Penulis
1
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 3
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tuba (saluran yang membawa telur dari ovarium ke rahim) dan organ reproduksi
lainnya yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut bagian bawah. Ini
terutama klamidia dan gonore. PID dapat merusak saluran tuba dan jaringan di
dan dekat uterus dan ovarium. PID dapat menyebabkan konsekuensi serius,
tempat lain di luar rahim), pembentukan abses, dan nyeri panggul kronis.
wanita mengalami sebuah episode PID akut. Lebih dari 75.000 wanita mungkin
menjadi subur setiap tahun sebagai akibat dari PID, dan sebagian besar kehamilan
bergerak ke atas dari vagina perempuan atau leher rahim (membuka rahim) ke
3
organ-organ reproduksi nya. Banyak organisme yang berbeda dapat menyebabkan
PID, tapi banyak kasus yang berhubungan dengan gonore dan klamidia, dua PMS
bakteri yang sangat umum. Sebuah episode sebelum PID meningkatkan risiko
episode lain karena organ reproduksi dapat rusak selama pertarungan awal infeksi.
adalah yang paling berisiko, dan mereka yang di bawah umur 25 lebih mungkin
untuk mengembangkan PID daripada mereka yang lebih tua dari 25. Hal ini
sebagian karena leher rahim gadis remaja dan perempuan muda tidak sepenuhnya
PID.
Para mitra seks lebih seorang wanita, semakin besar risiko nya
mengembangkan PID. Juga, seorang wanita yang pasangannya memiliki lebih dari
satu pasangan seks yang berisiko lebih besar terkena PID, karena potensi lebih
banyak eksposur terhadap agen infeksi. Wanita yang douche mungkin memiliki
risiko lebih tinggi terkena PID dibandingkan dengan wanita yang tidak douche.
yang hidup dalam vagina) dengan cara yang merugikan, dan dapat memaksa
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Panggul) adalah suatu proses peradangan infeksius organ kelamin wanita yang
penyakit menular seksual yang serius. PID adalah infeksi pada traktus genitalis
yang tepat dan cepat sangat diperlukan dalam kasus ini karena komplikasi PID
5
2.2 Epidemiologi
PID menyerang lebih dari 1 juta wanita di Amerika dalam satu tahun dan
rata-rata menghabiskan biaya 4,2 milyar dollar. Per tahunnya hampir 250.000
wanita masuk rumah sakit akibat PID dan 100.000 orang mengalami prosedur
namun wanita dewasa yang aktif secara seksual dan wanita kurang dari 25 tahun
6
2.3 Etiologi
trachomatis (60%) atau Neisseria gonorrhoeae (30-80%) pada serviks atau vagina
yang menyebar ke dalam endometrium, tuba fallopi, ovarium, dan struktur yang
b. Infeksi Bacteroides
Bacterial vaginosis
Streptococcus Group B
Escherichia coli
Actinomycosis
Enterococcus
Coxsackie B5
ECHO 6
Herpes type 2
Haemophilus influenzae.
7
2.4 Faktor Resiko
h. pemakaian IUD
2.5 Patofisiologi
peranan, yaitu :
mengalami hambatan :
2. Di kornu tuba.
8
Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman-kuman dihambat
instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR).
trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba
lainnya.
c. Aktivitas seksual.
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi uterus yang
d. Peristiwa haid.
Peristiwa haid yang siklik, berperan penting dalam terjadinya radang panggul
gonore.
Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu
pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media
9
yang sangat baik untuk tumbuhannya kuman-kuman N. gonore. Pada saat itu
Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai “ Febrile Menses”.
Secara klinik dapat ditemukan duh tubuh vaginal yang abnormal (sering berupa
pus), nyeri perut bawah, demam lebih dari 380 C, perdarahan bercak (spotting)
diantara siklus haid atau siklus yang tidak teratur, nyeri berkemih, dispareni, mual
dan muntah terutama pada kasus yang berat. Beberapa kasus mengeluhkan
proktitis bahkan nyeri perut kuadran kanan atas, mengevaluasi 773 wanita
albus (68%), nyeri perut bawah (65%), dispareni (57%); sedangkan temuan klinis
yang paling sering adalah nyeri adneksa (83%), nyeri goyang serviks (75%) dan
servisitis (56%).
2.7 Diagnosis
PID sulit untuk mendiagnosis karena gejalanya sering halus dan ringan.
Banyak episode PID tidak terdeteksi karena wanita atau penyedia layanan
10
kesehatan dia gagal untuk mengenali implikasi dari gejala-gejala ringan atau
spesifik. Karena tidak ada tes yang tepat untuk PID, diagnosis biasanya
berdasarkan temuan klinis. Jika gejala seperti sakit perut bagian bawah hadir,
menentukan sifat dan lokasi rasa sakit dan memeriksa demam, cairan vagina atau
leher rahim normal, dan untuk bukti infeksi gonorrheal atau klamidia. Jika temuan
infeksi klamidia atau gonorrheal) atau untuk membedakan antara PID dan
PID. USG dapat melihat daerah panggul untuk melihat apakah saluran tuba yang
diperbesar atau apakah abses hadir. Dalam beberapa kasus, laparoskopi mungkin
pembedahan di mana suatu tabung, tipis kaku dengan ujung menyala dan kamera
11
2. Nyeri bila servik uteri digerakkan.
maupun laparaskopi.
Derajat I : Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan ovarium),
abses pada kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
a. Tumor adnexa
12
b. Appendicitis
c. Servisitis
d. Kista ovarium
e. Torsio ovarium
f. Aborsi spontan
h. Kehamilan ektopik
i. endometriosis
2.9 Penatalaksanaan
perawatan kesehatan akan menentukan dan resep terapi yang terbaik. Namun,
pengobatan antibiotik tidak membalik setiap kerusakan yang telah terjadi pada
organ reproduksi. Jika seorang wanita memiliki rasa sakit panggul dan gejala lain
dari PID, sangat penting bahwa dia mencari pelayanan segera. Pengobatan
antibiotik dapat mencegah kerusakan parah pada organ reproduksi. Semakin lama
dia adalah menjadi subur atau kehamilan ektopik memiliki masa depan karena
reproduksi internal dan karena lebih dari satu organisme mungkin bertanggung
13
jawab untuk sebuah episode dari PID, PID biasanya dirawat dengan setidaknya
dua antibiotik yang efektif terhadap berbagai agen menular. Antibiotik ini dapat
diberikan melalui mulut atau injeksi. Gejala mungkin akan pergi sebelum infeksi
sembuh. Bahkan jika gejala pergi, wanita itu harus selesai mengambil semua obat
Wanita yang sedang dirawat untuk PID harus kembali dievaluasi oleh
penyedia layanan kesehatan mereka dua sampai tiga hari setelah memulai
itu, pasangan seks wanita harus ditangani untuk mengurangi risiko infeksi ulang,
bahkan jika pasangan tidak memiliki gejala. Meskipun pasangan seks mungkin
tidak memiliki gejala, mereka masih mungkin terinfeksi dengan organisme yang
3. Kehamilan
7. Imunodefisiensi
8. Gagal untuk membaik secara klinis setelah 72 jam terapi rawat jalan
14
terdapat AKDR harus segera dilepas setelah antibiotik empiris
pertama.
doxisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari selama 14 hari , dengan atau
ketiga ditambah dozisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari selama 14 hari
dengan atau tanpa metronidazole 500 mg per oral 2 kali sehari selama
4 hari.
reproduksi wanita ini. Jika seorang wanita memiliki nyeri pelvis dan keluhan
yang tepat akan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada saluran
15
reproduksi wanita. Seorang wanita yang menunda pengobatan PID, akan lebih
kehamilan ektopik oleh karena kerusakan tuba fallopii. Karena sulitnya untuk
juga kemungkinan lebih dari satu organisme sebagai penyebab PID, maka PID
Antibiotika ini dapat diberikan secara oral maupun secara injeksi. Antibiotika
Jaringan parut yang terbentuk ini akan menghambat pergerakan sel telur ke
uterus. Dan jika tuba fallopii diblok secara total, sperma tidak akan dapat
membuahi sel telur dan tidak akan terjadi kehamilan. Sekitar satu di antara
sepuluh wanita dengan PID dapat menjadi infertil dan kemungkinan ini akan
bertambah besar jika wanita tersebut telah sering menderita PID. Blok tuba
fallopii yang disebabkan oleh jaringan parut tersebut, dapat juga terjadi secara
parsial atau mengalami kerusakan ringan saja, di mana menyebabkan sel telur
yang dibuahi oleh sel sperma akan tumbuh di daerah tuba, sehingga
16
menyebabkan suatu kehamilan ektopik. Dalam perkembangannya, sebuah
parut pada tuba fallopii dan struktur lainnya juga dapat menyebabkan rasa
nyeri yang bersifat kronis. Sehingga dapat dikatakan bahwa wanita dengan
episode PID yang berulang akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita
kronik.
secara klinis, lalu mulai doxisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari
17
c. Pembedahan
Pasien yang tidak mengalami perbaikan setelah 72 jam terapi harus dievaluasi
Komplikasi
a. Infertilitas
Satu dari sepuluh wanita dengan PID mengalami infertilitas. PID dapat
menyebabkan perlukaan pada tuba fallopi. Luka yang kemudian menjadi scar
b. Ektopik pregnancy
Scar yang terbentuk oleh PID juga dapat menghalangi telur yang sudah
18
Scar juga dapat terbentuk di tempat lain dalam abdomen dan menyebabkan
d. PID berulang
Kondisi ini terjadi jika penyebab infeksi tidak seluruhnya teratasi atau karena
episode PID sebelumnya terjadi kerusakan servik, maka bakteri akan lebih
mudah untuk masuk ke dalam organ reproduksi lain dan membuat wanita
tersebut rentan terkena PID berulang. Episode PID berulang ini seringkali
e. Abses
Terkadang PID menyebabkan abses pada bibir vagina, juga pada tuba fallopii
dan ovarium. Abses ini adalah kumpulan dari cairan yang terinfeksi.
dokter. Penanganan abses tersebut sangat penting karena abses yang pecah
dapat membahayakan.
Prognosis
Terapi pembedahan lebih lanjut dibutuhkan pada 15-20 % kasus. Nyeri pelvic
kronis timbul pada 25 % penderita dengan riwayat PID. Nyeri ini disangka
19
akibat perlengketan. Gangguan infertilitas adlah masalah terbesar pada wanita
2.11 Pencegahan
c. Pasien yang telah didiagnosis dengan PID dan penyakit menular seksual
harus diterapi dengan tuntas, dan terapi juga dilakukan pada pasangannya
d. Wanita usia remaja harus menghindari aktivitas seksual hingga usia 16 tahun
atau lebih.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Panggul) adalah suatu proses peradangan infeksius traktus genitalis wanita bagian
(60%) atau Neisseria gonorrhoeae (30-80%), selain itu juga terdapat beberapa
PID menyerang lebih dari 1 juta wanita di Amerika dalam satu tahun dan
rata-rata menghabiskan biaya 4,2 milyar dollar. Per tahunnya hampir 250.000
wanita masuk rumah sakit akibat PID dan 100.000 orang mengalami prosedur
analgesik, antibiotik serta pengobatan bagi pasangan seksual pasien agar PID
21
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. EW
Umur : 43 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Dusun 1 Kamboja, Desa Laut Dendang
Tanggal Masuk : 01- November-2018
Pukul : 12.30 WIB
Nama : Tn. BS
Umur : 45 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Dusun 1 Kamboja, Desa Laut Dendang
II. ANAMNESA
Ny. EW, 43 th, P3A0, Islam, IRT, SMA. I/d suami Tn. BS, 45 th, Islam,
Wiraswasta, SMA, datang ke RS Haji Medan pada tanggal 01-November- 2018
pada pukul 12.30 WIB dengan :
22
Telaah : Pasien datang ke RS Haji Medan dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan secara terus menerus ± 11 hari ini, pasien
mengatakan bahwa ia dapat mengganti duk ± 4x ganti per hari,
terdapat bekuan darah, dan dalam 1 bulan pasien 2x haid ±
sudah 5 bulan ini, pasien mengeluhkan terdapat nyeri perut,
BAB (N) BAK (N), lemas dan ada penurunan nafsu makan.
RPT : -
RPO : Os lupa nama obat.
RPK :-
R. Alergi : obat (-), makanan (-)
Riwayat Haid:
Menarche : Umur 12 tahun
Siklus : Tidak teratur
Lama : ± 7 hari.
Banyak darah : 2-3 kali ganti duk/ hari
Dysmenorrhoea : (+)
Darah beku : (+)
Metrorrhagia :- Contact bleeding :-
Menorrhagia :- Climacterium :-
Spotting :- Menopause :-
Riwayat Keputihan :
Jumlah :-
Warna :-
Bau :-
Konsistensi :-
Gatal (pruritus vulvae) :-
23
Dispareuni :-
PEMERIKSAAN INSPEKULO :
Portio
- Erosi :- - Polip :-
24
- Ectropion :- - Bunga kol (exophytik) :-
- Laserasi :- - Leukoplakia :-
- Ovula naboti :- - Schiller test :-
- Darah : Tampak darah mengenang di ferniks posterior, dibersihkan,
kesan : tidak aktif
Cavum Douglas :
- Douglas crise : (-)
- Menonjol / tidak : Tidak
Parametrium:
- Parametrium kanan/kiri : lemas
Adnexa :
- Adnexa kanan/kiri : tidak ditemukan kelainan
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG TAS:
- Kandung Kemih: terisi baik
- Uterus sulit dinilai, tampak masa hipercor berbentuk kumparan
- Adnexa kanan dan kiri dalam batas normal
- Cairan bebas: (-)
Kesan : Mioma Uteri
25
Hasil laboratorium tanggal 01-11-2018
Hematologi
Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan
Hemoglobin 11,6 12 – 16 g/dl
Hitung eritrosit 4,3 3,8 - 5,2 10*5/µl
Hitung leukosit 13.610 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 35,0 35-47 %
Hitung trombosit 326.000 150,000-450,000 /µl
Index eritrosit
MCV 79.5 80 – 100 fL
MCH 27,3 26 – 34 pg
MCHC 34,3 32 – 36 %
ogi
Hasil pemeriksaan Skrining Kanker :
Tidak dilakukan pemeriksaan
V. DIAGNOSA
- Mioma uteri
26
ADVICE
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam
- Inj. Ketorolak 30mg/8jam
- Inj. Ranitidin 50mg/8jam
27
- Plika vesika uterina dibuka melintang dengan gunting, vesikaouterina
dibebaskan secara tumpul dari serviks dan dipotong kebawah dengan jari
yang dibungkus kain kasa sekaligus dilepaskan dari bagian bawah uterus.
- Jaringan ligamentum yang terbuka di dorong ke lateral untuk menjauhi ureter.
- Peritonium dilapisan belakang ligamentum digunting pada pinggir uterus lalu
vasa uterina kanan dan kiri dengan cabang- cabangnya dijepit didekat uterus,
digunting dan diikat.
- Cerviks bagian atas dijepit 2 cunam lalu di potong diantara 2 cunam tersebut
luka yang terbentuk dijahit.
- Setelah diyakini tidak ada perdarahan, ligamentum sakraouterina, pangkal
tuba, ligamen Ovarii propium dan ligamentum rotundum diikatkan kesudut
puncak vagina yang sepihak, dan semua ujung yang ditahan, diklem dan di
potong.
- Dilakukan reperitonealisasi, diyakini tidak ada perdarahan lagi, maka dinding
abdomen dijahit lapis demi lapis.
- Operasi selesai, didapat masa dengan berat ± 200 gram.
Post Operasi
- Tindakan operasi : TAH –BSO
- Temuan pada operasi : Ditemukan Massa Tumor
28
yang tersusun sejajar ke segala arah dan sebagian berbentuk kumparan.
Sediaan jaringan dari ovarium tampak gambaran kista yang dilapisi oleh
epitel
dengan inti kromatin masih dalam batas normal.
Kesimpulan : Suatu Mioma Uteri
FOLLOW UP
- Follow up (tanggal 02-11-2018, pukul 19.00)
29
HR : 78 x/i
RR : 24 x/i
Temp : 36.8o C
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
P/V : (-)
L/O : Tertutup verban
BAK : (+) Via Kateter
BAB : (-)
Flatus : (+)
A : Post TAH a/i Mioma uteri
P : - IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxon 1gr / 12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg / 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
30
A : Post TAH a/i Mioma uteri
P : - IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxon 1gr / 12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg / 8 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 8 jam
S :-
O : Sensorium : CM
31
TD : 120/80 mmHg
HR : 78 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 36.5o C
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
P/V : (-)
L/O : Tertutup verban
BAK : (+) Via Kateter
BAB : (+)
Flatus : (+)
A : Post TAH a/i Mioma uteri
P : - IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxon 1gr / 12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 12 jam
S :-
O : Sensorium : CM
TD : 120/80 mmHg
HR : 78 x/i
RR : 24 x/i
Temp : 36.5o C
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
P/V : (-)
L/O : Tertutup verban
BAK : (+) Via Kateter
BAB : (+)
32
Flatus : (+)
A : Post TAH a/i Mioma uteri
P : - IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj. Ceftriaxon 1gr / 12 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam
- Inj. Ketorolac 30 mg / 12 jam
R : - Aff Infus
- Aff Kateter
- PBJ
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarwono Prawirohardjo, Prof, dr, DSOG dan Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr, DSOG;
Ilmu Kandungan, YBP-SP,Edisi ke dua, estacan ke tiga, FKUI, Yakarta; 1999, Hal
271 -27-2.
2. Robbins L., M.D; Buku Ajar Patologi II, Edisi ke empat, cetakan pertama. Penerbit
3. Djuanda Adhi, Prof. DR. Hamzah Mochtar, Dr. Aisah Siti,DR ; Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin, Edisi ke tiga,cetakan pertama, FKUI, Jakarta ; 1987, Hal. 103-106,
358-364.4.
4. Winkosastro Hanifa, Prof, dr, DSOG ; Ilmu Kebidanan YBP-SP, Edisi ketiga,
5. Cuningham, Macdonald Gant : William Obstetri, Edisi 18, EGC, Jakarta; 1995,
Hal: 1051-1057.6.
34