Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Munculnya Inovasi


Program Posyandu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Pos PAUD mendapat
perhatian yang cukup besar dari pemerintah. Permendagri nomor 19 tahun 2011 menyebutkan
bahwa Pos PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Keberadaan Pos PAUD menjadi salah satu strategi
pemerintah untuk mencapai target Angka Partisipasi Kasar (APK) layanan pendidikan dan
perawatan sebesar 75% di tahun 2015 sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Pendidikan
Untuk Semua (RAN PUS) (Depdiknas, 2005).
Petunjuk Teknis Pos PAUD (2012) menyebutkan bahwa Pos PAUD merupakan salah
satu bentuk Satuan PAUD Sejenis (SPS) berbasis masyarakat yang mengandalkan kader-
kader yang sudah ada di wilayah tersebut untuk menjadi pengelola dan pendidik. Direktorat
PAUDNI menyebutkan bahwa dalam layanan PAUD di Indonesia terdapat tiga jalur yaitu
jalur formal, jalur nonformal, dan jalur informal. Pos PAUD yang termasuk dalam kategori
SPS merupakan bagian dalam jalur informal. Jalur formal terdiri dari Taman Kanak-kanak
(TK), Raudhatul Athfal (RA), dan bentuk lain yang sederajat sedangkan jalur nonformal
adalah Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang
sederajat.
Mengapa permasalahan PAUD di Indonesia khususnya Pos PAUD menjadi isu
strategis? Di Indonesia, wacana pentingnya pendidikan anak usia dini baru mengemuka pada
akhir tahun 2000 meskipun perhatian mengenai pentingnya Pendidikan Untuk Semua (PUS
atau Education For All) sejak lahir sudah dicanangkan pada tahun 1990. Lebih lanjut
disebutkan bahwa sebagian strategi yang akan digunakan adalah mengintegrasikan layanan
pendidikan dan layanan kesehatan dengan mengoptimalkan layanan yang sudah ada serta
mengembangkan model integrasi dengan program layanan kepada anak usia dini yang sudah
ada seperti Posyandu, Bina Keluarga Balita (BKB), Taman Pengajian Al Quran (TPQ), dan
Sekolah Minggu, maupun mengembangkan program rintisan yang disesuaikan dengan
kebutuhan lokal. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengoptimalisasi tumbuh kembang anak
usia dini.
Tujuan optimalisasi tumbuh kembang anak usia dini (usia 0 – 6 tahun) adalah
kesiapan bersekolah pada anak. Kesiapan bersekolah merupakan tahapan perkembangan
seorang anak di saat anak siap untuk mengikuti pendidikan formal dan menjadi bagian
penting bagi anak-anak, orangtua, pendidi. Laporan “Teacher Employment and Teacher
Employment and Deployment: Opportunities for Equity, Efficiency, and Quality
Improvement" di tahun 2007 yang didukung oleh Bank Dunia, Kedutaan Besar Belanda,
Ausaid dan Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia menyebutkan bahwa angka
pengulangan siswa sekolah dasar (SD) sebanyak 12,5% terjadi di kelas satu SD.
Posyandu anggur terletak di Desa Baruas Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua.
Strata posyandu anggur adalah posyandu purnama dengan sasaran balita sebanyak 73 anak-
anak. Jumlah kader aktif sebanyak 10 orang. Tahun 2017 tidak ditemukan balita BGM
(Bawah Garis Merah). Tempat pelaksanaan posyandu bertempat di Poskesdes Desa Baruas.
Inovasi dilatar belakangi dari keinginan para kader dan ibu-ibu balita untuk lebih
memajukan posyandu. Bila pada awalnya posyandu berjalan dengan monoton, dengan
kegiatan-kegiatan yang sudah rutin berjalan, maka dengan arahan, bantuan dan kerja sama
dari beberapa pihak seperti puskesmas, PKK dan BKKBN maka diharapkan posyandu lebih
dari sekedar pos untuk menimbang dan imunisasi saja. Adapun inovasi yang dilakukan di
posyandu anggur desa Baruas adalah JUMBA MANIS (Jumpa Balita Meraih Impian dan
Kreatifitas) di TAMAN POSYANDU ANGGUR. Inovasi ini diharapkan untuk meningkatkan
kegiatan di Posyandu seperti pemantauan tumbuh kembang balita dengan KMS dan Media
KIE.
Dengan adanya inovasi ini diharapkan posyandu menjadi hal yang ditunggu-tunggu,
sebagai tempat penambah ilmu, tempat bermain, Posko Pemberdayaan Keluarga dan Adzan
silaturahmi antar sasaran posyandu. Inovasi-inovasi diadakan secara bertahap sesuai
kebutuhan dan kesiapan semua pihak yang terlibat.

1.2 Tujuan

Tujuan dari inovasi-inovasi posyandu ini adalah untuk :


1. Memenuhi kebutuhan sasaran posyandu dan pengetahuan ibu balita.
2. Meningkatkan kehadiran ibu dan balita di posyandu.
3. Menambah semangat dan kinerja kader.
4. Melanggengkan keberadaan posyandu.
5. Meningkatkan derajat kesehatan sasaran posyandu.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat
dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Sedangkan pos pelayanan terpadu
untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang
digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.
Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan
kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan
melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam
penyelenggaraannya. Kegiatan Pokok Posyandu :
 KIA
 KB
 Imunisasi
 Gizi
 Pengobatan lansia

2.2 Inovasi
Inovasi merupakan setiap ide atau pun gagasan baru yang belum pernah ada atau pun
diterbitkan sebelumnya. Sebuah inovasi biasanya berisi terobosan-terobosan baru mengenai
sebuah hal yang diteliti oleh sang inovator (orang yang membuat inovasi). Inovasi-inovasi
yang dilakukan adalah berbagai bentuk pendidikan kesehatan yang wujudnya tidak hanya
penyuluhan secara lisan saja, tetapi sasaran Posyandu mempraktekan secara langsung
berbagai bentuk pendidikan kesehatan tersebut. Adapun inovasi yang diadakan di Posyandu
Anggur Desa Baruas adalah JUMBA MANIS di TAMAN POSYANDU ANGGUR.
Adapun kegiatan inovasinya adalah pemantauan tumbuh kembang balita dengan
KMS, Edukasi, Media KIE.
1. Pemantauan tumbuh kembang balita dengan KMS
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang
normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik
(keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara
berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang
menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Lalu faktor-faktor pertumbuhan anak
adalah sebagai berikut :
a) Faktor Pertumbuhan Fisik
Penambahan berat badan anak tergantung dari makanan, hormon dan faktor
keturunan. Pada permulaan akil balik, pertumbuhan cepat sekali. Dalam masa yang pendek
ini panjang anak dapat bertambah lebih kurang 10 cm per-tahun. Sampai akil balik
pertumbuhan anak pria dan wanita kecepatannya berkurang menurut norma tertentu, tetapi
setelah itu terdapat perbedaan.
b) Faktor Perkembangan Otak
Gizi yang yang baik terdiri dari berbagai komponen primer termasuk didalamnya
protein dengan kandungan asam aminonya, baik yang esensial maupun non-esensial, sumber
kalori berupa karbohidrat ataupun lemak, vitamin, dan mineral. Pada penderita gizi buruk
sering terjadi kekurangan asupan protein, asam lemak, zat besi, dan beberapa komponen
vitamin dan mineral lainnya yang merupakan salah satu faktor utama yang berperan dalam
pertumbuhan dan perkembangan otak. Zat gizi yang dibutuhkan harus tersedia secara tepat
baik kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan gizi pada masa tumbuh-kembang ini dapat
menimbulkan kelainan yang bersifat ireversibel, artinya tidak dapat diperbaiki lagi setelah
masa kritis tersebut teratasi.
Pada penderita malnutrisi kurang gizi dapat berpengaruh terhadap perkembangan
mental dan kecerdasan anak. Seorang peneliti mengungkapkan bahwa kekurangan zat gizi
berupa vitamin, mineral dan zat gizi lainnya mempengaruhi metabolisme di otak sehingga
mengganggu pembentukan DNA di susunan saraf. Hal itu berakibat terganggunya
pertumbuhan sel-sel otak baru atau mielinasi sel otak terutama usia di bawah 3 tahun.
Terganggunya pertumbuhan itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan
kecerdasan anak.
c) Faktor Perkembangan Kepandaian
Selama dalam kandungan, susunan saraf yang optimal bisa tumbuh dengan kecepatan
2.500.000 neuron per menit. Sehingga pada akhir pertumbuhannya terbentuk sejumlah satu
triliun neuron. Pembentukan neuron ini amat peka terhadap pengaruh gizi, kimiawi, trauma
fisik, pengalaman, dan latihan. Kekurangan gizi pada masa kehamilan menghambat
multiplikasi sel-sel janin sehingga jumlah sel neuron dapat pula berkurang. Sedangkan
kekekurangan gizi pada anak di bawah umur tiga tahun akan berpengaruh pada pertumbuhan
dan perkembangan sel-sel glia dan proses mielinasi. Gangguan yang terjadi pada proses awal
pembentukan otak akibat kekurangan gizi tidak bisa diperbaiki pada tahap berikutnya.
d) Faktor Kematangan Sosial
 Usia keronologis dan usia mental anak. Semakin bertambahnya usia anak, ia akan
semakin trampil, semakin besar dan terampilannya, semakin baik pula kualitasnya. Usia
kronologis juga berhubungan dengan kematangan. Untuk dapat bersosilisasi dengan baik
diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses
sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual
dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
 Urutan anak, ada perbedaan perkembangan motorik anak menurut urutan kelahiran anak.
Biasanya perkembangan motorik anak pertama cenderung lebih baik daripada
perkembangan anak yang lahir kemudian hal ini lebih dikeranakan oleh perbedaan
rangsangan yang diberikan oleh orang tuanya. Demikian juga dengan kondisi
kematangan sosial anak hal ini dipengaruhi oleh urutan anak. Anak pertama akan lebih
banyak memerankan model sosial dibandingkan dengan anak tengah ataupun anak
bungsu.
 Jenis kelamin, jenis kelamin membedakan pola interaksi sosial anak antara anak
perempuan dan anak laki-laki memiliki perbedaan pola interaksi, hal ini mempengaruhi
pula pada kematangan sosial anak. Dua anak yang usianya sama tetapi berjenis kelamin
berbeda, maka kematangan sosialnya pada aspek-aspek tertentu tentu berbeda.
 Keadaan sosial ekonomi, kondisi perekonomian orang tua (keluarga) akan berdampak
pada sikap interaksi sosial anak. Secara umum dapat tergambarkan bahwa anak-anak
yang memiliki kondisi sosial ekonomi lebih baik maka anak akan memiliki kepercayaan
diri yang baik pula. Anak-anak orang kaya memiliki berbagai kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan sosialnya pada berbagai kesempatan dan kondisi
lingkungan yang berbeda. Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi keluarga dalam masyarakat.
 Kepopuleran anak, anak-anak yang memiliki kelebihan dalam hal kepopuleran maka
anak tersebut akan semakin bisa diterima oleh lingkungan sosialnya.
 Kepribadian anak, kepribadian anak disini adalah tipologi anak pada masa
perkembangan. Anak-anak yang memiliki kepribadian terbuka atau yang disebut
berkepribadian extrofert akan lebih bisa berinteraksi dengan lingkungannya
dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki tipe kepribadian tertutup introfert.
 Keluarga. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi
sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak
lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang
lain banyak ditentukan oleh keluarga. Pendidikan orang tua mempengaruhi bagaimana
anak bersikap dengan lingkungannya. Ketidaktahuan orang tua akan kebutuhan anak
untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya tentu membatasi anak untuk dapat lebih
leluasa melakukan eksplorasi sosial diluar lingkungan rumahnya. Pendidikan orang tua
yang tinggi, atau pengetahuan yang luas maka orang tua memahami bagaimana harus
memposisikan diri dalam tahapan perkembangan anak. Orang tua yang memiliki
pengetahuan dan pendidikan yang baik maka akan mendukung anaknya agar bisa
berinteraksi sosial dengan baik.
 Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi. Kemampuan berfikir dapat banyak
mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan
berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak.
Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik.
Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan
keberhasilan perkembangan sosial anak.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa
perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan
global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan
integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas
pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambant laun bagian- bagiannya akan menjadi
semakin nyata dan tambah jelas dalam rangka keseluruhan. Perkembangan dipersyarati
adanya pertumbuhan. Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang saling berkaitan adalah:
a) Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan
menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.
b) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya
Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati
tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa
berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain
yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu perkembangan awal ini
merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.
c) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda,
baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada
masing-masing anak.
d) Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur,
bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.
e) Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu: a.
Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah
kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal).b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah
proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai
kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).
f) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-
tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat
lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan
sebagainya. Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling
berkaitan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
 Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan
potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari
latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber
yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.
 Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian
perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan
umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan.
Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana dan
murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh
karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali
mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk
memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan
pemberian makan pada anak. KMS-Balita juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi
petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi
kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan
kesehatannya.
KMS balita berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak,
imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak,
pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan
rujukan ke Puskesmas/RS. KMS balita juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan
gizi bagi orang tua balita tentang kesehatan anaknya.
KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan serta indicator perkembangan
yang bermanfaat untuk mencatat dan memantau tumbuh kembang balita setiap bulan dari
sejak lahir sampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai “ rapor “ kesehatan dan
gizi (Catatan riwayat kesehatan dan gizi ) balita ( Depkes RI, 1996 ).
Di Indonesia dan negara - negara lain, pemantauan berat badan balita dilakukan
dengan timbangan bersahaja ( dacin ) yang dicatat dalam suatu sistem kartu yang disebut
“Kartu Menuju Sehat “ (KMS). Hambatan kemajuan pertumbuhan berat badan anak yang
dipantau dapat segera terlihat pada grafik pertumbuhan hasil pengukuran periodik yang
dicatat dan tertera pada KMS tersebut. Naik turunnya jumlah anak balita yang menderita
hambatan pertumbuhan di suatu daerah dapat segera terlihat dalam jangka waktu periodik (
bulan ) dan dapat segera diteliti lebih jauh apa sebabnya dan dibuat rancangan untuk diambil
tindakan penanggulangannya secepat mungkin. Kondisi kesehatan masyarakat secara umum
dapat dipantau melalui KMS, yang pertimbangannya dilakukan di Posyandu ( Pos Pelayanan
terpadu ), (Sediaoetama, 1999 ).
Indikator BB / U dipakai di dalam Kartu Menuju Sehat ( KMS ) di Posyandu untuk
memantau pertumbuhan anak secara perorangan. Pengertian tentang “ Penilaian status Gizi ”
dan “ Pemantauan pertumbuhan ” sering dianggap sama sehingga mengakibatkan kerancuan.
KMS tidak untuk memantau gizi, tetapi alat pendidikan kepada masyarakat terutama orang
tua agar dapat memantau pertumbuhan anak, dengan pesan “ Anak sehat tambah umur
tambah berat” ( Soekirman, 2000 ).
Tujuan umum KMS balita yaitu untuk mewujudkan tingkat tumbuh kembang dan
status kesehatan anak balita secara optimal. Tujuan Khusus KMS balita yaitu sebagai alat
bantu bagi ibu atau orang tua dalam memantau tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita
yang optimal, sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan – tindakan untuk
mewujudkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal, sebagai alat bantu
bagi petugas untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi kepada balita.

2. Media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) di Posyandu


a) Pengertian
Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung ataupun tidak langsung
melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan, untuk mendapatkan suatu efek
(DEPKES RI, 1984). Menurut Effendy (1998), komunikasi adalah pertukaran pikiran atau
keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya, demi
terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain. Komunikasi adalah
pertukaran fakta, gagasan, opini atau emosi antara dua orang atau lebih.
Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara
positif perilaku kesehatan masyarakat , dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode
komunikasi, baik menggunakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi massa
(Notoatmodjo, 2003). Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-kenyataan
yang perlu diketahui oleh masyarakat (BKKBN, 1993). Sedangkan menurut DEPKES, 1990
Informasi adalah pesan yang disampaikan.
Edukasi adalah proses perubahan perilaku kearah yang positif (DEPKES RI, 1990).
Menurut Effendy (1998), pendidikan kesehatan merupakan salah satu kompetensi
yang dituntutdari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu peranan yang harus
dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap individu,
keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
b) Tujuan dilaksanakannya program KIE, yaitu
 Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku sehingga tercapai penambahan peserta
baru.
 Membina tumbuh kembang balita.
 Untuk mendorong terjadinya proses perubahan perilaku kearah yang positif,
peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku balita secara wajar sehingga balita
tumbuh menjadi perilaku yang baik dan bertanggung jawab.
c) Jenis-jenis Media KIE di Taman Posyandu Anggur Desa Baruas
 Dongeng
 Permainan angka
 Tangga kubus
 Puzzle

Anda mungkin juga menyukai