Anda di halaman 1dari 25

Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

SISTEM PENTANAHAN TRAFO PADA


GARDU INDUK, SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM)
DAN GARDU DISTRIBUSI

I. Pendahuluan

Sistem pentanahan adalah hubungan konduksi antara jaringan atau peralatan listrik
dengan bumi. Hubungan ini dapat dilakukan dengan menanamkan konduktor pentanahan ke
bumi. Tujuan sistem pentanahan adalah untuk membatasi tegangan pada jaringan atau bagian-
bagian peralatan yang tidak dialiri arus dan antara jaringan atau bagian-bagian tersebut dengan
tanah, hingga tercapai suatu nilai yang aman untuk semua kondisi operasi, baik kondisi normal
maupun saat terjadi gangguan. Sistem pentanahan harus mempunyai impedansi rendah untuk
menyalurkan arus surja secara aman. Konduktor pentanahan dengan panjang tertentu digunakan
dalam sistem pentanahan, karena konduktor pentanahan dengan panjang tertentu menghasilkan
nilai resistansi yang rendah. Sistem pentanahan yang dibahas pada pembahasan kali ini adalah
mengenai system pentanahan pada gardu induk, sistem pentanahan pada saluran udara tegangan
menengah dan sistem pentanahan pada gardu distribusi.

II. Tujuan :

1. Mengetahui sistem pentanahan trafo pada gardu induk.


2. Mengetahui sistem pentanahan trafo pada saluran udara tegangan menengah.
3. Mengetahui sistem pentanahan trafo pada gardu distribusi.

III. Rumusan masalah

1. Bagaimana sistem pentanahan trafo pada gardu induk?


2. Bagaimana sistem pentanahan trafo pada saluran udara tegangan menengah?
3. Bagaimana sistem pentanahan trafo pada gardu distribusi?

IV. Dasar teori

4.1 Sistem Distribusi


Sistem distribusi merupakan system listrik tenaga yang diawali dari sisi tegangan
menengah pada GI (GI - sisi sekunder) sampai dengan tiang akhir jaringan distribusi tegangan
rendah yang berfungsi untuk mendistribusikan tenaga listrik pada pemanfaat tenaga listrik.

BB-GI
PMT GD GD GD
JTM JTM JTM JTM

PBO
JTR JTR JTR
GI - SISI SEKUNDER

Keterangan :
BB-GI : Bus Bar Tegangan Menengah pada Gardu Induk
1
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

PBO : Pemutus Balik Otomatis


PMT : Pemutus Tenaga
JTM : Jaringan distribusi Tegangan Menengah
GD : Gardu Distribusi
JTR : Jaringan distribusi Tegangan Rendah.

4.2 Tegangan Distribusi


Tegangan distribusi yang digunakan di Indonesia :
- 20 KV : tegangan antar fasa pada JTM
- 380 V : tegangan antar fasa pada JTR
- 220 V : tegangan antar fasa ke Nol pada JTR

4.3 Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi diklasifikiasikan atas :
1. Jaringan distribusi Tegangan Menengah
- System Saluran Udara (SUTM)
- Sistem Kabel (SKTM)
2. Jaringan distribusi Tegangan Rendah
- Pada umumnya digunakan system saluran udara (SUTR)

4.4 Pengaman Distribusi


a. Pengaman Lebur :
o Pengaman Tegangan Rendah ( NH- Fuse )
o Pengaman Tegangan Menengah ( Fuse Cut Out )

b. Pengaman Tegangan Lebih :


o Lightning Aresster

c. Pengaman Trafo (Gardu Induk) :


o Relay Bucholz

4.5 Gangguan Pada Sistem Distribusi


Macam-macam gangguan (Fault) pada system distribusi SUTM adalah sebagai berikut :

1. Gangguan yang ber sifat temporer dimana dapat hilang dengan sendirinya atau dengan
memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya.

2. Gangguan yang bersifat permanent dimana untuk membebaskannya diperlukan


tindakan perbaikan dan atau menyingkirkan penyebab gangguan tersebut.

70% sampai dengan 90% dari seluruh gangguan yang mengenai SUTM adalah bersifat
temporer (sementara).
Ditinjau secara umum jenis gangguan dibagi dua yaitu :
a. Gangguan hubung singkat (Short Circuit) meliputi hubung singkat antar fasa.
b. Gangguan fasa ke tanah (Ground Fault) melitputi gangguan satu fasa ke tanah,
gangguan dua fasa ke tanah dan gangguan tiga fasa ke tanah.

4.6. Keandalan Sistem Distribusi

Untuk menjamin keandalan system kelistrikan digunakan Sistem Proteksi yaitu:


a. Sistem Proteksi pada GI-sisi sekunder :
2
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

- CB (Circuit Break) / PMT


- DS (Disconection Switch)
- PBO / Recloser :
- CC (Closing Coil)
- CT (Current Tranformator) :
- DGR
- OCR (Over Current Relay)
- FR (Frequensi Relay)
- TC (Triping Coil)
- Storage Batery

SISTEM PROTEKSI PADA GI - SISI SEKUNDER

BB-GI
CT JTM
PMT

OVR
TC DGR
FR

- +
Storage Batery
PBO
(ROCLOSING SWITCH)
CC

b. Sistem Proteksi pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM) :


- AVS (Automatic Vacum Swicth)
- ALS (Automatic Line Swicth)
- AVR (Automatic Voltage Relly)
- LBS (Load Break Swicth)
- CO (Fuse Cut Out)
- Arrester

4.7 Sistem Operasi Jaringan 20 KV Dengan Memakai AVS & ALS PLN Distribusi Jawa
Timur Cabang Bnyuwangi.

Automatic Vacuum Switch (AVS) atau disebut juga sectionalizer merupakan sakelar
seksi otomatis (SSO) yang berfungsi sebagai alat pemutus secara otomatis untuk membebaskan
seksi-seksi yang terganggu dari suatu system distribusi atau dengan kata lain dapat melokalisir
gangguan pada seksi yang terganggu sehingga seksi yang sehat tetap mendapatkan catu daya
listrik. AVS atau SSO di pasang di PLN distribusi Jawa Timur merupakan AVS dengan prinsip
deteksi tegangan. AVS juga dilengkapi dengan pengaturan waktu (Timer) dengan seting t- 1 =
0,5 detik, t-2 = 5 detik dan t-3 = 10 detik. AVS terdiri dari dari dua jenis yaitu AVS tree type dan
AVS loop type.
3
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

Pemasangan AVS Pada Jaringan Menggunakan Sistem Radial Murni :

BB-GI

AVS 1 AVS 2 AVS 3


PMT Seksi A Seksi B Seksi C Seksi D

A T B T C T D

PBO t-1 = 10 detik


t-2 = 5 detik
PENYULANG t- 3 = 0,5 detik

Cara Kerja :

Titik B kita anggap terjadi gangguan, sehingga PMT trip dan seksi A, seksi B,
seksi C, seksi D tidak bertegangan. AVS 1, AVS 2, AVS 3 akan membuka setelah selang
waktu t-3 = 0,5 detik. PBO – 1 bekerja dan setelah mencapai waktu 60 detik, PMT
Penyulang masuk kembali (Reclose 1), kemudian selang waktu t-1 = 10 detik setelah
AVS 1 merasakan tegangan maka AVS 1 akan menutup. Karena di seksi B masih ada
gangguan maka PMT Penyulang trip lagi. AVS 1 & AVS 2 langsung mengunci karena
waktu merasakan tegangan cepat sekali (lebih kecil dari waktu t-2 = 5 detik). PBO – 2
bekerja dan setelah mencapai waktu 180 detik , PMT Penyulang masuk kembali
(Reclose 2) dan seksi A bertegangan. Seksi B, seksi C dan seksi D tidak bertegangan /
padam. Aliran daya dari Penyulang hanya pada seksi A saja.
Selain dipasang AVS yang dioperasikan secara otomatis juga banyak digunakan
LBS yang dioperasikan secara manual dan mempunyai fungsi yang sama yaitu sebagai
alat pemutus yang dapat melokalisir seksi jaringan yang terganggu sehingga tidak
mempengaruhi seksi jaringan yang lain.

4
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

4.8 Diagram Line Trafo dan Komponen Utama

JTM 20 KV
CO Fuse

ARRESTER

Cara Pemasangan
TRAFO Pembumian Arrester

LV Panel MCB

NH Fuse

Kabel
Flexible

Line 1 Line 2

Pembumian Titik Netral Sekunder Trafo Pembumian Arrester & Badan LV Panel

Fungsi masing-masing komponen :

a. Trafo Distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 KV menjadi tegangan


rendah yaitu 380/220 Volt sesuai tegangan JTR.

b. Fuse Cut Out berfungsi sebagai pengaman utama trafo dan merupakan pengaman
cadangan bila terjadi beban berlebihan atau gangguan hubung singkat pada LV
dan JTR.

c. NH Fuse berfungsi sebagai pengaman utama bila terjadi beban lebih atau terjadi
hubung singkat antar fasa atau fasa kebumi pada JTR.

5
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

d. Arrester berfungsi sebagai pengaman tegangan Surya/petir atau tegangan


Swithing.

e. Pembumian Arrester berfungsi untuk menyalurkan arus ke bumi akibat tegangan


surya atau swithing.

f. Pembumian titik netral trafo berfungsi membatasi kenaikan tegangan fasa yang
tidak terganggu saat terjadi gangguan satu fasa ke bumi akibat beban tidak
seimbang.

g. Pembumian badan trafo dan LV Panel berfungsi :

 Untuk membatasi tegangan antara bagian peralatan yang dialiri


arus dengan peralatan ke bumi pada suatu harga yang aman (tidak
membahayakan) pada kondisi operasi normal dan gangguan.

 Untuk memperoleh impedansi yang kecil dari jalan balik arus


hubung singkat ke bumi sehingga bila terjadi satu fasa ke badan peralatan, arus
yang terjadi mengikuti sifat pada pembumian netral.

4.9 Pembumian Tiang JTM

6
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

BOOM

Pembumian Tiang JTM Tanpa Pembumian Tiang JTM

Pembumian sempurnaTidak( Pembuangan


terjadi pembuangan
arus ke bumi).
arus ke bumi.
Keuntungannya : Akibatnya :
mengurangi flash over
ketahanan
voltage pada
isolasiarrester
isolator menurun.
Tahanan busur terjadi dan menimbulkan arus hubung singkat antar fa

5. Teori Transformator

Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik
dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip-
prinsip induksi-elektromagnet. Transformator terdiri atas sebuah inti, yang terbuat dari besi
berlapis dan dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.
Penggunaan transformator yang sederhana dan handal memungkinkan dipilihnya
tegangan yang sesuai dan ekonomis untuk tiap-tiap keperluan serta merupakan salah satu sebab
penting bahwa arus bolak-balik sangat banyak dipergunakan untuk pembangkitan dan
penyaluran tenaga listrik.
Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan hukum Ampere dan hukum Faraday,
yaitu: arus listrik dapat menimbulkan medan magnet dan sebaliknya medan magnet dapat
menimbulkan arus listrik. Jika pada salah satu kumparan pada transformator diberi arus bolak-
balik maka jumlah garis gaya magnet berubah-ubah. Akibatnya pada sisi primer terjadi induksi.
Sisi sekunder menerima garis gaya magnet dari sisi primer yang jumlahnya berubah-ubah pula.
Maka di sisi sekunder juga timbul induksi, akibatnya antara dua ujung terdapat beda tegangan

7
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

5.1 Perhitungan Arus Beban Penuh Transformator

Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi (primer) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
S = √3 . V . I (1)
dimana :
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi primer transformator (kV)
I : arus jala-jala (A)
Sehingga untuk menghitung arus beban penuh (full load) dapat menggunakan rumus :
S
=
IFL √ 3. V (2)
dimana :
IFL : arus beban penuh (A)
S : daya transformator (kVA)
V : tegangan sisi sekunder transformator (kV)

5.2 Losses (rugi-rugi) Akibat Adanya Arus Netral pada Penghantar Netral Transformator
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada sisi sekunder
trafo (fasa R, fasa S, fasa T) mengalirlah arus di netral trafo. Arus yang mengalir pada
penghantar netral trafo ini menyebabkan losses (rugi-rugi). Losses pada penghantar netral trafo
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
PN = IN2. RN (3)
dimana :
PN : losses pada penghantar netral trafo (watt)
IN : arus yang mengalir pada netral trafo (A)
RN : tahanan penghantar netral trafo (Ω)
Sedangkan losses yang diakibatkan karena arus netral yang mengalir ke tanah (ground)
dapat dihitung dengan perumusan sebagai berikut :
PG = IG2 . RG (4)
dimana :
PG : losses akibat arus netral yang mengalir ke tanah (watt)
IG : arus netral yang mengalir ke tanah (A)
RG : tahanan pembumian netral trafo (Ω)

5.3 Ketidakseimbangan Beban


Yang dimaksud dengan keadaan seimbang adalah suatu keadaan di mana :
 Ketiga vektor arus / tegangan sama besar.
 Ketiga vektor saling membentuk sudut 120º satu sama lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan keadaan tidak seimbang adalah keadaan di mana salah satu
atau kedua syarat keadaan seimbang tidak terpenuhi. Kemungkinan keadaan tidak seimbang ada
3 yaitu :
 Ketiga vektor sama besar tetapi tidak membentuk sudut 120º satu sama lain.
 Ketiga vektor tidak sama besar tetapi membentuk sudut 120º satu sama lain.
 Ketiga vektor tidak sama besar dan tidak membentuk sudut 120º satu sama lain.

8
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

IS IT IS
o
120
135o
IT

120o 120o 120o


105o

`
IN

`
IR + IT

IR IR

(a) (b)

Gambar 1. Vektor Diagram Arus

Gambar 1(a) menunjukkan vektor diagram arus dalam keadaan seimbang. Di sini terlihat
bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) adalah sama dengan nol sehingga tidak
muncul arus netral (IN). Sedangkan pada Gambar 1(b) menunjukkan vektor diagram arus yang
tidak seimbang. Di sini terlihat bahwa penjumlahan ketiga vektor arusnya (IR, IS, IT) tidak sama
dengan nol sehingga muncul sebuah besaran yaitu arus netral (I N) yang besarnya bergantung dari
seberapa besar faktor ketidakseimbangannya.

5.4 Penyaluran Dan Susut Daya


Misalnya daya sebesar P disalurkan melalui suatu saluran dengan penghantar netral.
Apabila pada penyaluran daya ini arus-arus fasa dalam keadaan seimbang, maka besarnya daya
dapat dinyatakan sebagai berikut :
P = 3 . [V] . [I] . cos  (5)
dengan :
P : daya pada ujung kirim
V : tegangan pada ujung kirim
cos  : faktor daya
Daya yang sampai ujung terima akan lebih kecil dari P karena terjadi penyusutan dalam
saluran.
Jika [I] adalah besaran arus fasa dalam penyaluran daya sebesar P pada keadaan
seimbang, maka pada penyaluran daya yang sama tetapi dengan keadaan tak seimbang besarnya
arus-arus fasa dapat dinyatakan dengan koefisien a, b dan c sebagai berikut :

[ I R ] = a [ I ] ¿ }[ I S ] = b [ I ] ¿ } ¿ ¿ (6)
dengan IR , IS dan IT berturut-turut adalah arus di fasa R, S dan T.
Bila faktor daya di ketiga fasa dianggap sama walaupun besarnya arus berbeda, besarnya
daya yang disalurkan dapat dinyatakan sebagai :
P = (a + b + c) . [V] . [I] . cos  (7)
Apabila persamaan (7) dan persamaan (5) menyatakan daya yang besarnya sama, maka dari
kedua persamaan itu dapat diperoleh persyaratan untuk koefisien a, b, dan c yaitu :
a+b+c = 3 (8)
dimana pada keadaan seimbang, nilai a = b = c = 1
9
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

Gambar 2. Trafo Distribusi 200 kVA

20 kV

Fuse CO

LA

200 kVA
20 kV
Dyn 5

NH Fuse

380 V
3 fasa

NH Fuse NH Fuse NH Fuse

Jurusan 1 Jurusan 2 Jurusan 3

Gambar 3. Single Line Trafo Distribusi 200 kVA

10
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

5.5 Transformator Tenaga (Power Transformer)

Trafo tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
mentransformasikan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya.

a. Bagian-bagian utama transformator tenaga:

 Inti besi : Berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi, yang ditimbulkan oleh arus listrik
yang melalui kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi,
untuk mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current.

 Kumparan : Adalah beberapa lilitan kawat berisolasi yang membentuk suatu kumparan.
Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder yang diisolasi
baik terhadap inti besi maupun terhadap antar kumparan dengan isolasi padat seperti
karton, pertinak dan lain-lain.

 Minyak Trafo : Seluruh kumparan dan inti besi transformator direndam dalam minyak
trafo. Minyak berfungsi sebagai media pemindah panas trafo (pendingin) serta berfungsi
sebagai isolasi.

 Tangki dan Konservator : Pada umumnya bagian-bagian dari trafo yang terendam
minyak trafo berada (ditempatkan) dalam tangki. Untuk menampung pemuaian minyak
trafo, tangki dilengkapi dengan konservator.

 Bushing : Hubungan antara kumparan trafo ke jaringan luar melalui sebuah bushing yaitu
sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator, yang sekaligus berfungsi sebagai
penyekat antara konduktor tersebut dengan tangki trafo.

b. Peralatan bantu transformator:

 Pendingin : Pada inti besi dan kumparan-kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi
besi dan rugi-rugi tembaga. Bila panas tersebut mengakibatkan kenaikan suhu yang
berlebihan, akan merusak isolasi (di dalam transformator). Maka untuk mengurangi
kenaikan suhu trafo yang berlebihan maka perlu dilengkapi dengan alat/sistem pendingin
untuk menyalurkan panas keluar transformator. Media yang dipakai pada sistem

11
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

pendingin dapat berupa minyak dan udara. Sedangkan dalam pengalirannya (sirkulasi)
dapat berupa alamiah (natural) dan tekanan/paksaan.

 Tap changer : Alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan tegangan


operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan jaringan/primer yang
berubah-ubah.

 Alat Pernapasan (Silicagel) : Karena pengaruh naik turunnya beban transformator


maupun suhu udara luar, maka suhu minyak pun akan berubah-ubah, sehingga
mengakibatkan adanya pemuaian dan penyusutan minyak trafo. Menyusutnya minyak
trafo mengakibatkan permukaan minyak menjadi turun dan udara akan masuk ke dalam
tangki. Proses demikian disebut pernapasan trafo. Akibat pernafasan tersebut maka
minyak trafo akan bersinggungan dengan udara luar. Untuk mencegah hal ini maka ujung
pipa penghubung udara luar dilengkapi dengan alat pernapasan berupa tabung berisi
kristal zat hygrokopis (silicagel).

 Indikator : Untuk mendeteksi transformator yang beroperasi maka dilengkapi dengan


indikator suhu minyak, indikator suhu kumparan, indikator level minyak, indikator
sistem pendingin serta indikator kedudukan tap changer.

 Peralatan proteksi : Untuk mengamankan transformator yang diakibatkan karena


gangguan maka dipasang relai pengaman seperti; Relai differensial, Buchloz, tekanan
lebih, relai tangki tanah, relai hubung tanah, relai thermis, relai tekanan lebih, sudden
pressure, relai jansen, arus lebih dan Arrester.

6. Sistem Perlindungan Petir

Mengingat kerusakan akibat sambaran petir yang cukup berbahaya, maka muncullah
usaha-usaha untuk mengatasi sambaran petir. Teknik penangkal petir pertama kali ditemukan
oleh Benyamin Franklin dengan menggunakan interseptor (terminal udara) yang dihubungkan
dengan konduktor metal ke tanah. Teknik ini selanjutnya terus dikembangkan untuk
mendapatkan hasil yang efektif.

Sekilas mengenai teknik penangkal petir, dikenal 2 macam sistem, yaitu :

1. Sistem Penangkal Petir

Sistem ini menggunakan ujung metal yang runcing sebagai pengumpul muatan
dan diletakkan pada tempat yang tinggi sehingga petir diharapkan menyambar ujung
metal tersebut terlebih dahulu. Sistem ini memiliki kelemahan di mana apabila sistem
penyaluran arus petir ke tanah tidak berfungsi baik, maka ada kemungkinan timbul
kerusakan pada peralatan elektronik yang sangat peka terhadap medan transien.  

2. Dissipation Array System (DAS)

Sistem ini menggunakan banyak ujung runcing (point discharge) di mana tiap
bagian benda yang runcing akan memindahkan muatan listrik dari benda itu sendiri ke
molekul udara di sekitarnya. Sistem ini mengakibatkan turunnya beda potensial antara
awan dengan bumi sehingga mengurangi kemampuan awan untuk melepaskan muatan
listrik.

6.1 Sistem Perlindungan Petir Pada Transmisi Tenaga Listrik


12
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

Petir akan menyambar semua benda yang dekat dengan awan. Atau dengan kata lain
benda yang tinggi akan mempunyai peluang yang besar tersambar petir. Transmisi tenaga listrik
di darat dianggap lebih efektif menggunakan saluran udara dengan mempertimbangkan faktor
teknis dan ekonomisnya. Tentu saja saluran udara ini akan menjadi sasaran sambaran petir
langsung. Apalagi saluran udara yang melewati perbukitan sehingga memiliki jarak yang lebih
dekat dengan awan dan mempunyai peluang yang lebih besar untuk disambar petir.
Selama terjadinya pelepasan petir, muatan positif awan akan menginduksi muatan negatif
pada saluran tenaga listrik. Muatan negatif tambahan ini akan mengalir dalam 2 arah yang
berlawanan sepanjang saluran. Surja ini mungkin akan merusak isolasi saluran atau hanya terjadi
pelepasan di antara saluran-saluran tersebut.
Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dan tegangan ekstra tinggi (EHV) cenderung
untuk melindungi saluran dari adanya tegangan lebih akibat surja hubung dan surja petir. Untuk
tegangan ultra tinggi (UHV), desain isolasi lebih cenderung kepada proteksi terhadap surja
hubung. Adanya tegangan lebih ini akan mengakibatkan naiknya tegangan operasi yang tentunya
dapat merusak peralatan-peralatan listrik.
Dalam hal melindungi saluran tenaga listrik tersebut, ada beberapa cara yang dapat
diterapkan. Salah satu cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan kawat tanah
(overhead groundwire) pada saluran. Prinsip dari pemakaian kawat tanah ini adalah bahwa
kawat tanah akan menjadi sasaran sambaran petir sehingga melindungi kawat phasa dengan
daerah/zona tertentu.
Overhead groundwire yang digunakan untuk melindungi saluran tenaga listrik,
diletakkan pada ujung teratas saluran dan terbentang sejajar dengan kawat phasa. Groundwire ini
dapat ditanahkan secara langsung atau secara tidak langsung dengan menggunakan sela yang
pendek.

Dalam melindungi kawat phasa tersebut, daerah proteksi groundwire dapat digambarkan
seperti pada Gambar 1.

Gambar 1.
Daerah proteksi dengan menggunakan 1 buah groundwire
 
Dari gambar di atas, misalkan groundwire diletakkan setinggi h meter dari tanah. Dengan
menggunakan nilai-nilai yang terdapat pada gambar tersebut, titik b dapat ditentukan sebesar 2/3
h. Sedangkan zona proteksi groundwire terletak di dalam daerah yang diarsir. Di dalam zona
tersebut, diharapkan tidak terjadi sambaran petir langsung sehingga di daerah tersebut pula
kawat phasa dibentangkan.
Apabila hx merupakan tinggi kawat phasa yang harus dilindungi, maka lebar bx dapat
ditentukan dalam 2 kondisi, yaitu :

o Untuk hx > 2/3 h , bx = 0,6 h (1 – hx/h)


13
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

o Untuk hx < 2/3 h , bx = 1,2 h (1 – hx/0,8h)

Dalam beberapa kasus, sebuah groundwire dirasa belum cukup untuk memproteksi kawat
phasa sepenuhnya. Untuk meningkatkan performa dalam perlindungan terhadap sambaran petir
langsung, lebih dari satu groundwire digunakan.
Bila digunakan 2 buah groundwire dengan tinggi h dari tanah dan terpisah sejauh s,
perhitungan untuk menetapkan zona proteksi petir dilakukan seperti halnya menggunakan 1 buah
groundwire. Gambar 2 menunjukkan zona perlindungan dari penggunaan 2 buah groundwire.

Gambar 2. Zona perlindungan dari penggunaan 2 buah groundwire

Dari gambar tersebut, apabila ho menyatakan tinggi titik dari tanah di tengah-tengah 2
groundwire yang terlindungi dari sambaran petir, maka ho dapat ditentukan : ho = h - s/4 

Sedangkan daerah antara 2 groundwire dibatasi oleh busur lingkaran dengan jari-jari 5/4
s dengan titik pusat terletak pada sumbu di tengah-tengah 2 groundwire.
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa hadirnya groundwire dimaksudkan sebagai tempat
sambaran petir langsung dan dapat melindungi kawat phasa. Zona perlindungan groundwire
dapat dinyatakan dengan parameter sudut perlindungan, yaitu sudut antara garis vertikal
groundwire dengan garis hubung antara groundwire dan kawat phasa. Jika sudut perlindungan
tersebut dinyatakan dalam a dan tinggi groundwire adalah h, maka probabilitas sambaran petir
pada groundwire (p) dapat ditentukan sebagai berikut :

Log p = --4

Dari persamaan tersebut, terlihat bahwa makin tinggi groundwire dan sudut perlindungan
yang besar, akan mengakibatkan probabilitas tersebut meningkat. Untuk itu diperlukan
pemilihan tinggi groundwire dan sudut perlindungan yang tepat untuk mendapatkan performa
perlindungan yang baik dari sambaran petir.

14
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

Gambar 3. Kurva ketinggian groundwire vs sudut perlindungan

Gambar 4.Kurva probabilitas kegagalan perlindungan vs sudut perlindungan

Gambar 3 menunjukkan kurva antara ketinggian rata-rata groundwire vs sudut


perlindungan rata-rata. Dari gambar tersebut terlihat daerah berwarna hitam merupakan daerah
kemungkinan gagal dalam perlindungan. Sedangkan gambar 4 menunjukkan probabilitas
kegagalan perlindungan dari sambaran petir ke saluran sebagai fungsi dari ketinggian
groundwire dan sudut perlindungan.
Dengan demikian, kurva pada gambar 3 menunjukkan probabilitas kegagalan dalam
perlindungan kurang dari 1 % (berdasar kurva gambar 4). Probabilitas ini berarti lebih kecil dari
satu kali kegagalan dalam setiap 100 sambaran petir pada groundwire.
Untuk meningkatkan keandalan sistem ini, diperlukan pentanahan yang baik pada setiap
menara listrik. Jika petir menyambar pada groundwire di dekat menara listrik, maka arus petir
akan terbagi menjadi dua bagian. Sebagian besar arus tersebut mengalir ke tanah melalui
pentanahan pada menara tersebut. Sedangkan sebagian kecil mengalir melalui groundwire dan
akhirnya menuju ke tanah melalui pentanahan pada menara listrik berikutnya. Lain halnya jika
petir menyambar pada tengah-tengah groundwire antara 2 menara listrik. Gelombang petir ini
akan mengalir ke menara-menara listrik yang dekat dengan tempat sambaran tersebut.

6.2 Usaha Untuk Meningkatkan Performa Perlindungan

Usaha yang paling mudah untuk meningkatkan performa perlindungan adalah dengan
menggunakan lebih dari satu groundwire. Dengan cara ini diharapkan petir akan selalu
menyambar pada groundwire sehingga memperkecil probabilitas kegagalan perlindungan. Cara
ini dapat disertai dengan menggunakan counterpoise, yaitu konduktor yang ditempatkan di
15
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

bawah saluran (lebih sering dibenamkan dalam tanah) dan dihubungkan dengan sistem
pentanahan dari menara listrik. Hasilnya, impedansi surja akan lebih kecil.

Usaha-usaha lainnya di antaranya :

 Memasang couplingwire di bawah kawat phasa (konduktor yang disertakan di bawah


saluran transmisi dan dihubungkan dengan sistem pentanahan menara listrik).
 Mengurangi resistansi pentanahan menara listrik dengan menggunakan elektroda
pentanahan yang sesuai.
 Menggunakan arester.

Cara yang terakhir ini boleh dikatakan sebagai alat pelindung yang paling baik terhadap
gelombang surja. Arester inilah yang terus dikembangkan oleh para ahli untuk mendapatkan
performa perlindungan yang makin baik.

6.3 Lightning arrester ( LA )

Pusat pembangkit listrik umumnya dihubungkan dengan saluran transmisi udara yang
menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat konsumsi tenaga listrik, yaitu gardu-gardu induk (GI),
seperti telah dijelaskan pada artikel sebelumnya di sini dan sini. Sedangkan saluran transmisi
udara ini rawan terhadap sambaran petir yang menghasilkan gelombang berjalan (surja
tegangan) yang dapat masuk ke pusat pembangkit listrik. Oleh karena itu, dalam pusat listrik
harus ada lightning arrester (penangkal petir) yang berfungsi menangkal gelombang berjalan dari
petir yang akan masuk ke instalasi pusat pembangkit listrik. Gelombang berjalan juga dapat
berasal dari pembukaan dan penutupan pemutus tenaga atau circuit breaker (switching).
Pada sistem Tegangan Ekstra Tinggi (TET) yang besarnya di atas 350 kV, surja tegangan yang
disebabkan oleh switching lebih besar dari pada surja petir.
Saluran udara yang keluar dari pusat pembangkit listrik merupakan bagian instalasi pusat
pembangkit listrik yang paling rawan sambaran petir dan karenanya harus diberi lightning
arrester. Selain itu, lightning arrester harus berada di depan setiap transformator dan harus
terletak sedekat mungkin dengan transformator. Hal ini perlu karena pada petir yang merupakan
gelombang berjalan menuju ke transformator akan melihat transformator sebagai suatu ujung
terbuka (karena transformator mempunyai isolasi terhadap bumi/tanah) sehingga gelombang
pantulannya akan saling memperkuat dengan gelombang yang datang. Berarti transformator
dapat mengalami tegangan surja dua kali besarnya tegangan gelombang surja yang datang.

16
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

Untuk mencegah terjadinya hal ini, lightning arrester harus dipasang sedekat mungkin dengan
transformator.
Lightning arrester bekerja pada tegangan tertentu di atas tegangan operasi untuk
membuang muatan listrik dari surja petir dan berhenti beroperasi pada tegangan tertentu di atas
tegangan operasi agar tidak terjadi arus pada tegangan operasi, dan perbandingan dua tegangan
ini disebut rasio proteksi arrester.
Tingkat isolasi bahan arrester harus berada di bawah tingkat isolasi bahan transformator
agar apabila sampai terjadi flashover, maka flashover diharapkan terjadi pada arrester dan tidak
pada transformator.
Transformator merupakan bagian instalasi pusat listrik yang paling mahal dan rawan
terhadap sambaran petir, selain itu jika sampai terjadi kerusakan transformator, maka daya dari
pusat listrik tidak dapat sepenuhnya disalurkan dan biayanya mahal serta waktu untuk perbaikan
relatif lama. Salah satu perkembangan dari lightning arrester adalah penggunaan oksida seng
Zn02 sebagai bahan yang menjadi katup atau valve arrester. Dalam menentukan rating arus
arrester, sebaiknya dipelajari statistik petir setempat. Misalnya apabila statistik menunjukkan
distribusi probabilitas petir yang terbesar adalah petir 15 kilo Ampere (kA), maka rating arrester
diambil 15 kiloAmpere.
Gambar 1 akan menunjukkan konstruksi sebuah lightning arrester buatan Westinghouse
yang menggunakan celah udara (air gap) di bagian atas.

Gambar 1. Konstruksi sebuah lightning arrester buatan Westinghouse yang menggunakan celah
udara (air gap) di bagian atas

Arrester ini bisa dipasang pada bangunan gedung atau di dekat alat yang perlu dilindungi
misalnya pada komputer. Alat yang dilindungi perlu tidak saja dilindungi terhadap sambaran
petir secara langsung, tetapi juga terhadap sambaran tidak langsung yang menimbulkan induksi.

17
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

Gambar 2. Lightning Arrester Tegangan Rendah Untuk Dipasang di Luar Gedung

Gambar 3. Lightning Arrester Tegangan Rendah Untuk Dipasang didalam Gedung

7. Pengenalan Gardu Induk

7.1 Peranan Gardu Induk dalam Sistem Kelistrikan


Gardu Induk merupakan simpul didalam sistem tenaga listrik, yang terdiri dari susunan
dan rangkaian sejumlah perlengkapan yang dipasang menempati suatu lokasi tertentu untuk
menerima dan menyalurkan tenaga listrik, menaikkan dan menurunkan tegangan sesuai dengan
tingkat tegangan kerjanya, tempat melakukan kerja switching rangkaian suatu sistem tanaga

18
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

listrik dan untuk menunjang keandalan sistem tenaga listrik terkait.

7.2 Pengertian dan Fungsi Gardu Induk


Gardu Induk adalah suatu instalasi listrik mulai dari TET (Tegangan Ekstra Tinggi), TT
(Tegangan Tinggi) dan TM (Tegangan Menengah) yang terdiri dari bangunan dan peralatan
listrik.
Fungsi Gardu Induk adalah untuk menyalurkan tenaga listrik (kVA, MVA) sesuai dengan
kebutuhan pada tegangan tertentu. Daya listrik dapat berasal dari Pembangkit atau dari gardu
induk lain.

7.3 Jenis gardu induk


Menurut Pelayanannya

 Gardu Transmisi, yaitu gardu induk yang melayani untuk TET dan TT
 Gardu Distribusi, yaitu gardu induk yang melayani untuk TM

Menurut Penempatannya

 Gardu induk pasangan dalam (Indoor Substation)


 Gardu induk pasangan luar (Outdoor Substation)
 Gardu induk sebagian pasangan luar (Combine Outdoor Substation)
 Gardu induk pasangan bawah tanah (Underground Substation)
 Gardu induk pasangan sebagian bawah tanah (Semi Underground Substation)
 Gardu induk mobi (Mobile Substation)

Menurut Isolasinya

 Gardu induk yang menggunakan udara guna mengisolir bagian-bagian yang bertegangan
dan bagian bertegangan lainnya dan dengan bagian yang tidak bertegangan/tanah.
 Gardu induk yang menggunakan gas guna mengisolir bagian-bagian yang bertegangan
dan bagian bertegangan lainnya dan dengan bagian yang tidak bertegangan/tanah. Isolasi
gas yang digunakan adalah gas SF6 pada tekanan tertentu.

Menurut rel

 Gardu induk dengan satu rel (single busbar)


 Gardu induk dengan dua rel (double busbar)
 Gardu induk dengan dua rel sistem 1,5 PMT (one and half circuit breaker)

7.4 Sistem pentanahan Gardu Induk Tegangan Tinggi

Sebuah Gardu Induk Tegangan Tinggi (GITT)150 kV harus memiliki sistem pentanahan
yang handal yang memenuhi standard aman bagi manusia dan peralatan yang berada di area
gardu induk. Sistem pentanahan yang digunakan harus benar-benar dapat mencegah bahaya
ketika pada saat gangguan terjadi, di mana arus gangguan yang mengalir ke bagian peralatan dan
ke piranti pentanahan dapat diketanahkan sehingga gradien tegangan disekitar area pentanahan
menjadi merata sehingga tidak menimbulkan beda potensial antara titik-titik disekitar terjadinya
gangguan.

19
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

Sistem pentanahan peralatan gardu induk yang umum digunakan saat ini adalah sistem
pentanahan Driven Rod, Counterpoise, menggunakan kisi (Grid) dan gabungan antara sistem
pentanahan Grid dan Rod. Ketiga model sistem pentanahan ini sistem Grid-Rod paling sering
digunakan untuk Gardu Induk Tegangan Tinggi 150 kV. Untuk pembangunan gardu induk yang
baru dibutuhkan disain yang baru pula. Disain dilakukan dengan membuat kombinasi antara
jumlah mesh dan rod-nya, kedalaman penanaman konduktor dengan mempertimbangkan nilai
dari tahanan jenis tanah, pengaruh tahanan jenis tanah untuk beberapa jenis tanah yang berbeda
dengan kedalaman yang sama serta dimensi area pentanahan yang akan digunakan sehingga
menghasilkan nilai tahanan pentanahan (R), tegangan sentuh (Em) dan tegangan langkah (Es)
yang lebih baik dan lebih aman.

7.4.1. Tahanan Pentanahan

Pentanahan yang ideal harus memberikan nilai tahanan pentanahan mendekati nol atau ≤
1 ohm untuk gardu induk bertegangan tinggi (ANSI/IEEE Std 80-1986). Sebagai perkiraan
pertama, sebuah nilai minimum dari tahanan pentanahan gardu induk pada tanah yang seragam
(uniform) untuk lapisan pertama (permukaan tanah) saja dapat dihitung dengan persamaan :

ρ π
Rg =

4 A ...................................................................(3)

dimana,
Rg = tahanan pentanahan ( Ω )
ρ = tahanan jenis tanah ( Ω -m )
A = luas area pentanahan grid ( m2)

Kemudian, pada lapisan kedua dengan adanya gabungan antara grid dan batang rod
untuk tanah yang seragam, jumlah konduktor grid dan konduktor batang rod yang ditanam pada
kedalaman tertentu dikombinasikan dengan persamaan 2 sehingga diperoleh persamaan seperti
dibawah ini [Laurent, P. G., 1951 dan Nieman, J, 1952] :

ρ π ρ
Rg =

4 A + L ................................................................(4)

Dimana L = total dari panjang konduktor yang tertanam ( m )

Untuk perhitungan nilai tahanan dari pentanahan grid yang diformulasikan oleh Nieman,
J., (1952), diperoleh sebagai berikut :

1 1
Rg =
ρ ( +
4r L ) untuk h = 0; r = √ A /π .....................................(5)

Perhitungan tahanan pentanahan untuk kedalaman tertentu yakni 0 < h < 2.5 m
berdasarkan Laurent, P.G.,(1951) diperoleh

1 r
Rg =
ρx
8r (
1+
2 . 5 h+r ) ................................................................
(6)

Dari kedua persamaan 5 dan 6 diatas dikombinasikan oleh IEEE Std 80-1986 diperoleh
persamaan untuk kedalam konduktor 0 m < h < 2.5 m :
20
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

1 1 1
Rg = ρ
[ +
L √ 20 A
1+(1+h √20 / A )] ..............................................(7)

Dimana h = kedalaman penanaman konduktor (m).

Panjang total konduktor pentanahan L merupakan penjumlahan dari grid dan rod :

L = Lc + Lr ...............................................................................(8)

dengan,
Lc = panjang konduktor pentanahan grid
Lr = panjang konduktor pentanahan rod.

Untuk menentukan panjang konduktor pentanahan grid Lc dapat dirumuskan dengan mengacu
pada gambar 1.

D1
L1

1 D2
2

n
1 2 m L2

Gambar 1. Sistem pentanahan grid panjang L1 dan L2

Lc = L1n + L2m ..................................................................................


(9)

L1
D1 = m−1 ....................................................................................
(10)

L2
D2 = n−1 ....................................................................................
(11)

L2

Lc = L1
( ) D2
+1 + L2 m
...................................................................
(12)

dimana,
L1 = panjang konduktor ( m )
L2 = lebar konduktor ( m )
n = jumlah konduktor parallel sisi panjang
m = jumlah konduktor parallel sisi lebar
D1 = jarak antar konduktor parallel sisi panjang
21
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

D2 = jarak antar konduktor parallel sisi lebar

7.4.2. Tegangan Sentuh dan Tegangan Langkah

a. Tegangan Sentuh

Tegangan sentuh adalah tegangan yang terdapat diantara suatu obyek yang disentuh dan
suatu titik berjarak 1 meter, dengan asumsi bahwa objek yang disentuh dihubungkan dengan
kisi-kisi pengetanahan yang berada di bawahnya [Hutauruk, T.S., 1991].
0 .157 ......................................................(13)
Et 70 = (1000+1.5 ρ sCs )
√t
0 .116
Et 50 = (1000+1.5 ρ sCs )
√ t ......................................................(14)
dimana,
Et50 = tegangan sentuh untuk berat badan manusia 50 kg,
Et70 = tegangan sentuh untuk berat badan manusia 70 kg,
Cs = faktor reduksi nilai resistivitas permukaan tanah
ρs = tahanan jenis permukaan material (lapisan batu koral), Ohm-m
t = waktu gangguan tanah (waktu kejut), detik

faktor reduksi dari nilai resistivitas permukaan tanah diformulasikan :

1 ∞
Kn
Cs =
[
0 . 96
1+2 ∑
n=1

√ ( )
1+
2 nhs
0 . 08
2
] ....................................................(15)

ρ−ρ s
K= ρ+ ρs ............................................................................(16)

dengan,
K = faktor refleksi
Hs = ketebalan lapisan batu koral (m)
ρ = tahanan jenis tanah (ohm-m)
ρ s = tahanan jenis permukaan material lapisan batu koral (ohm-m)

Tabel 1. Tegangan sentuh yang diizinkan dan lama gangguan berdasarkan IEEE Std 80-
1986.

Lama Gangguan (t) Tegangan Sentuh Yang Diizinkan


(detik) (Volt)
0,1 1980
0,2 1400
0,3 1140
0,4 990
0,5 890
1 626
2 443

22
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

3 362

Untuk pentanahan grid dengan model bujur sangkar maupun empat persegi panjang (rectangular
grid) menurut IEEE Std 80-1986 mempunyai batasan :

1. Jumlah konduktor parallel dalam satu sisi kurang dari 25 (n<25),


2. 0.25 < h < 2.5 dengan h adalah kedalaman penanaman konduktor (m),
3. d < 25 m, d adalah diameter penghantar (m),
4. D > 2.5 m, D adalah jarak antar konduktor parallel (m).

b. Tegangan langkah

Tegangan langkah adalah tegangan yang timbul di antara dua kaki orang yang sedang berdiri di
atas tanah yang sedang dialiri oleh arus kesalahan ke tanah.

0 .116
Es 50 = (1000+6 ρ sCs )
√ t .............................................................
(17)

0 . 157
Es 70 = (1000+6 ρ sCs )
√t .............................................................
(18)

dimana,
Es50 = tegangan langkah untuk berat badan manusia 50 kg,
Es70 = tegangan langkah untuk berat badan manusia 70 kg.

Tabel 2. Tegangan Langkah yang diijinkan dan lama gangguan berdasarkan IEEE Std 80-
1986.

Lama Gangguan
(t) Tegangan Langkah yang Diijinkan
(detik) (Volt)
0,1 7000
0,2 4950
0,3 4040
0,4 3500
0,5 3140
1 2216
2 1560
3 1280

Tegangan mesh/sentuh dan tegangan langkah sebenarnya (Em dan Es) yang diformulasikan oleh
IEEE Std 80-1986 diperoleh sebagai berikut :

ρI G KmKi
Em=
Lc+1. 15 Lr .....................................................................(19)

ρI G KsKi
Es =
Lc+1 . 15 Lr .....................................................................(20)

23
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

2
D2 ( D+2h ) h
1
Km= ln

+
[
16hd 8 Dd 4d (
− +
1

1+
ln
8
h π ( 2N −1 )
h0
)

( )
] ...........(21)

1 1 1 1
Ks =
[ + + ( 1−0 .5 N−2 )
π 2 h D+h D ] ...............................................(22)

N = √ n.m ................................................................................(23)

Ki = 0.94 + 0.047 N ........................................................................(24)

A
D = √ N .................................................................................(25)

dengan :
h0 = kedalaman penanaman konduktor grid referensi = 1 (m),
Ki = faktor koreksi tegangan mesh untuk nilai pertambahan arus pada grid,
Km = faktor geometrik tegangan mesh,
Ks = faktor grid tegangan langkah.

7.4.3. Arus Grid Maksimum

Arus grid maksimum adalah arus terbesar yang mengalir pada rangkaian pentanahan grid saat
terjadi gangguan fasa ke tanah.

IG = Cp Df Ig .............................................................................(26)

Ig = Sf If ..................................................................................(27)

If = 3 I0 ...................................................................................(28)

dimana,
IG = arus grid maksimum (A)
Df = decrement factor, nilainya ditentukan berdasar waktu gangguan
= 1 (untuk waktu gangguan 0.5 detik)
Cp = faktor proyeksi korektif yang dihitung untuk kenaikan relatif arus
gangguan selama keberlangsungan sistem. Untuk sistem dengan
pertumbuhan nol Cp = 1
Ig = arus grid simetris (A)
If = nilai rms dari arus gangguan tanah (A)
Sf = faktor pembagi arus gangguan,
= 0.7 (untuk gardu induk yang berkawat tanah)
I0 = arus gangguan urutan nol.

8. Kesimpulan
1. Sistem pentanahan peralatan gardu induk yang umum digunakan saat ini
adalah sistem pentanahan Driven Rod, Counterpoise, menggunakan kisi (Grid) dan
gabungan antara sistem pentanahan Grid dan Rod.

24
Disajikan oleh Frisal Argha Kusumah

2. Untuk mengamankan transformator saluran udara tegangan menengah


yang diakibatkan karena gangguan maka dipasang piranti pengaman salah satunya adalah
Arrester.
3. Sebagai akibat dari ketidakseimbangan beban antara tiap-tiap fasa pada
sisi sekunder trafo distribusi (fasa R, fasa S, fasa T) mengalirlah arus di netral trafo. Arus
yang mengalir pada penghantar netral trafo ini menyebabkan losses (rugi-rugi).

25

Anda mungkin juga menyukai