PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
2) Identifikasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit dan bahaya
potensial.
3) Identifikasi masalah keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilakukan dengan
mengadakan inspeksi tempat kerja dan mengadakan pengukuran lingkungan
kerja. Dari kegiatan kita dapat menemukan masalah-masalah keselamatan dan
kesehatan kerja.
1
4) Alternatif rencana upaya penanggulangannya.
Dari masalah-masalah yang ditemukan dicari alternatif upaya
penanggulangannya berdasarkan dana dan upaya yang tersedia. Output yang
diharapkan dari kegiatan perencanaan adalah :
a) Adanya denah lokasi bahaya potensial.
b) Rumusan alternatif rencana upaya penanggulangannya.
c) Adanya denah lokasi bahaya potensial di ruang/tempat unit kerja
memberikan gambaran kepedulian pimpinan rumah sakit akan resiko
kesehatan bagi personelnya.
3
B. Tujuan manajemen K3 RSIA CAHAYA SANGATTA
d. Tujuan Urnum
Menumbuh kembangkan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit
untuk tercapainya kemampuan hidup sehat masyarakat pekerja di rumah sakit.
e. Tujuan Khusus.
1) Tersusunnya rencana kegiatan PK3 RSIA CAHAYA SANGATTA.
2) Terlaksananya kegiatan PK3 RSIA CAHAYA SANGATTA.
3) Terpantaunya dan terevaluasinya kegiatan PK3RSIA CAHAYA SANGATTA.
6
Pemenuhan standar keselamatan, yaitu merancang dan membuat sarana
dan alkes dalam keadaan "selalu selamat dengan menggunakan peralatan
penyelamatan atau pelindung.
1. Keselamatan kekuatan.
Sarana alkes dirancang dan dibuat cukup kuat dengan memperkirakan
segala macam persyaratan pemakaian ditempat kerja.
2. Keselamatan fungsi.
Sarana dan alat kesehatan modern digerakkan oleh tenaga listrik,
sedangkan metode pengendaliannya adalah otomatis atau setengah otomatis.
Bila terjadi kerusakan pada circuit, mati listrik atau kelainan yang dapat
mengakibatkan kesalahan gerak yang tidak diperkirakan sehingga terjadi
kecelakaan yang sangat besar.
3. Persyaratan Operasional.
Sarana dan Peralatan kesehatan harus dapat dioperasikan secara
selamat dan mudah dengan kemampuan para pekerja (secara moril dan fisik).
Oleh karena itu berdasarkan ciri-ciri manusia, sarana dan mesin perlu dibuat
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Ketinggian dan tata letaknya peralatan pengendalian.
b. Luas pandangan dari tempat operator harus memadai.
4. Persyaratan Pemeliharaan.
7
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Waktu Menentukan Lay Out (Penataan
Ruangan)
Area kerja harus ditata menurut proses kerja yang ada sehingga aiiran proses
dan material yang ada dapat berjalan lancar sehingga tercapai eftsiensi yang tinggi.
a. Daerah Kerja dan Plant Lay-Out.
2) Pertimbangan Desain.
Dalam mendesain area kerja perlu dipertimbangkan :
a) Pencahayaan (lluminasi).
b) Pengendalian Getaran dan Kebisingan.
c) Aliran Udara (Ventilasi).
d) Komunikasi dalam Area Kerja.
e) Pengendatian Temperatur dan Kelembaban.
f) Posisi Kerja dan Pergerakan Pekerja.
g) Pengawasan.
h) Alat-alat pendukung seperti : alat angkat dan angkut, tangga, pembersihan
dan pemeliharaan peralatan.
8
kebisingan tinggi.
5) Peralatan Listrik.
Peralatan listrik harus dipasang dengan pembumian (grounding) dan
dilindungi dengan logam (metal-enclosed). Jika transformer dipasang pada area
yang sempit atau terletak dekat dengan material mudah terbakar, harus
dipastikan berjenis non combustible transformers. Jika area peralatan listrik
terletak pada tempat tertutup, tempat tersebut harus dipastikan memiliki sistem
ventilasi yang baik untuk mengurangi terbentuknya gas dan panas.
9
Hal ini dapat mengakibatkan masuknya udara dari luar ruangan melalui
stack, dan gas hasii proses incenerasi terkumpul dalam ruangan.
10
8) Jalan.
Jalan dalam dan sekitar plant harus selalu dalam keadaan kering. Jalan
tersebut harus dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas untuk mengatur
kecepatan dan pergerakan kendaraan pada lokasi berbahaya.
Pada tikungan yang tajam sebaiknya dipasang cermin yang
memungkinkan pengemudi melihat kendaraan dari arah yang beriawanan.
Diantara plant atau bangunan perlu dibangun trotoar ke tempat tujuan,
sehingga pejalan kaki tidak mengambil jalur lain selain trotoar tersebut.
11
Untuk kemudahan operasional dan pengendalian di lapangan, maka area
terbatas tersebut harus diberikan informasi yang jelas berupa simbol, gambar
atau kata-kata larangan, seperti:
a) "Area kerja terbatas".
b) "Dilarang masuk bagi yang tidak berkepentingan".
c) "Area ini khusus bagi operator".
1) Untuk mencegah kebakaran yang disebabkan oleh ledakan gas atau uap yang
terbakar, selain mencegah kebocoran gas atau uap, mengetatkan kontrol pada
12
sumber api dengan memasang peralatan utuk mencegah ledakan dan peralatan
yang tidak menimbulkan sprak dan memasang peralatan yang dapat
mendeteksi kebocoran gas atau uap yang mudah terbakar dengan menyalakan
alarm, atau mematikan darurat secara otomatis.
b. Tujuan.
Sebagai acuan bagi seluruh personel RSIA CAHAYA SANGATTA dalam
menginformasikan kejadian dalam menghadapi bencana di RSIA CAHAYA
SANGATTA.
c. Dasar.
1) Undang-Undang Rl Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2) Undang-Undang Rl Nomor 44 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3) Keputusan Menkes No. 876/ Menkes/ SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.
4) Keputusan Menkes No.432 tentang Pedoman Standar Manajemen Kesehatan
dirumah sakit.
5) Undang-undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
6) Surat Keputusan Kepala RSIA CAHAYA SANGATTA Nomor : Skep 15/I/I/2014
tentang Pembentukan Panitia Kesehatan dan Keselamatan Kerja (PK3RS).
d. Ruang Lingkup.
1) Tim K3.
2) Staf pendukung K3 di satuan kerja.
14
3) Dokter dan staf Instalasi Gawat Darurat.
4) Telepon.
5) Bagian Ba Piket, Pa. Piket, Provost).
e. Tanggungjawab.
1) Kepala RSIA CAHAYA SANGATTA
2) Ka Instalasi Gawat Darurat.
3) Ka Ruangan dan Ka Poliklinik
4) Ketua dan anggota PK3RS.
f. Isi Prosedur.
1) Bencana korban masal yang terjadi diluar rumah sakit informasi dapat datang
dari Polisi, Dinas Kebakaran, Dinas Kesehatan,Sipil,masyarakat.
2) Bencana korban masal terjadi didalam rumah datang dari dokter, perawat dan
petugas lainnya.
3) Informasi bencana masal ini akan masuk ke sentral telepon piket komunikasi
RSIA CAHAYA SANGATTA di bagian Informasi, maka petugas yang menerima
informasi harus meneruskan kepada petugas jaga/kepala perawat senior rumah
sakit.
4) Komunikasi yang dipergunakan.
a) Intern (di dalam rumah sakit):
Melalui telepon / handphone antar ruangan ,Ekstern (keluar rumah sakit):
Telepon umum atau handphone.
ADMISI
16
B. Fase-fase dalam penanggulangan korban masal :
I. Fase Informasi
1. Bencana korban masal yang terjadi diluar rumah sakit informasi dapat
datang dari Polisi, Dinas Kebakaran, Dinas Kesehatan Sipil, masyarakat.
2. Bencana korban masal terjadi didalam rumah sakit datang dari dokter,
perawat, awam.
3. Informasi bencana masal ini akan masuk petugas RSIA CAHAYA SANGATTA
di bagian Informasi, maka petugas yang menerima informasi harus
meneruskan kepada petugas jaga/kepala perawat jaga senior rumah sakit.
a. Petugas jaga/Piket,
b. Petugas pengamanan
c. Pa. Logistik
d. Kepala Jaga Senior (Supervisor ) dan Kaur Ruang perawatan/ICU/Bedah
Fase Siaga:
(a) Tim Pengumpul, dijabat oleh :
(1) Petugas jaga / Piket,
Tugas;
1. Melakukan uji kebenaran informasi adanya korban masal,
melakukan koordinasi dengan ; Ka.IGD, Ruang Perawatan,
Ruang OK dan bagian terkait lainnya.
2. Mengatur lalu lintas kendaraan masuk dan keluar lokasi
penanggulangan bencana.
3. Mengerahkan anggotanya untuk mengambil brankar ruangan
yang tidak dipergunakan menuju lokasi penanggulangan.
4. Laporan ke Dan Satgas atas pelaksanaan tugas tersebut
17
Masalah:
a. Wartawan masuk lokasi, tanpa seizin petugas.
b. Pengantar korban ngamuk/histeris.
c. Pengawalan/penjemputan personil.
(b) Perawat Jaga Senior, membantu Dan Satgas,
tugasnya;
1. Menyiapkan lokasi penampungan pertama korban dan Triage (kasus
politik/non politik).
Masalah;
a. Memindahkan pasien rutin.
.
2. Melakukan koordinasi dengan Kaur lantaiIICU/kamar Bedah, untuk
mempersiapkan ruangan untuk menerima korban.
Masalah;
a. Data awal pasien yang dirawat
b. Relokasi pasien ruangan.
c. Jumlah korban yang akan dirawat.
d. Lokasi cadangan.
e. Menerima laporan kesiapan Kaur.
(c) Kaur Ruang perawatan / ICU / Bedah / Jenazah.
Tugas:
(1) Menyiapkan ruangan, relokasi pasien.
(2) Menyiapkan kamar bedah.
(3) Menyiapkan kamar Jenazah.
(4) Melaporkan kepada Kabagwat / Dan Satgas.
(d) Fase Triage dan Pelayanan.
1) Pa. Triage.
Dijabat oleh dokter jaga gawat darurat bedah / ahli bedah
yang ditunjuk, tugasnya;
a) Bertanggung jawab atas pemeriksaan pertama.
b) Mengelompokkan korban sesuai dengan berat ringannya
perlukaan.
18
c) Menentukan prioritas pertolongan dengan pemberian label triage
:
(1) Label Hijau : ruang tunggu untuk dipulangkan.
(2) Label kuning : kamar bedah minor.
(3) Label merah : resusitasi —> kamar operasi.
(4) Label putih : resusitasi —> observasi.
(5) Label hitam : kamar jenazah.
2) Ka Tim. Medis.
Dijabat oieh Ka.Dep.Bedah, tugas:
a) Menyiapkan anggotanya, terdiri dari;
(1) Tim medis inti.
(2) Tim penunjang, antara lain laboratorium, bank darah (cek
persediaan dan gol. darah yang ada).
b) Bertanggung jawab atas terselenggaranya peiayanan kesehatan
dan tindakan yang diberikan kepada korban.
c) Korban yang memerlukan perawatan dapat dimasukan ke:
(1) Ruang perawatan biasa.
(2) Ruang perawatan isolasi/intermediate
(3) Ruang perawatan ICU.
3) Pa.Logistik.
Dijabat Kabag Farmasi, tugasnya :
a) Menyiapkan kebutuhan obat / alkes.
b) Menyiapkan kebutuhan alsatri/alum yang diperlukan.
c) Menyiapkan makanan urrtuk personil dan korban, koordinasi
dengan kasi Diamak/dapur di Unit Gizi.
4) Pa. Administrasi.
a) Administrasi Pasien, tugasnya :
(1) Melaksanakan adrninistrasi pasien, al ; identifikasi, registrasi,
status korban.
19
(2) Mencatat jumlah pasien dan tempat perawatannya.
b) Administrasi Keuangan, tugasnya ;
Melaksanakan administrasi keuangan korban, status harus
jelas (berhak, swasta, askes, dll).
IV . Evaluasi .
Pelaksanaan evalusi penanggulangan korban masal ini , dilakukan oleh pimpinan ,
dansatgas , kepala perawatan .
b. Tujuan.
Menjadi acuan penerapan langkah-langkah dalam proses pemeliharaan
sarana dan prasarana di RSIA CAHAYA SANGATTA.
c. Dasar.
1) Surat Perintah Kepala RSIA CAHAYA SANGATTA Nomor : Skep/ I5/ I/ 2014,
tanggal 18 januari 2014 tentang Pembentukan Panitia Kesehatan dan
20
keselamatan kerja(PK3RS) RSIA CAHAYA SANGATTA.
2) Program Kerja PK3RSIA CAHAYA SANGATTA.
d. Ruang Lingkup.
1) Unit Teknik dan Pihak Ketiga.
2) Seluruh unit kerja terkait RSIA CAHAYA SANGATTA.
e. Tanggungjawab.
1) Urdal RSIA CAHAYA SANGATTA.
2) Seluruh unit kerja terkait RSIA CAHAYA SANGATTA.
f. Isi Prosedur.
1) Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.
a) Pemeliharaan Alat Medik.
(2) Pemeliharaan Berkala Alat Medik.
(a) Membuat perencanaan pemeliharaan berkala alat medik kepala
rumah sakit.
(b) Penetapan pelaksana pemeliharaan oleh kepala rumah sakit
(c) Pelaksanaan pemeliharaan oleh pelaksana yang telah ditetapkan.
(d) Pemeliharaan yang dilakukan oleh unit tehnik dan pihak ketiga.
(e) Evaluasi kegiatan pemeliharaan alat medik dilaporkan ke pimpinan
rumah sakit
(3) Kalibrasi Alat Medik.
(a) Pembuatan perencanaan kalibrasi alat medik oleh unit terkait.
(b) Penetapan pelaksana kalibrasi oleh oleh unit terkait dan atas
persetujuan pimpinan rumah sakit.
(c) Pelaksana kalibrasi oleh pelaksana yang telah ditetapkan.
(d) Evaluasi kegiatan kalibrasi alat medik di laporkan pimpinan rumah
sakit.
b) Pemeliharaan Alat Non Medik.
(1) Pemeliharaan Berkala Alat Non Medik.
(a) Membuat perencanaan pemeliharaan berkala alat medik kepala
21
rumah sakit.
(b) Penetapan pelaksana pemeliharaan oleh kepala rumah sakit.
(c) Pelaksanaan pemeliharaan oleh pelaksana yang telah ditetapkan.
(d) Pemeliharaan yang dilakukan oleh unit tehnik dan pihak ketiga.
(e) Evaluasi kegiatan pemeliharaan alat non medik dilaporkan ke
pimpinan rumah sakit.
(2) Kalibrasi Alat Non Medik.
(a) Pembuatan perencanaan kalibrasi alat non medik oleh unit terkait.
(b) Penetapan pelaksana kalibrasi oleh unit terkait dan atas persetujuan
pimpinan rumah sakit
(c) Pelaksana kalibrasi oleh pelaksana yang telah dttetapkan.
(d) Evaluasi kegiatan kalibrasi alat medik di laporkan pimpinan rumah
sakit
2) Pemeliharaan Prasarana Rumah Sakit.
a) Pembuatan perencanaan pemeliharaan bangunan/gedung oleh Unit Teknik.
b) Penetapan pelaksana pemeliharaan oleh unit terkait. Untuk kegiatan
dilakukan oleh Unit Teknik dan pihak ketiga.
c) Pelaksana pemeliharaan oleh pelaksana yang telah ditentukan dan
ditetapkan pimpinan.
22
b. Tujuan.
Menjadi acuan penerapan langkah-langkah daiam proses perbaikan sarana
dan prasarana di RSIA CAHAYA SANGATTA.
c. Dasar.
1) Surat Perintah Kepala RSIA CAHAYA SANGATTA Nomor : Skep/ I5/ I/ 2017,
tanggal 18 januari 2017 tentang Pembentukan Panitia Kesehatan dan
keselamatan kerja(PK3RS) RSIA CAHAYA SANGATTA.
2) Program Kerja PK3RSIA CAHAYA SANGATTA.
d. Ruang Lingkup.
1) Unit Teknik dan Pihak Ketiga.
2) Seluruh unit kerja terkait RSIA CAHAYA SANGATTA.
e. Tanggungjawab.
1) Urdal RSIA CAHAYA SANGATTA.
2) Seluruh unit kerja terkait RSIA CAHAYA SANGATTA.
f. Isi Prosedur.
1) Pengajuan perbaikan oleh unit kerja.
2) Pemeriksaan kerusakan di unit kerja.
3) Pelaksanaan perbaikan oleh unit tehnik dan pihak ketiga.
4) Evaluasi kegiatan perbaikan.
23
Panel AC adalah panel control untuk memonitor maupun mengendalikan
energi listrik dari generator ke sisi beban, umumnya terdiri dari rangkaian meter
Ampere, Volt, Frequency (Hz), KW maupun Cos Phi meter dan juga acia optional
seperti Selector Volt, Selector Ampere, Current Transformer (CT), Pilot Lamp, dan
MCB Control/Fuse.
Sebagai Pemutus Power biasanya dipasang MCCB yang langsung
terhubung dengan alternator yang selain berfungsi sebagai pemutus tegangan juga
berfungsi sebagai pembatas beban dan pengaman terhadap karakter gangguan
disisi beban (pemakaian). Panel DC adalah panel control untuk memonitor maupun
mengendalikan unit Engine/ Mesin Diesel atau sejenisnya, panel ini biasanya terdiri
dari meter-meter indicator untuk memonitor parameter yang terpasang di sisi mesin
seperti tekanan oli (Oil Pressure), Temperatur media Pendingin Mesin (Water
Temperature), Temperature Mesin (Engine Temperature), Temperatur Gas Buang
(Exhaust Temperature), Temperature Oli (Oil Temperature), Putaran Mesin (RPM),
Tegangan Charge Battery (V DC), Power Charge (A DC) maupun Jam Pemakaian
(Hour Counter). Yang semuanya biasa dihubungkan dengan
tranduscer/transmitter/sender.
b. Tujuan.
1) Sebagai acuan dalam penyelenggaraan pemeliharaan alat.
2) Sebagai pencegahan terhadap kerusakan yang lebih parah.
3) Untuk memperpanjang usia pakai dari alat.
c. Dasar
1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor: PER-04/MEN/1988
tentang Berlakunya Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor : SNI-225-1987
Mengenai Peraturan Umum Instalasi Listrik Indonesia 1987 (PUIL) Di Tempat
Kerja.
d. Ruang Lingkup.
1) Unit Teknik dan Pihak Ketiga.
2) Seluruh unit kerja terkait RSIA CAHAYA SANGATTA.
24
e. Isi Prosedur.
1) Menginventarisir alat yang rusak.
2) Menyusun dalam program.
3) Mengajukan perbaikan.
4) Menuliskan tanggal, bulan, tahun dilaksanakan perbaikan ke dalam kartu
gantung.
5) Membuat laporan, evaluasi dan tindak lanjut.
6) Adapun rincian pekerjaan pemeliharaan instalasi listrik di RSIA CAHAYA
SANGATTAadalah sbb :
a) Service panel LVMDP :
(1) Pembersihan panel.
(2) Pemeriksaan MCB.
(3) Pemeriksaan Control dan Operation System.
(4) Pemeriksaan Earth Resistance.
b) Pemanasan diesel:
(1) Pemeriksaan / penggantian air radiator.
(2) Pemeriksaan kondisi baterei (elektrolite baterei).
(3) Pemeriksaan mesin dan peralatannya.
(4) Pemeriksaan tangki bahan bakar dan melaporkan keadaan isi tangki.
(5) Pemeriksaan kebocoran dari instalasi pipa-pipa saluran bahan
bakar.
(6) Pembuangan kotoran minyak dari oil gap filter.
(7) Pemeriksaan sistem pelumasan katup serta kedudukannya.
(8) Pembersihan filter udara dan kondisi minyak dalam oil bath filter.
(9) Pembersihan filter bahan bakar dan filter oil.
(10) Operational mesin selama 2 jam (sesuai dengan maintenance plan).
(11) Mengganti minyak pelumas mesin (sesuai dengan maintenance plan).
(12) Mengganti minyak pelumas turbo (sesuai dengan maintenance plan).
25
(13) Mengganti gemuk / oli generator (sesuai dengan maintenance plan).
(14) Pemeriksaan generator secara keseluruhan,
c) Service gardu trafo :
(1) Pembersihan dan memeriksa isolator trafo.
(2) Pemeriksaan earth resistance.
(3) Pemeriksaan sambungan-sambungan (karena kendor/ tidak sempurna).
(4) Pemeriksaan level minyak trafo.
(5) Pemeriksaan relay trafo (bila ada).
(6) Pemeriksaan isolation switch.
a. Pengertian
Bencana adalah situasi gawat yang terjadi secara mendadak, yang terjadi
kapan saja, dimana saja dengan jumlah korban yang banyak, yang membutuhkan
pengobatan, perawatan, perlindungan, makanan, pakaian dan lain-tain.
b. Tujuan
1) Agar setiap personel RSIA CAHAYA SANGATTA khususnya petugas Instalasi
Gawat Darurat dapat mernahami dan mengetahui tugas dan tanggungjawab
masing-masing dalam menanggulangi bencana sehingga kerugian yang
ditimbulkan dapat di tekan sekecil mungkin
2) Melatih unit-unit terkait di RSIA CAHAYA SANGATTAdalam pelaksanaan
kegiatan penanggulangan bencana bila dibutuhkan pada situasi tertentu.
3) Mensosialisasikan Hospital Disaster Plan untuk bencana di dalam rumah sakit.
4) Koordinasi antara unit terkait.
c. Dasar
1) Surat Perintah Kepala RSIA CAHAYA SANGATTA nomor Skep/15/ I/2017
tentang kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 )
2) Program Kerja K3 tahun 2017.
26
7. Prosedur Tentang Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Di RSIA CAHAYA
SANGATTA
a. Pengertian
Pengumpulan, pengolahan dan pelaporan date adalah kegiatan
pengumpulan, analisa, penyajian data dan penyebarluasan informasi yang terus
menerus untuk mengetahui kondisi Keelamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan
faktor-faktor penyebab guna tindakan yang cepat dan tepat serta dapat
mengevaluasi data yang sistematis.
b. Tujuan.
1) Untuk mendeteksi adanya suatu pola tertentu yang menunjukkan kemungkinan
adanya efek negatif terhadap kesehatan.
2) Mengidentifikasi adanya kondisi atau situasi tertentu yang menyebabkan
individu berada pada resiko yang meningkat.
3) Menurunkan Insiden,
4) Pencegahan dan deteksi dini.
5) Melindungi individu / pekerja yang sangatrentan atau sensitive.
6) Agar dapat memonitor individu dari pekerjaan.
7) Agar besar keciinya masalahnya dapat dipecahkan dengan pemecahan
masalah yang efektif.
c. Dasar
1) Undang - undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesetamatan Kerja.
2) Undang - undang No 36Tahun 2009 tentang Kesehatan.
d. Ruang Lingkup.
1) Panitia K3RS.
2) Seluruh unit kerja terkait RSIA CAHAYA SANGATTA
e. Isi Prosedur.
1) Panitia K3RS membagikan formulir pelaporan K3
2) Seluruh unit kerja menunjuk penanggungjawab pencatatan dan pelaporan
27
sesuai sprin di unit kerja masing-masing.
3) Seluruh unit kerja wajib mengirimkan pencatatan dan pelaporan K3 ke Panitia
K3RS setiap akhir bulan dan setiap kejadian kecelakaan kerja.
4) Panitia K3RS akan memantau dan menindaklanjuti pencatatan dan pelaporan
K3 seluruh unit kerja di RSIA CAHAYA SANGATTAke pimpinan rumah sakit.
30
1) Tujuan.
Untuk memberikan tanda dan isyarat secara dini berupa pluit dan code
akan adanya bahaya kebakaran.
a. Pengertian
Yang dimaksud dengan Alat Pelindung Diri (APD) adalah sarana
perlengkapan untuk melindungi diri dalam melakukan kegiatan yang dapat
menimbulkan bahaya baik langsung maupun tidak langsung.
Adapun Alat Pelindung Diri (APD) meliputi perlindungan mulai dari penutup
kepala, penutup telinga, kaca mata, masker, sarung tangan, apron, sepatu boot,
dan lain-lain.
b. Tujuan.
1) Dapat melindungi seseorang dalam pekerjaan dengan cara menutupi tubuh
tenaga kerja tersebut dari bahaya di tempat kerja.
2) Agar terhindar dari bahaya yang ditimbulkan saat melakukan pekerjaan,
maupun dapat melindungi dari kontaminasi barang yang terinfeksi.
c. Dasar.
1) Undang-undang Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2) Undang-undang No.44 tahun 1992 tentang Kesehatan.
d. Ruang Ligkup.
1) Seluruh unit kerja terkait RSIA CAHAYA SANGATTA
e. Isi Prosedur.
1) Pemakaian alat pelindung diri bagian kepala :
a) Penutupan rambut dengan topi.
31
b) Penutupan telinga dengan ear muff.
c) Penutupan mata dengan kaca mata kerja.
d) Penutupan mulut dan hidung dengan masker.
2) Pemakaian alat pelindung diri bagian tubuh badan dengan memakai baju kerja
dan sarung tangan.
3) Pemakaian alat pelindung diri kaki dengan memakai sepatu boot.
4) Perawatan alat pelindung diri.
5) Penyimpanan alat pelindung diri.
a. Pengertian
1) Pengelolaan kebersihan di RSIA CAHAYA SANGATTAadalah kegiatan
merencanakan, melaksanakan dan mengevatuasi program kebersihan beserta
sumber daya yang mendukungnya, baik yang menyangkut ketenagaan,
peralatan, keuangan, mekanisme pelaksanaan kebersihan diwilayah RSIA
CAHAYA SANGATTA.
2) Kegiatan perencanaan, pengorganisasian dan evaluasi kebersihan
dilaksanakan oleh pihak rumah sakit, sedangkan peiaksanaannya dikelola oleh
pihak ke III (rekanan) yang ditunjuk rumah sakit melalui kontrak kerja.
3) Sarana pendukung kebersihan adalah kelengkapan penanganan kebersihan
yang meliputi kelengkapan pakaian kerja, bak sampan dan mesin
incinerator/pembakar sampah medis termasuk organisast dan sistem
pelaksanaan kebersihan.
4) Kelengkapan pakaian kerja petugas Cleaning Service (CS) disediakan oleh
rekanan sedangkan bak sampah dan mesin incinerator disediakan oleh rumah
sakit.
b. Tujuan.
Tujuan pengelolaan kebersihan dan sarana pendukungnya di RSIA CAHAYA
SANGATTAdapat dilaksanakan secara optimal sesuai perencanaan sehingga
kualitas kebersihan di RSIA CAHAYA SANGATTAdapat menjamin keamanan dari
32
penularan infeksi Nosokomial dan menjamin kenyamanan personel rumah sakit,
pasien, pengunjung, karyawan dan masyarakat sekitarnya.
c. Dasar.
1) Undang-undang Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2) Undang-undang No36 tahun 1992 tentang Kesehatan.
3) Permenkes No. 986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
d. Ruang Ligkup.
1) Dirbinjangum.
2) Unit Kesling & Nosokomial.
3) Bag. Pengadaan.
4) Baglog.
5) Seluruh unit kerja terkait RSIA CAHAYA SANGATTA
6) Pihak Ketiga / Rekanan Cleaning Service (CS).
e. Isi Prosedur.
1) Jenis Pekerjaan.
a) Pekerjaan kebersihan fisik ruangan dan bangunan :
Unit Gizi (Dapur), Ruangan-ruangan (IGD, OK, Laboratorium, Rontgen,
R.Poli penyakit dalam, dll.
b) Pekerjaan kebersihan kamar mandi, closet urinoir, spool hock. Meliputi rawat
inap, rawat jalan, ruang administrasi dan KM/WC umum.
c) Pekerjaan penanganan sampah ruangan, halaman dan pembersihan sarang
nyamuk, meliputi sampah dari ruang rawat inap, rawat jatan, ruang
administrasi, ruang penunjang medis, koridor, selasar, halaman rumput, jalan
aspal, tempat parkir, taman, saluran air kotor/got, drainase, dan tempat tain
yang memungkinkan sebagai perindukan nyamuk.
2) Uraian Pekerjaan.
a) Pekerjaan kebersihan Fisik Ruangan dan Bangunan.
33
(1) Pekerjaan Harian.
(a) Lantai, tangga pada seluruh ruangan disapu bersih dan dilanjutkan
dengan pengepelan sehingga kotoran dan noda hilang. Pengepelan
harus menggunakan zat desinfektan, obat pengkiat lantai dan
pengharum, kemudian dilakukan pengepelan ulang dengan lobby
duster dengan kondisi baik.
(b) Bagian-bagian dinding seperti kusen, kaca, jendela pintu,
ventilasi/kasa, plafon, langit-langit, khususnya pada sela-sela dinding
termasuk wastafei, kotoran dan lawa-lawa tidak terlihat lagi.
(c) Peralatan furniture ruangan di lap seperti meja, kursi, almari, bufet,
dan lain-lain.
(d) Ruangan khusus yang menimbulkan bau disemprot dengan
pengharum ruangan dan disegarkan dengan freshener.
(e) Got-got disekitar ruangan disapu terutama sampah yang
menyumbat.
(2) Pekerjaan mingguan.
(a) Lantai ruangan khususnya pada lantai selasar diadakan pemolesan
dengan mesin poles dan menggunakan obat pemutih dan penghilang
noda lantai, desinfektan, obat pengharum lantai sehingga terlihat
bersih dan mengkilat.
(b) Noda-noda, debu yang masih tertinggal pada bagian dinding seperti
kusen, kaca jendela, pintu, wastafel dicuci bersih dengan obat kirma
penetralisir noda.
(3) Pekerjaan Bulanan.
(a) Tembok-tembok keramik, tiang-tiang, list jendela dicuci dengan
deterjen sehingga noda tidak terlihat lagi menempel pada bagian
permukaannya.
(b) Dag dan level bangunan disapu bersih dari sampah, daun-daunan,
puing khususnya pada bangunan yang dekat dengan pohon.
39
11. Prosedur Tentang Pembuangan Sampah RSIA CAHAYA SANGATTA
a. Pengertian
1) Sampah Rumah Sakit adalah bahan yang tidak berguna, atau tidak digunakan
ataupun yang terbuang, yang dibedakan menjadi sampah medis dan non medis,
serta dikategorikan : sampah radioaktjf, sampah infeksius, sampah sitotoksis
dan sampah umum (domestik).
2) Prosedur pembuangan sampah ini memuat tata cara pembuangan sampah dari
sumber sampai ketempat pembuangan sementara,
b. Tujuan.
Tujuan pembuangan sampah untuk menjaga kesehatan lingkungan,
menjaga kebersihan diruangan-ruangan yang menghasilkan sampah sehingga
tidak dijadikan tempat berkembangnya serangga dan binatang yang dapat
menularkan penyakit, serta untuk menghindari terjadinya infeksi nosokorniaL
c. Dasar.
1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 44 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 8 tentang Perlindungan
Konsumen.
3) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.986/Menkes/Per/XI/1992
tentang Persyaratan Kesehatan
d. Ruang Lingkup.
1) Unit PPI dan K3
2) Unit Kesling & Nosokomial.
3) Bag. Pengadaan.
4) Unit Kerja Terkait.
5) Pihak ketiga/Rekanan Cleaning Service.
40
e. Isi Prosedur.
Sampah dikelompokkan sesuai jenis, misalnya :
1) Sampah infeksius- kantong kuning
(Dresing bedah,kasa, verband, kateter, masker, sarung tangan dan semua sampah
yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh pasien)
2) Sampah non infeksius- kantong hitam
( Kertas, plastik, kardus, kayu, kaleng, sisa makanan atau sampah yang tidak
terkontaminasi darah dan cairan tubuh pasien)
3) Sampah benda tajam- Safety box atau wadah yang tahan banting, anti bocor ( Jarum \
(a) Setelah masuk dalam troii atau gerobak sampah maka sampah slap dibuang atau
dimusnahkan.
(b) Pembuangan sampah non medis dari ruang/unit dan halaman melalui koridor masing-
masing ruangan/gedung dan melalui samping gedung Jangsus/Laundry menuju
ketempat penampungan sementara (IPS) kontainer Dinas Kebersihan Jambi,
sedangkan sampah medis ke pihak ketiga yang mempunyai izin untuk dimusnahkan.
(c) Waktu pelaksanaan pembuangan sampah adalah :
(1) Pagi hari jam : 06.30 – 07.30 wib
(2) Sore hari jam : 12.30- 13.30 wib
(3) Malam hari : 17.30 -18.30 wib
(d) Setelah selesai pekerjaan troli / gerobak sampah dan tempat sampah
dibersihkan dan atau di desinfeksi.
41
42
43