Anda di halaman 1dari 23

Di era teknologi digital ini, bagaimana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan disajikan di kelas

Bapak/Ibu saat ini ?

Pembelajaran yang efektif langkah yang diambil memulai dengan menganalisis karakter siswa,
mengambil tindakan yang sesuai dengan karakter siswa, memilih model dan metode pembelajaran yang
sesuai, dikondisikan dengan sarana dan prasarana yang ada, kita mulai mendiskusikan dengan
pembelajaran berbasis TIK dan hasilnya lebih efektif materi mudah dicerna, di aplikasikan dalam bentuk
praktek dan project, dikomunikasikan secara interaktif melalui diskusi, peserta didik akan
mempergunakan media internet untuk mencari tambahan-tambahan informasi tentang materi yang
dipelajari.

Agar pembelajaran efektif dan menyenangkan, paling tidak Anda dapat memilih metode-metode
pembelajaran PAKEM atau PAIKEM dan memanfaatkan teknologi digital atau menggunakan Media
Pembelajaran berbasis komputer.

Pada K13, telah disarankan menggunakan pendekatan SCIENTIFIC (dengan ciri 5M) dan memilih 4 model
pembelajaran, yaitu Discovery Learning, Inquiry, Problem Based Learning, dan Project Based Learning.
Keempat model pembelajaran ini tentu masing-masing memiliki ciri-ciri yang unik yang dapat
dikoordinasikan dengan metode-metode pembelajaran dan pendekatan 5M tersebut.

saya biasanya mengkondisikan dengan ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah. Sering juga
mencari video tutorial dari youtube untuk melengkapi bahan ajar saya. yang penting siswa dapat
melihat gambaran dari video tadi dan bisa berdiskusi dan mereka dapat lebih cepat memahami materi
yang saya ajarkan

Namun tetap kita harus berusaha melakukan tindakan-tindakan mendasar. Misalnya, kita memulai
dengan menganalisis karakter siswa, kemudian mengambil tindakan-tindakan yang sesuai dengan
karakter siswa, memilih model, pendekatan, dan metode pembelajaran yang sesuai, termasuk materi
ajar.

Agar pembelajaran efektif dan menyenangkan, paling tidak Anda dapat memilih metode-metode
pembelajaran PAKEM atau PAIKEM dan memanfaatkan teknologi digital atau menggunakan Media
Pembelajaran berbasis komputer.

Pada K13, telah disarankan menggunakan pendekatan SCIENTIFIC (dengan ciri 5M) dan memilih 4 model
pembelajaran, yaitu Discovery Learning, Inquiry, Problem Based Learning, dan Project Based Learning.
Keempat model pembelajaran ini tentu masing-masing memiliki ciri-ciri yang unik yang dapat
dikoordinasikan dengan metode-metode pembelajaran dan pendekatan 5M tersebut. Jangan lupa RPP.

pembelajaran yang berbasis ITC, pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan tentu kondisi ini
akan nyambung dengan karakteristik perserta didik abad 21, yaitu peserta didik yang sudah terbiasa
mempergunakan IT untuk mendukung kegiatan belajar baik di kelas maupun saat belajar di rumah.
Peserta didik akan mempergunakan media internet untuk mencari tambahan-tambahan informasi
tentang materi yang dipelajari.
Kemukakan gagasan Ibu/Bapak dalam sebuah rancangan pembelajaran yang di dalamnya memuat
memuat keterampilan belajar abad 21, seperti unsur strategi, metode dan media pembelajaran serta
cara mengevaluasinya.

Kerjakan dengan menggunakan Ms. Word. Ukuran file maksimal 10 MB. Kumpulkan di sini.

RANCANGAN PEMBELAJARAN UNTUK ILMU PENDIDIKAN DI ABAD 21

Oktober 23, 2017

Perkembangan dalam dunia pendidikan abad 21 harus sejalan dengan perkembangan teknologi, sosial,
ekonomi dan politik. Hal ini berpengaruh bagi perubahan kebutuhan warga negara, pelajar, guru,
pemerintah, sumber informasi, pengetahuan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dibutuhkan model desain
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pengembangan literasi baru dalam pendidikan sains. Aspek
penting dari model desain pembelajaran ini adalah untuk membimbing guru dalam: (a) mengubah
praktek mengajar mereka ke arah yang berpusat pada siswa, dan (b) mengintegrasikan penggunaan
teknologi pendidikan yang efektif dalam praktek belajar-mengajar mereka. Kedua aspek penting
tersebut terkandung dalam Model Desain Pembelajaran Rase yang menekankan kepada empat
komponen pembelajaran, yakni: Resources (sumber daya), Activity (kegiatan), Support (dukungan) dan
Evaluation (evaluasi).

Selain itu, model ini digunakan untuk menekankan pentingnya konsep pembelajaran dalam pendidikan
sains. Masalah yang sering muncul dalam pendidikan dan sains adalah siswa tidak didukung oleh
pengalaman yang memadai dan sumber daya yang memadai dalam kegiatan pembelajaran untuk
memungkinkan pengembangan pengetahuan konseptual yang diperlukan untuk memahami dan berpikir
dalam ilmu. Guru sering berkonsentrasi pada pengajaran fakta, mengekspos siswa untuk di formasi yang
mereka butuhkan untuk mengingat (sebagai subjek pemahaman yang mendalam) mempersiapkan pada
hasil ujian dan tugas-tugas penilaian lainnya. Pendidik sains perlu fokus pada mendukung siswa untuk
mengembangkan basis yang cukup pengetahuan konseptual yang diperlukan tidak hanya untuk masalah
berpikir dan pemecahan, tetapi juga untuk menetapkan keputusan, dan merancang, rekayasa dan
menerapkan teknologi.

Semakin berkembangnya teknologi dunia, menggiring siswa pada pendekatan saintifik. Sehingga secara
otomatis konten kurikuler akan berkembang terus bersama dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang akan mempromosikan cara belajar siswa pada
tingkat pemahaman konseptual yang lebih dalam dan dengan waktu yang lebih efisien.

Model Pedagogic RASE

Model Desain Pembelajaran RASE dapat dilihat dari dua perspektif: (1) instruksional dan (2)
pembelajaran. Dari perspektif instruksional, model ini akan membantu guru dalam mengembangkan
pendekatan yang berpusat pada siswa serta berbasis teknologi pendidikan. Dari perspektif
pembelajaran, model ini mendukung siswa untuk belajar konten disiplin dan mengembangkan keahlian
baru. Model ini dibangun berdasarkan dasar teoritis penting dan menjelaskan konsep-konsep.

Constructivist learning environment atau Lingkungan belajar konstruktivis (Jonassen, 1999). Dalam
pandangan ini, pembelajaran harus diatur dalam kegiatan-kegiatan dan terjadi dalam suatu lingkungan
yang mendukung konstruksi pengetahuan, karena bertentangan dengan transmisi pengetahuan.
Konstruksi pengetahuan adalah proses di mana siswa secara individu membangun pemahaman mereka
tentang isi kurikulum berdasarkan eksplorasi, keterlibatan sosial, pengujian pemahaman dan
pertimbangan berbagai perspektif. Menggarisbawahi lingkungan belajar konstruktivis adalah Activity
Theory, pada awalnya diusulkan oleh Lev Vygotsky (1978) dan para pengikutnya seperti Leont'ev (1978),
dan diartikulasikan dalam kerangka yang lebih spesifik oleh para ahli lain seperti Engeström (1987). Teori
aktivitas ini menentukan komponen yang spesifik berupa aktivitas dalam sistem yang penting untuk
dipertimbangkan dalam perencanaan, pengelolaan dan memfasilitasi kinerja dalam pembelajaran,
seperti memahami secara spesifik suatu kegiatan, serta media-media yang digunakan.

Problem solving atau penyelesaian masalah (Jonassen, 2000). Untuk Jonassen, belajar dapat dikatakan
efektif ketika terjadi dalam konteks suatu kegiatan yang melibatkan siswa untuk mampu memecahkan
masalah secara terstruktur, masalah otentik, kompleks dan dinamis. Jenis masalah berbeda-beda secara
signifikan dari yang logis, terstruktur dengan baik dan dengan solusi tunggal. Masalah jenis ini termasuk
fenomena, studi kasus, strategi pengambilan keputusan dan desain, yang semuanya memerlukan
peserta didik untuk terlibat dalam pemikiran yang mendalam, pemeriksaan beberapa kemungkinan,
penyebaran berbagai perspektif teoritis, menggunakan media, penciptaan produk, dan eksplorasi solusi
yang memungkinkan. Siswa belajar dengan memecahkan masalah kompleks daripada menyerap aturan
dan prosedur siap pakai.

Engaged learning atau Pembelajaran yang sedang dipakai ( Dwyer et al., 1985-1998). Dwyer, Ringstaff
dan Sand- Holtz melakukan studi longitudinal untuk menyelidiki pengadopsian yang paling efektif dari
teknologi Apple dalam lingkungan belajar yang berpusat pada siswa (yaitu, Apple Kelas of Tomorrow).
Para ahli ini berpendapat bahwa teknologi harus berfungsi sebagai media untuk belajar, yang
mendukung keterlibatan dalam kegiatan, kolaborasi dan pembelajaran yang mendalam. Pusat pekerjaan
mereka adalah konsep 'pergeseran pembelajaran, yang penting dalam membuat siswa lebih aktif dalam
pembelajaran dan penggunaan teknologi.

Problem-based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah ( Savery & Duffy, 1995). Savery dan
Duffy mengusulkan PBL sebagai model desain yang optimal untuk belajar yang berpusat pada siswa.
Seiringan dengan hal tersebut, PBL dibangun berdasarkan filosofi konstruktivis dan pembelajaran
cenderung pada suatu proses konstruksi pengetahuan dan sosial. Salah satu gambaran dari PBL adalah
bahwa siswa aktif bekerja pada hubungan aktivitasyang otentik dengan lingkungan di mana mereka
akan secara alami diterapkan, yaitu, siswa mengkonstruksi pengetahuan dalam konteks yang
mengkonstruk kembali di mana mereka akan menggunakan pengetahuan itu. Kreativitas, berpikir kritis,
metakognisi, negosiasi sosial, dan kolaborasi dari semua dianggap sebagai komponen penting dari
proses PBL. Salah satu karakteristik kunci dari PBL adalah bahwa guru bukan sebagai satu-satunya
sumber pengetahuan, tetapi juga harus berfokus pada perintah metakognitif.

Rich environments for active learning atau Lingkungan pembelajaran aktif/Pembelajaran aktif berbasis
lingkungan ( Grabinger & Dunlap, 1997). ILAR, Savery dan Duffy, Grabinger dan Dunlap mengusulkan PBL
sebagai intervensi pendidikan yang efektif. Namun, dalam pendekatan mereka perhatian lebih lanjut
diberikan kepada konteks lingkungan di mana PBL terjadi, mengingat aspek lebih lanjut dari komponen
dan kompleksitas bahwa kegiatan seperti memang dibutuhkan. Secara khusus, penekanan ditempatkan
pada bagaimana membuat siswa lebih bertanggung jawab, bersedia untuk memberikan inisiatif, reflektif
dan kolaboratif dalam konteks belajar yang dinamis, otentik dan generatif. Pendekatan ini juga
menekankan pentingnya pengembangan keterampilan belajar sepanjang hayat.

Technology-based learning environments and conceptual change atau Lingkungan pembelajaran


berbasis teknologi dan perubahan konseptual ( Vosniadou et al., 1995). Dalam pandangan ini, peran
sentral teknologi adalah untuk mendukung siswa dalam perubahan konseptual dan konsep belajar
daripada transfer pengetahuan sederhana. Siswa membangun model mental dan representasi internal
lainnya melalui upaya untuk menjelaskan dunia luar. Siswa sering membawa kesalahpahaman sebelum
situasi belajar. Oleh karena itu, instruksi seharusnya dirancang untuk memperbaiki kesalahpahaman
tersebut. Teknologi akan dirancang tidak hanya presentasi representasi eksternal yang efektif dari
pengetahuan konseptual, tetapi juga eksternalisasi representasi internal sehingga guru dapat
memperoleh wawasan pengetahuan dan pemahaman siswa. Mengambil lebih perspektif konstruktif,
teknologi dan representasi akan menempatkan peran tertentu dalam kegiatan pembelajaran.

Interactive learning environments atau Lingkungan interaktif pembelajaran (Harper & Hedberg, 1997;
Oliver, 1999). Dalam rangka untuk melayani kompleksitas diperlukan untuk belajar, Oliver mengusulkan
bahwa modul pembelajaran harus mengandung sumber daya, tugas dan dukungan. Agar pembelajaran
terarah, harus melibatkan tugas siswa untuk menentukan tujuan spesifik sumber daya. Peran guru
adalah untuk mendukung pembelajaran. Komponen-komponen yang terintegrasi akan menyebabkan
interaktivitas penting agar pembelajaran dapat terjadi. Harper dan Hedberg sangat menekankan filsafat
konstruktivis, dan berpendapat bahwa teknologi itu sendiri harus menyediakan sebuah lingkungan di
mana peserta didik dapat berkolaborasi dengan media dan satu sama lain. Mirip dengan Jonassen
(2000), Hedberg mendukung pendekatan berbasis masalah sebagai intervensi pendidikan yang paling
efektif. Meskipun perspektif ini dirintis pada tahap awal adopsi multitafsir media, pendidikan dan
pengembangan perangkat lunak.

Collaborative knowledge building atau membangun kolaborasi pengetahuan ( Bereiter & Scardamalia, di
tekan). Konstruksi pengetahuan adalah konstruksi teoritis yang dikembangkan oleh Bereiter dan
Scardamalia untuk memberikan interpretasi dari apa yang dibutuhkan dalam konteks kegiatan
pembelajaran kolaboratif. Pengetahuan pribadi dipandang sebagai fenomena diamati secara internal
dan satu-satunya cara untuk mendukung pembelajaran dan memahami apa yang sedang terjadi yakni
untuk berurusan dengan pengetahuan masyarakat disebut (yang mewakili apa sebuah komunitas pelajar
tahu). pengetahuan masyarakat ini tersedia untuk memperluas kinerja siswa dan memodifikasinya
melalui wacana, negosiasi, dan ide-ide kolektif.

Situated learning atau situasi pembelajaran (Brown et al., 1989). Brown dan koleganya membangun
perspektif Teori Kegiatan untuk menekankan peran sentral suatu kegiatan dalam belajar. Kegiatan
adalah di mana pengetahuan konseptual dikembangkan dan digunakan. Dikatakan bahwa situasi ini
menghasilkan pembelajaran dan kognisi. Dengan demikian, kegiatan, media-media dan pembelajaran
tidak harus dianggap sebagai terpisah. Belajar adalah suatu proses enkulturasi dimana siswa menjadi
akrab dengan penggunaan media-media kognitif dalam konteks kinerja pada suatu kegiatan yang
otentik. Kedua aktivitas dan bagaimana media ini digunakan khusus untuk budaya praktek. Konsep tidak
hanya terletak dalam suatu kegiatan, tetapi secara progresif dikembangkan melalui hal tersebut,
dibentuk oleh makna yang ada, budaya dan keterlibatan sosial. Dalam istilah Vygotsky, konsep memiliki
sejarah, baik pribadi dan budaya. Konsep hanya dapat dipahami dan dipelajari pada tingkat pribadi
melalui penggunaan mereka dalam sebuah aktivitas. Penggunaan media aktif dan interaksi antara media
dan kegiatan mengarah ke peningkatan dan selalu berubah pemahaman dari kedua kegiatan dan
konteks penggunaan media, dan media itu sendiri. Penggunaan media mungkin berbeda antara
komunitas yang berbeda dari praktek, jadi belajar bagaimana menggunakan media khusus untuk
masyarakat adalah suatu proses enkulturasi. Bagaimana media yang digunakan mencerminkan
bagaimana masyarakat melihat dunia. Konsep ini juga memiliki sejarah mereka sendiri dan produk dari
perkembangan sosial budaya dan pengalaman anggota dari Tengoklah praktek. Dengan demikian,
Brown dan koleganya sangat menyarankan bahwa aktivitas, konsep dan budaya saling bergantung,
bahwa “budaya dan penggunaan media menentukan cara praktisi melihat dunia, dan cara
menghadirkan dunia kepada mereka menentukan pemahaman budaya tentang dunia dan media. Untuk
belajar menggunakan media sebagai praktisi menggunakannya, mahasiswa, harus memasukkannya
kedalam masyarakat dan budaya”. Oleh karena itu, belajar adalah proses enkulturasi, dimana siswa
belajar untuk menggunakan media konseptual domain dalam suatu aktivitas otentik.

Inquiry-based learning supported by technology (Pembelajaran berbasis inquiry didukung oleh


teknologi).Bekerja di bawah konsep umum ini termasuk berorientasi praktis kerangka kerja dan
pedoman desain untuk membangun modul pembelajaran berbasis teknologi. Ini termasuk pendekatan
seperti Quest Atlantis (Barab et al., 2005), Micro Pelajaran (Divaharan & Wong, 2003), Pelajaran Aktif
(Churchill, 2006), dan Web Quest (Dodge, 1995). Mirip dengan karya teoritis yang dibahas sebelumnya,
pendekatan ini mengangkat pentingnya kegiatan belajar sebagai intervensi pendidikan efektif. Belajar
dimulai dengan penyelidikan atau masalah (didukung dengan presentasi multimedia) yang disajikan
kepada siswa dengan cara yang menarik. Para siswa kemudian ditugaskan untuk tugas (s), disediakan
dengan template untuk membantu mereka dalam penyelesaian tugas (s), diarahkan ke berbasis Web
dan sumber daya lainnya untuk membantu mereka dan media-media kolaborasi seperti platform
diskusi. Paling sering, siswa menggunakan media berbasis teknologi dalam menyelesaikan tugas-tugas
mereka dan diarahkan untuk menyerahkan hasil melalui sarana elektronik. Sebagai model desain,
pendekatan ini membuat langkah signifikan dalam mengarahkan guru untuk menjauh dari, penggunaan
teknologi tradisional, konten-driven berpusat pada guru. Apa yang dapat diamati dari ide-ide ini adalah
kegiatan yang dan pengetahuan konseptual adalah pusat untuk belajar. Berdasarkan model-model tual
teoritis dan mengkonsep, kami mengembangkan model Desain Pembelajaran Rase sebagai media
penting untuk mendukung kegiatan perencanaan instruksional.

Ide utama di balik RASE adalah konten yang sumber tidak cukup untuk pencapaian penuh hasil belajar.
Selain sumber daya, guru perlu mempertimbangkan hal berikut:

- Kegiatan bagi siswa untuk terlibat dalam penggunaan sumber daya dan kinerja pada tugas-tugas
seperti eksperimen dan memecahkan masalah melalui pengalaman terhadap hasil belajar masalah.

- Dukungan untuk memastikan bahwa siswa diberikan bantuan, dan jika mungkin dengan media untuk
secara mandiri atau bekerja sama dengan siswa lain, memecahkan kesulitan yang muncul.

- Evaluasi untuk menginformasikan para siswa dan guru tentang kemajuan dan untuk melayani sebagai
media untuk memahami apa lagi yang perlu dilakukan dalam rangka untuk memastikan hasil belajar
yang dicapai.
Sumber pengetahuan meliputi (a) konten (misalnya, media digital, buku pelajaran, ceramah oleh guru),
(b) bahan (misalnya, bahan kimia untuk percobaan, cat dan kanvas), dan (c) media yang digunakan siswa
saat mengerjakan mereka aktivitas (misalnya, media-media laboratorium, kuas, kalkulator, penggaris,
perangkat lunak analisis statistik, kata proses-software). Ketika mengintegrasikan sumber daya teknologi
dalam mengajar, itu harus dilakukan dengan cara yang mengarah siswa untuk belajar dengan, bukan
hanya belajar dari sumber daya tersebut. Dengan cara ini, siswa dapat mengembangkan unsur-unsur
semua kemahiran baru mereka berlebihan. Ada berbagai perangkat lunak yang dapat digunakan siswa
dalam belajar (misalnya, media Mind Mapping seperti Pikiran Meister, media gambar / video editing
seperti iMovie, media profesional seperti AutoCAD dan Mathematica, dan model bangunan dan
eksperimen media-media seperti Interaktif Fisika dan Stella).

Jenis sumber daya digital konten mungkin efektif untuk ilmu pengetahuan dan pembelajaran teknik,
khususnya untuk konsep ilmu pembelajaran, dan ment mengembangkan- kemahiran baru? Kami
berpendapat bahwa 'Konseptual Model Pembelajaran Objects' harus diberikan pertimbangan oleh ilmu
pengetahuan dan rekayasa pendidik. Selama dekade terakhir, kami telah melakukan pekerjaan
penelitian yang luas pada desain dan penggunaan tional educa- learning (lihat Churchill, 2005, 2007,
2008, 2010, 2011a, 2011b, dalam pers; Churchill & Hedberg, 2008; Jonassen & Churchill, 2004).

Sebuah konsep secara luas dipahami sebagai bentuk spesifik dari struktur kognitif yang memungkinkan
berpengetahuan untuk memahami informasi baru, dan terlibat dalam pemikiran disiplin tertentu,
pemecahan masalah dan pembelajaran lebih lanjut. literatur menggarisbawahi pentingnya
pembelajaran konseptual, dan mengacu pada bukti bahwa pengetahuan konseptual yang tidak lengkap
dan kesalahpahaman menjadi penghambat yang serius dalam belajar (lihat Mayer, 2002; Smith et al.,
1993; Vosniadou, 1994). Model telah dijelaskan dalam literatur sebagai media yang efektif untuk belajar
konseptual. Penggunaan pendidikan mereka telah berpusat pada model instruksional dan pembelajaran
(misalnya, Dawson, 2004; Gibbons, 2008; Johnson & Lesh, 2003; Lesh & Do-err, 2003; Mayer, 1989;
Norman, 1983; Seel, 2003; van Someren et al., 1998). Sebuah objek model pembelajaran konseptual
dirancang untuk mewakili konsep tertentu (atau serangkaian konsep terkait) dan sifat-sifatnya,
parameter dan hubungan. Seorang pelajar dapat memanipulasi sifat-sifat dan parameter dengan
komponen interaktif (misalnya, slider, tombol, hotspot area, kotak input teks) dan mengamati
perubahan yang ditampilkan dalam berbagai mode (misalnya, numerik, tekstual, pendengaran dan
visual). Sumber daya ini membutuhkan sedikit waktu kontak untuk belajar maksimal dan pengetahuan
konseptual yang akan dibangun.

Gambar 2 menunjukkan contoh dari konseptual objek model pembelajaran. Objek belajar ini merupakan
representasi interaktif dan visual dari suatu konsep transfer kekuasaan melalui sistem katrol. Hal ini
memungkinkan siswa untuk memanipulasi sejumlah parameter dan mengamati dampak dari konfigurasi
pada sistem katrol. Dalam rangka mewujudkan potensi pendidikan penuh obyek pembelajaran ini, guru
perlu membuat tugas (kegiatan) di mana dia akan terlibat dalam penyelidikan dan eksplorasi terutama
yang berhubungan dengan penanaman dalam objek pembelajaran. Seorang siswa bisa memposisikan
dua slider untuk mengubah nilai-nilai beban yang akan diangkat dan usaha yang akan diberikan untuk
mengangkat beban ini, atau sebaliknya. Mengungkap hubungan ini harus mengarah ke pemahaman
yang lebih dalam konsep-konsep kunci yang diwakili oleh objek pembelajaran.

Contoh lain dari objek pembelajaran disajikan pada Gambar 3. Objek pembelajaran ini menggambarkan
parameter pemesinan kunci dalam mesin (memutar). Kami menggunakan teknik untuk menunjukkan
relevansi ide untuk domain lainnya. Peserta didik dapat memanipulasi parameter ini dan menjelajahi
kombinasi optimal diperlukan untuk menyelesaikan tugas mesin.
Skenario berikut, telah dijelaskan pada penelitian sebelumnya, yakni menggambarkan bagaimana
konseptual objek model pembelajaran mungkin mendukung pembelajaran sains:

(1) Pengamatan: Sebuah model konseptual dapat mendukung siswa untuk membuat hubungan antara
dunia nyata dan sifat mewakili suatu konsep. Hal ini dapat dirancang agar peserta didik dapat mengenali
sifat dari lingkungan nyata dalam antarmuka dari model konseptual, serta sebaliknya. representasi ini
dari properti tidak hanya salinan dari dunia nyata. Sebaliknya, realitas diwakili melalui ilustrasi,
representasi diagrammatical, analogi, metafora, tanda-tanda, isyarat, simbol, dan ikon.

(2) Menggunakan analisis: Sebuah model konseptual akan memungkinkan siswa untuk mengimpor Data
dari lingkungan nyata dan percobaan untuk pengolahan analisis (misalnya, tujuan kalkulator khusus).
fitur desain (misalnya, slider, dialer, daerah tempat panas dan kotak input teks) memungkinkan input
parameter. Hasil interaksi dapat ditampilkan dalam berbagai format seperti nomor, grafik, audio, lisan /
pernyataan tertulis, representasi bergambar, dan animasi.

(3) Percobaan: Sebuah model konseptual akan memungkinkan peserta didik untuk memanipulasi
parameter dan properti, dan mengamati perubahan yang dihasilkan dari manipulasi tersebut. Juga,
mungkin memungkinkan manipulasi hasil analisis penggunaan untuk memungkinkan siswa untuk
memeriksa bagaimana perubahan ini mempengaruhi parameter terkait. Perubahan dapat disorot untuk
memberikan isyarat dan mendorong generalisasi. fitur desain sebuah model konseptual ini
memungkinkan muncul secara umum untuk diuji.

(4) Berpikir: Sebuah model konseptual mungkin termasuk fitur yang memulai dan mendukung pemikiran
ilmiah. Sehubungan dengan konsep-konsep ilmu pengetahuan, hal ini dapat dicapai dengan
mengintegrasikan pemicu (misalnya, sinyal dan isyarat) yang menangkap perintah dan memulai rasa
ingin tahu. Selain itu, model konseptual mungkin mendukung kegiatan kognitif menghubungkan model
mental dari konsep (verbal dan visual) dikembangkan melalui interaksi dengan isinya.

Model konseptual dapat digunakan kembali dalam lingkungan yang berbeda dan hubungan aktivitas.
Sebagai contoh, penggunaan kembali mungkin termasuk kelas atau presentasi laboratorium, atau
digunakan oleh beberapa peserta didik karena mereka berkolaborasi pada tugas-tugas ilmu
pengetahuan. Akhir-akhir ini, telah ada peningkatan model konseptual dan benda-benda belajar lainnya
tersedia melalui teknologi mobile seperti iPad. Penulis mengacu pada ini sebagai Belajar Obyek Apps.
Teknologi mobile memungkinkan sumber daya tersebut untuk dibawa ke authen- konteks tic, pindah
antara ruang kelas, laboratorium dan dunia nyata dan digunakan oleh siswa secara mandiri di luar
sekolah dan kapanpun mereka dibutuhkan. pembaca diingatkan bahwa sumber daya hanya salah satu
komponen dari sebuah unit pembelajaran. Pertimbangan juga perlu diberikan untuk aktivitas, dukungan
dan evaluasi.

AKTIVITAS

Kegiatan adalah komponen penting untuk pencapaian penuh hasil belajar. Suatu kegiatan memberikan
siswa dengan pengalaman di mana belajar terjadi dalam konteks pemahaman yang muncul, menguji ide,
generalisasi dan menerapkan pengetahuan. ni berisi skenario nyata dan masalah-
terstruktur, Ini pengulangan praktek profesional, Menggunakan media khusus untuk praktek
profesional, Hasilnya produk yang menunjukkan kompetensi profesional, tidak hanya pengetahuan.
Berikut ini adalah contoh dari apa suatu kegiatan mungkin: (1) Sebuah proyek desain (misalnya,
merancang percobaan untuk menguji hipotesis ilmiah), (2) Studi kasus (misalnya, kasus bagaimana
seorang ilmuwan mengidentifikasi fisika baru keteraturan), (3) pemecahan masalah tugas belajar
(misalnya, meminimalkan gesekan di daerah yang bertanda), (4) Mengembangkan sebuah film
dokumenter tentang isu tertentu yang menarik (misalnya, GM pro makanan dan kontra), (5) Sebuah
poster untuk mempromosikan isu kontroversial ilmiah (misalnya, energi nuklir), (6) hari ilmu
Perencanaan di sekolah Anda, (7) Mengembangkan perangkat lunak untuk mengontrol perpindahan
mekanik kekuasaan, (8) Peran-play (misalnya, membela percobaan sains dengan hewan kecil). Hasil dari
suatu kegiatan dapat menjadi produk konseptual (misalnya, ide atau kecuali bahwa konsep disajikan
dalam laporan tertulis), prangkat keras (misalnya, model sebuah sirkuit listrik), atau prangkat lunak
(misalnya, penciptaan berbasis komputer). Perangkat yang dihasilkan oleh siswa seharusnya
berdasarkan pendapat sejawat dan review ahli dan revisi sebelum penyerahan akhir. Proses ini mungkin
juga melibatkan presentasi mahasiswa dan rekan / umpan balik ahli. Perangkat yang dihasilkan
seharusnya dievaluasi dengan cara agar siswa dapat merenungkan umpan balik dan mengambil tindakan
lebih lanjut terhadap prestasi lebih koheren dari hasil belajar.

Mendukung Tujuan dari dukungan adalah untuk memberikan siswa dengan perancah penting sementara
memungkinkan pengembangan keterampilan belajar dan kemandirian. Bagi para guru, salah satu
tujuannya adalah untuk mengurangi redundansi dan beban kerja. Dukungan mungkin mengantisipasi
kesulitan, seperti memahami suatu kegiatan, dengan menggunakan media atau bekerja dalam
kelompok. Selain itu, guru harus melacak dan merekam kesulitan yang terus berlangsung dan isu-isu
yang perlu ditangani selama belajar, dan berbagi dengan siswa. Tiga mode dukungan yang mungkin:
guru-murid, siswa-siswa, dan siswa-perangkat (sumber daya tambahan). Dukungan dapat berlangsung di
ruang kelas dan di lingkungan online seperti melalui forum, wiki, Blog dan ruang jejaring sosial.
Dukungan juga dapat dilihat sebagai antisipasi kebutuhan siswa. Tergantung di lapangan, struktur
pendukung proaktif seperti TANYA JAWAB dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam kebutuhan
tersebut. Tujuan dari dukungan antisipatif adalah untuk memastikan siswa memiliki akses ke sumber
daya ketika mereka membutuhkan bantuan, bukannya bergantung pada guru untuk bantuan.

Berikut adalah beberapa strategi spesifik dengan spesialisasi: (1) Membangun sumber daya dan bahan
yang merupakan FAQ Page, (2) Buat “Bagaimana saya?” Atau “Help Me” Forum, (3) Buat Daftar istilah
yang berhubungan dengan kursus, (4) Gunakan daftar periksa dan rubrik untuk kegiatan, (5) Gunakan
platform jaringan sosial lainnya dan media-media sinkron seperti chat dan Skype. Secara keseluruhan,
dukungan harus bertujuan mengarah siswa untuk menjadi lebih peserta didik independen. Guru harus
memberikan sering, awal, umpan balik positif yang mendukung keyakinan siswa bahwa mereka dapat
melakukannya dengan baik. Selain itu, siswa juga perlu aturan dan parameter untuk pekerjaan mereka.
Misalnya, sebelum siswa dapat meminta guru untuk membantu, mereka harus terlebih dahulu meminta
teman sekelas mereka melalui salah satu Forum dan / atau mencari di Internet untuk solusi untuk
masalah mereka (s). Dengan cara ini, siswa diharapkan untuk mengambil tanggung jawab untuk
pembelajaran mereka dan untuk menunjang pelabuhan siswa lain dalam kelompok mereka.

EVALUASI

Evaluasi belajar siswa selama semester merupakan bagian penting dari pengalaman belajar yang
berpusat pada siswa yang efektif. Evaluasi formatif dalam rangka untuk memungkinkan siswa untuk
terus meningkatkan pembelajaran mereka. Suatu kegiatan harus memerlukan siswa untuk bekerja pada
tugas-tugas, dan mengembangkan dan perangkat Duce pro yang bukti belajar mereka. Ini bukti belajar
siswa memungkinkan guru untuk memantau kemajuan siswa dan memberikan panduan lebih lanjut
formatif untuk membantu meningkatkan prestasi belajar siswa. Siswa juga perlu mencatat kemajuan
mereka dalam menyelesaikan rangkaian tugas, sehingga mereka juga dapat memantau cara belajar
mereka dan perbaikan yang mereka buat. Rubrik dapat diberikan untuk memungkinkan siswa
melakukan evaluasi diri juga. Selain itu, evaluasi mungkin dilakukan oleh rekan-rekan juga. Berikut
adalah beberapa poin mengapa evaluasi penting untuk belajar siswa: (1) Menawarkan umpan balik pada
pekerjaan dan mengidentifikasi di mana siswa di mereka pembelajaran, (2) Menawarkan kesempatan
bagi siswa untuk meningkatkan pekerjaan mereka, (3) Memungkinkan siswa untuk menjadi pembelajar
yang lebih efektif dan termotivasi, (4) Membantu siswa menjadi lebih mandiri dan peserta didik mandiri.

Berikut perlengkapan rekomendasi mungkin berguna untuk guru untuk mengembangkan unit
pembelajaran mereka didasarkan pada model Desain Pembelajaran RASE. Sebelum memulai untuk
membangun unit pembelajaran, guru perlu: (1) Memastikan bahwa hasil belajar kursus tertentu selaras
dengan berlebihan semua hasil program pembelajaran, (2) Mengidentifikasi unit yang dibutuhkan untuk
mencapai hasil belajar pembelajaran, (3) Menyelaraskan penilaian, unit pembelajaran dan hasil belajar.
Ini harus disajikan dalam dokumen Outline Course keseluruhan di mana rincian tentu saja, termasuk
hasil belajar, jadwal dan topik, dan informasi tentang evaluasi/tugas secara jelas disajikan dan selaras.
Hanya kemudian adalah guru mampu mengembangkan dan unit pembelajaran hadir sebagai berikut: (1)
Jelaskan topik, (2) hasil hadir belajar, (3) Jelaskan apa yang diharapkan dan apa yang harus dilakukan jika
dukungan diperlukan, (4) Jelaskan prasyarat dan bagaimana untuk membangun pembelajaran
sebelumnya, (5) Jelaskan suatu kegiatan, (6) Jelaskan tugas dalam kegiatan, (7) Memberikan petunjuk
tentang bagaimana untuk melanjutkan awalnya, (8) Jelaskan kiriman (perangkat yang akan diproduksi),
menyediakan template jika apapun, memberikan contoh kiriman jika ada, (9) standar kehadiran untuk
Evaluasi dan menyediakan rubrik, (10) Menyediakan memeriksa diri dan bentuk evaluasi rekan jika
diperlukan, (11) Jelaskan pilihan dukungan. Selanjutnya, kita perlu menyediakan Sumber daya seperti:
(1) Catatan, artikel dan buku, (2) Presentasi, demonstrasi dan dicatat kuliah/nyata, (3) materi Interaktif
seperti model konseptual dan bentuk lain dari objek belajar, (4) Video, (5) Perangkat lunak, (6) media
Dukungan. Kita juga perlu secara jelas menentukan apa yang diharapkan dari evaluasi dan bagaimana
hal itu akan dilakukan, sehingga siswa memiliki titik acuan yang jelas untuk pekerjaan mereka.

Permasalahan
Pada perkembangan abad ke21, Perkembangan teknologi sangatlah pesat,
apakah kemampuan/ketrampilan yang sangat dibutuhkan guru untuk dapat mengikuti
perkembangan teknologi, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Jelaskan

Setelah mempelajari semua kegiatan belajar, silahkan Ibu/Bapak kerjakan tugas akhir berikut:

Jawaban soal m2

1. Rumuskanlah kompetensi guru secara utuh?

1. Kompetensi Pedogogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan dengan pemahaman terhadap
peserta didik dan pengelolaan pembeajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan sampai dengan
mengevaluasi. Secara umum kompetensi inti pedagogi meliputi;

1. menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan
intelektual, ditunjukan dengan kemampuan;

a. memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-
emosional, moral, spiritual, dan latar belakang social budaya,

b. mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata pelajaran,

c. mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik dalam mata pelajaran,

d. mengidentifikasi kesulitan peserta didik.

2. menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, ditunjukan dengan
kemampuan;

a. memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,

b. menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik
secara kreatif,

c. menerapkan pendekatan pembelajaran berdasarkan jenjang dan karateristik bidang studi.

3. mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang


diampu, yang dilakukan dalambentuk penyusunan rpp seperti :

a. memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum,

b. menentukan tujuan pelajaran,

c. menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pelajaran,

d. memilih materi pelajaran yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran,
e. menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik
peserta didik,

f. mengembangkan indikator dan instrumen penilaian.

4. menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, indikatornya ditunjukan dengan;

a. memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang mendidik,

b. mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran,

c. menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas,
laboratorium, maupun lapangan,

d. melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan,

e. menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh,

f. mengambil keputusan transaksional dalam pelajaran sesuai dengan situasi yang berkembang

5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, seperti


penggunaan media dan penggalian sumber belajar.

Related

 TUGAS AKHIR MODUL 3 MATEMATIKA PPGDALJAB

 Kuis M5 KB1 TIK PPGDALJAB

 Kuis Formatif M5 KB2 TIK PPGDALJAB

6. memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi


yang dimiliki, kompetensi ini ditunjukan guru dengan;

a. menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi
belajar secara optimal,

b. menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik,


termasuk kreativitasnya

7. berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik, seperti;

a. memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun, baik secara lisan
maupun tulisan,
b. berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas
dalam interaksi pembelajaran yang terbangun secara siklikal dari

(1) penyiapan kondisi psikologis peserta didik,

(2) memberikan pertanyaan atau tugas sebagai ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian,

c. respons peserta didik,

d. reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.

8. menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, Indikator kompetensi ini
meliputi;

a. memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran yang diampu,

b. menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu,

c. menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,

d. mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,

e. mengadministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan


mengunakan berbagai instrument,

f. menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan,

g. melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

9. memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, seperti;

(a) menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar,

(b) menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang programremedial dan
pengayaan,

(c) mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku kepentingan,

(d) memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran

10. melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Berikut diuraikan indikator
masing-masing kompetensi inti pedagogi. indikator kompetensi ini ditunjukkan dengan;

(a) melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan,

(b) memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan mata pelajaran,

(c) melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mata pelajaran
2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhak mulia. Kompetensi inti
kepribadian seperti

1. bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia,
seperti;

a. menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah
asal, dan gender,

b. bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang berlaku dalam
masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam

2. menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik
dan masyarakat, seperti;

a. berperilaku jujur, tegas, dan manusiawi,

b. berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia,

c. berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya.

3. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, seperti;

(a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil,

(b) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

4. menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa
percaya diri, seperti;

(a) menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi,

(b) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri, Bekerja mandiri secara professional.

5. menjunjung tinggi kode etik profesi guru. seperti;

(a) memahami kode etik profesi guru,

(b) menerapkan kode etik profesi guru,

(c) berperilaku sesuai dengan kode etik guru


3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidian,
orang tua siswa, dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial penting dimiliki bagi seorang pendidik yang
profesinya senantiasa berinteraksi dengan human (manusia) lain. Indikatornya adalah

a. bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin,
agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi, seperti;

1. bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam
melaksanakan pembelajaran,

2. tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman sejawat, orang tua peserta didik dan
lingkungan sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status
sosial-ekonomi.

b. berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua, dan masyarakat, kemampuan ini ditunjukan dengan cara;

1. berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, empatik dan
efektif,

2. berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan
efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik,

3. mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan
dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

c. beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki


keragaman sosial budaya. Kompetensi ini penting dikuasai oleh pendidik, apalagi jika tugas tidak
ditempatkan di daerah asal. Kemampuan ini ditunjukan dengan;

1. beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai
pendidik, termasuk memahami bahasa daerah setempat,

2. melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan


meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.

d. berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau
bentuk lain, seperti;

1. berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui
berbagai media dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan,
2. mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Professional

Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi


pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi pembelajaran,
dan substansi keilmuan yang menaungi materi dalam kurikulum, serta menambah wawasan keilmuan.
Dengan indikatornya sebagai berikut

1. menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang
diampu sesuai jenjang pendidikan.

2. menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang
diampu, seperti;

a. memahami standar kompetensi mata pelajaran,

b. memahami kompetensi dasar mata pelajaran,

c. memahami tujuan pembelajaran mata pelajaran.

3. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif;

a. memilih materi mata pelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik,

b. mengolah materi mata pelajaran secara integratif dan kreatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.

4. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif,


seperti;

a. melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus-menerus,

b. memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan,

c. melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan,

d. mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

5. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri,
seperti;

a. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi,


b. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

2. Menghadapi abad 21 ini keterampilan belajar apa yang harus dimiliki oleh guru dan siswa?

Abad 21 yang ditandai dengan kehadiran era media (digital age) sangat berpengaruh pada
pengelolaan pembelajaran sehingga menjadi keharusan untuk mengintegrasikan teknologi informasi dan
komunikasi dengan pembelajaran, yang berpusat pada siswa.

Oleh karena itu, pada abad 21 ini seseorang baik itu guru maupun siswa harus memiliki
keterampilan 4 C, yakni

1. Communication,

2. Collaboration,

3. Critical Thinking and Problem Solving, dan

4. Creativity and Innovation.

Keterampilan ini sudah semestinya tercermin dalam setiap pembelajaran yang akan dilaksanakan
oleh seorang guru. Keterampilan Abad 21 dapat di integrasikan dalam pelaksanaan pembelajaran,
sehingga pilihan metode, media dan pengelolaan kelas benar-benar meningkatkan keterampilan
tersebut. Karena itulah menjadi sebuah keharusan bahwa kemampuan pedogogi guru harus
menyesuaikan dengan karateristik dan keterampilan yang diperlukan di abad 21.

3. Buatlah rancangan strategi pengembangan guru berkelanjutan?

Pengembangan guru berkelanjutan seyogyanya memiliki serangkaian aktivitas reflektif untuk


meningkatkan kemampuan, pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan seorang guru dalam hal ini
mendukung pemenuhan kebutuhan seseorang dan meningkatkan praktik profesional mereka.
Pengembangan guru secara berkelanjutan selalu bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan profesional mereka di luar apa yang mereka dapatkan dalam pelatihan dasar yang mereka
terima ketika pertama kali melakukan pekerjaan tersebut.

Dalam mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan diperlukan tindakan reflektif,


seperti;

(1) melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus-menerus,

(2) memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan,

(3) melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan,

(4) mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber.

Pada pelaksanaannya, sekolah bisa melaksanakan kegiatan-kegiatan sesuai dengan yang


direncanakan. Pengembangan guru di sekolah dapat mengambil berbagai macam bentuk, seperti:
a. hari pelatihan seluruh sekolah;

b. Induksi, mentoring, dan penilaian guru secara individual;

c. Observasi kolega;

d. Perencanaan dan evaluasi kolaboratif;

e. Evaluasi diri sendiri

Sementara itu di luar sekolah, guru dapat

a. membangun jejaring dengan mengunjungi sekolah-sekolah lain,

b. menghadiri konferensi-konferensi,

c. menjalani pelatihan bersama dengansekolah-sekolah lain,

d. mengikuti jejaring guru, dan terlibat dalam asosiasi-asosiasi spesialis mata pelajaran,

e. menghadiri kursus singkat oleh penyedia kursus komersial dan non-profit,

f. kuliah untuk gelar yang lebih tinggi yang divalidasi oleh universitas,

g. berpartisipasi dalam proses-proses pemeriksaan (misalnya menjadi pemeriksa),

h. belajar secara daring (online),

i. terlibat dalam kegiatan-kegiatan pertukaran.

No. 2. Tugas m2;


Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang,
sehingga diharapkan pendidikan dapat mempersiapkan siswa untuk menguasai berbagai
keterampilan tersebut agar menjadi pribadi yang sukses dalam hidup. Keterampilan-
keterampilan penting di abad ke-21 masih relevan dengan empat pilar kehidupan yang
mencakup learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together.
Empat prinsip tersebut masing-masing mengandung keterampilan khusus yang perlu
diberdayakan dalam kegiatan belajar, seperti keterampilan berpikir kritis, pemecahan
masalah, metakognisi, keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi, inovasi dan kreasi,
literasi informasi, dan berbagai keterampilan lainnya. Pencapaian keterampilan abad ke-21
tersebut dilakukan dengan memperbarui kualitas pembelajaran, membantu siswa
mengembangkan partisipasi, menyesuaikan personalisasi belajar, menekankan pada
pembelajaran berbasis proyek/masalah, mendorong kerjasama dan komunikasi,
meningkatkan keterlibatan dan motivasi siswa, membudayakan kreativitas dan inovasi
dalam belajar, menggunakan sarana belajar yang tepat, mendesain aktivitas belajar yang
relevan dengan dunia nyata, memberdayakan metakognisi, dan mengembangkan
pembelajaran student-centered. Berbagai keterampilan abad ke-21 harus secara eksplisit
diajarkan. Secara singkat, pembelajaran abad ke-21 memiliki prinsip pokok bahwa
pembelajaran harus berpusat pada siswa, bersifat kolaboratif, kontekstual, dan terintegrasi
dengan masyarakat. Peran guru dalam melaksanakan pembelajaran abad ke-21 sangat
penting dalam mewujudkan masa depan anak bangsa yang lebih baik.
Terdapat beberapa kemampuan/keterampilan yang harus dimiliki guru abad 21, yaitu:
1.Adaptor: guru harus memiliki keterampilan beradaptasi dengan segala situasi dan kondisi
anak didiknya.
2. Communicator: guru harus memiliki keterampilan untuk berkomunikasi dengan baik.
3. Learner: Guru sebagai pendidik, harus memiliki keterampilan dalam meningkatkan
pengetahuan, dan kemampuan terhadap perkembangan 2 yang ada terutama dalam
bidang teknologi, sehingga mampu mengimbangi peserta didik dan memperoleh informasi
yang up to date, baik secara lokal maupun global.
4. Visionary: Guru harus memiliki keterampilan mendefinisikan visiya dan selalu melihat
kedepan secara optimis. karena hasil pola pikir guru mempengaruhi pola pikir peserta
didiknya.
5. Leader: Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk mendidik, membimbing/
mengarahkan, dan memimpin anak didiknya, sehingga dapat mengeksplorasi kemampuan,
bakat, dan talenta anak didiknya secara optimal.
6.Model: Guru harus memiliki kemampuan menjadi panutan atau figure yang baik bagi anak
didiknya.
7. Collaborator: Guru harus memiliki keterampilan berkolaborasi dan berkerjasama dengan
anak didiknya dalam proses belajar-mengajar .
8. Rish Taker: Guru harus memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan yang tepat
bagi anak didinya.

8 kategori kemampuan/keterampilan inilah yang harus dimiliki guru abad 21 dalam


meningkatkan kualitas pendidikan, disamping itu kemampuan/keterampilan ini pula lah
yang mengarahkan guru sebagai fasilitator dalam pendidikan harus peka terhadap
perkembangan zaman, termasuk perkembangan teknologi. Harus kreatif dan inovatif dalam
merancang suatu pembelajaran berbasis teknologi.
Menurut Susanto (2010), terdapat 7 tantangan guru di abad 21, yaitu :

-Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam budaya dengan
kompetensi multi bahasa.
-Teaching for the construction of meaning, mengajar untuk mengkonstruksi makna (konsep).
-Teaching for active learning, mengajar untuk pembelajaran aktif.
-Teaching and technology, mengajar dan teknologi.
-Teaching with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru mengenai kemampuan.
- Teaching and choice, mengajar dan pilihan.
-Teaching and accountability, mengajar dan akuntabilitas.

Guru yang mampu menghadapi tantangan tersebut adalah guru yang profesional yang memiliki
kualifikasi akademik dan memiliki kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi profesional,
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang kualifaid.
salah satu komponennya,
kompetensi profesional sekurang-kurangnya meliputi :

Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya


Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi
Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran
Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi
Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas

dengan adanya kompetensi-kompetensi tersebut guru mengikuti perkembangan teknologi, sehingga


dapat meningkatkan kualitas pendidikan

Keterampilan yang harus dimiliki guru pada abad 21 :


1. Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas siswa, dengan indikator
diantaranya adalah sebagai berikut :

Mendorong, mendukung dan memodelkan penemuan dan pemikiran kreatif dan inovatif.
Melibatkan siswa dalam menggali isu dunia nyata (real world) dan memecahkan
permasalahan otentik menggunakan tool dan sumber-sumber digital.

2. Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan asessmen era digital, dengan
indikator sebagai berikut :

Mengembangkan lingkungan belajar yang kaya akan teknologi yang memungkinkan semua
siswa merasa ingin tahu dan menjadi partisipan aktif dalam menyusun tujuan belajarnya,
mengelola belajarnya sendiri dan mengukur perkembangan belajarnya sendiri.

3. Menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital, dengan indikator sebagai berikut :

Menunjukkan kemahiran dalam sistem teknologi dan mentransfer pengetahuan ke teknologi


dan situasi yang baru.
Berkolaborasi dengan siswa, sejawat, dan komunitas menggunakan tool-tool dan sumber
digital untuk mendorong keberhasilan dan inovasi siswa.

4. Mendorong dan menjadi model tanggung jawab dan masyarakat digital, dengan indikator
diantaranya sebagai berikut :

Mendorong, mencontohkan, dan mengajar secara sehat, legal dan etis dalam
menggunakan teknologi informasi digital, termasuk menghagrai hak cipta, hak kekayaan
intelektual dan dokumentasi sumber belajar.

5. Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional, dengan indikator


sebagai berikut :
Berpartisipasi dalam komunitas lokal dan global untuk menggali penerapan teknologi kreatif
untuk meningkatkan pembelajaran.
Menghadapi tantangan di abad 21, diperlukan guru yang benar-benar profesional. Tilaar (1998)
memberikan empat ciri utama agar seorang guru terkelompok ke dalam guru yang profesional. Masing-
masing adalah:
1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;
2. Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik;
3. Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat; dan
4. Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan.
Menurut International Society for Technology in Education karakteristik keterampilan guru abad 21
dimana era informasi menjadi ciri utamanya, membagi keterampilan guru abad 21 kedalam lima
kategori, yaitu :
1. Mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas siswa,
2. Merancang dan mengembangkan pengalaman belajar dan asessmen era digital
3. Menjadi model cara belajar dan bekerja di era digital
4. Mendorong dan menjadi model tanggung jawab dan masyarakat digital
5. Berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan professional

Dewasa ini tantangan guru semakin kompleks seiring dengan pesatnya perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi di era globalisasi. Kecanggihan teknologi
komunikasi dan informasi menjadikan tranfer pengetahuan bergeser dalam hitungan
menit bahkan detik.

Dengan adanya teknologi yang serba canggih siapa saja dapat mengakses lewat
internet dan sudah tersedia apa yang kita inginkan. Boleh jadi peserta didik terlebih
dulu mengunduh materi melalui internet. Guru bukan lagi satu satunya sumber belajar.

Guru harus bisa beradaptasi dan berenovasi menjadi manusia pembelajar. Artinya guru
harus mau belajar dan selalu meng-update pengetahuan dan ketrampilan mengajarnya
sesuai dengan perkembangan jaman. Pada era sekarang ini belajar bukan hanya
dipahami dan dibaca saja tetapi harus mengetahui proses cara menjawaban atas
sebuah pertanyaan latihan dan ujian, atau aktivitas menuliskan apa yang diketahui
orang lain diatas papan tulis. Belajar adalah proses mencerna beragam sumber
informasi baik cetak maupun elektronik.

Oleh karena itu, guru harus lebih dulu mampu meramu berbagai sumber belajar untuk
memperkaya bahan materi pembelajaran sehingga dapat menarik peserta didik untuk
mempelajari dan memahami materi yang disampaikan guru terutama yang
berhubungan dengan kehidupan sehari hari.

Terutama pada pelajaran matematika, guru harus pandai pandai mencari strategi dan
metode yang tepat supaya peserta didik tidak mudah jenuh. Guru harus berinovatif
menciptakan pembelajaran yang menarik, misalnya menggunakan alat peraga yang
dibuat guru maupun yang berada dilingkungan sekitar, sehingga peserta didik mudah
memahami apa yang disampaikan guru.

Selain bahan materi pembelajaran yang aktual dan menarik, guru juga dituntut untuk
menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang menarik pula. Guru harus berani
meninggalkan metode dan strategi pembelajaran konvensional yang hanya menitik
beratkan pada peran guru sebagai subjek pembelajaran dan menjadikan peserta didik
sebagai objek pembelajaran.

Sudah saatnya guru berinovasi dengan menggunakan metode dan strategi


pembelajaran yang interaktif dan kritis agar peserta didik terpacu untuk aktif
melakukan pembelajaran. Ketika peserta didik aktif dalam pembelajaran mereka akan
antusias mencari sumber belajar yang beragam khususnya dari internet yang mudah
didapat, sehingga menjadikan peserta didik berwawasan luas.

Berpikir kritis, sangat diharapkan bagi peserta didik agar mampu mengolah berbagai
informasi dan dari berbagai sumber untuk meningkatkan pemahaman terhadap sebuah
subjek pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Ketika tahu bagaimana cara belajar
yang baik, peserta didik akan belajar mandiri dengan gaya belajar yang dipilihnya.
Proses pembelajaran yang dialami akan lebih bermakna karena apa yang dilakukan
merupakan kesadaran yang muncul dari dalam dirinya sendiri. Kesadaran untuk belajar
aktif secara mandiri akan menjadikan peserta didik lebih bertanggung jawab akan masa
depannya.
Ketika peserta didik mampu berpikir kritis, maka akan dapat menyaring dan mengolah
apa yang bermanfaat bagi dirinya. Hal tersebut membawa konsekuensi bagi guru agar
selalu mengikuti perkembangan pengetahuan yang terpublikasi di internet. Jika tidak,
maka yang terjadi adalah pengetahuannya akan tertinggal dengan peserta didiknya.

Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran menembus ruang dan waktu dengan


beragam sumber belajar yang ditopang teknologi komunikasi dan informasi. Dalam
kontek inilah, guru sangat berperan penting dalam memberikan arahan kepada peserta
didik penguatan nilai positif dan menetralisasi efek negatifnya.

Penguasaan teknologi komunikasi dan informasi merupakan sebuah keniscayaan bagi


guru agar pengetahuan dan ketrampilan mengajarnya selalu berkembang sesuai
dengan tuntutan jaman. Hal ini merupakan sebuah tantangan yang harus dihadapi oleh
guru , tentu guru yang profesional dan berdedikasi akan mengubah semua tantangan
tersebut menjadi sebuah peluang untuk mencerdaskan peserta didik yang merupakkan
generasi penerus bangsa.

Anda mungkin juga menyukai