Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat


berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dan dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya (UU No 18 tahun
2014 tentang Kesehatan Jiwa).

Masalah kesehatan jiwa di keluarga dan masyarakat semakin meningkat,


terlihat dari banyaknya tindak kekerasan (KDRT,), kenakalan remaja (anak jalanan,
kecanduan game, tawuran), penyalahgunaan narkoba, bahkan begitu mudahnya
melakukan tindakan bunuh diri. Kurangnya pengetahuan, akses yang sulit dijangkau,
dan keterbatasan tenaga kesehatan jiwa merupakan beberapa penyebab gangguan
jiwa tidak terdeteksi di keluarga dan masyarakat

Pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia masih menyelesaikan masalah di hilir


dan bersifat pasif. Fokus pelayanan pun masih di institusi atau rumah sakit jiwa.
Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi orang dengan gangguan jiwa
berat adalah 1,7 ‰ ( > 400 ribu jiwa). Sedangkan orang dengan gangguan mental
emosional (gejala depresi dan anxietas) pada penduduk umur ≥15 tahun sebesar 6,0%
(>14 juta jiwa). Dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang pernah dipasung
proporsinya sebesar 14,3% atau sekitar 57 ribu kasus. Angka pemasungan di perkotaan
10,7 %, dan angka pemasungan di pedesaan jumlahnya cukup tinggi yaitu 18,2 %.

Faktor lainnya masyarakat malu jika ada keluarganya yang mengalami


gangguan jiwa. Sehingga jika ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
tindakan yang dilakukan adalah mengisolasi pasien dengan memasung/ mengurung
pasien sehingga tidak diketahui oleh masyarakat luas. Pada tahun 2013 jumlah pasien
jiwa yang dipasung sebanyak 5 orang. Hal tersebut apabila tidak diantisipasi dari
sekarang maka jumlah pasien jiwa akan terus meninglkat. Dan pada akhirnya akan
menambah beban keluarga, menurunkan produktivitas dan derajat kesehatan.

Belum tersentuhnya kasus gangguan jiwa pada level pelayanan kesehatan


dasar, Adanya Program upaya Kesehatan jiwa, adanya program Indonesia bebas
pasung dan visi keluarga sehat 2019 yang salah satu indikatornya adalah kesehatan
jiwa dan jumlah penderita gangguan jiwa yang angkanya lebih tinggi dari angka

1
nasional, maka dari beberapa hal tersebut upaya kesehatan jiwa di Indonesia dirasa
sangat penting, dan tentunya juga di Kabupaten Lampung Barat khususnya di
Puskesmas Batu Brak.

B. PERMASALAHAN
1. Belum tersentuhnya kasus gangguan jiwa pada level pelayanan kesehatan dasar.
2. Masih sangat kurangnya kunjungan penderita gangguan jiwa ke pelayanan kesehatan.
3. Stigma buruk / aib masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa.
4. Masih tingginya kepercayaan terhadap dukun.
5. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit gangguan jiwa dan cara perawatan
pasien gangguan jiwa di puskesmas.
6. Masih adanya kasus pasung pada penderita dengan gangguan jiwa.

C. TUJUAN
A. Tujuan Umum
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan jiwa di wilayah
kerja UPT Puskesmas Curugkembar.

B. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang gangguan jiwa
sehingga stigma buruk di masyarakat tentang gangguan jiwa dapat berubah.
2. Meningkatkan cakupan dan akses pelayanan kesehatan jiwa.
3. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sector.
4. Meningkatkan kemandirian dan produktifitas pasien.
5. Tidak ada lagi kasus pasung di wilayah kerja UPTD Puskesmas Curugkembar.

2
BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI PUSKESMAS CURUGKEMBAR

A. Gambaran Umum Wilayah

Berikut adalah gambaran umum luas dan keadaan wilayah jangkauan kerja UPTD

Puskesmas Curugkembar tertuang dalam peta wiayah dibawah ini.

Peta Kecamatan Curugkembar

B. VISI DAN MISI


1. VISI : Mewujudkan masyarakat kecamatan Curugkembar mandiri dan berkeadilan
2. MISI : - Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar

3
- Menjamin tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan dasar
merata dan berkualitas

C. GEOGRAFI
Wilayah kerja Puskesmas Curugkembar mempunyai 7 Desa binaan dengan luas
wilayah sebagai berikut :
1. Luas wilayah kecamatan Curugkembar : 5.408,52 Ha
2. Jarak ke Dinas Kesehatan Kabupaten : 60 Km
3. Jumlah Desa Binaan : 7 Desa
4. Jumlah Rt dan Rw : 46 RW/167 Rt
TABEL 01
DATA JUMLAH RT/RW LUAS WILAYAH DAN MOBILITAS
Nama Desa Jumlah Luas Wilayah Jarak ke PKM Keterangan
RT/RW/Dusun/KK
Curugkembar 24/6/5/1979 635,50 ha 2 km Puskesmas
Cimenteng 20/6/4/1185 941,60 ha 3 km Poskesdes
Sindangraja 37/10/10/2187 960,06 ha 5 km Poskesdes
Tanjungsari 22/6/6/1697 674,44 ha 6 km Poskesdes
Mekartanjung 24/8/8/1442 551,82 ha 6 km Pustu
Bojongjugu 21/6/5/1594 635,10 ha 4 km Poskesdes
Nagrakjaya 19/4/5/1061 408,10 ha 10 km Pustu
Jumlah 167/46/47/11135 5.408,52 ha
Sumber data : Kantor KBBP Curugkembar 2016

Keterangan :
Dari table 01 menggambarkan bahwa jumlah RT sebanyak 167 RT 46 RW 47 Dusun dan
11135 KK, bahwa desa yang paling luas (960.060 ha) dan rumah paling padat (2063) dan
paling banyak perangkatnya (37/10/10) adalah Desa Sindangraja sedangkan lokasi yang
paling jauh jaraknya adalah Desa Nagrakjaya (10 km) dari ibu kota kecamatan.

4
D. DEMOGRAFI
Komposisi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Curugkembar pada tahun ini dapat
dilihat dalam tabel berikut ini :
TABEL 02
KOMPOSISI PENDUDUK KECAMATAN CURUGKEMBAR
Jumlah penduduk
No Nama desa Jumlah KK
Laki-laki Perempuan Total
1 Curugkembar 2.750 2.778 5.528 1.972
2 Cimenteng 1.674 1.600 3.274 1.182
3 Sindangraja 3.141 3.168 6.309 2.187
4 Tanjungsari 2.240 2.252 4.492 1.697
5 Mekartanjung 1.661 1.798 3.459 1.442
6 Bojongjugu 2.019 2.015 4.034 1.594
7 Nagrakjaya 1.358 1.419 2.777 1.061
Jumlah 14.843 15.030 29.873 11.135
Sumber : kantor KBPP Curugkembar 2016
Keterangan :
Dari table 02 menggambar jumlah penduduk terbanyak adalah perempuan (15100 orang
50,4 %) dibanding laki-laki dari jumlah penduduk yaitu 14843 orang, sedangkan jumlah
penduduk Desa terbanyak yaitu desa Sindangraja (6309 orang atau 21.04%) dan paling
sedikit adalah desa Nagrakjaya (2777 orang atau 9,27 %).

5
TABEL 03
DATA KETENAGAAN PUSKESMAS CURUGKEMBAR

1. TENAGA FORMAL
NO JENIS TENAGA JUMLAH KETERANGAN
1 Kepala Puskesmas 1 PNS
2 Dokter umum 1 PNS
3 Dokter gigi 0 0
4 Bidan 15 6 PNS, 8 BHL, 1 sukwan
5 Perawat 10 4 PNS, 5 PHL, 1 sukwan
6 Tenaga tata usaha 2 1 PNS, HL
7 Tenaga administrasi 1 1 PNS
8 Tenaga Farmasi 1 PNS
9 Tenaga Kesling 1 SHL
10 Driver 1 sukwan
11 Office Boy 2 Sukwan
15 PNS

8 BHL
Jumlah 35
6 PHL
1 SHL
5 sukwan
Sumber : Puskesmas Curugkembar 2017

Keterangan dari tabel 03 menggambarkan jumlah karyawan 35 orang terbanyak adalah


15 orang PNS yang terdiri dari dr, perawat, bidan dan tenaga administrasi 36.1 %
sedangkan jumlah sukwan hanya 5 orang 13.8 %.

6
BAB III
GAMBARAN KHUSUS PROGRAM KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS CURUGKEMBAR

1. DATA ODGJ TAHUN 2017


A. Data ODGJ di Wilayah Kerja Puskesmas Curugkembar
NO DESA JENIS KELAMIN DIAGNOSA JUMLAH
Laki-Laki Perempuan
1 Curugkembar 8 - Psikosis 8
2 Cimenteng 1 - Psikosis 1
3 Mekartanjung 1 - Skizoprenia 1
4 Tanjungsari 4 2 Psikosis 6
5 Bojongtugu 2 2 Psikosis/Epilepsi 4
6 Sindangraja 7 4 Psikosis/Epilepsi 11
7 Nagrakjaya 1 4 Psikosis 5

B. DATA HASIL KEGIATAN

Tahun 2017 program Kesehatan Jiwa dari tahun sebelumnya mengalami

peningkatan yaitu 3 orang yang diantara nya 1 orang dengan diagnose Psikosis dan 2

orang diagnose Epilepsi, Hal ini dikarenakan banyak factor yang menyebabkan orang

depresi misalnya beban kerja, ekonomi, KDRT dalam rumah tangga, cemas yang

berlebihan. Sampai bulan desember ada tiga orang yang sudah sembuh tetapi masih

dalam pemantauan petugas.

Dilakukan pelacakan di bulan Januari dan penyuluhan & pengobatan program

Kesehatan Jiwa setiap bulan ke 7 Desa bulan januari, februari, maret, mei, juni, juli,

Agustus, September, Oktober dan bulan desember.

Adapun pasen ODGJ yang di rujuk ke rumah sakit jiwa dan rumah sakit umum

ada sekitar 30% ini dikarnakan kurangnya dukungan keluarga terhadap anggota keluarga

yang mengalami gangguan kesehatan jiwa.

7
Masalah yang dihadapi untuk tahun 2017 kurangnya pengetahuan keluarga

terhadap kesehatan jiwa pasien ODGJ masih di kucilkan dan dianggap aib untuk sebagian

keluarga sehingga pasien ada yang sebaian di kurung dan dibiarkan. Adapun masalah lain

kurangnya perekonomian untuk merujuk ke rumah sakit jiwa.

C. CAKUPAN HASIL KEGIATAN

CAKUPAN
VARIABEL
2.E.
F. UPAYA KESEHATAN JIWA
1 Cakupan Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Jiwa
1.847 44 2,38 100,00 2,38
2 Cakupan Penanganan Pasien Terdeteksi Gangguan
Kesehatan Jiwa 32 29 90,63 100,00 90,63

D. Hambatan-hambatan

1) Keterbatasan SDM, sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program Kesehatan

Jiwa.

2) Pengumpulan, pembukuan validasi data dan laporan masih ada yang terlambat dan

tidak lengkap.

3) Kerjasama lintas sektoral masih belum optimal.

4) Belum optimalnya bantuan pemerintahan Desa.

E. Upaya Pemecahan Masalah

1) Penambahan dan Penyuluhan untuk meningkatan SDM Puskesmas.

2) Komitmen petugas Puskesmas dalam rangka kegiatan Penyuluhan dan kujungan

rumah dan melaporkan dengan tepat waktu.

8
REKAPITULASI BULANAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN
DI PUSKESMAS CURUGKEMBAR
KABUPATEN BULAN
Sukabumi Total
: :
KECAMATAN Curugkemb TAHUN
2017
: ar :
PUSKESMAS Curugkemb
: ar

Kunjungan Menurut Klp. Umur STATUS KUNJUNGAN JENIS PELAYANAN


Tempat Jumla
No Total Kunju- Pencegahan

15-60 th

> 60 TH
5-14 th
Wilayah h Lai
< 1 th

1-4 th

. ngan Baya Bpj Aske Jamkesm Jamkesd Jumla Pengobat Jumla


Kerja/Desa Gr Bayar n
r s s as a h an Imuni h
KIA/ KB nya
-sasi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 16 17 18 20 21 22 23

Curugkemb
1 3.866 41 868 144 3.545
ar 314 185 562 2.521 284 2.600 82 149 3.884 2.600

2 Cimenteng 2.574 65 745 80 2.265


265 217 303 1.611 178 1.440 44 206 2.580 1.440
3 Tanjungsari 1.960 40 495 20 1.795
143 138 211 1.353 115 1.294 20 116 1.985 1.294
Mekartanju
4 796 24 144 5 677
ng 39 38 83 580 56 590 2 55 820 590

5 Sindangraja 948 8 143 20 860


48 41 101 690 68 737 18 48 974 737
6 Bojongtugu 2.270 18 555 45 1.736
227 93 293 1.510 147 1.476 9 172 2.275 1.476
7 Nagrakjaya 325 5 149 3 246
23 13 28 238 23 169 1 26 353 169
8 Luar Daerah 193 12 11 2 172
18 19 21 127 8 164 3 3 195 164

TOTAL 12.932 1.07 74 1.60 8.63 87 8.47 17 213 3.110 319 13.06 11.296
775 8.470
7 4 2 0 9 0 9 6

Baru : 7.079 Curugkembar, 05 Januari 2018


Lama : 5.498 Yang Membuat Laporan

9
Total Bulan
12.577
ini

Daceng Rustandi. S.Kep


NIP.-

 SOP DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA DAN PENEGAKAN DIAGNOSA


1. Pengertian Cara / metode menemukan secara cepat dan tepat kasus gangguan jiwa dengan serangkaian kegiatan terdiri dari penjaringan
kasus dan penegakan diagnosa.
2. Tujuan Mendapatkan/menemukan kasus gangguan jiwa melalui serangkaian kegiatan sehingga segera dapat dilakukan pengobatan agar
sembuh.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember Nomor 440/ /414/2015 tentang penggunaan Standart Operasional
Prosedur Program-program UKM di UPT Puskesmas Sukorambi.
4. Referensi Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas tahun 2010.
5. Prosedur
a. Alat Tulis Kantor
b. Tensimeter

10
c. Stetoskop
d. Register rawat jalan
6. Langkah - langkah
a) Petugas menerima rekam medis dari petugas pendaftaran
b) Petugas memanggil pasien masuk ke ruang periksa
c) Petugas melakukan anamnesa dengan menanyakan keluhan utama yang dirasakan oleh pasien dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan penyakit dan pengobatan yang telah didapat pasien
d) Petugas melakukan Pemeriksaan tanda-tanda vital dan menuliskan hasil pemeriksaan awal pada kartu rawat jalan.
e) Menegakkan diagnosa penyakit berdasarkan dari anamnese dan pemeriksaan fisik yang dilakukan serta pemeriksaan penunjang.
f) Petugas memberikan informasi kepada pasien mengenai kondisi kesehatan yang dialami pasien

11
BAB IV

waktu
no kegiatan tujuan Pelaksana lokasi sasaran biaya J F M A M J J A S O N D
1 Pelacakan Kasus Gangguan Jiwa Mengetahui jumlah ODGJ Program Keswa 7 Desa 100% Rp350.000 √
Program Keswa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Penyuluhan & Pengobatan Kasus
2 Kujungan Rumah 7 Desa 100% Rp350.000
ODGJ

12
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Program kesehatan jiwa di Puskesmas Curugkembar sudah berjalan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya masih mengahadapi berbagai
kendala antara lain :
1. Petugas/ pemegang program kesehatan jiwa dan dokter puskesmas belum mendapatkan pelatihan mengenai program dan penaganan
kesehatan jiwa di puskesmas.
2. Ketersedian obat- obatan yang masih terbatas.
3. Belum terjalinnya kerjasama dan konsultasi dengan dokter spesialis kesehatan jiwa untuk penentuan terapi yang tepat bagi pasien.
.

B. SARAN
Dari beberapa kendala yang dihadapi maka diperlukan :
1. Pelatihan bagi Petugas/ pemegang program kesehatan jiwa dan dokter puskesmas
mengenai program dan penaganan kesehatan jiwa di puskesmas.
2. Agar obat-obatan untuk pasien kesehatan jiwa dapat dilengkapi.
3. Terjalinnya kerjasama dan konsultasi dengan dokter spesialis kesehatan jiwa untuk
penentuan terapi yang tepat bagi pasien agar perkembangan kesehatan pasien dapat
optimal.

13

Anda mungkin juga menyukai