Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN

DALAM INGATAN MANUSIA

Disusun guna memenuhi tugas akhir Modul 3 kuliah Daring

Program PPG dalam jabatan Tahun 2019

Disusun Oleh :

Rina Widyawati

S42019 Kelas A

Dosen Pembimbing:

Prof. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D

PROGRAM PPG DALAM JABATAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2019
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Ingatan sangat penting bagi manusia, karena ingatan adalah tempat penyimpanan
pengetahuan bagi manusia. Segala macam belajar melibatkan ingatan. Jika kita tidak dapat
mengingat apa pun mengenai pengalaman kita, kita tidak akan dapat belajar apa-apa. Kehidupan
hanya sebuah pengalaman sementara yang sangat berkaitan antara satu dengan yang lain. Kita
tidak dapat melakukan apapun walaupun percakapan yang sederhana sekalipun, karena untuk
berkomunikasi kita harus mengingat pikiran yang kita ungkapkan dan pikiran yang baru
disampaikan kepada kita. Tanpa ingatan kita tidak dapat merefleksikan diri kita sendiri, karena
pemahaman diri tergantung pada suatu kesadaran yang berkesinambungan yang hanya dapat
terlaksana dengan adanya ingatan.[1]

Proses mengingat adalah proses biologi yang secara alami pasti terjadi pada manusia.
Selain sebagai proses biologi, mengingat juga merupakan proses mental. Proses ini bukan
merupakan kemampuan bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anak, artinya belum
tentu orang tua yang mempunyai kemampuan mengingat rendah anaknya akan mempunyai
kemampuan mengingat yang rendah pula. Kemampuan mengingat itu bukanlah suatu reproduksi
yang pasif saja mengenai pengalaman-pengalaman yang lampau. Tetapi sebaliknya, bahwa
mengingat itu merupakan suatu proses kreatif yang kompleks. Dari berbagai hasil riset yang
dilakukan oleh sarjana-sarjana psikologi Amerika Serikat dapat di-pelajari hasilnya yang antara
lain dikemukakan, bahwa tidak semua bahan yang pernah dipelajari dapat diingat kembali.
Ingatan terhadap bahan-bahan yang telah pernah dipelajari dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Williams dan Knoks antara lain mengetengahkan faktor-faktor dinamis yang mempengaruhi
ingatan, mereka mencatat bahwa reproduksi ingatan dipengaruhi oleh nama-nama objek; ingatan
mengarah kepada simetrisasi, kesederhanaan, dan kesempurnaan; dan gambaran-
gambarannya dipengaruhi oleh proses-proses yang terorganisir, oleh interaksi dengan
gambaran-gambaran lain, dan oleh sikap-sikap subjek.

Pada umumnya para ahli psikologi khususnya mereka yang tergolong cognitivist (ahli
sains kognitif) sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori, dan pengetahuan itu sangat erat
dan tak mungkin dipisahkan. Memori yang biasanya kita artikan sebagai ingatan itu
sesungguhnya adalah fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulus, dan ia merupakan
storage system, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam
otak manusia.[2]
1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1.2.1.1. Bagaimana pengorganisasian informasi/pengetahuan dalam ingatan manusia?

1.2.1.2. Bagaimana model pembelajaran pemrosesan informasi?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui dan
memahami:

1.3.1.1. Pengorganisasian informasi dalam ingatan manusia

1.3.1.2. Model pembelajaran pemrosesan informasi

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Teori Pengolahan Informasi

Pengolahan informasi merupakan proses mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat


sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan. Penggolahan informasi dapat
pula dikatakan sebagai proses bagaimana respon individu terhadap informasi yang di berikan
oleh lingkungan di sekitarnya.

Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif.
Ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur
cara berpikirnya orang (Anderson, 1980).

Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, maka
dikembangkanlah model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan menggambarkan cara
individu memanipulasi simbol dan memproses informasi. Model belajar pemrosesan informasi
Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan melalui skema yang dikutip berikut ini.

Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif information
processing, karena dalam proses belajar ini tersedia 3 (tiga) taraf struktural sistem informasi,
yaitu:

a) Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register, tetapi
hanya disimpan untuk periode waktu terbatas.
b) Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working memory, dan
di sini berlangsung berpikir yang sadar.

c) Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga mampu
menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik.

2.2. Sistem Memori Manusia

Memori adalah sebuah wadah yang berisi data-data yang belum tentu saling berkaitan.
Naisser (1967) mengatakan bahwa memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang rumit
untuk mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan. Memori juga dapat dikatankan
sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap, mengolah dan menggunakannya di lain
waktu ketika di butuhkan. Memori merupakan suatu sistem yang rumit dengan banyak
tahapannya dan saling berinteraksi.

Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga (3)
struktur memori yaitu:

a) Pencatatan Penginderaan (Sensoric Memori)

Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai informasi ke
sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan dari luar
akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut akan tersimpan di dalam
ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari
dan akan diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui
panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’.

b) Penyimpanan Jangka Pendek (Working Memory)

Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari informasi yang
tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang mendapat perhatian
seorang siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka pendek. Dengan kata lain,
penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di dalam otak siswa tanpa adanya perhatian
dari siswa terhadap informasi tersebut. Penyimpanan jangka pendek ini dapat bertahan relatif
lebih lama lagi yaitu sekitar 20 detik.

c) Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)

Penyimpanan jangka panjang merupakan suatu proses penyimpanan informasi yang permanen.
Memori jangka panjang ini berasal dari memori jangka pendek yang selalu diulang-ulang dan
berkesan bagi individu sehingga informasi yang ia terima dapat bersifat permanen dan bila suatu
saat ia butuhkan maka akan teringat lagi. Informasi yang sudah tersimpan di dalam penyipanan
jangka panjang ini sulit untuk hilang. Selain pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang
harus diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan
mudah adalah:

(a) Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang
tidak dipahaminya.

(b) Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa daripada
hal-hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36, dan
25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang sudah terorganisir dengan baik:
1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.

(c) Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu yang
tidak menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan memungkinkan
para siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceriteranya akan mampu mereka ingat
dengan mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran
yang tidak menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi
para guru.

2.3. Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar

Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa meemori manusia
itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi
suatu sandi-sandi informasi dan keterampilanbagi penyimpananya untuk di pelajari. Dalam hal ini
individu diartikan sebagai suatu objek yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan suatu
penyleksian, pengorganisasian danpengubahan terhadap informasi yang di dapat menjadi suatu
sandi-sandi yang berguna untuk memudahkan individu dalam proses belajar yang akan dijalani
dirinya. Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil
sangat bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini
menunjukan bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama yang
mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan di capai dari peserta didik, dalam hal ini
menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi adalah perhatian yang ditujukan
pada stimulus, pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival). Atas
dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran yaitu (a)
membimbing untuk menerima stimulus, (b) memperlancar pengkodean, (c) memperlancar
penyimpanan dan retrieval. Ketiganya merupakan kesatuan yang harus dilakukan secara
berurutan dan akan selalu mempengaruhi hasil yang akan oleh peserta didik.

Membimbing peserta didik untuk penerimaan stimulus dapat dilakukan pendidik dengan
(1) memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang di pilih. Dalam hal ini pendidik akan
memberikan perhatian khusus terhadap siswa mengenai stimulus-stimulus yang akan dipilih. Jadi
dengan demikian siswa/peserta didik akan lebih terkosentrasi pada stimulus yang telah
ditentukan. (2) Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu. Dalam pengenalan
awal stimulus melalui pengkodean yaitu bagaimana individu mengubah stimulus yang ada
sehingga dapat di simpan dan pada waktu yang lain dapat dimunculkan kembali dengan mudah.
Dalam pengkodean ini akan terjadi proses pengulangan dan menghubungkan dengan informasi
lama yang sudah tertanam dalam memori manusia. Pengkodean berfungsi untuk menyiapkan
informasi baru untuk di simpan kedalam memori jangka panjang. Proses ini menghendaki adanya
tranformasi informasi menjadi kode ringkasan guna memudahkan dan mengingat kembali
informasi tersebut di kemudian hari. Ada 2 (dua) rancangan yang berbeda yang dapat
memudahkan pengkodean yaitu dengan memberikan pengisyaratan, elaborasi, dan cara titian
ingatan sebagai pembantu untuk menyusun sandi atau kode-kode guna memudahkan dalam
proses penyimpanan pada memori kerja peserta didik. Rancangan ini disebut bantuan berbasis
pembelajaran, contohnya: penggunaan sinonim untuk kata-kata yang sulit dalam pertanyaan
ulangan, akronim untuk belajar asosiasi yang sifatnya sembarang. Rancangan yang lain
berfungsi untuk memberikan kesempatan terjadinya elaborasi (pengubahan) yang dihasilkan
peserta didik. Dalam hal ini peserta didik diberikan suatu kesempatan untuk melakukan
pengubahan informasi dengan caranya sendiri agar mudah untuk diingat dan dimunculkan
kembali. Memperlancar penyimpanan dan retrieval sangat penting karena hal ini dapat
meningkatkan kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat ditujukan
berupa irama, bunyi, sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang semuanya
memberikan pengisyaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam proses belajar.
Elaborasi berbasis pembelajaran dan peserta didik keduanya juga memberikan sumbangan yang
besar dalam proses mengingat kembali terhadap informasi yang sudah tersimpan dalam memori
menusia. Proses pemunculan kembali apa yang telah tersimpan atau dsimpan dalam memori
manusia dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Maksud dari hal itu juga dapat dikatakan
bahwa retrival dikatakan sebagai suatu proses pemunculan informasi yang tersimpan dalam long
term memory (ingatan jangka panjang) melalui suatu penelusuran dan penyeleksian terhadap
informasi yang akan dimunculkan.

BAB III KESIMPULAN

Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat menarik beberapa


kesimpulan antaranya:

1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu


mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu
dari lingkungan.

2. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric Memori),
Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term
Memory)

3. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu: Perhatian ke stimulus,
Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.

DAFTAR PUSTAKA

[1]Rita L. Atkinson dkk, Pengantar Psikologi, terj. Nurdjannah Taufiq dan Rukmini Barhana
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 1983), h. 341.

[2]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakata: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h. 72.

Anderson, B.F. 1980. The Complete Thinker: A Handbook of Theniques For Creative and Critical
Problem Solving. New Jersey: Englewood Cliffs

Karwono dan Heni Mularsih. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber
Belajar. Ciputat: Penerbit Cerdas Jaya.

Markowitz, K. & Jensen, E. 2002. Otak Sejuta Gigabyte. Bandung: Kaifa.

Rasyad, A. 2003. Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.

Anda mungkin juga menyukai