
farmakakologi yang lazim digunakan pada gejala isolasi sosial adalah obat-obatan
antipsikosis seperti:
1. Chlorpromazine
Indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh gelisah,
hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku.Mekanisme kerja
memblokade dopamine pada pascasinaptik neuron di otak terutama pada sistem
limbik dan sistem ekstrapiramidal.Efek samping penggunaan Chlorpromazine injeksi
sering menimbulkan hipotensi ortostatik.
2. Haloperidol
Indikasi digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik
diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif, waham,
halusinasi.Mekanisme kerja memblokade dopamine pada pascasinaptik neuron di
otak terutama pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal.Efek samping sering
menimbulkan gejala ekstrapiramidal.
3. Triflouperazine
Indikasi gangguan mental dan emosi ringan, kondisi neurotik/psikosomatis,
ansietas, mual dan muntah.Efek samping sedasi dan inhibisi psikomotor.

 Terapisomatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan
melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien.Walaupun yang diberikan
perlakuan fisik adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perlakuan klien.Jenis terapi
somatik adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi, dan fototerapi.
1. Pengikatan
Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik pada
klien sendiri atau orang lain.
2. Terapi Kejang Listrik/Elektro Convulsive Therapy (ECT)
Adalah bentuk terapi kepada klien dengan menimbulkan kejang (Grandmal)
dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2-3 joule) melalui electrode
yang ditempelkan di bebrapa titik pada pelipis kiri/kanan (lobus frontalis) klien.
3. Isolasi
Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri di ruangan
tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi klien, orang lain, dan
lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi.
4. Fototerapi
Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien pada sinar
terang 5-10 x lebih terang daripada sinar ruangan dengan posisi klien duduk, mata
terbuka, pada jarak 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi mata.
5. Terapi Deprivasi Tidur
Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
mengurangi jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. Cocok diberikan pada klien
dengan depresi.

 Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa.Tetapi ini diberikan
dalam upaya mengubah perilaku klien dari perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
adaptif. Jenis-jenis terapi modalitas antara lain:
1. Aktifitas Kelompok
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) adalah suatu bentuk terapi yang didasarkan
pada pembelajaran hubungan interpersonal.Fokus terapi aktifitas kelompok
adalah membuat sadar diri (self-awereness), peningkatan hubungan
interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.
2. Terapi keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang member perawatan
langsung pada setap keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu keluarga
agar mampu melakukan lima tugas kesehatan yaitu mengenal masalah
kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, member perawatan pada
anggota keluarga yang sehat, menciptakan lingkungan yang sehat, dan
menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat.
3. Terapi Rehabilitasi
Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau
berdiri sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.
4. Terapi Psikodrama
Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien dalam
suatu drama. Drama ini member kesempatan pada klien untuk menyadari
perasaan, pikiran, dan perilakunya yang mempengaruhi orang lain.
5. Terapi Lingkungan
Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan
gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh
terhadap proses penyembuhan. Upaya terapi harus bersifat komprehensif,
holistik, dan multidisipliner.

G. Pohon Masalah

Defisit Perawatan Diri (DPD) Halusinasi

Isolasi Sosial: Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri: HDR

Mekanisme Koping Tidak Efektif

Faktor predisposisi: Faktor presipitasi:


Kegagalan pada proses
Perpisahan dengan orang
tumbuh kembang
terdekat
Rencana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Isolasi Sosial
Konsep rencana keperawatan klien dengan Isolasi Sosial: Menarik Diri menurut Budi
Anna K adalah sebagai berikut :
a. Tindakan keperawatan pada klien
1) Tujuan keperawatan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
2) Tindakan keperawatan
a) SP 1 klien : Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal
manfaat berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan
mengajarkan klien berkenalan.
(1) Bina hubungan saling percaya.
(a) Ucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien.
(b) Berkenalan dengan klien : perkenalkan nama lengkap dan nama
panggilan perawat serta tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
klien.
(c) Tanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini.
(d) Buat kontrak asuhan : apa yang perawat akan lakukan bersama klien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempat pelaksanaan kegiatan.
(e) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh untuk kepentingan terapi.
(f) Tunjukan sikap empati terhadap klien setiap saat.
(g) Penuhi kebutuhan dasar klien jika mungkin.
(2) Bantu klien mengenal penyebab isolasi sosial.
(a) Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain.
(b) Tanyakan penyebab klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
(3) Bantu klien mengenal manfaat berhubungan dengan orang lain dengan
cara mendiskusikan manfaat jika klien memiliki banyak teman.
(4) Bantu klien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
dengan cara :
(a) Diskusikan kerugian jika klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
(b) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien.
(5) Bantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
(6) Ajarkan klien berkenalan.
b) SP 2 klien : Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan
dengan orang pertama/perawat).
c) SP 3 klien : Melatih klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan
orang kedua/klien).
b. Tindakan keperawatan pada keluarga
1) Tujuan keperawatan
Setelah tindakan keperawatan, keluarga dapat merawat klien isolasi sosial.
2) Tindakan keperawatan
a) SP 1 keluarga : Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga
mengenai masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat
klien isolasi sosial.
(1) Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
(2) Jelaskan tentang :
(a) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada klien.
(b) Penyebab isolasi sosial.
(c) Cara-cara merawat klien dengan isolasi sosial, yaitu :
Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara bersikap peduli
dan tidak ingkar janji, berikan semangat dan dorongan kepada klien untuk
dapat melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain (yaitu
dengan tidak mencela kondisi klien dan memberikan pujian yang wajar),
tidak membiarkan klien sendiri di rumah, dan buat rencana atau jadwal
bercakap-cakap dengan klien.
(3) Peragakan cara merawat klien dengan isolasi sosial.
(4) Bantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari,
mendiskusikan masalah yang dihadapi.
(5) Susun perencanaan pulang bersama keluarga.
b) SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat klien isolasi
sosial langsung di hadapan klien.
c) SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat.B.A. 2006.Modul MPKP Jiwa UI .Jakarta : EGC


Keliat.B.A. 2006.Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC
Rasmun, (2001).Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga.Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API).
Jakarta : fajar Interpratama.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai