ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY “N” 40 Mg DENGAN INPARTU KALA II FISIOLOGIS
DI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
OLEH
RIFKA SOFIA DEVI.
121710011
DOSEN PEMBIMBING
FITRIANA IKHTIARINAWATI FAJRIN, SST., M.Kes
Mahasiswi Praktek
Mengetahui,
2.2 Etiologi
1. Teori penurunan hormone
Pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai terjadi penurunan kadar
hormone estrogen dan progesterone.progesteron bekerja sebagai penenang otot-
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul kontraksi otot rahim bila kadar progesterone menurun.
2. Teori placenta menjadi tua
Dengan semakin tuanya plasenta akan menyebabkan turunnya kadar
estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah,hal ini
akan menimbulkan kontraksi rahim
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim,sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus frankenhauser) Bila
ganglion ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala janin,akan
timbul kontraksi rahim.
5. Induksi partus.
Dengan jalan gagang laminaria,aniotomi,oksitosin drip dan sexio caesarea.
d. Tahap-Tahap Persalinan
Berlangsungnya persalinan dibagi dalam 4 kala yaitu:
1. Kala I
Disebut juga kala pembukaan dimulai dengan pembukaan serviks sampai terjadi
pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks disebabkan oleh
his pesalinan/kontraksi. Tanda dan gejala kala I :
1. His sudah teratur, frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit
2. Penipisan dan pembukaan serviks
3. Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
1. Pengertian
Denominator atau petunjuk adalah kedudukan dari salah satu bagian dari bagian
depan janin terhadap jalan lahir.
Hipomoklion adalah titik putar atau pusat pemutaran.
2. Mekanisme persalinan letak belakang kepala
a. Engagement (fiksasi) = masuk
Ialah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar (diameter Biparietal) melalui
PAP. Pada primigravida kepala janin mulai turun pada umur kehamilan kira – kira
36 minggu, sedangkan pada multigravida pada kira – kira 38 minggu, kadang –
kadang baru pada permulaan partus. (Wiknjosastro, 2005, h.129). Engagement
lengkap terjadi bila kepala sudah mencapai Hodge III. Bila engagement sudah
terjadi maka kepala tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah –
olah terfixer di dalam panggul, oleh karena itu engagement sering juga disebut
fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala dalam posisi melintang dengan
sutura sagitalis melintang sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong..
Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap berada di
tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat
bergeser kedepan atau kebelakang disebut Asynclitismus.
Asynclitismus dibagi 2 jenis :
1. Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis
bergeser mendekati promontorium.
2. Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura sagitalis
mendekati symphisis.
b. Descensus = penurunan
Ialah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor – factor yng
mempengaruhi descensus : tekanan air ketuban, dorongan langsung fundus uteri
padabokong janin, kontraksi otot – otot abdomen, ekstensi badan janin.
c. Fleksi
Ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum sehingga lingkaran
kepala menjadi mengecil à suboksipito bregmatikus ( 9,5 cm). Fleksi terjadi pada
waktu kepala terdorong His kebawah kemudian menemui jalan lahir. Pada waktu
kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka kepala
bergerak menekan kebawah.
d. Putaran Paksi Dalam (internal rotation)
Ialah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun -ubun kecil berada di
bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor yang mempengaruhi : perubahan arah
bidang PAP dan PBP, bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulatdan
lonjong.
e. Defleksi
Ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang menyebabkan
terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah depan lebih pendek dari
pada yang belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala akan berputar ke atas
dengan suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis
sehingga berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.
f. Putaran paksi luar (external rotation)
Ialah berputarnya kepala menyesuaikankembali dengan sumbu badan (arahnya
sesuai dengan punggung bayi).
g. Expulsi : lahirnya seluruh badan bayi. (Cunningham,F Gary, dkk.2005).
2.6 Tanda dan Gejala Persalinan
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama istri : Ny “N” Nama Suami : Tn “A”
Umur : 25 tahun Umur : 22 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Jawa Suku : Jawa
Alamat : Lamongan Alamat :Lamongan
.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya merasa kencang-kencang dan mules.
3. Riwayat Kebidanan
a. Haid
Menarche : 14 tahun
Siklus : 28 hari
Banyak : 2-3 pembalut/hari
Bau : Anyir
Warna : Merah kecokelatan
Flour Albus : Tidak ada
HPHT : 21-09-2017
HPL : 28-06-2018
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Perk
a Kehamila Persalinan Anak Nifas KB
wina n
n
K Usia Jen Penyli Penolo Temp BB Sek Hidu Ma Pnyli AS
e is t ng at L s p ti t I
1 1 40 Spt. - Bidan BPM 370 Lk 4 th - - 2 th 3
mg B 0 Bln
1 2 H A M I L I N I
e. Pola Istirahat
Sebelumhamil :Ttidur siang ± 1 jam, tidur malam ± 8 jam/hari
Saat Hamil : Kurang tidur karena perutnya sering kencang-
kencang, setelah persalinan tidur lelap selama
2-3 jam
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Baik
Cara berjalan : Lordosis
b. Tanda-Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,60C
RR : 20 x/menit
c. Pemeriksaan Antropometri
BB : 60 Kg
TB : 155 cm.
2. Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Inspeksi
Kepala : Bersih, warna rambut hitam kecokelatan, tidak terdapat
nyeri tekan
Wajah : Bersih, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidarum
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Bersih, simetris, tidak ada secret dan pembesaran polip
Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, karang dan
karies gigi
Telinga : Bersih, pendengaran baik
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Ketiak : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Bersih, tidak ada tarikan intercosta
Mammae : Bersih, asimetris, putting susu menonjol, areolla tampak
gelap, payudara membesar, ASI sudah keluar, tidak ada
benjolan tidak ada nyeri tekan.
Abdomen : Bersih, tidak ada bekas operasi
Genetalia : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar batolini dan varises
Anus : Bersih tidak ada hemoroid
Ekstremitas : Atas tidak odem, tidak terdapat varises, aktif gerak
Bawah odema, tidak ada varies, aktif gerak.
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Abdomen
Leopd I : TFU 30 cm, teraba bulat, lunak tidak melenting
(pantat)
Leopod II : Perut ibu pada bagian kiri teraba keras, panjang
seperti papan berarti punggung dan pada bagian
kanan perut ibu teraba bagian kecil janin.
Leopod III : Bagian terendah janin teraba bulat, keras sudah
tidak dapat digoyangkan
Leopod IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP.
c. Auskultasi
Dada : Tidak ada ronki, wheezing maupun stridor
DJJ : 140 x/menit
d. Perkusi
Reflek patella +/+
3. Pemeriksaan Pinggul Luar
Tidak Dilakukan Pemeriksaan
4. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan
5 Pemeriksaan dalam
13-juni 2019 Jam : 10.00 WIB
Pengeluaran pervaginam = lender bercampur darah
Pembukaan = 9cm
Ketuban = belum pecah
Presentasi =kepala
Penurunan = Hodge IV%
C. ANALISA
NY “N” GIIP1001, uk 40 mg, hidup tunggal, let kep V punggung kiri, intra
uterin, keadaan panggul normal, ku ibu dan janin baik, sudah inpartu.
D. PENATALASANAAN
Tanggal : 13 juni 2019 Jam : 10.00 WIB
Kala I
a. Subjektif
Ibu merasakan adanya his semakin lama semakin cepat
b. Objektif
TO : 110/80 S : 39
N : 80/menit R :20x/menit
c. Analisa
Persalin masuk kala I
d. Penatalaksanaan
1. Menganjurkan ibu untuk istirahat disela-sela his
2. Menganjurkan pada ibu cara meneran yang benar
3. Menganjurkan pada suami atau keluarga untuk mendampingi ibuk
secara terus menerus
KALA II
a. Subyektif
Ibu ingin seperti BAB dan ada dorongan meneran
b. Obyektif
1. Tanda gejala kala II
2. His 4x/menit
3. Kepala sudah tampak 3/5 cm.
c. Analisa
Persalinan masuk kala II
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 13 juni 2019 jam : 11.00 WIB
1. Mendengar dan melihat tanda persalinan kala II terdapat doran teknus
perjol vulva.
2. Memastikan kelengkapan peralatan dan obat-obatan untuk menolong
persalinan.
3. Memakai clemek plastic
4. Melepas perhiasan yang dipakai dan mencuci tangan.
5. Memakai sarung tangan DTT untuk pemeriksaan dalam.
6. Memasukkan oksitosin ke dalam spuit.
7. Melakukan vulva hygiene dengan kapas DTT.
8. Melakukan pemeriksaan dalam dan pembukaan sudah 7 cm.
9. Mendekontaminasi sarung tangan.
10. Memeriksa DJJ dan hasilnya.
11. Memberitahu pembukaan sudah 7 cm, memberitahu ibu dan pasien
meneran yang benar.
12. Meminta keluarga membantu ibu dalam meneran.
13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa dorongan kuat
untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjongkok, bagian tubuh bejalan jika belum
ada dorongan.
15. Melakukan amniotomi untuk memecahkan ketuban.
16. Meletakkan handuk bersih diperut ibu karena kepala bayi sudah telah
membuka vulva 3/5 diameternya.
17. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu.
18. Membuka tutup partus set dan memastikan kembali kelengkapannya.
19. Memakai sarung tangan DTT.
20. Setelah kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
melindungi perineum dengan tangan kanan yang dilapisi kain bersih,
tangan lainnya menahan kepala bayi agar tidak terjadi difleksi
masksimal.
21. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan tidak ada lilitan
tali pusat.
22. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar.
23. Setelah kepala bayi melakukan putaran paksi luar, pegang secara
bipariental untuk melahirkan bayi.
24. Melakukan sangga susur.
25. Menelusuri punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.
26. Melakukan penilaian pada bayi dan bayi langsung menangis, gerak
aktif dan warna kulit merah muda.
27. Mengeringkan tubuh bayi.
KALA III
a. Subyektif
Perutnya semakin mules.
b. Obyektif
1. TFU setinggi pusat.
2. Kandung kemih kosong.
3. Terdapat tanda pelepasan plasenta.
Terdapat uterus globuler.
Tali pusat memanjang.
Ada semburan darah dari jalan lahir secara tiba-tiba.
c. Analisa
Persalinan masuk kala III
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 13 juni 2019 jam : 12.00 WIB
28. Memriksa kembali uterus tidak ada bayi kedua dan TFU setinggi
pusat.
29. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan suntikan oksitosin.
30. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin 10
unit secara IM, plasenta tidak lahir dalam 15 menit pertama,
menyuntikkan oksitosin kedua 10 unit secara IV.
31. Dalam waktu 2 menit menjepit tali pusat bayi.
32. Memotong tali pusat bayi.
33. Meletakkan bayi diatas perut ibu.
34. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat.
35. Memindahkan klem tali pusat hingga 5-10 cm dari vulva.
36. Meletakkan 1 tangan pada perut ibu untuk mendeteksi kontrasepsi.
37. Setelah uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat dan melakukan
dorsokranial.
38. Meminta ibu meneran sambil meregangkan tali pusat hingga sejajar
lantai kemudian keatas.
39. Saat plasenta muncul di introitus vagina, menerima plasenta dan
memutar pilin selaput ketuban dan menempatkan plasenta dalam
wadah.
40. Melakukan message fundus uteri bekontraksi baik.
41. Memeriksa plasenta, selaput ketuban dan kotiledon lengkap.
42. Mengevaluasi kemungkinan laserasi dengan drajad 1 dan tidak
dilakukan hetting.
43. Memastiakn uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan.
KALA IV
a. Subyektif
Keluar darah dari jalan lahir.
b. Obyektif
Kontraksi uterus baik (teraba keras dan bundar)
Perdarahan 150 cc
c. Analisa
Postpartum masuk kala IV
d. Penatalaksanaan
Tanggal : 13 juni 2019 jam : 12.15 WIB
44. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan inisiasi menyusui dini.
45. Melakukan pemeriksaan BBL : 3000 gram PB: 50 cm memberikan
injeksi Vit K dan salep mata, A-S 6-7.
46. Setelah 1 jam pemberian Vit K kemudian memberikan imunisasi HBo.
47. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan mencegah perdarahan.
48. Menganjurkan pada ibu/keluarga untuk melakukan message fundus.
49. Mengevaluasi dengan adanya perdarahan dan perdarahan 150 cc.
50. Melakukan observasi pada ibu sampai 2 kam postpartum.
51. Memantau tanda bahaya pada bayi tiap 15 menit, bayi bernafas baik
dan suhu tubuh normal.
52. Mendekontaminasi peralatan.
53. Membuang peralatan yang terkontaminasi ketempat sampah.
54. Membersihkan ibu dari cairan dan darah dengan air DTT dan
membantu ibu memakai pakaian.
55. Memastikan ibu merasa nyaman.
56. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutran clorin 0,5 %
57. Mendekontaminasi peralatan.
58. Selup sarung tangan dan lepaskan secara terbalik.
59. Mencuci tangan.
60. Melengkapi patograph.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara
spontan,beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikianselama
proses persalinan,bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang kepala
pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibumaupun
bayi berada dalam kondisi sehat.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik,dan janin turun
kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di
dorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, AB. 2002).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia
kehamilan cukup bulan,letak memanjang atau sejajar sumbu badan ibu,
persentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi, dan panggul
ibu, serta dengan tenaga ibu sendiri.pada persalinan normal dapat berubah
menjadi persalinan patologi apabila kesalahan dalam penilaian kondisi ibu
dan janin atau juga akibat kesalahan dalam memimpin proses
persalinan(Saifuddin, AB. 2002).
4.2 Saran
Petugas kesehatan dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan asuhan keidanan pada ibu bersalin dengan menggunakan langkah
yang diharapkan dan penulis mampu dalam melakukan asuhan kebidanan
pada ibu bersalin.
DAFTAR PUSTAKA