Anda di halaman 1dari 7

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)

RESUME

Oleh
Angga Yulian Charnado 14 22 023
Sugianti 14 22 024
Fatmawati 14 22 025
Prapti Yuliana 14 22 026
Ahmadi 14 22 028

Dosen Pembimbing : Rita Nilawijaya, S.S., M.Pd.

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BATURAJA
2014/2015
A. Pengertian Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

EYD atau singkatan dari Ejaan Yang Disempurnakan adalah tata bahasa
dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam
tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta
penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang
disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa
yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis
memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan
untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

B. Pemakaian Huruf
1. Huruf Abjad
Huruf abjad yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah
A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,L,M,N,O,P,Q,R,S,T,U,V,W,X,Y,Z.
2. Huruf Vokal.
Huruf Vokal di dalam bahasa Indonesia adalah : a, i, u, e, dan o.
3. Huruf Konsonan.
Huruf konsonan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah :
b,c,d,f,g,h,j,k,l,m,n,p,q,r,s,t,v,w,x,y,z.
4. Huruf Diftong(Vokal Rangkap).
Didalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan
ai, au, dan oi.
5. Gabungan Huruf Konsonan.
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang
melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
6. Huruf Kapital atau Huruf Besar
Dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan langsung,
ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama gelar
kehormatan, unsur nama jabatan, nama orang, nama bangsa, suku,
tahun, bulan, nama geografi, dll.
7. Huruf Miring.
Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, surat kabar, yang dikutip dalam tulisan, nama ilmiah atau
ungkapan asing, dan untuk menegaskan huruf, bagian kata, atau
kelompok kata.

C. Penulisan Kata.
1. Kata Dasar
Kata yang berupa dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Contoh: buku itu
sangat menarik.

2
2. Kata Turunan(imbuhan).
a) Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis dengan bentuk
dasarnya. Contoh: berjalan, lukisan, petani.
b) Imbuhan dirangkaikan dengan tanda penghubung pada singkatan
atau kata dasar yang bukan Bahasa Indonesia. Contoh: di-
upgrade, me-recall.
c) Kalau salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata ditulis serangkai. Contoh: Pancasila,
dwiwarna, mahasiswa.
d) Awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya kalau bentuk kata dasarnya berupa
gabungan kata. Contoh: persegi empat, bertanggung jawab.
3. Kata Ulang.
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan kata
penghubung. Contoh: anak-anak, mata-mata.
4. Gabungan Kata.
a) Penulisan gabungan kata istilah khusus
Contoh: anak-istri, adik-kakak, ibu-bapak.
b) Penulisan gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis
serangkai. Contoh: acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada,
darmawisata, belasungkawa, dukacita.
c) Unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk
ditulis terpisah. Contoh: Duta besar, kambing hitam, orang tua.
5. Kata Depan.
Kata depan di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap satu kata seperti
kepada dan daripada.
Contoh: -Arman duduk di kursi.
-Paman pergi ke Semarang
6. Partikel.
a) Partikel lah, kah, tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:-Bacalah buku itu baik-baik?
-Siapakah gerangan dia?
-Apatah gunanya bersedih hati?
b) Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya
dengan bijaksana.

3
c) Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’ atau ‘mulai’ ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya.Contoh: Harga gula sekarang Rp.
700,00 per kilo gram.
d) Kata si dan sang.
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: si pengirim surat itu tidak mencantumkan alamat yang
jelas.
e) Kata ganti ku, kau, mu, dan nya.
Kata ganti ku dan kau ditulis dengan serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Contoh: bukuku, bukumu, bukunya tersimpan rapi
di lemari.
f) Angka dan Lambang.
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata angka dipakai
sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab dan Romawi.

D. Penggunaan Tanda Baca


1. Tanda Titik (. )
a) Dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
b) Dipakai pada akhir singkatan nama orang. Misalnya: A.S.
Kramawijaya
c) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat,
dan sapaan. Misalnya: Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum)
2. Tanda Koma ( , )
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas,
pena, dan tinta.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu
dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan
melainkan. Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
3. Tanda Titik Koma ( ; )
a) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian¬ kalimat
yang sejenis dan setara. Misalnya: Malam makin larut; kami belum
selesai juga.
b) Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang
setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung. Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu
sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan

4
nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan
pendengar.
4. Tanda Titik Dua ( : )
a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Fakultas itu
mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi
Perusahaan.
b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan rangkaian.
Contoh: Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
5. Tanda Hubung ( – )
a) Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah
oleh pergantian baris.
Contoh: Disamping cara lama diterapkan juga ca-
ra baru ...
b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
pergantian baris.
Contoh: Kini ada cara baru untuk meng
-ukur panas.
c) Tanda hubung untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak
d) Tanda hubung menyambung bagian tanggal dan huruf dalam kata
yang dieja satu-satu. Misal: 8-08-2014, p-a-n-i-t-i-a
6. Tanda Pisah ( -)
a) Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat. Misal:
Kemerdekaan itu-hak segala bangsa-harus dpertahankan.
b) Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misal:Rangkaian penemuan
ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan atom- tidak
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat
dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’. Misal: Tahun 1928-
2008, Jakarta-Bandung.
7. Tanda Elipsis ( … )
a) Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus. Misal:
Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.

5
b) Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian
yang dihilangkan. Misal: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti
lebih lanjut.
8. Tanda Tanya ( ? )
a) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya Misal: Kapan ia
berangkat?
b) Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan
bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya. Misal: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).
9. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat. Misal: Bersihkan kamar
ini sekarang juga!
10. Tanda Kurung ( )
a) Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misal: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
b) Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian integral pokok pembicaraan. Misal: Sajak Tranggono yang
berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada
tahun 1962.
c) Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri
keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung
tutup saja. Misal: faktor produksi menyangkut maslah (a)bahan
buku, (b)biaya produksi, dan (c)tenaga kerja.
11. Tanda Kurung Siku ([... ])
a) Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat
yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu
memang terdapat di dalam naskah asal. Misal: Sang Sapurba
men[d] engar bunyi gemerisik.
b) Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang sudah bertanda kurung. Misal: (Perbedaan antara dua macam
proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.)
12. Tanda Petik (“… “)
a) Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Misal: “Saya belum
siap,” seru Mira, “tunggu sebentar!”

6
b) Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila
dipakai dalam kalimat. Misal: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku
Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
13. Tanda Petik Tunggal ( ‘ … ‘ )
a) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain. Misal: Tanya Basri, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’
tadi?”
b) Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau
ungkapan asing (Lihat pemakaian tanda kurung). Misal: rate of
inflation ’laju inflasi’
14. Tanda Garis Miring ( / )
a) Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat. Misal:
No. 7/PK/1973
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per,
atau nomor alamat. Misal: mahasiswa/mahasiswi.
15. Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ‘ )
16. Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.
Misal: Ali ‘kan kusurati (‘kan = akan)
Malam ‘lah tiba (‘lah = telah)

Anda mungkin juga menyukai