Anda di halaman 1dari 20

TATA CARA / PROSEDURPELAPORAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP

)No. Dokumen No. Revisi Halaman1 dari 2PETUNJUKPELAKSANAANTanggal


terbitDisetujui,PENGERTIANInsiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian
yang tidakdisengaja dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan atauberpotensi
mengakibatkan cedera pada pasien.Kesalahan yang mengakibatkan IKP dapat terjadi pada :1.
Diagnostik : kesalahan atau keterlambatan diagnosis2. Treatment : kesalahan pada operasi,
prosedur atau tes, pelaksanaanterapi3. Preventive : tidak memberikan terapi profilaktif,
monitoring atau followup yang tidak sesuai pada suatu pengobatan4. Other : gagal melakukan
komunikasi, gagal alat atau sistem lainTUJUAN1. Terlaksananya sistem pencatatan dan
pelaporan insiden keselamatanpasien2. Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien
sampai pada akarmasalah3. Untuk memperoleh data / angka insiden keselamatan pasien4.
Upaya pencegahan terjadinya kejadian / insiden keselamatan pasienberikutnya5.
Didapatkannnya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasienKEBIJAKANSurat
Penugasan oleh Direktur Rumah Sakit tentang penunjukkansebagai Tim Keselamatan Pasien
RSPROSEDUR1. Siapapun yang mengetahui / melihat terjadinya IKP terutama
dapatmelaporkan kepada Sekretariat Tim Keselamatan Pasien2. Laporan dibuat secara tertulis
dengan menggunakan formulir yangtersedia atau dapat membuat laporan di Sekretariat Tim
KeselamatanPasien paling lambat 2 x 24 jam3. Laporan meliputi : kejadian tidak diharapkan (
KTD ), kejadian nyariscedera ( KNC / Near Miss ), kejadian sentinel dan lain – lain

PROSEDUR4. Laporan saat kejadian untuk pencegahan cedera atau pertolongansegera


secara langsung memberitahukan ke dokter penanggung jawab pelayanan5. Laporan tertulis
ditujukan ke Tim Keselamatan Pasien RumahSakit….Alamat Sekretariat dan No telp yang
bisa dihubungi6. Laporan tidak boleh difotokopi hanya disimpan dikantor SekretariatTim
Keselamatan Pasien. Laporan tidak boleh disimpan di file ruanganperawatan atau di status
pasien7. Contoh hal yang perlu dilaporkan : salah diagnosa dan berakibat burukbagi pasien,
kejadian yang terkait dengan pembedahan, kejadian yangterkait pengobatan dan prosedur,
kejadian yang terkait dengan darah,kejadian yang terkait dengan IV, follow up yang tidak
memadai, pasien jatuh, benda asing yang tertinggal di tubuh pasien, lain – lain kejadianyang
berakibat pasien / pengunjung cedera.UNIT TERKAITSeluruh unit – unit pelayanan dan
tindakan kesehatan1. Rawat Inap2. Laboratorium3. Farmasi4. UGD5. Unit Kesling6. Unit
Nosokomial7. Unit Peristi
TUJUH LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
Keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumahsakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : asesmenresiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resikopasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insidendan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkantimbulnya
resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkanoleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidakmengambil tindakan yang seharusnya diambil

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit2. Meningkatkan akuntabilitas


rumah sakit terhadap pasien danmasyarakat3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan
( KTD ) di rumah sakit4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga
tidak terjadipengulangan kejadian tidak diharapkan

Surat Penugasan oleh Direktur Rumah Sakit tentang penunjukkansebagai Tim Keselamatan
Pasien Rs

1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien2. Pimpin dan dukung staf anda3.
Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko4. Kembangkan sistem pelaporan5. Libatkan
dan komunikasi dengan pasien6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan
pasien7. Cegah cedera melalui imlementasi sistem keselamatan pasieN

Seluruh unit – unit pelayanan dan tindakan kesehatan di Rumah sakit


ANALISIS INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP )ANALISIS AKAR
MASALAH ( ROOT CAUSE ANALYSIS / RCA

Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian yang tidakdisengaja dan tidak
diharapkan yang dapat mengakibatkan atauberpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien.Kesalahan yang mengakibatkan IKP dapat terjadi pada :1. Diagnostik : kesalahan
atau keterlambatan diagnosis2. Treatment : kesalahan pada operasi, prosedur atau tes,
pelaksanaanterapi3. Preventive : tidak memberikan terapi profilaktif, monitoring atau
followup yang tidak sesuai pada suatu pengobatan4. Other : gagal melakukan
komunikasi, gagal alat atau sistem laiN

Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian yang tidakdisengaja dan tidak
diharapkan yang dapat mengakibatkan atauberpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien.Kesalahan yang mengakibatkan IKP dapat terjadi pada :1. Diagnostik : kesalahan
atau keterlambatan diagnosis2. Treatment : kesalahan pada operasi, prosedur atau tes,
pelaksanaanterapi3. Preventive : tidak memberikan terapi profilaktif, monitoring atau
followup yang tidak sesuai pada suatu pengobatan4. Other : gagal melakukan
komunikasi, gagal alat atau sistem laiN

Surat Penugasan oleh Direktur Rumah Sakit tentang penunjukkansebagai Tim


Keselamatan Pasien RS

1. Identifikasi insiden keselamatan pasien yang akan diinvestigasi2. Tentukan Tim


Investigator3. Kumpulkan data dan informasia. Observasib. Dokumentasic.
Interview4. Petakan kronologis kejadiana. Narrative Chronologyb. Timelinec. Tabular
timelined. Time person grid5. Identifikasi CMP ( care management problem )6.
Brainstorming, Brainwriting Analisis informasia. 5 Why’sb. Analisis perubahan
ANALISIS INSIDEN KESELAMATAN PASIEN ( IKP )ANALISIS MODUS
KEGAGALAN DAN DAMPAKNYA( AMKD / FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS /
FMEA

Insiden Keselamatan Pasien ( IKP ) adalah setiap kejadian yang tidakdisengaja dan tidak
diharapkan yang dapat mengakibatkan atauberpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien.Kesalahan yang mengakibatkan IKP dapat terjadi pada :1. Diagnostik : kesalahan atau
keterlambatan diagnosis2. Treatment : kesalahan pada operasi, prosedur atau tes,
pelaksanaanterapi3. Preventive : tidak memberikan terapi profilaktif, monitoring atau
followup yang tidak sesuai pada suatu pengobatan4. Other : gagal melakukan komunikasi,
gagal alat atau sistem lain

1. Upaya peningkatan mutu pelayanan pasien2. Meningkatkan budaya keselamatan


pasien di Rumah Sakit dengan“No Blame Culture” dan “Never Ending Process”3.
Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadipengulangan
kejadian tidak diharapkan

Surat Penugasan oleh Direktur Rumah Sakit tentang penunjukkansebagai Tim


Keselamatan Pasien RS

1. Tentukan topik proses AMKD2. Bentuk tim3. Gambarkan alur prosesa. Jelaskan
proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan proseduryang berlakub. Cantumkan sub
proses untuk setiap tahapan proses4. Analisis hazard scorea. Tingkat bahayab.
Tingkat probabilitasc. Skor hazardd. Analisis pohon keputusan5. Tatalaksana dan
pengukuran outcomea. Tipe tindakanb. Tindakan / alasan untuk mengakhiric. Ukuran
outcomed. Yang bertanggung jawabe. Manajemen tim

Tim Investigator terdiri dari :1. Ka Instalasi / Ka Departemen / Dirlak / Ka Unit masing –
masingtempat terjadinya IKP2. Kepala Perawatan terkait tempat terjadinya IKP3. Semua area
yang terkait harus terwakili ( profesi, penunjang, dll )4. Macam – macam dan tingkat
pengetahuan yang berbeda harusterwakili ( dokter, perawat, personalia, manajemen,
penunjang, dll )5. Tim Mutu dan Keselamatan Pasien
MENDIDIK PASIEN DAN KELUARGANYA TENTANG PATIENT SAFETY

Keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumahsakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : asesmenresiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resikopasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insidendan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkantimbulnya
resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkanoleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidakmengambil tindakan yang seharusnya diambil.

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit2. Meningkatkan akuntabilitas


rumah sakit terhadap pasien danmasyarakat3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan
( KTD ) di rumah sakit4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga
tidak terjadipengulangan kejadian tidak diharapkan

Surat Penugasan oleh Direktur Rumah Sakit tentang penunjukkansebagai Tim Keselamatan
Pasien RS

1. DPJP ( dokter penanggung jawab pelayanan ) wajib memberikanpendidikan kepada


pasien dan keluarganya secara lisan tentangpatient safety dan mencatat dalam berkas
rekam medis2. Catatan dalam berkas rekam medis merupakan bukti tentangkewajiban
DPJP memberi pendidikan3. Hal – hal yang menjadi kewajiban pasien adalah :a.
Memberi informasi yang benar, jelas dan jujurb. Mengetahui kewajibannya dan
tanggung jawab pasien dankeluargac. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak
dimengertid. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanane. Mematuhi instruksi
dan menghormati peraturan rumah sakitf. Memperlihatkan sikap menghormati dan
tenggang rasag. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati

Seluruh unit – unit pelayanan dan tindakan kesehatan


MEMBANGUN KESADARANTENTANG BUDAYA KESELAMATAN PASIEN

MENDIDIK PASIEN DAN KELUARGANYATENTANG PATIENT SAFETY

Keselamatan pasien rumah sakit merupakan suatu sistem dimana rumahsakit membuat
asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk : asesmenresiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resikopasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insidendan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkantimbulnya
resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkanoleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidakmengambil tindakan yang seharusnya diambil.

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit2. Meningkatkan akuntabilitas


rumah sakit terhadap pasien danmasyarakat3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan
( KTD ) di rumah sakit4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga
tidak terjadipengulangan kejadian tidak diharapkan

Surat Penugasan oleh Direktur Rumah Sakit tentang penunjukkansebagai Tim Keselamatan
Pasien RS

1) Seluruh personel / staf memiliki kesadaran yang konstan dan aktiftentang hal yang
potensial menimbulkan kesalahan2. Baik staf maupun organisasi mampu
membicarakan kesalahan,belajar dari kesalahan tersebut dan mengambil tindakan
perbaikan3. Bersikap terbuka dan adil / jujur dalam membagi informasi secaraterbuka
dan bebas, dan penanganan adil bagi staf bila insiden terjadi4. Pimpinan terkait
menerangkan bahwa penyebab insiden keselamatanpasien tidak dapat dihubungkan
dengan sederahana ke staf yangterlibat. Semua insiden berkaitan juga dengan sistem
tempat orangitu bekerja5. Perubahan nilai, keyakinan dan perilaku menuju
keselamatan pasienpenting bukan hanya bagi staf, melainkan juga semua orang
yangbekerja di RS serta pasien dan keluarganya. Tanyakan apa yang bisamereka
bantu untuk meningkatkan keselamatan pasien 6. Penjelasan / pemahaman tentang
aktivitas organisasi yang bersifatresiko tinggi dan rentan kesalahan7. Lingkungan
yang bebas menyalahkan, sehingga orang dapatmelapor kesalahan tanpa
penghukuman8. Pimpinan wajib berkomitmen mendukung dan
memberikanpenghargaan kepada staf yang melaporkan insiden keselamatanpasien,
bahkan meskipun kemudian dinyatakan salah9. Komunikasi antar staf dan antar
tingkatan harus sering terjadi dantulus10. Terdapat keterbukaan tentang kesalahan dan
masalah bila terjadipelaporan11. Pembelajaran organisasi. Tanggapan atas suatu
masalah lebihdifokuskan untuk meningkatkan kinerja sistem daripada
untukmenyalahkan seseorang12. Seluruh staf harus tahu apa yang harus dilakukan
bila menemuiinsiden : mencatat, melapor, dianalisis, memperoleh feed back,belajar
dan mencegah pengulangan

Seluruh unit – unit pelayanan dan tindakan kesehatan


Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat tindakan medik yang didokumentasikan di
tingkat pelayanan setempat (kabupaten/kota). Indikator ini mencakup diagnosis utama maupun diagnosis
sekunder untuk komplikasi akibat tindakan medik.
Apa tujuan penggunaan Indikator Patient Safety?
Indikator patient safety (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-area pelayanan yang memerlukan
pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, seperti misalnya untuk menunjukkan:
 adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu
 bahwa suatu area pelayanan ternyata tidak memenuhi standar klinik atauterapi sebagaimana yang
diharapkan
 tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
 disparitas geografi antar unit-unit pelayanan kesehatan (pemerintah vs swasta atau urban vs rural)

Apa saja yang termasuk dalam indikator patient safety?


Sesuai dengan tujuannya, IPS hendaknya memuat potensi-potensi risiko klinis yang relatif sering
menimbulkan trauma di pihak pasien atau menimbulkan dampak medik, biaya, dan organisasi yang signifikan
bagi pelayanan kesehatan/rumah sakit. Penetapan IPS harus dilakukan melalui kajian-kajian serta analisis
seksama terhadap berbagai adverse event yang banyak ditemukan di sistem pelayanan kesehatan yang ada.
Berikut disajikan beberapa contoh IPS yang dapat digunakan untuk menilai sejauh mana konsep-konsep
patient safety telah diterapkan secara konsisten di rumah sakit.

Beberapa indikator patient safety


Luka tusuk atau luka iris yang tidak disengaja
Komplikasi akibat anestesi
Kematian pada diagnosis yang angka kematiannya rendah
Dekubitus
Kegagalan dalam menyelamatkan nyawa pasien
Benda asing tertinggal dalam tubuh pasca tindakan medik/bedah
Pneumotorak iatrogenik
Perdarahan atau hematom pasca operasi
Fraktur tulang panggul pasca operasi
Gangguan fisiologis dan metabolik pasca operasi
Emboli paru pasca operasi atau trombosis vena
Kegagalan respirasi pasca operasi
Sepsis pasca operasi
Dehisensi luka pasca operasi
Infeksi akibat tindakan medik
Reaksi transfusi
Trauma saat lahir
Trauma obstetrik pasca operasi Cesar
Trauma obstetrik pasca persalinan dengan instrumen
Trauma obstetrik pasca persalinan tanpa instrumen

Berdasarkan indikator-indikator yang telah disusun tersebut kemudian dibuat definisi, cara menghitung angka
kejadian serta pada tingkat mana indikator tersebut harus dicapai, serta variabel-variabel apa saja yang harus
dipertimbangkan untuk menghindari misleading dalam interpretasinya.
Berikut diberikan beberapa contoh:
Dekubitus
Definisi: Kasus dekubitus per 1000 patient discharge yang dirawat lebih dari 4 hari
Numerator: Diagnosis saat discharge adalah 7070 sesuai ICD-9
Denominator:
Semua medical & surgical discharges yang didefinisikan dengan DRG spesifik
 Pada pasien yang dirawat minimal 5 hari
 Tidak mengikutsertakan pasien dengan diagnosis hemiplegi, paraplegi ataukuadriplegia
 Tidak melibatkan pasien-pasien dari unit pelayanan long term facilities.
 Angka empirik 22,7 per 1000 population at risk
 Risk adjustment; Umur, jenis kelamin, DRG, kategori komorbiditas

Benda asing tertinggal dalam tubuh pasien pasca prosedur medik/bedah


Definisi: Kasus benda asing tertinggal dalam tubuh secara tidak sengaja selamaprosedur per 1000 pasien yang
di discharge
Numerator: Diagnosis saat discharge adalah sesuai ICD-9 untuk benda asing yang tertinggal pasca tindakan
medik/operatif
Denominator: Semua medical & surgical discharges yang didefinisikan dengan DRG spesifik
Angka empirik 9 per 100.000 population at risk
Risk adjustment: Umur, jenis kelamin, DRG, kategori komorbiditas

Apa manfaat indikator patient safety?


Laporan dari ACHS menunjukkan beberapa perubahan yang signifikan setelah diterapkannya indikator
patient safety dalam sistem pelayanan kesehatan. Antara lain adalah pada area-area berikut (ACHS, 2003):

Indikator anestesi.
Melalui indikator ini maka proporsi pasien yang menjalani pre anesthetic assessment sebelum tindakan
pembedahan, meningkat dari 79% menjadi 93,6%
Kebijakan Cuci Tangan
a. Kebijakan cuci tangan ini harus diikuti oleh semua orang yang berada di dalam
lingkungan RSBL : Pasien, Dokter, Perawat, Karyawan, Penunggu
p a s i e n , Pengunjung RSb.
b. Cuci tangan wajib dilakukan pada saat :
 Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
a t a u b e n d a y a n g terkontaminasi cairan tubuh pasien.
 Sebelum dan sesudah melakukan tindakan asepsis / antisepsis
 Sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan luka dan dressing care
 Sebelum dan sesudah menyentuh bahan / sample pemeriksaan laboratorium
 Jika tangan diduga kotor diantara dua tindakan/pemeriksaan fisik pasien
 Segera setelah masuk atau meninggalkan ruangan/RS
 Segera setelah memeriksa pasien dengan penyakit kulit menular
 Segera sebelum memakai handschoen dan setelah melepas Handschoen
 Sebelum dan sesudah makan
 Sebelum dan sesudah memberikan obat
 Segera setelah Keluar dari toilet untuk BAB/BAK
 Segera setelah membersihkan instrumen/ linen/ APP

Standard Alat Cuci tangan di RSBL


a. Air mengalir dari air tanah yang sudah ditampung, atau air PDAM, yang
keduanya sudah secara rutin diperiksa dan lulus uji air
d a r i D i n a s Kesehatan / KLH
b. Wastafel dilengkapi siphon dan saluran air berukuran standard wastafel yangsecara rutin dipelihara
kebersihan dan kelancaran alirannya oleh bagian Pemeliharaan RSBL
c. Keran air yang mudah dibuka tutup dan tidak berkarat
d. Sabun cair Antiseptik dalam botol dispenser yang dibersihkan setiap isi ulang
e. Lap tangan dispossable dalam bentuk tissue gulung atau tissue lipat
f. Tersedia tempat sampah domestika.Standard Teknik Cuci tangan di RSBL
g. Buka keran air. Usahakan membuka keran dengan bagian tangan atau lengan yang bersih
h. Biarkan air mengalir sejenak Bilas tangan satu persatu. Alirkan air mengaliri lengan bawah ke tangan
dan jari-jari.
i. Ambil sabun cair secukupnya dengan bagian tangan yang dianggap bersihtampung di telapak tangan
satunya.
j. Balurkan sabun ke seluruh tangan hingga 1/3 distal lengan bawah. Lakukanbergantian satu tangan
oleh tangan lainnya.

Lakukan 7 langkah mencuci tangan :


 Gosok-gosokan kedua telapak tangan dan sela jari
 G o s o k - g o s o k a n telapak tangan yang satu kepunggung tangan yang lain serta jari-
jari secara bergantian
 Bersihkan buku-buku jari tangan yang satu oleh tangan lainnya
 Gosok-gosokkan ujung jari tangan yang satu pada telapak tangan yang
lainnya secara bergantian
 Gosok sekitar ibu jari tangan yang satu oleh tangan yang lainnya
 gosok-gosokkan sekitar pergelangan tangan yang satu oleh tangan yang lain secara
bergantian
 Semua proses berlangsung selama minimal 10 detik.
 Bilas dengan air mengalir dari ujung jari tangan
h i n g g a k e l e n g a n bawah. bergantian kiri dan kanan.
 Biarkan air dari lengan menetes dulu diatas wastafel.
 Tutup Keran air
 Keringkan tangan dan lengan yang basah dengan Tissue Kering
y a n g tersedia.
 Buang tissue ke dalam tepat sampah domestik yang tersedia

5 SAAT CUCI TANGAN

Sebelum kontak pasien


Sebelum tindakan asepsis
Setelah kontak pasien
Setelah kontak cairan tubuh pasien
Setelah kontak lingkungan
Indikator Patient Safety
Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit. Indikator ini dapat digunakan bersama
dengan data pasien rawat inap yang sudah diperbolehkan meninggalkan
rumah sakit.

Indikator patient safety bermanfaat untuk menggambarkan besarnya masalah yang


dialami pasien selama dirawat di rumah sakit, khususnya yang berkaitan dengan berbagai
tindakan medik yang berpotensi menimbulkan risiko di sisi pasien. Dengan mendasarkan
pada IPS ini maka rumah sakit dapat menetapkan upaya -upaya yang dapat
mencegah timbulnya outcome klinik yang tidak diharapkan pada pasien. (Dwiprahasto,
2008).

Secara umum IPS terdiri atas 2 jenis, yaitu IPS tingkat rumah sakit dan IPS tingkat area
pelayanan.

1 . I n d i k a t o r t i n g k a t r u m a h s a k i t hospital level indikator) digunakan untuk


mengukur p o t e n s i k o m p l i k a s i ya n g s e b e n a r n ya d a p a t d i c e g a h s a a t p a s i e n
m e n d a p a t k a n berbagai tindakan medik di rumah sakit. Indikator ini hanya mencakup
kasus-kasusyang merupakan diagnosis sekunder akibat terjadinya risiko pasca tindakan
medik.
2.Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat
t i n d a k a n m e d i k yang didokumentasikan di tingkat pelayanan setempat (kabupaten/kota).
Indikator ini mencakup diagnosis utama maupun diagnosis sekunder untuk komplikasi akibat
tindakan medik.

Tujuan penggunaan Indikator Patient Safety


Indikator patient safety (IPS) bermanfaat untuk mengidentifikasi area-area pelayanan yang
memerlukan pengamatan dan perbaikan lebih lanjut, seperti misalnya untuk menunjukkan:
1. Adanya penurunan mutu pelayanan dari waktu ke waktu.
2. b a h w a s u a t u a r e a p e l a ya n a n t e r n ya t a t i d a k m e m e n u h i s t a n d a r
k l i n i k a t a u t e r a p i sebagaimana yang diharapkan.
3. tingginya variasi antar rumah sakit dan antar pemberi pelayanan
4. disparitas geografi antar unit -unit pelayanan kesehatan (pemerintah vs
swasta atauurban vs rural). (Dwiprahasto, 2008).

Selain penjelasan di atas metode tim perlu menjadi strategi dalam


p e n a n g a n a n patient safety karena metode tim merupakan metode pemberian asuhan
keperawatan, yaitu seorang perawat professional memimpin
s e k e l o m p o k t e n a g a k e p e r a w a t a n d a l a m memberikan asuhan keperawatan
pada sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. (Sitorus, 2006).

Pada metode ini juga memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh. Adanya
pemberian asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.(Nursalam, 2002).
Jadi dengan pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh kepad pasien
diharapkan keselamatan pasien dapat diperhatikan, sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan.
PENERAPAN PEDOMAN PENTING INTERNATIONAL PATIENT SAFETY GOALS
(IPSG)
Ada 6 sasaran penting dengan total 8 syarat (berdasarkan syarat yang ditetapkan di RS J)

1. Identifikasi Pasien secara Tepat.


2. Meningkatkan Komunikasi yang Efektif.
3. Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang Membutuhkan Perhatian.
4. Mengurangi Salah Lokasi, Salah Pasien dan Salah TindakanOperasi.
5. Mengurangi Risiko Infeksi.
6. Mengurangi risiko pasien cidera karena jatuh.

Identifikasi Pasien secara Tepat


T u j u a n d a r i s a s a r a n i n i a d a l a h u n t u k m e n d a p a t k a n identitifikasi yang
setepatnya dari individu yang menerima perawatan tersebut.
- Menggunakan paling sedikit dua (2) cara untuk menilai pasien ketika memberikan
obat, darah atau produk dari darah; mengambil contoh darah dan spesimen-spesimen
lain untuk p e n g u j i a n s e c a r a k l i n i s .
- Nomor ruangan pasien tidak diperbolehkan untuk digunakan
s e b a g a i p e n g e n a l a n p a s i e n , p e n g e n a l ya n g d i g u n a k a n u n t u k
s e m u a , p e m e r i k s a a n prosedur, pengantaran obat, pengambilan sampel dan
spesimen, yaitu:
a. Nomor catatan medis pasien harus diperiksa
b. T a n g g a l l a h i r n y a p a s i e n h a r u s d i p e r i k s a - i n i h a r u s
d i l a k u k a n s e c a r a l i s a n a t a u mengenai pasien yang tidak sadar, harus
ditunjukkan pada gelang nama pasien.

Meningkatkan komunikasi yang efektif


Komunikasi yg tidak efektif adalah hal yang paling sering disebutkan sebagai
penyebab dalam kasus-kasus Sentinel. Komunikasi harus tepat pada waktunya, akurat,
komplit, tidak rancu dan dimengerti oleh sang penerima. Penelitian juga menunjukan
bahwa penundaan dalam menanggapi hasil yang penting dapat mempengaruhi secara negatif
hasil akhir pasien. Menerapkan sebuah proses/prosedur untuk perintah yang
disampaikan melalui telepon ( l i s a n ) , a t a u p e n y a m p a i a n h a s i l u j i k l i n i s
p e n t i n g , y a n g h a r u s d i v e r i f i k a s i d e n g a n “mengulang” selengkapnya
perintah atau pun hasil uji klinis yang diterima, yang harus dilakukan oleh orang
yang menerima informasi tersebut.
RS J harus mengembangkan dan mensosialisasikan sebuah sistem dimana semua perintah
maupun hasil uji yang diterima harus diverifikasi atau ‘dibacakan ulang’ kepada
pihak yang memberi perintah atau hasil uji klinis tersebut. Termasuk pula proses
dokumentasi dan penanda-tanganan sebagai bentuk konfirmasi atas perintah/hasil uji yang
diterima.

Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat yang membutuhkan perhatian:


manajamen obat-obatan yang tepat merupakan faktor penting dalam menjamin keselamatan
pasien:
a. Memindahkan semua konsentrat elektrolit (termasuk potasium klorida, potasium
fosfat,sodium korida > 0.9%, dan tidak terbatas hanya itu semua) dari semua ruang
perawatan pasien.
b. Di RS J, potasium banyak disimpan di berbagai area klinik. Penelitian di seluruh
dunia telah menunjukkan bahwa tindakan ini menempatkan pasien dalam bahaya.
Dengan adanya departemen obat-obatan yang buka 24 jam pada semua RS J
pemindahan obat-obatan tersebut tidak akan mempengaruhi jalannya penanganan
pasien.

Mengurangi Salah lokasi, Salah Pasien dan Salah Tindakan Operasi


Tujuan dari target iniadalah untuk SELALU mengenali Tepat lokasi, Tepat pasien dan Tepat
tindakan.
- Melakukan “time out” tepat sebelum memulai sebuah operasi, untuk memastikan
pasien, prosedur dan bagian tubuh yang akan dioperasi adalah tepat. Pada setiap RS
J pengecekan langkah- langkah pada setiap operasi atau tindakan
sudahdigunakan. Tetapi konsep “time out” akan menjadi hal baru bagi
banyak staf medis diorganisasi ini. “Time out” ini harus berupa pengecekan aktif
(secara lisan), dilakukan dit e m p a t d i m a n a t i n d a k a n i t u a k a n d i l a k u k a n
d a n m e l i b a t k a n s e m u a a n g g o t a t i m d a r i operasi/prosedur, termasuk pula
dari pasien, bila memungkinkan. R S J m e n e r a p k a n p r o s e s i n i d a l a m
r a n g k a m e m p e r o l e h a k r e d i t a s i d a r i J C I . B u k a n merupakan hal
mudah untuk dijalankan, dan tentunya akan dibutuhkan revisi
dokumenimplementasi proses dan pendidikan untuk para staf, serta tak lupa,
dukungan dari semua staf. Diharapkan, dengan berjalannya waktu, proses “time out”
akan menjadi tindakan rutin di RS J.
- Membuat suatu proses atau checklist untuk memeriksa semua dokumen dan
peralatan y a n g d i p e r l u k a n u n t u k o p e r a s i s i a p d i g u n a k a n d a n
b e r f u n g s i d e n g a n b a i k s e b e l u m operasi dimulai. Di setiap Siloam
Hospitals, penggunaan checklist sebelum operasi atau tindakan telahdilakukan.
U n t u k m e m e n u h i k u a l i f i k a s i d i a t a s , b i s a s a j a dibutuhkan revisi
untuk memasukkan aspek-aspek penting dalam checklist.
- Berikan tanda pada bagian yang tepat dimana operasi akan dilakukan.
Gunakan tanda yang dapat dipahami dengan jelas dan libatkan pasien dalam
melakukan hal ini. Ini adalah konsep baru di RS J. Pemberian tanda diharuskan untuk
semua prosedur yangmeliputi:
o Perbedaan kanan dan kiri
o Struktur Multipel (contoh: jari-jari tangan & kaki)
o Tingkat-tingkat (contoh: tulang belakang)
o Pemberiaan tanda tidak diperlukan bila ada luka/lesi yang jelas dimana,
luka/lesi tersebut menjadi bagian yang akan ditindak.
o P r o s e d u r dental d i k e c u a l i k a n d a r i p r o s e s i n i w a l a u p u n d e n t a l
x - r a y h a r u s d i b e r i penandaan.
o Tanda harus jelas dan dimengerti oleh semua.
o P r o s e s p e m b e r i a n t a n d a h a r u s t e r j a d i sebelum memindahkan
pasien ke lokasi dimana tindakan operasi akan dilakukan.
o Proses pemberian tanda adalah tanggung jawab dari dokter bedah atau
asistennya.
Mengurangi Risiko Infeksi
Penelitian telah membuktikan bahwa melakukan petunjuk cuci tangan akan mengurangi
transmisi infeksi dari staf ke pasien. Hal ini akan mengurangi insiden kesehatan
yang berhubungan dengan infeksi. Mengikuti sesuai dengan petunjuk cuci tangan
yang telah dipublikasikan dan diterima secara umum. D i R S J m e m i l i k i
k o m i t m e n s e p e n u h n ya u n t u k m e n ya j i k a n p r a k t e k t e r b a i k d a l a m Pedoman
Infection Control. Untuk mendukung kegiatan mencuci tangan di wastafel dan penenempatan
sabun cuci tangan, telah dan akan terus ditinjau ulang di seluruhrumah sakit. E d u k a s i d a n
auditing adalah bagian yang penting dalam menjaga tingkat kesadaran.
Pedoman Infection Control akan terus ditinjau-ulang dan diperbaharui sesuai kebutuhan, dan
pedoman manual akan tersedia di seluruh area klinik untuk mencapai hasil terbaik.

Mengurangi risiko pasien cidera karena jatuh


Jatuh menjadi salah satu bagian besar dari penyebab cideranya pasien yang sedang
dirawat di rumah sakit. Di RS J akan menerapkan sistem dan proses yang menghasilkan
pengkajian yang akurat dan berulang secara berkala pada setiap risiko jatuhnya pasien. Hal
ini juga berhubungan dengan pengkajian ulang pola pemberian obat untuk pasien, dimana
nomor dan tipe obat dapat menjadi penyebab langsung meningkatnya risiko pasien
jatuh. Di RS J juga akanmenerapkan tindakan-tindakan preventif untuk mengurangi dan/
menghilangkan segala risiko yang telah teridentifikasi.

M e n g e d u k a s i p a s i e n , k e l u a r g a d a n s t a f m e n j a d i b a g i a n ya n g p e n t i n g
d a l a m u p a ya m e n j a g a t i n g k a t k e s a d a r a n d a n m e n g u r a n g i r i s i k o p a s i e n .
P e d o m a n I P S G s e d a n g berlangsung di RS J. Terimakasih kepada setiap dan semua
orang yang sedang dan akan t e r u s m e n d u k u n g , s e r t a t e r l i b a t d i d a l a m s e m u a
p r o s e s p e r u b a h a n d a n p e n e r a p a n . Keselamatan pasien dan hasil yang lebih baik
adalah goal kita yang utama.

Management resiko Rumah Sakit Paradigma baru


Enterprise Risk Management (ERM) yang mendasari manajemen resiko R u m a h
s a k i t ya i t u s u a t u k e r a n g k a k e r j a d a n k e r a n g k a b e r f i k i r m a n a j e m e n
finansial, m a n a j e m e n o p e r a s i o n a l d a n m a n a j e m e n s t r a t e g i s , y a n g
f o k u s p a d a i d e n t i f i k a s i , pengelolaan dan pemanfaatan berbagai resiko di
Rumah Sakit. Sehingga Rumah Sakit memperoleh keuntungan kompetitif. Resiko
adalah modal (capital, Risiko memang secaraklasik berpotensi negatif, tetapi sebenarnya
memiliki karakteristik “profitable”. (Roberta Caroll, editor: Risk Management
Hanbook for Health Care Organization, 4th edition, Jossey Bass, 2004)

Tujuan sistem keselamatan pasien RS


1.Menciptakan budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2.Meningkatnya akuntabilitas RS terhadap RS dan masyarakat.
3.Menurunya KTD di RS
4.Melakasanakan program-program pencegahan sehingga tidak
t e r j a d i pengulangan KTD (Buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien
RumahSakit, DepKes RI, 2006)

Pengorganisasian Sistem Keselamatan Pasien RS Terkait dengan manajemen mutu dan


manajemen risiko RS, Asuhan pasien atau patient care, patient safety ada
ditangan “Padat Profesi” di berbagai unit “point of care” dengan u j u n g
tombak: Dokter dan Perawat. Pelayanan keselamatan pasien
d a p a t m e n j a d i “unggulan”. (Buku Panduan Nasional Kesela matan
P a s i e n R u m a h S a k i t , D e p K e s R I , 2006)
Jadi, berdasarkan pembahasan diatas maka untuk peningkatan mutu
p e l a ya n a n terhadap patient safety perlu dibuat suatu standar patient safety,
menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam memberikan tindakan keperawatan,
penanganan pasien cidera, d a n k e s a l a h a n d a l a m p e m b e r i a n o b a t . S e r t a d a p a t
m e n d e t e k s i s e g e r a a k a n t e r j a d i n ya kesalahan-kesalahan yang mengakibatkan
terjadinya mal praktek.
Di rumah Sakit P merencanakan penanganan patient safety mulai tahun 2009 s/d
2010 dan jika target keselamatan pasien berhasil maka kegiatan ini akan berjalan
secara berkesinambungan.
Adapun rencana kegiatan pengembangan layanan patient safety:
melakukan kajian yang diperlukan meliputi kualifikasi tenaga yang diperlukan
(SarjanaK e p e r a w a t a n , d a n D 3 K e p e r a w a t a n ) , m e m b e n t u k t i m d a l a m
p e m b u a t a n p r o p o s a l i n i , Mengusulkan kepada pemerintah daerah untuk peningkatan
Sumber Daya Manusia melalui program pendidikan berkelanjutan 1 orang Sarjana
Keperawatan (tugas belajar), 2 orang pendidikan berkelanjutan bagi tenaga SPK
kependidikan D3 Keperawatan (tugas belajar),Pengembangan SDM melalui pelatihan
keperawatan patient safety untuk mendapatkan s e r t i f i k a s i u n t u k 2 5 o r a n g
p e r a w a t d u a k a l i p e r i o d e , M e r u m u s k a n S t a n d a r A s u h a n Keperawatan
patient safety diantaranya penyusunan Standar Asuhan Keperawatan (SAK), penyusunan
Standard Operating Prosedure (SOP), sosialisasi serta revisi dan penggunaan SAK dan SOP.

Anda mungkin juga menyukai