Internet Filtering
Internet Filtering
PENDAHULUAN
Internet sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Manusia sekarang ini hampir tidak bisa
hidup tanpa adanya internet. Sudah sangat banyak aspek-aspek kehidupan manusia yang
menggunakan internet. Sekarang ini penggunaan internet sangat mudah didapatkan. Bahkan
sekarang ini jangkauan internet lebih diperluas. Daerah terpencil sekalipun akan mendapat akses
internet. Perluasan jangkauan ini ditujukan agar masyarakat terpencil dapat mendapatkan
informasi dan pendidikan dengan mengaksesnya.
Dengan meluasanya jangkauan Internet sekarang ini, maka semakin berkembang juga isi dari
internet tersebut. Tidak hanya hal positif yang ada di Internet, tapi hal-hal negatif pun kini
berkembang di Internet. Karna itu “Internet filtering” atau dalam bahasa Indonesia yang berarti
penyaringan Internet sangat perlu dilakukan. Para pengguna internet sangat perlu melakukan ini
dengan cara manual ataupun bantuan pihak lain.
Pembahasan “Internet Filtering” sangat menarik dan perlu untuk dibahas. Banyak pengguna
Internet yang tidak mengetahui/tidak menyadari bahaya negatif dari Internet. Banyak konten,
aplikasi, ataupun hal lainya yang dapat meninmbulkan dampak buruk bagi penggunanya,
terutama yang dibawah umur.
Oleh karena itu, dalam karya ilmiah ini saya mengangkat makalah saya yang berjudul “
Internet Filtering” menjadi karya ilmiah. Saya mencoba menyusun makalah ini mengenai
bagaimana Mengamankan/menyaring penggunaan Internet dari dampak negatifnya bagi
pengguna.
Tujuan dari pembuatan makalah ini agar mengingatkan pengguna internet untuk dapat
melakukan penyaringan Internet terhadap hal-hal negatif yang berupa konten,aplikasi ataupun
lainya yang ada di Internet.Hal ini akan bertujuan agar Internet lebih sehat dan bermanfaat bagi
para penggunanya.Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Dapat membedakan hal positif dan negatif yang ada pada Internet.
2. Memahami cara-cara penyaringan Internet
3. Memahami dampak yang terjadi bila tidak melakukan penyaringan Internet
4. Menggunakan Internet menjadi lebih bermanfaat
Seperti kita ketahui di zaman kecanggihan Informasi sekarang ini kita dapat memperoleh
berbagai macam informasi atau kebutuhan yang kita butuhkan di internet. Mulai News,
Education, Hiburan, Shopping, dan berbagai macam kebutuhan dan informasi lainnya tanpa
batas di Internet.
Namun dengan kehadiran Internet ini tentunya tak lepas juga dari hal negatif. Antara masih
banyaknya situs yang berbau negatif, yang mengandung content seperti Sara, Pornografi,
Explisit, Phising dan Exploit. Tentunya hal ini juga cukup mengkawatirkan tertutama bila
website yang merugikan semacam itu bila diakses oleh kalangan yang belum matang jiwanya
seperti kalangan Siswa Pelajar yang belum cukup dewasa.
Internet memang sangat dibutuhkan untuk memajukan pendidikan para pelajar, namun kita
harus selalu aktif mengawasi penggunaan internet untuk para pelajar dibawah umur tersebut.
untuk itulah dibutuhkan suatu internet filter
Internet Filters umumnya banyak dipakai perkantoran atau sekolah untuk membatasi ataupun
melindungi jaringan. Alasan keamanan, pencegahan terhadap masuknya content berbahaya
maupun pornografi, hingga produktivitas kerja karyawan bisa menjadi penyebab dilakukannya
blocking akses mempergunakan Internet Filters ini.
DASAR TEORI
Jumlah Pengguna Internet di Indonesia berdasarkan data dari Google.com/adplanner per Mei
2010 telah mencapai 38 juta orang. Untuk di kawasan Asia, Indonesia masuk dalam 5 besar
pengguna Internet terbanyak bersama dengan China, Jepang, India dan Korea Selatan.
Pengguna layanan jejaring sosial Facebook di Indonesia juga menunjukkan angka yang
tinggi masih Menurut sumber yang sama, yaitu tercatat sebanyak 28 juta pengguna. Adapun
menurut layanan pemeringkat situs Alexa.com, sejumlah situs yang memberikan layanan untuk
berbagi informasi dan berkolaborasi mengalami peningkatan pengunjung yang pesat dari
Indonesia. Sebutlah selain Facebook, ada layanan Blogspot (blogger.com), Wordpress,Youtube,
Twitter dan Multiply yang semuanya masuk dalam 20 besar situs yang paling banyak dikunjungi
dari Indonesia. Bahkan beberapadiantaranya sudah lebih dahulu bercokol di 5 besar seperti
blogspot dan Facebook.Ini menunjukkan bahwa era prosumer informasi, era dimana kini
siapapun bisa menjadi produsen sekaligus konsumer informasi dalam saat yang nyaris
bersamaan, sudah menjadi keniscayaan, termasuk di Indonesia. Informasi tidak lagi menjadi
komoditas yang hanya dapat dipegang oleh segelintir pemilik modal. Pencarian, pemanfaatan
maupun penyebaran Informasi sudah bukan jamannya lagi harus diwaspadai, dikontrol ataupun
dibatasi oleh pihak-pihak tertentu.
Tentu saja, tidak semua konten yang ada di Internet memiliki nilai positif dan konstruktif
dalam membangun potensi individu, masyarakat maupun negara. Karena tidak dapat dipungkiri
pula, Internet bak pisau bermata dua yang dibalik berlimpahnya sisi positif,ketika dimanfaatkan
untuk niat yang tidak baik ataupun digunakan secara tidak tepat, akan dapat merugikan dirinya
sendiri, ataupun orang lain, baik secara moril maupun materiil.
Untuk itulah maka program Internet Sehat yang untuk pertama kalinya diluncurkan di
Indonesia pada 2002 oleh ICT Watch memiliki penekanan pada semangat untuk
“mengedepankan kebebasan berekspresi dan berinformasi di Internet secara aman , nyaman dan
bijak dengan pendekatan swa-sensor (selfcensorship) di tingkat individu dan/atau keluarga
seiring dengan upaya peningkatan pertumbuhan konten lokal yang berkualitas dengan cara
komunikasi, sosialisasi, edukasi dan advokasi“.(buku Internet Sehat 2010,
www.internetsehat.org)
Sosialisasi bagi para netter untuk berinternet sehat dan aman akan terlihat apabila kita
menjelajahi situs tertentu di web browser dan mendapatkan sebuah banner yang terpasang di
halaman website bertuliskan Internet Sehat dan Aman dengan logo Depkominfo dan INSAN di
sisi kiri tulisan.
Program INSAN dapat dilihat dari situsnya www.insan.or.id yang didalamnya terdapat
berbagai macam informasi bagaimana cara menggunakan internet secara sehat dan aman dan
juga berisi sosialisasi pemerintah Republik Indonesia tentang berinternet secara sehat.
PEMBAHASAN
Di jaman yang serba canggih ini semua masyarakat di belahan dunia manapun sudah
mengenal dengan adanya internet. Internet dapat membantu kita mengenal dan mempermudah
memperoleh informasi tentang dunia. Namun internet sekarang ini banyak yang
menggunakannnya untuk hal-hal yang negartif seperti contohnya pengaksesan film porno di
kalangan remaja maupun orang dewasa, bahkan sampai anak kecil sekalipun mereka sudah dapat
mengakses hal-hal yang tidak baik. Hali ini tentu harus kita tangani dengan cepat, pendidikan
untuk mengakses hal-hal yang baik sangat diperlukan terutama di kalangan anak remaja jaman
sekarang, tentu saja peran orang tua harus diikut sertakan. Pendidikan untuk pengaksesan
internet yang sehat adalah cara agar orang-orang tidak menggunakan internet dengan hal-hal
yang berbau negatif.
Internet yang sehat adalah penggunaan internet secara berhati-hati, mengakses informasi
yang baik-baik dan tidak mengakses hal-hal yang berbau negatif. berhati-hati dalam
menggunakan internet adalah wajib hukumnya terutama untuk kalangan anak remaja yang
memang saat ini pengguna internet terbanyak adalah para remaja.
Penggunaan internet yang sehat akan berujung yang baik untuk kita sendiri dan untuk orang
lain, selain tidak mengakses hal-hal yang berbau negatif internet sehat juga dapat dilakukan
dengan membatasi apa yang kita akan publikasikan ke internet, jika kita akan mempublish
informasi di internet dilihat-lihat dahulu dan dipikir-pikir terlebih dahulu apa dampak dari
mempublikasikan informasi itu, apakah dampak untuk masyarakat luas baik atau tidak, apakah
info tersebut merugikan orang lain atau tidak semua itu harus kita pikirkan secara baik-baik,
salah-salah jika kita mempublishkan info yang tidak baik kita dapat dikenai hukuman.
1. Internet adalah gudang ilmu, gunakan semaksimal mungkin untuk mencari informasi
yang menunjang pelajaran, kuliah, penelitian, pekerjaan dan hal-hal yang mencerdaskan
lainnya.
2. Jangan mengumbar atau memberikan data diri Anda dengan mudah di Internet, sebab
data diri Anda bisa saja disalahgunakan pihak lain.
3. Internet bersifat anonimous, mengaku perempuan tapi lelaki, bernama X tapi ternyata Y,
tinggal di kota A tapi sesungguhnya di B, sehingga jangan percaya begitu saja akan
informasi yang disampaikan.
4. Jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, Twitter, My Space dan sebagainya baik
untuk mempererat tali silaturahmi, berdiskusi akan banyak hal, tapi gunakanlah secara
bijak, atur waktu mengakses agar tetap produktif dan jangan sembarangan menerima
ajakan ”kopi darat”/bertemu dengan orang yang belum dikenal.
5. Internet mempermudah transaksi bisnis, perbankan maupun jual-beli barang, untuk itu
gunakan transaksi dengan tingkat security yang aman, berhati-hati dengan nomor kartu
kredit, PIN e-banking, sebab penjahat internet siap mengintai setiap saat.
6. Bagi orang tua, dampingi putra-putri saat mengakses internet dan berikan penjelasan serta
batasan apa saja yang boleh diakses.
7. Untuk membatasi putra-putri yang di bawah umur mengakses situs pornografi.pornoaksi,
gunakan program-program filter (seperti netnanny, K9 web protection) di komputer
sehingga akses internet dapat terbatasi untuk situs-situs yang aman saja.
8. Saat ini, koneksi internet Indonesia yang terhubung ke luar negeri memerlukan kapasitas
lebar pita yang besar, untuk itu utamakan membuat dan mengakses konten-konten lokal
dan tidak mendownload file-file yang tidak perlu dari situs di luar negeri.
9. Selalu log out setelah Anda log in suatu aplikasi maupun transaksi apapun. Keadaan tetap
log in beresiko jika ada pihak lain yang kemudian melanjutkan aplikasi maupun transaksi
terutama untuk akses internt di tempat umum seperti Warnet.
10. Bahasa tulis berbeda dengan bahas lisan, sehingga gunakanlah tata bahasa yang baik dan
tidak menimbulkan salah pengertian pihak lain. Kalaupun dirasa ada yang tidak pas
dengan bahasa yang tertulis, pemakluman diperlukan mengingat tingkat pendidikan dan
Walaupun dengan cara dan sasaran yang berbeda-beda namun sebagian besar penyaringan yang
dilakukan oleh negara-negara ini ditujukan kepada konten yang dianggap negatif dan atau
melanggar hukum positif yang berlaku di suatu negara. Sehingga penyaringan konten ini dapat
dianggap sebagai salah satu upaya menangkal kejahatan di internet.
Sebagai ilustrasi, kebanyakan negara maju di Eropa dan Amerika walaupun permisif terhadap
industri konten pornografi namun kenyataannya melakukan pengawasan dan pembatasan akses
yang tegas untuk kelompok masyarakat tertentu saja, misalnya berdasarkan umur dan lokasi
geografis sesuai dengan budaya setempat.
Sedangkan pornografi anak sama sekali dilarang dan selalu dianggap sebagai suatu kejahatan
yang amat berat ancaman hukumannya.
Di Indonesia, yang dimaksud dengan konten negatif di internet adalah yang mengandung
perbuatan yang dilarang di dalam UU No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
yaitu tepatnya pada pasal 27 Ayat 1 (Kesusilaan), Ayat 2 (Perjudian), Pasal 3 (Penghinaan dan
atau Pencemaran Nama Baik), Ayat 4 (Pemerasan dan atau Pengancaman) dan Pasal 28 Ayat 1
(Menyebarkan berita bohong), Ayat 2 (SARA).
Khusus untuk asusila diambil pula pasal-pasal di dalam Undang Undang Anti Pornografi dan
untuk kejahatan terhadap anak-anak digunakan Undang Undang Perlindungan Anak.
Namun demikian, ada sebagian kelompok pendukung kebebasan di internet yang khawatir
adanya intervensi, apapun itu bentuknya terhadap kehendak masyarakat internet adalah
pelanggaran terhadap hak kebebasan berbicara serta berekspresi. Sekalipun itu dilakukan negara
berdasarkan hukum positif.
Pada kenyataannya, semua negara demokrasi di dunia mengakui bahwa ada kebebasan berbicara
dan berekspresi namun hak ini dibatasi oleh hak orang lainnya. Ketika ada orang lain atau
kepentingan publik yang dirugikan, maka kebebasan itu tetap harus dibatasi dan dikendalikan.
Dan semua negara yang telah memanfaatkan internet juga telah sepakat bahwa tindak pidana
tetaplah suatu perbuatan kriminal, bukan bagian dari kebebasan yang dimaksud di atas.
Sesungguhnya model penyaringan konten internet yang bersifat represif dengan latar belakang
ideologi dan politik serta kepentingan nasional hanya terjadi di beberapa (sebagian kecil) negara
saja seperti China, Arab Saudi, Iran, Myanmar, Korea Utara, Malaysia dan beberapa negara kecil
lainnya yang tidak signifikan jumlahnya.
Hal itu biasanya dilakukan dengan cara mengendalikan infrastruktur internet secara keseluruhan
untuk membatasi gerakan publik yang menyokong separatisme, keterbukaan dan demokrasi serta
HAM yang bertentangan dengan kepentingan kekuasan dan dianggap mengancam integritas
nasional, sekaligus mencegah konten yang dianggap negatif secara universal (asusila, perjudian,
dan lainnya). Meskipun demikian, kebijakan pengendalian infrastruktur internet semacam ini
juga tidak selalu berkonotasi negatif.
Statistik menunjukkan bahwa pada sisi lain kebijakan pengendalian tersebut ternyata dapat
meningkatkan kualitas efisiensi akses yang justru memajukan bangsa itu sendiri. Sebab,
komunitas internetnya lebih fokus di dalam memanfaatkan internet sekaligus menciptakan
kemandirian. Negara itu tidak lagi tergantung pada layanan internet dan konten dari negara lain.
Sehingga potensi dan ekonomi internet lokal pun tumbuh pesat.
Pihak Pemerintah, pelaku industri maupun komunitas internet terutama aktivis media alternatif
(bloggers/citizen jurnalism) dan kadang kala kalangan jurnalis media mainstream (terutama
online) masih rancu menempatkan penyaringan sebagai suatu sensor. Sesungguhnya konsep
pendekatan keduanya berbeda.
Di dalam penyaringan, suatu konten negatif telah terlebih dahulu ada atau ditayangkan baru
kemudian diambil tindakan atau upaya untuk membatasi akses kepadanya. Sedangkan sensor
adalah sebuah proses di mana produksi suatu konten harus mendapatkan persetujuan dari otoritas
tertentu sebelum ditayangkan sehingga model sensor adalah pengendalian sepenuhnya terhadap
kebebasan berbicara dan berekspresi.
Sementara penyaringan justru dimaksudkan melindungi dari konten yang tidak dikehendaki oleh
publik. Pada prinsipnya sensor mengubah atau menghilangkan sebagian atau seluruhnya suatu
konten sedangkan konsep penyaringan hanyalah melakukan penangkalan terhadap konten yang
spesifik.
Di Indonesia, polemik terkait konsep kebijakan penyaringan nampaknya terbagi dalam dua
pendapat mainstream. Yang pertama, konsep self filtering (penyaringan sendiri) yang banyak
didukung oleh komunitas sipil dan pelaku industri internet selaku pemangku kepentingan.
Pendapat pertama ini percaya kepada kearifan para pengguna internet. Untuk mencegah konten
negatif dilakukan kampanye berkelanjutan untuk menggugah kesadaran dan memberi
keterampilan serta solusi (perangkat, tools, layanan) sehingga para pengguna mampu melindungi
dirinya sendiri secara mandiri.
Para aktivis, pelaku industri dan pemerintah berperan sesuai kapasitas masing-masing serta
bekerjasama menyelenggarakan kegiatan kampanye sebanyak mungkin dan menyebarluaskan
solusinya.
Yang kedua adalah konsep filtering by design (penyaringan terstruktur) yang banyak didukung
oleh para ahli praktisi keamanan internet dan pemerintah
Dalam konsep ini seluruh pemangku kepentingan internet di Indonesia didorong oleh pemerintah
untuk bekerja sama membangun suatu layanan penyaringan konten negatif yang terintegrasi dan
komprehensif (menyeluruh) diterapkan sesuai dengan tatanan industri internet nasional sebagai
suatu tanggung jawab moral bersama.
Semua inisiatif diadopsi, difasilitasi dan dilakukan dengan kewenangan (regulasi, birokrasi,
represi) pemerintah. Sedang untuk mencegah terjadinya abuse of power (penyalahgunaan) maka
sistem yang dibangun harus memungkinkan peran serta masyarakat sipil, komunitas internet dan
dunia industri yang lebih dominan dibandingkan dengan pemerintah/kekuasaan.
Konsep filtering by design diyakini dapat berjalan efektif untuk secara instan melindungi para
pengguna yang awam, pengguna baru dan anak-anak terutama terhadap praktek penyesatan yang
dilakukan oleh penyedia konten negatif.
Para pendukung konsep ini percaya bahwa pada prakteknya kemampuan melakukan kampanye
kesadaran yang dilakukan oleh pihak manapun sangatlah terbatas dan tidak mampu menjangkau
keseluruhan populasi pengguna internet yang terus tumbuh dan berkembang dengan pesat.
Sehingga kondisi pada umumnya yang akan terjadi adalah lebih banyak pengguna internet yang
tidak terlindungi sehingga ini menimbulkan aneka kerawanan. Maka lebih baik dilakukan
proteksi preventif dan reaktif ketimbang menunggu kesadaran dan partisipasi pengguna.
Sekedar catatan, dengan tingkat pertumbuhan dan penetrasi internet saat ini, diperkirakan ada 10
ribu pengguna internet baru setiap hari di Indonesia dan lebih dari 40% diantaranya adalah anak-
anak remaja usia sekolah menengah.
Sebagian besar bahkan seluruhnya pengguna baru ini adalah sangat awam dan tidak pernah
mendapat informasi dan pendampingan untuk melindungi diri dan lingkungan dari dampak
negatif internet serta konten negatif yang berbahaya.
C. Pemahaman Teknis
Para pengambil kebijakan yang nantinya akan membahas penyaringan konten internet pada
prinsipnya harus memiliki pemahaman teknis bagaimana internet bekerja dan pada tingkatan
mana suatu solusi penyaringan konten akan dapat dilakukan dan model serta teknologi apa saja
yang mungkin diterapkan:
1.Penyaringan pada jaringan. Pada prinsipnya internet adalah jaringan global yang
menghubungkan titik akses dengan layanan tujuannya. Koneksi internet terjadi sebagai suatu
proses dimana perangkat akses akan saling terhubung dengan aneka layanan internet melalui
suatu jaringan publik secara terbuka.
Dalam proses ini secara prinsip ada tiga hal yang bekerja yaitu alamat IP (setiap perangkat akses
memiliki alamat IP yang unik sebagai pengenal di dalam jaringan), domain name (sistem
pemetaan alamat IP ke nama yang mudah dikenal manusia dan sebaliknya) dan URL (uniform
resource locator atau sistem yang mengarahkan pengguna ke suatu lokasi konten tertentu).
Maka teknis penyaringan konten pun dapat dilakukan dengan metode daftar hitam (blacklist)
alamat IP, domain dan URL yang dipastikan mengandung konten negatif. Semua ini dapat
dilakukan pada tingkat pengguna, tapi untuk hasil yang lebih efektif dan berskala luas harus
dilakukan oleh ISP dan NAP.
Kelemahannya, apabila database daftar hitam semakin besar maka waktu proses (latency) yang
diperlukan untuk memeriksa setiap akses yang terjadi mungkin akan meningkat. Namun ada
banyak cara untuk mereduksi, misalnya dengan menyediakan active buffer yang lebih besar.
Ada banyak layanan penyedia daftar hitam terkini untuk pemutakhiran data baik yang berbayar
(langganan) maupun tidak berbayar. Sehingga setiap ISP dapat leluasa menyelenggarakan
penyaringan dengan klasifikasi sesuai selera menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggannya.
Bahkan mungkin bisa dijual juga sebagai layanan nilai tambah (value added service).
Pilihan lain, pemutakhiran dapat melibatkan peran serta komunitas internet secara aktif lewat
mekanisme pelaporan dan partisipasi pengklasifikasian konten negatif.
Sedangkan untuk penyaringan URL membutuhkan upaya dan sumber daya yang lebih besar
dibandingkan penyaringan berbasis IP dan domain karena suatu URL sifatnya spesifik (langsung
mengarah pada lokasi konten tertentu) dan dinamis (dapat berubah dengan cepat).
Penentuan alamat URL berada sepenuhnya dalam kendali pemilik atau penyebar konten tersebut.
Sehingga apabila konten tersebut bersifat negatif dan diburu (disaring) oleh banyak pihak maka
si pelaku dapat dengan mudah memindahkan lokasinya bahkan menggandakannya di berbagai
tempat lain untuk menghindari penangkalan.
Bahkan konten ini dapat disisipkan pada konten lain yang sebenarnya baik, sehingga sangat
mungkin upaya penyaringan URL yang tidak presisi dapat mengakibatkan turut tersaringnya
konten lain yang tidak bersalah. Upaya ini dapat menjadi semakin kompleks apabila pelaku
memanfaatkan teknologi penyebaran artifisial secara otomatis sehingga bersifat acak, menyebar
luas dan menyamarkan konten tersebut dalam konten-konten biasa lainnya.
Proses ini juga harus melibatkan peran aktif pemerintah sebagai justifikasi penyaringan yang
dilakukan.
Berbeda dengan penyaringan berbasis IP dan domain yang bisa dilaksanakan secara terbuka
melibatkan banyak pihak, maka proses untuk penyaringan URL sebaiknya dilaksanakan secara
tertutup, cermat, berhati-hati serta melibatkan segelintir pihak yang tidak hanya kompeten tetapi
juga memiliki kewenangan sesuai peraturan perundangan yang ada.
Penyaringan berbasis IP, domain dan URL adalah jenis filtering by design.
2.Penyaringan pada aplikasi. Pada dasarnya konten negatif sebenarnya dapat menyebar dengan
berbagai macam cara memanfaatkan keawaman pengguna dan kelemahan aplikasi yang
digunakannya. Sehingga konsep self filtering dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan ini.
Intinya pengguna diajak meningkatkan kesadaran dan keterampilannya agar mampu melindungi
diri dan turut serta menangkal penyebaran konten negatif di lingkungannya.
Ada banyak solusi untuk melakukan proteksi dan penyaringan aplikasi yang digunakan untuk
akses internet. Misalnya menggunakan teknik deteksi kata kunci (keyword), pengenalan artifisial
(regex) dan daftar putih (whitelist). Semua ini dikombinasikan pula dengan sistem dan teknologi
anti virus, anti malware dan personal firewall yang terintegrasi di dalam sistem operasi.
Sistem perlindungan pengguna pada umumnya sudah tersedia secara default di setiap aplikasi,
akan tetapi perlu diaktifkan dikonfigurasi secara manual. Apabila aplikasi yang digunakan
seperti email agent, web browser belum menyediakan fasilitas ini maka pengguna dapat
memasang produk pihak ketiga baik yang berbayar maupun yang tidak berbayar. Banyak
pilihannya.
Walaupun pada dasarnya penyaringan pada aplikasi dapat dilakukan sendiri oleh pengguna akan
tetapi ISP sudah seharusnya juga menyediakan layanan dukungan teknis sekaligus menyediakan
aneka pilihan aplikasi perlindungan beserta pemutakhirannya apabila sekiranya nanti pengguna
membutuhkan.
Secara teoritis dan teknis penyaringan konten negatif sangat mungkin dilakukan baik di tingkat
jaringan melibatkan penyelenggara (NAP dan ISP) maupun pada tingkat pengguna (self
filtering). Tetapi ada beberapa hal yang patut dicermati berdasarkan pengalaman implementasi
penyaringan konten negatif di negara lain dan inisiatif yang dilakukan oleh komunitas internet
indonesia selama ini.
1. Masalah volume
Pertumbuhan konten termasuk yang negatif, pengguna dan traffic internet itu sendiri sangat pesat
dan eksponensial. Sehingga upaya penyaringan akan membutuhkan upaya dan sumber daya serta
biaya yang semakin meningkat.
Maka sebelum kebijakan penyaringan diterapkan, terlebih dahulu harus ada konsep dan desain
serta rencana implementasi komprehensif serta telah teruji (proven) kehandalannya untuk
menangani skala yang luas dan terus tumbuh. Pemerintah dan industri yang terlibat harus mampu
menjamin aspek keberlangsungannya, karena sistem itu akan dibutuhkan jangka panjang.
2. Masalah kejenuhan
Bagaimanapun sistem penyaringan ini masih akan membutuhkan intervensi manual terutama
untuk dua hal melakukan klasifikasi jenis konten negatif apakah itu tergolong sebagai
pornografi, judi, dan lainnya.
Untuk melakukan pemeriksaan apakah konten yang dilaporkan masyarakat memang benar
mengandung unsur negatif yang dilarang sekaligus melakukan pengujian apakah penyaringan
yang dilakukan telah tepat sasaran. Pengalaman inisiatif sistem DNS filtering Nawala Project
yang diselenggarakan oleh Asosiasi Warung Internet Indonesia (AWARI) dalam sehari bisa
diterima 200 lebih email pengaduan.
Pemeriksaan dan klasifikasi adalah pekerjaan yang melelahkan dan mengakibatkan kejenuhan
mental dan pikiran yang luar biasa serta diperlukan kemampuan ketahanan tersendiri untuk
melakukannya. Apalagi bila proses itu dikerjakan oleh relawan (voluntary), maka akan sangat
sulit dijamin kecepatan respon pengaduan dan akurasi proses pemutakhiran data daftar hitam.
3. Masalah justifikasi
Suatu konten sebelum diklasifikasi dan dimasukkan ke dalam daftar hitam penyaringan harus
mendapatkan justifikasi sebab musabab mengapa konten tersebut dianggap mengandung unsur
negatif.
Pemerintah harus menghimpun sekelompok orang yang dianggap mewakili kepentingan dan
sudut pandang yang ada di dalam masyarakat untuk melakukan justifikasi. Kelemahannya,
belum tentu justifikasi itu diterima oleh kelompok lain atau minoritas yang terabaikan.
Hal semacam ini justru bisa menjadi preseden praktek demokrasi yang buruk. Kesalahan dan
bias subyektif di dalam justifikasi bisa jadi berakibat fatal, sebagai contoh pengalaman yang
terjadi di Nawala Project.
Penyaringan terhadap suatu situs yang memuat konten perdebatan agama yang cenderung
mengarah kepada unsur SARA justru mendapatkan pertentangan dari kelompok yang merasa
dihilangkan hak jawabnya oleh sistem penyaringan karena mereka tidak lagi leluasa mengakses
situs debat tersebut.
Apalagi sebenarnya di dalam pemahaman dan definisi konten negatif menurut undang-undang
pun ternyata masih menyisakan ruang intepretasi yang berbeda.
Dalam banyak aspek suatu sistem penyaringan sangat mungkin menghambat kegiatan tertentu
yang sangat penting dan strategis seperti penelitian/riset, intelejen/data mining, sistem deteksi
dini terhadap anomali infrastruktur internet hingga proses penegakan hukum.
Untuk keperluan penyediaan alat bukti digital forensik (digital evidence containment) bahkan
harus dilakukan retensi bukan hanya oleh penegak hukum tetapi juga pihak penyelenggara
(misalnya web hosting atau content provider).
Prosedur ini sangat diperlukan di dalam rekonstruksi pengungkapan tindak kejahatan digital.
Apabila tekanan ketentuan penyaringan kurang memperhitungkan kebutuhan penegakan hukum,
kebijakan tersebut justru akan mendorong penyelenggara untuk melakukan tindakan yang justru
mengakibatkan hilangnya alat bukti, menghapus jejak pelaku dan menyulitkan proses hukum di
kemudian hari.
Penyaringan konten negatif pada layanan yang berada di saluran terbuka justru akan mendorong
penyebaran melalui saluran yang tertutup dan lebih bersifat pribadi (private). Misalnya,
penyaringan situs pornografi mungkin akan mendorong penyebaran konten negatif ini melalui
saluran email, peer to peer file sharing, dan lainnya.
Akses yang bersifat tertutup dan pribadi seperti ini tentu saja sangat sulit untuk ditangkal dan
sudah masuk ke wilayah hak individu yang justru harus dilindungi sesuai prinsip Hak Asasi
Manusia (HAM).
Semua pihak kini mengkritisi penyebaran konten negatif pada saluran internet konvensional dan
menyatakannya sebagai situasi yang kritis. Namun sebenarnya ada saluran lain yang luput dari
perhatian kita yaitu akses selular. Apabila kita memperhatikan angka statistiknya maka segera
dapat disadari bahwa masa depan internet justru ada di saluran selular ini.
Dalam 15+ tahun usia internet konvensional indonesia hanya mampu menghimpun 45 juta
pengguna. Sementara akses data internet melalui jalur selular berhasil mencapai angka penetrasi
45 juta hanya dalam waktu 5 tahun.
Dari segi perangkat akses, internet konvensional saat ini hanya memiliki sekitar 8+ juta terminal
(komputer) sementara untuk akses selular ada 85 juta perangkat yang sudah GPRS/EDGE,
UMTS/HSDPA (3G), EVDO ready.
Model bisnis layanan seluler sangatlah berbeda dengan layanan internet biasa, dimana pemilik
dan pelanggan seluler tidak serta merta menjadi pengguna akses data/internet.
Sehingga cara pendekatan dan edukasi penggunanya pun berbeda namun ironisnya justru
Pemerintah selaku regulator yang hendak mendorong implementasi penyaringan konten negatif
sama sekali belum mengajak dan atau mewajibkan para operator selular sebagaimana dikenakan
pada ISP dan NAP.
7. Penyebaran offline
Bahwa antara dunia nyata dan dunia maya pada saat ini bukanlah dua ranah yang terpisah namun
justru saling terkait erat satu sama lain. Yang terjadi di ranah internet juga membawa dampak ke
ranah nyata dan sebaliknya.
Sehingga dalam kaitan upaya penyaringan konten negatif di internet harus pula diiringi dengan
gerakan yang serupa di ranah nyata ini dan dilaksanakan secara bersamaan, intensif serta
berkelanjutan.
Apabila tindakan dan sikap tegas tidak dilakukan di kedua ranah maka niscaya akan terjadi efek
ping-pong dimana konten negatif akan berpindah-pindah dari ranah maya ke ranah nyata dan
sebaliknya.
Perlindungan pengguna, terutama anak-anak menjadi perhatian utama Nawala Project. Dengan
adanya layanan ini, pihak pengelola Nawala Project berharapInternet dapat menjadi tempat yang
lebih aman dan nyaman agar dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat Indonesia
untuk mempercepat kemajuan serta kesejahteraan.
Daftar situs yang difilter jumlahnya telah mencapai 1 juta alamat. Layanan ini sejak awal
dirancang untuk menerima masukan langsung tentang situs apa saja yang harus difilter, dari
komunitas internet dan masyarakat umum. Masukan tersebut akan ditelaah terlebih dahulu oleh
Tim Nawala Project untuk menentukan apakah sebuah situs layak di filter atau tidak.
Berikut ini 3 pertanyaan-jawaban cara mudah filter situs negatif di rumah, warnet atau sekolah:
Ubah DNS pada komputer atau server Anda ke alamat IP DNS Nawala. Hanya itu saja, dan
Anda sudah siap menggunakan DNS Nawala. IP DNS Nawala adalah:
180.131.144.144
180.131.145.145
Hampir semua OS yang umum digunakan (Windows, Mac, Linux) dapat memanfaatkan DNS
Nawala. Cara mudah setting DNS Nawala, silakan baca di situs Nawala Project atau
di SpeedyWiki.
DNS Nawala dapat digunakan siapa saja, mulai dari pengguna rumahan sampai pengguna
komersial. Tanpa batasan penyedia jasa layanan internet yang digunakan. Pengguna tidak
dikenakan biaya apapun.
Yang harus Anda ingat, teknologi blokir / filter tidak pernah menjamin bahwa Internet yang
diakses oleh anak atau murid kita, atau oleh siapapun, akan bebas dari konten negatif 100%.
Untuk di rumah atau di sekolah, peran komunikasi yang baik dan intensif antara orangtua dengan
anak, atau guru dengan murid, jauh lebih efektif untuk meminimalisir dampak negatif di Internet.
Teknologi apapun, hanyalah sebagai alat bantu!
Saringan yang tersedia untuk pengguna pribadi umumnya berbentuk aplikasi yang bisa kita
unduh dari internet maupun yang berbentuk plugin yang terpasang pada browser. Banyak sekali
aplikasi yang beredar untuk melakukan saringan ini dan kita bisa dapatkan dengan kata kunci
"internet filter software" atau "content filtering software". Anda juga dapat melihat daftar
aplikasinya di wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Category:Content-control_software).
Sebagian besar adalah buatan perusahaan/organisasi dari Eropa dan Amerika, sehingga
kategorisasi situs yang diberikan tentu berdasarkan aturan/norma/budaya mereka. Di negara
negara ini yang menjadi konsentrasi dalam melakukan filtering adalah pornografi anak. Mereka
Aplikasi penyaringan yang berjalan di komputer rata rata memiliki dua versi, yaitu gratis dan
berbayar. Fitur yang tersedia di aplikasi yang berbayar tentu akan berbeda jauh dengan yang
versi gratis. Kelebihan jika saringan tersebut terpasang di komputer pribadi, adalah dapat di
sesuaikan dengan kebutuhan penggunanya.
Teknologi yang banyak digunakan untuk melakukan penyaringan di tingkat Jaringan Lokal baik
itu dirumah, kantor, sekolah atau warnet adalah Proxy. Kita mengenal Squid Proxy sebagai
aplikasi yang paling sering digunakan oleh para Sys Admin. Dengan menambahkan beberapa
komponen seperti Squid Guard atau Dansguardian maka Squid proxy tersebut akan berfungsi
sebagai penyaring internet. Dari sisi efektifitas, saringan berbasis pada proxy termasuk efektif
apalagi jika diset sebagai transparant proxy.
Namun ada keterbatasan yang harus diperhitungkan: jumlah database yang bisa di masukkan ke
dalam sebuah proxy sebenarnya terbatas. Dari hasil percobaan di tingkat warnet, jika database
sudah di atas 500.000 situs maka akan terjadi delay yang sangat mengganggu kenyamanan
berselancar. Ini tentu menjadi pertimbangan utama yang menunjukkan sistem seperti ini
sebenarnya tidak cocok untuk di gunakan di tingkat yang lebih tinggi (ISP/Carrier) karena
membutuhkan sumber daya yang sangat besar dan efek buruk pada unjuk kerja jaringan (delay
yang besar). Selain itu, proxy juga mengubah source IP Address dari pengguna dan dapat
menjadi masalah dalam mengakses beberapa situs (contoh: situs file sharing)
Khusus untuk Dansguardian yang melakukan penyaringan dengan metoda kata kunci, akan
memberikan kerepotan tersendiri karena Sys Admin harus merawat sebuah whitelist ( daftar situs
yang dibebaskan dari saringan walaupun berisi kata kunci yang ditetapkan). Kesalahan
penyaringan teknologi dengan metoda kata kunci memang lebih besar dibandingkan metoda
blacklist (daftar situs yang perlu disaring). Di masa web 2.0 dimana situs umumnya
Di tingkat Jaringan lokal dengan jumlah pengguna terbatas/sedikit hal ini tidak terlalu
bermasalah. Tapi jika dilakukan di tingkat ISP/Carrier, maka kesalahan filter ini bisa
menimbulkan protes pengguna yang tidak perlu dan menurunkan/memperburuk citra sang
ISP/Carrier.
3. Terpasang di ISP/Carrier
Faktor yang perlu dipertimbangkan pada pemilihan teknologi penyaringan di tingkat ISP/Carrier
adalah efeknya pada unjuk kerja jaringan. Kiita tentu menginginkan teknologi yang digunakan
tidak berakibat apapun terhadap unjuk kerja jaringan. Selain itu pertimbangan lainnya adalah:
biaya per pengguna, efektifitas, kemudahan implementasi dan tentu sosialisasi di tingkat
pengguna. Persiapan pada tingkat consumer services sebagai garda depan pelayanan ISP juga
harus dilakukan. Sosialisasi yang baik akan mencegah protes dari pengguna sebab mereka telah
diinformasikan sebelumnya jika akan terjadi penyaringan. Inilah yang membuat saya bisa
mahfum jika ISP dengan jumlah pengguna yang masif seperti Telkom Speedy akan
memperhitungkan semua faktor tersebut dan berhati hati dalam memilih teknologi yang
digunakan untuk melakukan penyaringan.
Teknologi yang bisa di pertimbangkan untuk tingkat ISP adalah: DNS Poisoning, Pass-by Filter
Appliance dan BGP Filtering. Ketiga teknologi ini tidak memiliki efek pada unjuk kerja
jaringan. Yang membedakan ketiganya adalah biaya yang perlu dikeluarkan oleh pihak ISP.
Biaya yang paling perlu diperhitungkan justru bukan pada saat pertama kali memilih teknologi,
namun pada biaya perawatan sistem terutama pada biaya pembaharuan database. Seringkali
sebuah teknologi terasa murah saat dibeli pertama kali namun menjadi beban operasional yang
tinggi pada saat digunakan. Perusahaan/organisasi pembuat sistem penyaringan sudah sangat
mengerti akan pentingnya pembaharuan pada database agar efektifitas sistem terjaga dan
otomatis sebuah pembaharuan database akan dihargai dengan biaya cukup tinggi.
Sejak awal, segala permasalahan yang mengiringi sebuah sistem penyaringan sudah kami sadari
dan perhitungkan. Kami juga sudah mempelajari beberapa pengalaman dari organisasi dan
negara yang memanfaatkan teknologi DNS Poisoning. Dari sinilah kami mencapai sebuah
kesimpulan bahwa DNS Nawala sebenarnya bisa di buat "murah" dan "efektif" selama kami bisa
mendorong masyarakat untuk ikut serta didalam memberikan masukan berisi situs yang perlu
disaring. Masyarakat sebagai pengguna juga sangat diuntungkan, karena sebuah pembaharuan
otomatis akan dirasakan semua pengguna.
Keterlibatan pengguna ini ternyata juga sangat efektif dalam "membersihkan" database yang
kami miliki dari situs situs yang tidak perlu disaring. Di awal peluncurannya, kami banyak
mendapatkan email berjudul "protes situs", saat ini yang terbanyak adalah email berjudul "lapor
situs". Ini menunjukkan konsep yang kami kembangkan sudah sesuai dengan keinginan
pengguna.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyaringan Internet wajib dilakukan semua pengguna internet. Ini sangat perlu
Dilakukan sedini mungkin agar pengguna internet dapat menggunakanya secara sehat dan
bermanfaat. Telah banyak konten negatif yang bertebaran di Internet. Sangat berbahaya jika
pengguna mengabaikanya. Apalagi saat ini banyak pengguna Internet yang dibawah umur,
mereka dapat dengan mudah mengakses konten negatif di Internet jika penyaringan Internet
tidak dilakukan. Jika ini terjadi maka manfaat penggunaan Internet akan berubah menjadi suatu
yang merugikan.Telah banyak lembaga yang membantu dalam hal ini, Sebagai pengguna yang
baik seharusnya dapat memanfaatkannya dengan baik.
Pemerintah juga seharusnya melakukan penyaringan Internet agar penguna Internet dapat
dibantu dari bahaya negatif di Internet. Pemerintah dapat bekerjasama dengan lembaga khusus
untuk melindungi pengguna Internet di negaranya agar masyarakatnya dapat memanfaatkan
Internet lebih positif dan sehat. Ini sangat mempengaruhi perkembangan masyarakatnya disegala
bidang. Mulai dari bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan lainya.
Cara Mudah Filter Situs Negatif di Rumah, Warnet atau Sekolah. Diperoleh 5 Desember 2013,
dari
http://ictwatch.com/internetsehat/2010/02/26/ini-cara-mudah-filter-situs-negatif-di-rumah-
warnet-atau-sekolah/
Memilih Teknologi Penyaringan Situs/Konten Internet dan Posisi DNS Nawala Dalam Peta
Penyaringan Situs. Diperoleh 6 Desember 2013, dari
http://www.nawala.org/berita/artikel-teknologi/86-memilih-teknologi-penyaringan-situskonten-
internet-dan-posisi-dns-nawala-dalam-peta-penyaringan-situs