Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Resusitasi jantung paru adalah serangkaian penyelaata hidup pada henti jantung.
Walaupun pendekatan yang dilakukan dapat berbeda-beda, tergantung penyelamat,
korban, dan keadaan sekitar, tantangan mendasar tetap ada, yaitu bagaimana melakukan
RJP yang lebih dini, lebih cepat dan lebih efektif (American Heart Association. 2010).

Banyak insiden cardiac arrest terjadi pada seseorang akibat terkena serangan jantung
(Heart Attack). Seseorang yang mengalami heart attack dapat mengalami perubahan
irama jantung (aritmia) dan dapat berakibat fatal (4). Bedanya dengan cardiac arrest, heart
attack adalah tersumbatnya arteri koroner dalam mensuplai darah yang kaya akan oksigen
(British Heart Foundation, 2008).
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) 2011, setiap tahun sekitar
300.000 orang di Amerika Serikat mengalami cardiac arrest, dimana sekitar 92%
(3)(5)
penderita yang mengalami cardiac arrest meninggal dunia . Di Inggris, tahun 2013,
terdapat sekitar 28.000 kasus cardiac arrest. Dari total kasus cardiac arrest yang ada,
sekitar 80% kasus terjadi di rumah dan 20% kasus terjadi di rumah sakit (British Heart
Foundation, 2015).
Sebagian besar korban henti jantung adalah orang dewasa, tetapi ribuan bayi dan anak
juga mengalaminya setiap tahun. Henti jantung tetap akan menjadi penyebab utama
kematian premature, dan perbaikan kecil dalam usaha penyelamatannya akan menjadi
ribuan nyawa yang dapat diselamatkan setiap tahun (American Heart Association. 2010).
Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan
fungsi sirkulasi dan atau pernafasan pada henti jantung (cardiacarrest) dan atau henti
nafas (respiratory arrest) pada orang dimana fungsi tersebut gagal total oleh suatu sebab
yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila kedua fungsi tersebut bekerja
kembali yang merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan organ-
organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan
menjamin ventilasi yang adekuat. Kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat
menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat yakni sekitar 4-6 menit (American
Heart Association. 2010).
Resusitasi terdiri dari empat mata rantai yakni segera menjangkau pelayanan gawat
darurat, segera bantuan hidup dasar, segera defibrilasi dan segera bantuan hidup lanjut.
Bantuan hidup dasar yang diberikan dini terbukti bermanfaat meningkatkan kualitas dan
kuantitas survival. Jika henti jantung disebabkan fibrilasi ventrikel atau takikardi
ventrikel, kunci keberhasilan utam adalah defibrilasi dini. Bantuan hidup lanjut sangat
penting bila defibrilasi gagal mengembalikan sirkulasi. Hasil penelitian bresus
menunjukkan fibrilasi ventrikel merupakan irama yang ditemui pada hampir 50% pasien
henti jantung. Survival dini sesudah henti jantung di dalam rumah sakit adalah 40%.
Penelitian dari Gwinott atas 1500 henti jantung pada tahun 1997, menunjukkan kejadian
fibrilasi ventrikel sebagai irama awal telah menurun hingga 37% dimana 40% diantaranya
pulang hidup. Survival keseluruhan adalah 17,6% (Basket P, dkk. 1998).

Anda mungkin juga menyukai