Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SCABIES (KUDIS)

Topik : Penyakit Menular yang Membuat Kulit Sangat Gatal


Pokok Bahasan : Scabies (Kudis)
Sasaran : Keluarga An.G
Tempat : Rumah An.G di Rumah Susun 24 Ilir Blok 18 Lt 3
Hari / Tanggal : Kamis, 27 Juni 2019
Waktu : 09.00 WIB-selesai

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, sasaran mampu memahami dan
mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, sasaran mampu:
a. Memahami definisi skabies
b. Memahami penyebab skabies
c. Memahami cara penularan skabies
d. Memahami tanda dan gejala skabies
e. Memahami klasifikasi skabies
f. Memahami pengobatan skabies
g. Memahami pencegahan scabies

B. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan ini adalah A.G yang bertempat tinggal di Rumah Susun
Blok 18 Lt 3 23 Ilir

D. Materi
(Terlampir)

E. Media
Leaflet dan BookLet

F. Metode
1 Ceramah
2 Tanya jawab
3 Demonstrasi

G. Kegiatan penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Keluarga
1. 5 menit Pembukaan :
1. Mengucapkan salam
2. Menjelaskan nama dan akademi 1. Menjawab salam
3. Menjelaskan topik dan tujuan pendidikan 2. Mendengarkan
kesehatan
4. Menanyakan kesiapan keluarga 3. Mendengarkan

4. Menjawab
2. 15 menit Kegiatan Inti Penyuluhan

1. Menjelaskan dan menguraikan materi tentang 1. Mendengarkan dan


: menyimak dengan
a. Menjelaskan definisi skabies baik
b. Menjelaskan penyebab skabies
c. Menjelaskan cara penularan skabies
d. Menjelaskan tanda dan gejala skabies
e. Menjelaskan klasifikasi skabies
f. Menjelaskan pengobatan skabies
g. Menjelaskan pencegahan scabies
2. Memberikan kesempatan kepada penyerta
untuk bertanya.
2. Bertanya
3. Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan
yang berkaitan dengan materi yang belum
jelas. 3. Mendengarkan dan
menyimak dengan
baik

3. 5 menit Evaluasi:
1. Menanyakan kembali hal-hal yang sudah1. Menjawab
dijelaskan mengenai scabies
2. Memberikan kesempatan keluarga2. Meredemonstarasi
meredemontrasikan cara pencegahan scabies kan
4. 5 menit Penutup

1. Menutup pertemuan dengan menyimpulkan1. Mendengarkan


materi yang telah dibahas
2. Memberikan salam penutup

2. Menjawab salam

H. EVALUASI:
1. Evaluasi struktur
a. Mahasiswa mempersiapkan SAP, materi dan media yang akan
diberikan.
b. Mahasiswa datang tepat waktu dan pada tempat yang telah
ditentukan.
c. Acara dimulai dan berakhir tepat waktu.
2. Evaluasi proses
a. Tn.G dan seluruh anggota keluarga mengikuti acara penyuluhan
tentang penyakit skabies dari awal hingga akhir.
b. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
lengkap dan benar.
3. Evaluasi hasil

Penyuluhan dikatakan berhasil jika 75% peserta mengerti dan mampu :

a. Peserta mampu menjelaskan definisi scabies


b. Peserta mampu menjelaskan penyebab scabies
c. Peserta mampu menjelaskan cara penularan scabies
d. Peserta mampu menjelaskan tanda dan gejala scabies
e. Peserta mampu menjelaskan klasifikasi scabies
f. Peserta mampu menjelaskan pengobatan scabies
g. Peserta mampu menjelaskan pencegahan scabies

Lampiran materi
SCABIES (KUDIS)
A. Pengertian Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi Djuanda.
2007).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi,
Soedjajadi K, Hari B N, 2005). Scabies adalah penyakit zoonosis yang
menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke
manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh
dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart,
1997).
Jadi menurut, scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras
dan golongan yang ada dimuka bumi ini. Skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig,
budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular
oleh kutu tuma gatal Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit
stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok
sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.

B. Etiologi atau penyebab Scabies


Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian
hominis.Sarcoptes scabiei ini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarina, superfamili Sarcoptes.Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.
hominis.Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan
babi.Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata.Tungau ini translusen, berwarna putih kotor,
dan tidak bermata.
Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak
fisik yang erat. Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu
kamar 211̊ C dengan kelembaban relatif 40-80%.
Kutu betina berukuran 0,4-0,3 mm. Kutu jantan membuahi kutu betina
dan kemudian mati. Kutu betina, setelah impregnasi, akan menggali lobang ke
dalam epidermis kemudian membentuk terowongan di dalam stratum
korneum dan lucidum. Kecepatanmenggali terowongan 1-5 mm/hari.Dua hari
setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan yang berkulit telur yang
kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa, dan kemudian menjadi
kutu dewasa dalam 10-14 hari. Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari.
Kemudian kutu mati diujung terowongan.Terowongan lebih banyak terdapat di
daerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea. Di
dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat
telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda.Akibat terowongan
yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit
itu penderita mengalami rasa gatal.
Masa inkubasi skabies bervariasi, ada yang beberapa minggu bahkan
berbulan-bulan tanpa menunjukkan gejala.Mellanby menunjukkan sensitisasi
dimulai 2-4 minggu setelah penyakit dimulai.Selama waktu itu kutu berada
diatas kulit atau sedang menggali terowongan tanpa menimbulkan gatal. Gejala
gatal timbul setelah penderita tersensitasi oleh ekskreta kutu.

C. Gejala Klinis Skabies


Ada 4 tanda cardinal berikut :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar
tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal
keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena.
Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala.
Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-
rata panjang 1cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.
Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
ekskoriosi dan lain-lain). Tempat predileksi biasanyamerupakan daerah
dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola
mammae(wanita) dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia
eksterna(pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian
telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada
remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada daerah yang
berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan agak dalam
hingga kulit mengeluarkan darah karena sarcoptes betina bermukim agak
dalam dikulit. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau
ini.
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut.
Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit
sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung
lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.

D. Cara penularan Skabies


1. Kontak langsung yaitu kontak kulit dengan kulit, misalnya berjabat tangan,
tidur bersama dan berhubungan seksual.
2. Kontak tidak langsung yaitu melalui benda, misalnya pakaian, handuk,
sprei, bantal, dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes Scabiei betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang berbentuk larva.Dikenal pula Sarcoptes scabiei var, animalis
yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang
banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.

E. Klasifikasi Skabies
1. Scabies pada orang bersih
Skabies yang terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup bisa
salah didiagnosis.Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan.Kutu
biasanya hilang akibat mandi secara teratur.
2. Scabies pada bayi dan anak
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh
kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi
sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang
ditemukan.Pada bayi, lesi terdapat di muka.
3. Scabies yang ditularkan oleh hewan Sarcoptes scabiei varian canis dapat
menyerang manusia yang pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan
tersebut. Misalnya peternak dan gembala.
Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul terowongan, lesi terutama
terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan sembuh sendiri bila menjauhi
hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.
4. Scabies nodular
Nodul terjadi akibat reaksi hypersensitifitas.Tempat yang sering di kenai
adalah genitalia pria, lipat paha, dan aksila.Lesi ini dapat menetap beberapa
minggu hingga beberapa bulan, bahkan hingga satu tahun walaupun telah
mendapat pengobatan anti skabies.
5. Skabies incognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda
skabies, sementara infestasi tetap ada.Sebaliknya, pengobatan dengan
steroid topikal yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat.Hal
ini mungkin di sebabkan oleh karena penurunan respons imun seluler.
6. Scabies terbaring ditempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di
tempat tidur dan menderita skabies yang lesinya terbatas.
7. Scabies Norwegia atau scabies krustosa
Lesinya berupa gambaran eritrodermi, yang disertai skuama generalisata,
eritema, dan distrofi kuku.Krusta terdapat banyak sekali.Krusta ini
melindungi Sarcoptes scabiei di bawahnya.Bentuk ini mudah menular
karena populasi Sarcoptes scabiei sangat tinggi dan gatal tidak
menonjol.Bentuk ini sering salah didiagnasis, malahan kadang diagnosisnya
baru dapat di tegakkan setelah penderita menularkan penyakitnya ke orang
banyak.Sering terdapat pada orang tua dan orang yang menderita radiasi
mental (Down’s syndrome) sensasi kulit yang rendah (lepra, syringomelia
dan tabes doralis), penderita penyakit sistemik yang berat (leukemia dan
diabetes), dan penderita imunosupresif (misalnya pada penderita AIDS atau
setelah pengobatan glukokortikoid atau sitotoksit jangka panjang).
F. Pencegahan dan Penatalaksanaan
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus,
handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya
hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.
4. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit
yang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
5. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk dan
pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalau
perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas.
6. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih
dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari
serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat dilakukan
penatalakasanaan medis.Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua
stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau
kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan murah. Cara
pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita
yang hiposesitisasi).

Jenis obat topikal:


a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau krim.
Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat
aman efektif. Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari tiga
hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian,
dan dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,
dan kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam bentuk
krim atau losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan
karena efektif terhadap semua stdium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Pemberiannya hanya cukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih
ada gejala ulangi seminggu kemudian. Pengguanaan yang berlebihan dapat
menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak jika
digunakan berlebihan , dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak
aman digunaka untuk ibu menyusui dan wanita hamil.
d. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau losio
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari
mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60 % pasien.
Digunakan selama 2 malam beruturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam
pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian. Obat ini
disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat
menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus di
tambahkan air 2-3 bagian.
e. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Pengguanaanya
selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat yang
paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei
dan memiliki toksisitas rendah pada manusia. Pengobatan pada skabies
krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu ditambahkan salep
keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi
sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED :


3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

Anda mungkin juga menyukai