Anda di halaman 1dari 5

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/319036559

Review: Membentuk Keterampilan Argumentasi Siswa Melalui Isu Sosial


Ilmiah dalam Pembelajaran Sains

Conference Paper · June 2015

CITATIONS READS

0 925

2 authors:

Silviana Hendri Aprina Defianti


Universitas Pendidikan Indonesia Universitas Bengkulu
4 PUBLICATIONS   0 CITATIONS    3 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Review: Membentuk Keterampilan Argumentasi Siswa Melalui Isu Sosial Ilmiah dalam Pembelajaran Sains View project

All content following this page was uploaded by Silviana Hendri on 10 August 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015)
8 dan 9 Juni 2015, Bandung, Indonesia
_________________________________________________________________________________________________

Review: Membentuk Keterampilan Argumentasi Siswa Melalui Isu Sosial


Ilmiah dalam Pembelajaran Sains
Silviana Hendri* dan Aprina Defianti

Abstrak

Berdasarkan deklarasi UNESCO pada tahun 2010, pendidikan masa kini harus diarahkan pada : 1)
pembelajaran holistik dan lintas disiplin ilmu daripada pembelajaran berbasis mata pelajaran; 2)
pembelajaran berbasis nilai-nilai dan berpikir kritis daripada menghafal; dan 3) pembelajaran yang
melibatkan pengambilan keputusan. Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran sains harus dapat
menghubungkan konsep sains (ilmiah) dengan isu sosial yang berkembang di masyarakat. Isu semacam ini
dikenal dengan isu sosial-ilmiah (socioscientific Issue). Dengan memperkenalkan dan membahas isu sosial-
ilmiah dalam pembelajaran sains, yakni menjadikan isu sosial-ilmiah sebagai konten utama materi
pembelajaran, siswa mampu mengembangkan keterampilan berargumentasi. Keterampilan berargumentasi
diperlukan untuk membuat keputusan secara bijak berdasarkan pengetahuan sains yang diperoleh siswa
dalam menyikapi berbagai isu sosial-ilmiah. Makalah ini mendiskusikan tentang pentingnya keterampilan
berargumentasi, isu sosial-ilmiah yang yang dapat dikembangkan menjadi tema dalam pembelajaran sains,
dan kualitas argumentasi berdasarkan Toulmin’s Argumentat Pattern (TAP).
Kata-kata kunci: keterampilan argumentasi, isu sosial ilmiah,TAP, pembelajaran sains

Pendahuluan
Sains bertujuan untuk mengembangkan dan Brodsky (2013), Kuhn (2010), Osborne (2010),
meningkatkan sebuah ilmu pengetahuan. Dalam Erduran, Simon, & Osborne (2004) dan Larson,
mempublikasikan ilmu pengetahuan baru Christensen, & Abbott (2007). Hal ini didukung
tersebut ilmuan melibatkan kritik dan argumen dengan kesimpulan bahwa:
(Osborne, 2010; Kuhn, 2010). Dengan demikian, 1) Ilmuan menggunakan argumentasi dalam
argumentasi memegang peran penting pada mengembangkan dan meningkatkan
praktek utama sains. Oleh karena itu, tujuan pengetahuan ilmiah. Kegiatan utama ilmuan
pembelajaran sains seharusnya tidak lagi hanya adalah membangun dan menggunakan argumen
untuk memahirkan konsep sains namun juga untuk menjelaskan fenomena dengan
belajar bagaimana melibatkan argumentasi melibatkan data, dan bukti tambahan yang
dalam pembelajan sains (Kuhn, 2010). mendukung atau membantah sebuah teori.
Belajar melalui argumentasi akan melatih 2) Masyarakat menggunakan argumentasi dalam
siswa untuk berpikir kritis mengevaluasi bukti debat ilmiah. Keputusan dibuat berdasarkan
atau saran dan mengambil keputusan. Dengan informasi melalui media, kemudian informasi
kata lain, pembelajaran sains menggunakan tersebut dievaluasi dan dinilai melalui
pendekatan argumentasi dapat dilaksanakan argumentasi ilmiah.
dengan mengangkat sebuah topik permasalahan
tertentu. Kemudian siswa diminta untuk 3) Pembelajaran sains membutuhkan
mengkonstruksi pernyataan dan eksplanasi argumentasi. " Menawarkan sebuah kesempatan
dengan menambahkan data dan pendukung untuk memberikan hipotesis, argumen dan
yang membentuk ide, gagasan atau keputusan tantangan. Dalam hal ini siswa akan
berdasarkan pengetahuan ilmiah dasar dan teori mengartikulasi alasan untuk mendukung
yang dimilikinya. Temuan yang diperoleh pemahaman konsep dan memberikan
Osborne (2010), pembelajaran sains masih pernyataan mengenai pandangannya. Selain itu,
didominasi penjelasan dari guru dan hanya juga akan menantang siswa, mengekspresikan
beberapa sekolah yang melibatkan pendekatan keraguan atau pernyataan alternatif yang
argumentasi dalam pembelajaran sains. membutuhkan pemahanan konsep.
Berdasarkan deklarasi UNESCO pada tahun
Teori 2010, pendidikan harus diarahkan pada : 1)
Beberapa tahun ini, penelitian argumentasi pembelajaran holistik dan lintas disiplin ilmu dari
dalam pembelajaran sains mendapatkan pada pembelajaran berbasis mata pelajaran; 2)
perhatian, seperti telah dilaksanakan oleh Falk & pembelajaran berbasis nilai-nilai dan berpikir

_________________________________________________________________________________________________
ISBN: 978-602-19655-8-0 [ 545 ]
Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015)
8 dan 9 Juni 2015, Bandung, Indonesia
_________________________________________________________________________________________________

kritis dari pada menghafal; dan 3) pembelajaran cara efektif untuk mempersiapkan siswa untuk
yang melibatkan pengambilan keputusan beropini dengan pengetahuannya. Oleh karena
(Christenson, Rundgren, & Zeidler, 2014). itu, tujuan pembelajaran sains tidak hanya
Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran sains memahirkan konsep sains namun juga belajar
harus dapat menghubungkan konsep sains bagaimana membentuk keterampilan
(ilmiah) dengan isu sosial yang berkembang di argumentasi dalam pembelajan sains.
masyarakat. Isu semacam ini dikenal dengan isu
sosial-ilmiah (socioscientific issue). Dengan Struktur Argumen
memperkenalkan dan membahas isu sosial-
ilmiah dalam pembelajaran sains, yakni Argumen adalah sebuah pernyataan yang
menjadikan isu sosial-ilmiah sebagai konten disertai dengan pembenaran (justifikasi) atau
utama materi pembelajaran, siswa mampu alasan (Falk & Brodsky, 2013; Dawson &
mengembangkan keterampilan berargumentasi. Venville, 2010). dihasilkan melalui proses
argumentasi dan dinyatakan dalam dialog
ataupun tulisan. Melalui buku The Uses of
Hasil dan Diskusi
Argument, Toulmin mendefinisikan argumen
Pembelajaran sains berperan penting dalam dan mengklasifikasikan struktur yang terdapat
mempersiapkan siswa dalam berbagai aspek pada sebuah argumen (Erduran, Simon, &
pada kehidupannya di masa depan, seperti Osborne, 2004) seperti pada gambar 1.
berpikir secara logika dan kritis, membuat
keputusan dengan melibatkan informasi ilmiah Data Claim
baik secara individu dan sebagai masayarakat,
dan terpenting menjadikan sains sebagai
profesinya. Dalam mempelajari sains, Siswa
perlu melibatkan keterampilan membuat Rebuttal Warrant
pertanyaan, menghasilkan data,
menginterpretasikan fakta dari penyelidikan
langsung atau dari teks, dan membuat Backing
penjelasan berdasarkan bukti. Pada saat yang
sama, siswa juga harus didukung untuk
mengembangkan pemahaman konten sains. Gambar 1. Model Argumen Toulmin (TAP)

Sementara, argumentasi adalah proses Model Argumen Tolmin (TAP)


membuat pernyataan dan memperoleh justifikasi mengilustrasikan struktur sebuah argumen yang
dari pernyataan disertai dengan bukti. menghubungkan sebuah claim (pernyataan),
Argumentasi membutuhkan kemampuan data yang mendukung pernyataan, warrant yang
penalaran informal dan melibatkan pemecahan menyediakan hubungan antara data dan claim,
masalah, membuat pernyataan, mengambil backing yang memperkuat warrant, dan akhirnya
keputusan serta membentuk sebuah gagasan rebuttal merupakan sanggahan dari sebuah
dan ide. Proses argumentasi mengharuskan claim. Secara spesifik, Toulmin mendefinisikan
individu sebagai pemecah masalah untuk sebuah claim merupakan pernyataan
mengidentifikasi beberapa pandangan dan opini mengemukakan untuk diterima. Data merupakan
alternatif; mengembangkan dan memilih opini bukti yang mendukung pernyataan. Backing
yang tepat; memberikan solusi yang masuk akal; merupakan teori dasar yang membangun
dan didukung dengan data dan bukti (Cho & kepercayaan pada pernyataan. Rebuttal
Jonassen, 2002). merupakan kondisi pengecualian atau bantahan
dari argumen.
Argumentasi dapat membantu siswa untuk
mencapai beberapa tujuan pembelajaran. Masalah Sosial Ilmiah
Pertama, argumentasi melibatkan elaborasi,
penalaran, dan refleksi. Aktivitas ini Pada tahun 2010, UNESCO telah
menunjukkan pembelajaran konseptual lebih mendeklarasikan bahwa pendidikan harus
dalam. Kedua, dengan melibatkan argumentasi diarahkan pada: 1) Interdisiplin dan
membantu siswa belajar tentang struktur pembelajaran holistik daripada pembelajaran
argumentatif. Ketiga, argumentasi dibentuk berbasis mata pelajaran; 2) Berbasis nilai-nilai
secara kolaborasi, sehingga membantu dan pembelajaran berpikir kritis daripada
mengembangkan kesadaran soosial dan menghafal, dan 3) Melibatkan pengambilan
keterampilan kolaborasi secara umum. Keempat, keputusan (Christenson, Rundgren, & Zeidler,
pada sekumpulan orang di tempat kerja, rumah 2014). Peserta didik saat ini masih belajar atau
atau di lingkungan masyarakat sering terlibat dalam masa pendidikan, akan menggunakan
dalam sebuah argumentasi dan dengan apa yang diperolehnya dari pendidikan ketika
membiasakan dalam pembelajaran merupakan mereka telah menyelesaikan pendidikan dan

_________________________________________________________________________________________________
ISBN: 978-602-19655-8-0 [ 546 ]
Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015)
8 dan 9 Juni 2015, Bandung, Indonesia
_________________________________________________________________________________________________

berpartisipasi penuh sebagai warga negara Selama proses berargumentasi, siswa akan
(Daryanto, 2014: 2). Peserta didik, dalam hal ini dituntun untuk mempertimbangkan dan
siswa sebagai manusia masa depan, mengemukakan kemungkinan jawaban yang
dipersiapkan untuk terampil mengambil peran tepat untuk mendukung pernyataannya
dalam masalah yang terkait sosial-ilmiah. Oleh berdasarkan bukti.
karenanya, pada pembelajaran sains pun, sudah
Beberapa tema masalah sosial ilmiah yang
semestinya menghubungkan konsep sains
dapat dikembangkan berdasarkan kurikulum
(ilmiah) dalam permasalahan sosial yang terjadi
sekolah menengah pertama di Indonesia antara
di lingkungan.
lain:
Pembelajaran sains tidak cukup diajarkan
1) Pemanasan Global
tentang konsep sains saja melainkan konsep
2) Pencemaran Lingkungan
sains harus dipersiapkan untuk menjawab
3) Pengolahan Sampah
masalah kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
4) Banjir
sains yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-
5) Zat Adiktif (Narkoba, Rokok)
hari akan membantu siswa membangun konsep
6) Zat Aditif (Pengawet, Pemanis Buatan,
sains secara holistik. Oleh karena itu, penting
Penyedap, Pewarna)
untuk menggunakan masalah sosial-ilmiah
7) Rekayasa Genetika
dalam pembelajaran. Dengan menggunakan
masalah sosial-ilmiah dalam pembelajaran, akan
meningkatkan pemahaman konsep sains siswa Pendekatan Argumentasi melalui Masalah
yang berkaitan dengan nilai-nilai dan ilmu Sosial Ilmiah
pengetahuan lain (Nielsen, 2012; Christenson, Pembelajaran sains harus menekankan
Rundgren, Zeidler, 2014). Masalah sosial-ilmiah keterampilan berargumentasi siswa. Siswa
akan membantu guru membimbing siswa untuk diharapkan dapat merumuskan pendapat
memahami permasalahan secara multi- mereka secara independen, kritis, rasional dan
perspektif (Lin & Mintzes, 2010). etis berdasarkan pengetahuan sains yang
Masalah sosial-ilmiah merupakan masalah mereka miliki (Christenson, Rundgren, &
yang muncul dari inter-relasi sains dan Höglund, 2012). Keterlibatan dalam
masyarakat selama berapa puluh tahun terakhir. berargumentasi merupakan bagian penting
Dalam kerangka masalah sosial-ilmiah, siswa dalam pembelajaran sains. Siswa harus belajar
mengekspos masalah secara eksplisit atau bagaimana meneliti secara kritis informasi
implisit, dengan melibatkan perbedaan berbasis sains. Belakangan ini, standar dalam
pandangan sosial, moral dan konsep ilmiah, baik pembelajaran sains juga menekankan pada
pada masalah yang sesuai atau bertentangan aspek pengetahuan untuk memperoleh,
dengan keyakinan siswa (Zeidler, dkk, 2005). mengevaluasi, dan mengkomunikasikan
Menurut Lin dan Mintzes (2010), Siswa akan informasi ilmiah (Bromme, dkk, 2015).
lebih termotivasi dalam pembelajaran sains Kuhn memberikan sebuah gagasan bahwa
untuk terlibat aktif mengemukakan pendapat keterampilan berargumentasi telah dimiliki siswa
dalam diskusi mengenai topik yang kontroversial secara alami, namun tidak dikembangkan pada
melalui pengalaman yang dimilikinya. Kombinasi kurikulum sekolah Christenson, Rundgren, &
konsep sains dann masalah sosial-ilmiah Zeidler, 2014). Keterampilan berargumentasi
merupakan cara efektif untuk melibatkan siswa akan sangat berhubungan dengan pengetahuan
dalam diskusi dan mengembangkan deklaratif yang berkaitan dengan matematika,
kemampuan siswa dalam mengambil keputusan bahasa, sains, sosial dan tingkat kognitif secara
dan berpikir kritis. (Christenson, Rundgren, dan umum. Dengan menggunakan masalah sosial-
Zeidler, 2014). ilmiah dalam pembelajaran akan memberikan
Masalah sosial-ilmiah pada konteks siswa kesempatan untuk menggunakan
pedagogis mengembangkan pengetahuan lintas argumentasi kritisnya dalam pembelajaran
disiplin ilmu, nilai-nilai dan kemampuan sesuai dengan konten sains secara strategis.
berargumetasi (Christenson, Rundgren, Zeidler, Meskipun masalah sosial-ilmiah dalam
2014). Pada pembelajaran sains, masalah membangun keterampilan berargumentasi
sosial-ilmiah berasal dari nilai moral dan etika bersifat open-ended, dalam artian tidak memiliki
yang berdasarkan isu ilmiah yang kompleks jawaban benar yang mutlak, siswa harus dapat
(Venville dan Dawson, 2010) dimana masalah memberikan alasan yang berdasarkan
sosial-ilmiah menjadi aspek utama yang akan pengalaman belajarnya dan didukung oleh data
memberikan konteks argumentasi. Lawson yang benar. Selama proses argumentasi, siswa
(Dahar, 2011) berpendapat bahwa untuk akan dituntun untuk mengemukakan dan
mengkonstruksi pengetahuan, diperlukan mempertimbangkan kemungkinan jawaban yang
peranan bahasa dalam bentuk argumentasi. tepat untuk mendukung pernyataannya

_________________________________________________________________________________________________
ISBN: 978-602-19655-8-0 [ 547 ]
Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015)
8 dan 9 Juni 2015, Bandung, Indonesia
_________________________________________________________________________________________________

berdasarkan bukti. Selain itu, siswa juga harus [6] Daryanto. (2014). Pendekatan
memberikan pernyataan yang lengkap dengan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.
data secara saintifik dapat memecahkan Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
persoalan sosial-ilmiah (Dawson & Venville, [7] Dawson, V., & Venville, G. (2010).
2010; Nielsen, 2012). Teaching Strategies for developing
Students' Argumentation Skills About
Dalam berargumentasi, siswa
Socioscientific Issues in High School
menggambarkan pengetahuan dan pemahaman
Genetics. Research Science Education,
sains pada tingkat abstraksi. Keterampilan ini
133-148.
dapat ditelusuri dari penalaran pre-verbal siswa.
[8] Erduran, S., Simon, S., & Osborne, J.
Tingkat abstraksi dan penalaran pre-verbal
(2004). TAPping into Argumentation:
merupakan prediktor bagaimana keterampilan
Development in the Application of Toulmin's
berargumentasi siswa (Lin & Mintzes, 2010).
Argumentation Pattern for Studying Science
Menurut Sampson & Clarck (2008) ada tiga
Discourse. Science Education.
komponen penilaian argumentasi siswa, yakni
[9] Falk, A., & Brodsky, L. (2013). Scientific
(1) struktur atau kompleksitas argumen
Argumentation as A Foundation For The
(komponen-komponen argumen), (2) konten
Design of Inquiry-Based Science Instruction.
argumen (misalnya, akurasi atau ketepatan isi
The Journal of Mathematics and Science:
berbagai komponen ketika dievaluasi dari
Collaboratibe Exploration, 27-55.
perspektif ilmiah), dan (3) sifat justifikasi (yaitu,
[10] Kuhn, D. (2010). Teaching and Learning
bagaimana dukungan atau validasi terhadap ide
Science as Argument. Science Education,
atau klaim).
6-17.
[11] Larson, J., Christensen, C., & Abbott, A. F.
Kesimpulan
(2007). Arguing to Learn and Learning to
1) Belajar sains bertujuan untuk menyelesaikan Argue: Case Studies of How Students'
masalah dengan konsep sains yang dimiliki Argumentation Relates to Their Scientific
siswa, Knowledge. Journal of Research in Science
2) Melalui masalah sosial ilmiah, Siswa Teaching.
diajarkan untuk menyelesaikan masalah yang [12] Lin, S., & Mintzes, J. (2010). Learning
ada di masyarakat dengan berbasis pada Argumentation Skills Through Instruction in
pengetahuan sains. Socioscientific Issues: The effect of Ability
3) Keterampilan menyelesaikan masalah, Level. International Journal of Science and
berpikir kritis, mengambil keputusan Mathematics Education, 993-1017.
merupakan bagian dari keterampilan [13] Nielsen, J. (2012). Arguing from Nature:
argumentasi. The Role of 'nature' in Students'
Argumentations on Socio-scientific Issues.
Referensi International Journal of Science Education,
[1] Bromme, R., dkk. (2015). Is It Believable 35(5): 723-744.
When It’s Scientific? How Scientific [14] Osborne, J. (2010). Arguing to Learn in
Discourse Style Influences Lay-people’s Science: The Role of Collaborative, Critical
Resolution of Conflicts. Journal Research in Discourse. ETR&D, 328:463-466.
Science Teaching, 52 (1), hlm. 36-57 [15] Sampson, V., & Clarck, D. (2008).
[2] Cho, K., & Jonassen, D. (2002). The Effect Assesment of The Ways Students
of Argumentation Scaffolds on Generate Arguments in Science Education:
Argumentation and Problem Solving. Current Persperctives and recomendations
ETR&D, 5-22. for Future Directions. Science Education,
[3] Christenson, N., Rundgren, S., & Höglund, 447-472.
H. (2012). Using the SEE-SEP Model to [16] Zeidler, D.L., dkk. (2005). Beyond sts : a
Analyze Upper Secondary Students' Use of research-based framework for
Supporting Reason in Arguing socioscientific issues education. Science
Sosioscientific Issues. Journal Science Education, 89, hlm. 357-377.
Education Technology, 342-352.
[4] Christenson, N., Rundgren, S., & Zeidler, D. Silviana Hendri*
Mahasiswa Pendidikan IPA
(2014). Relationship of Dicipline
SPS Universitas Pendidikan Indonesia
Background to Uper Secondary Students' silvianahendri@gmail.com
Argumentation Socioscientific Issues.
Research Science Education, Aprina Defianti
DOI:10.1007/s11165-013-9394-6. Mahasiswa Pendidikan IPA
[5] Dahar, R. (2011). Teori-Teori Belajar dan SPS Universitas Pendidikan Indonesia
Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. aprinadefianti@yahoo.co.id

_________________________________________________________________________________________________
ISBN: 978-602-19655-8-0 [ 548 ]

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai