Anda di halaman 1dari 143

BAB I

KONSEP MANUSIA

1. KONSEP MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL


A. Pengertian manusia

Manusia adalah mahkluk biopsikososial dan spiritual yang unik dan


menerapkan sitem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Kesimbangan yang dipertahankan oleh
setiap individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut
sehat. Manusia memiliki kebutuhan yang secara terus menerus untuk dipenuhinya.
Manusia dibekali cipta (cognitive), rasa (affective) dan karsa (psychomotor), serta
dapat mengatur dunia untuk kepentingan hidupnya sehingga timbullah kebudayaan
dengan segala macam corak dan bentuknya, yang membedakan dengan makhluk
lainnya di bumi. Proses perkembangan perilaku manusia sebagian ditentukan
olehbkehendaknya sendiri dan sebagian bergantung pada alam.

Manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Dalam


mencapai kebutuhannya tersebut, manusia mencoba belajar menggali dan
menggunakan sumber-sumber yang diperlukan berdasarkan potensi dengan segala
keterbatasannya.
Manusia secara terus menerus menghadapi berbagai perubahan lingkungan dan
selalu berusaha menyesuaikan diri agar tercapai keseimbangan à interaksi dengan
lingkungan dan menciptakan hubungan antar manusia secara serasi.

Dalam teori keperawatan sering memandang manusia sebagai manusia


holistik yaitu Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

B. Manusia Sebagai Makhluk Biologis

Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa


Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi.

Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis


kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-
laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa
sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa
sebagai wanita. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin,
bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.

1
Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya,
berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan),
afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ,
anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga
jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain
sebagainya.

Perkiraan panjang umur manusia pada kelahiran mendekati 80 tahun di


negara-negara makmur, hal ini bisa tercapai berkat bantuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Jumlah orang yang berumur seratus tahun ke atas di dunia diperkirakan
berjumlah sekitar 50,000 pada tahun 2003. Rentang hidup maksimal manusia
diperhitungkan sekitar 120 tahun.

Sementara banyak spesies lain yang punah, Manusia dapat tetap eksis dan
berkembang sampai sekarang. Keberhasilan mereka disebabkan oleh daya
intelektualnya yang tinggi, tetapi mereka juga mempunyai kekurangan fisik. Manusia
cenderung menderita obesitas lebih dari primata lainnya. Hal ini sebagian besar
disebabkan karena manusia mampu memproduksi lemak tubuh lebih banyak
daripada keluarga primata lain. Karena manusia merupakan bipedal semata (hanya
wajar menggunakan dua kaki untuk berjalan), daerah pinggul dan tulang punggung
juga cenderung menjadi rapuh, menyebabkan kesulitan dalam bergerak pada usia
lanjut. Juga, manusia perempuan menderita kerumitan melahirkan anak yang relatif
(kesakitan karena melahirkan hingga 24 jam tidaklah umum). Sebelum abad ke-20,
melahirkan merupakan siksaan berbahaya bagi beberapa wanita, dan masih terjadi
di beberapa lokasi terpencil atau daerah yang tak berkembang di dunia saat ini.

C. Manusia Sebagai Makhluk Psikologi

Mengenai sifat makhluk yang bernama manusia itu sendiri yakni bahwa
makhluk itu memiliki potensi lupa atau memiliki kemampuan bergerak yang
melahirkan dinamisme, atau makhluk yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa
senang, humanisme dan kebahagiaan pada pihak-pihak lain. Dan juga manusia itu
pada hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, berbicara, berjalan, menangis,
merasa, bersikap dan bertindak serta bergerak.

Psikologi itu merupakan ilmu mengenai jiwa. Menurut Plato, manusia adalah
jiwanya dan tubuhnya hanya sekadar alat saja. Sedangkan aristoteles mengatakan
bahwa jiwa adalah fungsi dari badan sebagaimana penglihatan adalah fungsi dari
mata. Walaupun jiwa itu tidak nampak, tetapi dapat dilihat keadaan-keadaan yang
dapat dipandang sebagai gejala-gejala kehidupan kejiwaan, misalnya orang yang

2
sedang menggerutu, suatu pertanda bahwa orang ini sedang tidak senang dalam
hatinya.

Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa
penentu perilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani,
kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan. Selain itu psikologi apapun alirannya
menunjukkan bahwa filsafat yang mendasarinya bercorak antroposentrisme yang
menempatkan manusia sebagai pusat segala pengalaman dan relasi-relasinya serta
penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah manusia. Aliran
psikologis ini , yakni:

1. Psikoanalisis

Pendiri psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1839), seorang


neurolog berasal dari Austria, keturunan Yahudi. Freud memandang manusia
sebagai homo volens, yakni makhluk yang perilakunya dikendalikan oleh alam
bawah sadarnya. Menurut freud kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yaitu id
(dorongan biologis), Ego (kesadaran terhadap realitas kehidupan), dan Superego
(kesadaran normatif) yang berinteraksi satu sama lain. Id merupakan potensi
yang terbawa sejak lahir yang berorientasi pada kenikmatan (pleasure principle),
menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan, dan menuntut kenikmatan untuk
segera dipenuhi. Ego berusaha memenuhi keinginan dari id berdasarkan
kenyataan yang ada (Reality principle). Sedangkan superego menuntut adanya
kesempurnaan dalam diri dan tuntutan yang bersifat idealitas.

2. Behaviorisme

Aliran ini menganggap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari
perilakunya ditentukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia
tersebut. Aliran ini memandang perilaku manusia bukan dikendalikan oleh factor
dalam (alam bawah sadar) tetapi sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut aliran ini manusia disebut sebagai homo machanicus, manusia mesin.

D. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk


bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang
serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk
sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai
bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam

3
kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri
manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang
lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di
tengah-tengah manusia.

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan


dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena


beberapa alasan, yaitu:

a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.


b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Interaksi Sosial

Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling


pengaruh mempengaruhi dala pikiran danb tindakana. Seperti kita ketahui, bahwa
manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan
yang lain.

Interaksi sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi
dimulai: pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara,
atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-
bentuk dari interaksi sosial.

Interaksi sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut

a. Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.


b. Sugesti adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara
penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih
dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang
dari dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa
adanya kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi
sosial adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu
mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan
pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.

4
c. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan
orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah.
d. Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain
perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang


membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting
hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau
didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu
dipenuhi. Kebutuhan maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu
kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat
suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada di
bawahnya .

Lima (5) kebutuhan dasar Maslow – disusun berdasarkan kebutuhan yang paling
penting hingga yang tidak terlalu krusial :

1. Kebutuhan Fisiologis. Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan /


makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang
air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan. Contoh seperti : Bebas dari
penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain
sebagainya.
3. Kebutuhan Sosial. Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga,
kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan. Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan
banyak lagi lainnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri. Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak
sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya
6. Pandangan Tentang Manusia sebagai Makhluk Spiritual

E. Manusia sebagai makhluk sosial


Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang
bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan
ketuhanan atau makhluk hidup, dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan
dengan ras lain.

5
Manusia adalah satu kata yang sangat bermakna dimana makhluk yang
sangat sempurna dari makhluk makhluk lainya ,makhluk yang sangat spesial dan
berbeda dari makhluk yang ada sebelumnya , makhluk yang bersifat nyata dan
mempunyai akal fikiran dan nafsu yang diberikan Tuhan untuk berfikir, mecari
kebenaran, mencari Ilmu Pengetahuan, membedakan mana yang baik atau buruk,
dan hal lainya. Karena begitu banyak kesempurnaan yang di miliki manusia tidak
terlepas dari tugas mereka sebagai khalifah di Bumi ini. Karena itu, kualitas, hakikat,
fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada makhluk di dunia
ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia itu . Sungguhpun demikian, harus
diakui bahwa kualitas dan hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan
dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut mengisyaratkan
sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat
seagung itu. Sebab didalam hidup manusia selalu dihadapkan pada tantangan moral
yang saling mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu buruk,
salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi manusia untuk meraih prestasi
sebagai manusia berkualitas.
Secara fitrah manusia menginginkan “kesatuan dirinya” dengan Tuhan,
karena itulah pergerakan dan perjalanan hidup manusia adalah sebuah evolusi
spiritual menuju dan mendekat kepada Sang Pencipta. Tujuan mulia itulah yang
akhirnya akan mengarahkan dan mengaktualkan potensi dan fitrah tersembunyi
manusia untuk digunakan sebagai sarana untuk mencapai “spirituality progress”.
Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima kebutuhan yang
membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga hirarki dari yang paling penting
hingga yang tidak penting dan dari yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau
didapat. Motivasi manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu
dipenuhi. Kebutuhan maslow harus memenuhi kebutuhan yang paling penting dahulu
kemudian meningkat ke yang tidak terlalu penting. Untuk dapat merasakan nikmat
suatu tingkat kebutuhan perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada di
bawahnya .

Lima (5) kebutuhan dasar Maslow – disusun berdasarkan kebutuhan yang paling
penting hingga yang tidak terlalu krusial :
1. Kebutuhan Fisiologis. Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan /
makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang
air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.

6
2. Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan. Contoh seperti : Bebas dari
penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan lain
sebagainya.
3. Kebutuhan Sosial. Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki keluarga,
kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4. Kebutuhan Penghargaan. Contoh : pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan
banyak lagi lainnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri. Adalah kebutuhan dan keinginan untuk bertindak
sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya

7
BAB II

KONSEP SEHAT SAKIT

1. PENGERTIAN SEHAT SAKIT

Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi
sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis.

Beberapa pengertian sehat diantaranya yaitu :

 Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya
bebas dari penyakit atau kelemahan.( WHO, 1947)
 Sehat / kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa
(rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial
dan ekonomis.(UU N0. 23/1992 tentang kesehatan)
 Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan,
perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas struktural. ( Pender, 1982 )
 Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces)
yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara adekuat.
Self care Resouces : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care
Actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk
memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual.
(Paune, 1983)

Bila kita menilik dan juga menyimpulkan dari beberapa pengertian sehat di atas
maka bahwa kesehatan itu terdiri dari 3 dimensi yaitu fisik, psikis dan sosial yang dapat
diartikan secara lebih positif, dengan kata lain bahwa seseorang diberi kesempatan
untuk mengembangkan seluas-luasnya kemampuan yang dibawanya sejak lahir untuk
mendapatkan atau mengartikan sehat. Selanjutnya adalah menginjak kepada pengertian
sakit. Beberapa pengertian sakit diantaranya yaitu :

 Sakit adalah sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa
seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik itu
dalam aktivitas jasmani, rohani dan sosial. (Perkins)
 Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas termasuk
keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.(Pemons,
1972)

8
 Sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana
fungsinya terganggu atau menyimpang. (Oxford English Dictionary).

Pengertian penyakit dapat diartikan sebagai suatu istilah dalam dunia medis yang
digambarkan sebagai adanya gangguan dalam fungsi tubuh yang menghasilkan
berkurangnya kapasitas.

2. HUBUNGAN ANTARA SEHAT, SAKIT DAN PENYAKIT


Hubungan antara konsep sehat sakit dan penyakit pada dasarnya merupakan keadaan
sehat sakit, yaitu :
a. Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan.
b. Sebagai manifetasi keberhasilan / kegagalan dalam beradaptasi dengan
lingkungan.
c. Gangguan Kesehatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku sehat. Sehat sakit berada pada sesuatu
dimana setiap orang bergerak sepanjang kehidupannya.
 Suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur ke dalam sehat / kesehatan
seseorang.
 Kedudukannya : dinamis, dan bersifat individual.
 Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan
kemauan pada titik yang lain.
 Yaitu suatu skala ukur secara relatif dalam mengukur keadaan sehat/kesehatan
seseorang.
 Kedudukannya pada tingkat skala ukur : dinamis dan bersifat individual.
 Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan
kematian pada titik lain.
 Rentang sehat sakit menurut Neuman (1990): “sehat dalam suatu rentang
merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu, yang terdapat
dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling
maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi
total.Jadi menurut model ini sehat adalah keadaan dinamis yang berubah
secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai
perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan
keadaan fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan dan spiritual yang
sehat. Sedangkan sakit merupakan proses dimana fungsi individu dalam suatu
atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila
dibandingakan dengan kondisi individu sebelumnya. Karena sehat dan sakit

9
merupakan kualitas yang relatif dan mempunyai tingkatan sehingga akan lebih
akurat jika ditetukkan sesuai titik-titik tertentu pada skala Rentang Sehat Sakit.
Kekurangan dari model ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien
sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrim pada rentang itu
(kesejahteraan tingkat tinggi-kematian). Misalnya apakah seseorang yang
mengalami fraktur kaki tapi ia mampu melakukan ada ptasi dengan
keterbatasan mobilitas, dianggap kurang sehat atau lebih sehat dibandingkan
dengan orang yang mempunyai fisik sehat tapimengalami depresi berat. Model
ini efektif jika digunakan untuk membandingkan tingkat kesejahteraan saat ini
dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Sehingga bermanfaat bagi tenaga
kesehatan dalam menentukan tujuan pencapaiam tingkat kesehatan yang lebih
baik dimasa yang akan dating.

Berikut ini adalah Rentang Sehat Sakit menurut Model “Holistik Health”

3. TAHAPAN SAKIT

Tahap I (Mengalami Gejala)

 Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”
 Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum
menduga adanya diagnosa tertentu.
 Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap
perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang
terjadi dan memutuskan apakah hal tersebut merupakan suatu gejala
penyakit; (c) respon emosional.
 Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat
mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.

10
Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)

 Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat


 Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang
terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus
diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
 Menimbulkan perubahan emosional spt : menarik diri/depresi, dan juga
perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau
sederhana tergantung beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan
perkiraan lama sakit.
 Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan
kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan
kesehatan à akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka
ia akan segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan
berubah menjadi seorang klien.

Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)

 Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang
ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan,
penyebab penyakit, dan implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang
akan datang
 Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita
suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang
bisa mengancam kehidupannya. à klien bisa menerima atau menyangkal
diagnosa tersebut.
 Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan
yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan
mencari sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi dengan
beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain sampai mereka menemukan
orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai
mereka menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan.
 Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan,
mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh
diagnosa yang diinginkan
 Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang
mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi kesehatan

11
lain untuk meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak
terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia akan
mengunjungi beberapa dokter sebagai usaha klien menghindari diagnosa
yang sebenarnya.

Tahap IV (Peran Klien Dependen)

 Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung
pada pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang
ada.
 Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan
dan stress hidupnya.
 Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas
normalnya à semakin parah sakitnya, semakin bebas.
 Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal
sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia
bekerja, rumah maupun masyarakat.

Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)

 Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba,
misalnya penurunan demam.
 Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh
perawatan lebih lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada
penyakit kronis.
Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien
melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman
terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat dalam mengidentifikasi
perubahan-perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama klien membuat
rencana perawatan yang efektif

4. PERILAKU SAKIT DAN DAMPAKNYA DIRAWAT


1. Peyebab perilaku sakit
Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa
penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut :

12
 Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan
normal.
 Anggapan adanya gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.
 Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan
keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.
 Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat
dilihat.
 Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.
 Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang penyakit.
 Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.
 Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
 Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti: fasilitas , tenaga,
obat-obatan, biaya, dan transportasi.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit


1. Faktor Internal
a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat
mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari.
Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal
tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan
segera mencari bantuan.
Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang
sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan
bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
b. Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta
mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien
bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang
diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama (>6
bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada.
Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan
hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak
akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.
2. Faktor eksternal

13
a. Gejala yang Dapat Dilihat
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra
Tubuh dan Perilaku Sakit.
Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan
lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan,
karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang
dialaminya.
b. Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit,
atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun
yang berasal dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan
adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI.Kemudian
mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A
mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah
perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan
itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.
3. Dampak Sakit
a. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal
penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.
Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam
kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi
klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam,
mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran untuk
menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi
mudah marah, dan lebih memilih menyendiri.

Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam


kehidupannya.dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih
luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarikd diri. Bidan
berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress,
karena stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.

b. Terhadap Peran Keluarga

14
Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari
nafkah, pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua.
Saat mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami
perubahan.
Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat
atau terlihat secara drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih
mudah beradaftasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak
terlihat.
Perubahan jangka pendek  klien tidak mengalami tahap
penyesuaian yang berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka
penjang  klien memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan ’Tahap
Berduka’.

c. Terhadap Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap


penampilan fisiknya. Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan
dalam penampilan fisiknya, dan klien/keluarga akan bereaksi dengan cara
yang berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.
Reaksi klien/keluarga terhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung
pada:
♣ Jenis Perubahan

♣ Kapasitas adaptasi

♣ Kecepatan perubahan

♣ Dukungan yang tersedia.

d. Terhadap Konsep Diri

Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri,


mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada
seluruh aspek kepribadiannya. Konsep diri tidak hanya bergantung pada
gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya tetapi juga bergantung pada
aspek psikologis dan spiritual diri.
Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan
kurang bisa terobservasi dibandingkan perubahan peran. Konsep diri
berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya
yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri karena sakitnya
mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan keluarganya, yang akhirnya

15
menimbulkan ketegangan dan konflik. Akibatnya anggiota keluarga akan
merubah interaksi mereka dengan klien.
Misal: Klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan
dikeluarga atau tidak akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada
anggota keluarganya yang lain atau kepada teman-temannya  klien akan
merasa kehilangan fungsi sosialnya. Bidan seharusnya mampu
mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan mengembangkan
rencana kebidanan yang membantu mereka menyesuaikan diri dengan akibat
dan kondisi yang dialami klien.

e. Terhadap Dinamika Keluarga\

Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan


fungsi, mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota
keluarganya, dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan
hidup sehari-hari. Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan
pengambilan keputusan akan tertunda sampai mereka sembuh. Jika
penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi
yang baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional.
Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika
salah satu orang tuanya tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa
aman pada mereka. Atau jika anaknya sudah dewasa maka seringkali ia
harus menggantikan peran mereka sebagai mereka termasuk kalau perlu
sebagai pencari nafkah.

4. Dampak Dirawat
a. Privasi

Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri


seseorang dan bersifat pribadi. Bisa dikatakan, privasi adalah suatu hal yang
sifatnya pribadi. Sewaktu dirawat di rumah sakit, klien kehilangan sebagai
privasinya. Kondisi ini disebabkan oleh beberpa hal :

 Selama dirawat di rumah sakit, klien berulang kali diperiksa oleh petugas
kesehatan. Bagian tubuh yang biasanya dijaga agar tidak dilihat, tiba-tiba
dilihat fdan disentuh oleh orang lain. Hal ini tentu akan membuat klien
merasa tidak nyaman.
 Klien adalah orang yang berada dalam keadaan lemah dan bergantung
pada orang lain. Kondisi ini cendurung membuat klien “pasrah” dan

16
menerima apapun tindakan petugas kesehatan kepada dirinya asal ia
cepat sembuh.
b. Gaya Hidup

Klien yang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami perubahan


pola gaya hidup. Hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi antara rumah
sakit dengan rumah tempat tinggal klien, juga oleh perubahan kondisi
keehatan klien. Aktivitas hidup yang klien jalani sewaktu sehat tentu berbeda
dengan aktivitas yang dialaminya selama di rumah sakit. Perubahan gaya
hidup akibat hospitalisasi inilah yang harus menjadi perhatian setiap perawat.
Asuhan kebidanan yang diberikan harus diupayakan sedemikian rupa agar
dapat menghilangkan atau setidaknya meminimalkan perubahan yang terjadi.

c. Otonomi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa individu yang sakit


da dirawat di rumah sakit berada dalam posisi ketergantungan. Artinya, ia
akan pasrah terhadap tindakan apapun yang dilakukan oleh petugas
kesehatan demi mencapai keadaan sehat. Ini meniunjukkan bahwa klien
yang dirawat di rumah sakit akan mengalami perubahan otonomi. Untuk
mengatasi perubahan ini, bidan harus selalu memberitahu klien sebelum
melakukan intervensi apapun dan melibatkan klien dalam intervensi, baik
secara aktif maupun pasif.

d. Peran

Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan


individu sesuai dengan status sosialnya Jika ia seorang perawat, peran yang
diharapkan adalah peran sebagi perawat bukan sebagai dokter.Selain itu,
peran yang dijalani seseorang adalah sesuai dengan status kesehatannya.
Peran yang dijalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan peran yang dijalani
saat sakit.Tidak mengherankan jika klien yang dirawat di rumah sakit
mengalami perubahan peran. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada diri
pasien, tetapi juga pada keluarga. Perubahan tersebut antara lain :

 Perubahan peran. Jika salah seorang anggota keluarga sakit, akan terjadi
perubahan pera dalam keluarga. Sebagai contoh, jiak ayah sakit maka
peran jepala keluarga akan digantikan oleh ibu. Tentunya perubahan
peran ini mengharuskan dilaksanakannya tugas tertentu sesuai dengan
peran tersebut.

17
 Masalah keuangan. Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh
hospitalisasi. Keuangan yang sedianya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga akhirnya digunakan untukj keperluan klien
yang dirawat. Akibatnya, keuangan ini sangat riskan, terutama pada
keluarga yang miskin. Dengan semakin mahalnya biaya kesehatan,
beban keuangan keluarga semakin bertambah.
 Kesepian. Suasana rumah akan berubah jika ada seorang anggota
keluarga yang dirawat. Keseharian keluarga yang biasanya dihiasi
kegembiraan, keceriaan, dan senda-gurau anggotaanya tiba-iba diliputi
oleh kesedihan. Suasana keluarga pun menjadi sepi karena perhatian
keluarga terpusat pada penanganan anggota keluarganya yang sedang
dirawat.
 Perubahan kebiasan sosial. Keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat. Karenanya, keluarga pun mempunyai kebiasaan dalam
lingkungan sosialnya. Sewaktu seha, keluarga mampu berperan serta
dalam kegiata sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga
sakit, keterlibatan keluarga dalam aktivitas sosial di masyarakatpun
mengalami perubahan.

Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak dirawat adalah sebagai
berikut :

a. Upaya meminimalkan stresor :

Upaya meminimalkan stresor dapat dilakukan dengan cara mencegah


atau mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan
kontrol dan mengurangi/ meminimalkan rasa takut terhadap pelukaan
tubuh dan rasa nyeri

b. Untuk mencegah/meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan


dengan cara:
 Melibatkan keluarga berperan aktif dalam merawat pasien dengan
cara membolehkan mereka tinggal bersama pasien selama 24 jam
(rooming in).
 Jika tidak mungkin untuk rooming in, beri kesempatan keluarga untuk
melihat pasien setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak
antar mereka.

18
 Modifikasi ruangan perawatan dengan cara membuat situasi ruangan
rawat perawatan seperti di rumah dengan cara membuat dekorasi
ruangan.

19
BAB III
1. PENGERTIAN STRES DAN ADAPTASI

Definisi Stres :

 Stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stresor psikososial ( tekanan mental
atau bebean kehidupan )Hawari , 2001.
 Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam
 Stres adalah semua masalah atau tuntutan penyesuaian siri dan karena itu sesuatu
yang menganggu keseimbangan kita (Maramis 1999).

Kesimpulan :

Stres adalah ganguan pada tubuh dan pikiran akibat tekanan , perubahan ,
ketegangan , emosi , dll yang menimbulkan .

Faktor yang mempengaruhi :

a. Faktor biologis, herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsiologik dan


neurohormonal
b. Faktor sosio kultural, perkembangan kepribadian, pengalaman dan kondisi lain yang
mempengaruhi.

Penggolongan stres :

a. Stress fisik

Disebabkan oleh adanya suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang atau tersengat arus listrik.

b. Stress kimiawi

Disebabkan oleh asam basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon atau gas.

c. Stress mikrobiologik

Disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit yang dapat menimbulkan penyakit.

d. Stress fisiologik

Disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ atau sistemik sehingga
menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.

20
e. Stress proses pertumbuhan dan perkembangan

Disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi


hingga tua.

f. Stress psikis atau emosional

Disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya atau


keagamaan.

Sedangkan menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya
dibedakan menjadi 2 yaitu:

a. Penyebab makro

Menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti: kematian, perceraian,


pensiun, luka batin dan kebangkrutan.

b. Penyebab mikro

Menyangkut peristiwa kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti: pertengkaran


rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan dan antri.

Sumber stres Psikologis menurut Maramis (1999)

1. Frustasi
2. Konflik
3. Tekanan
4. Krisis

Reaksi Tubuh Terhadap Stres :

a. Perubahan pada warna rambut dari hitam menjadi kecoklat-coklatan, ubanan atau
kerontokan.
b. Gangguan pada penglihatan.
c. Tinitus (pendengaran berdering).
d. Daya mengingat, konsentrasi dan berpikir menurun.
e. Wajah nampak tegang, serius, tidak santai, sulit senyum dan kerutan pada kulit dan
wajah.
f. Bibir dan mulut terasa kering dan tenggorokan terasa tercekik.

21
g. Kulit menjadi dingin atau panas, banyak berkeringat, biduran dan gatal-gatal.
h. Nafas terasa berata dan sesak.
i. Jantung berdebar-debar, muka merah dan pucat.
j. Lambung mual, kembung atau pedih.
k. Sering berkemih.
l. Otot sakit, seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang.
m. Kadar gula meninggi.
n. Libido menurun atau meningkat.

Akibat terjadinya ganguan :

1. Ganguan jantung
2. Masalah tidur
3. Maslah pencernaan
4. Depresi
5. Obesitas
6. Pelemahan memori / ingatan
7. Kelainan pada kulit
8. Cemas

Kesimpulan :

Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran akibat tekanan, perubahan,
ketegangan, emosi dan lain-lain yang menimbulkan dampak pada fisik dan psikologi
seseorang. Sedangkan Adaptasi adalah penyesuaian diri, dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan sekitar dengan harapan mengatasi kesulitan dan hambatan
dari persoalan yang ada karena perbedaan dari kebiasaan.

Definisi Adaptasi :

Adaptasi adalah penyesuaian diri terhadap suatu penilaian. Dalam hal ini respon
individu terhadap suatu perubahan yang ada dilingkungan yang dapat mempengaruhi
keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis dalam perilaku adaptip

Adaptasi terhadap stress dapat berupa :


1. Adaptasi fisiologi
Adaptasi fisiologis adalah proses penyesuaian diri secara alamiah atau
secara fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan dalam berbagai faktor yang
menimbulkan keadaan menjadi tidak seimbang contoh: masuknya kuman pennyakit
ketubuh manusia.

22
2. Adaptasi psikologi
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
 LAS ( general adaptation syndroma)
Apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh: seperti ketika
kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak,
nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena
 GAS ( general adaptation syndroma)
adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan
gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri
seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat.
3. Adaptasi Sosial Budaya
Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya masing-
masing. Antara lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki budaya berbeda-
beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika hal
itu dapat dilakukan dengan baik maka akan tercipta keseimbangan. Namun jika hal
tersebut tidak dapat dilakukan bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang
tersebut akan mengalami stress.
4. Adaptasi Spiritual
Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya harus
dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil
dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi
ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam perilaku manusia.
Kesimpulan :
Adaptasi merupakan hasil akhir dari upaya koping. Karakteristik respon beradaptasi
adalah:
 Dapat mempertahankan keseimbangan
 Adaptasi memerlukan waktu
 Kemampuan adaptasi berbeda untuk tiap individu
 Adaptasi melelahkan dan untuk itu perlu bantuan dari orang lain

2. STRES DAN ADAPTASI PADA SIKLUS KEHIDUPAN PEREMPUAN DAN


PENANGGULANGANNYA

Perempuan adalah individu yang seringkali berperan ganda sehingga pada


perempuan sering kali mudah terjadi stres, dari mulai remaja, pranikah, masa hamil,
masa nifas, masa menyusui dan masa menopause atau sering disebut siklus kehidupan
wanita.

23
Pada Masa Remaja

Masa remaja bisa disebut sebagai puncak stress seseorang. Disinilah masa
dimana pertentangan antara naluri keremajaannya berbenturan dengan peraturan,
konflik, tuntutan, dominasi, keluarga dan lingkungan. Peralihan masa dari jiwa kanak-
kanak yang labil menuju jiwa yang lebih dewasa. Di masa remaja inilah stress yang akan
menentukan tingkat kedewasaan seseorang.

Berikut adalah contoh kasus dari stres pada remaja :

PERUBAHAN/KASUS RESPON STRES PENANGGULANGAN

Pemberian pendidikan
seks terhadap anak yang
memasuki usia remaja,
^Pada masa pubertas:
dan memberi penjelasan

-Perempuan : bahwa perubahan


Respon si anak
tersebut adalah hal yang
remaja baru :
*Menarche(menstruasi normal sehingga tidak
kebingungan,
pertama) perlu remaja tersebut
cemas , ketakutan
stres dan perlu adanya
*Payudara menjadi yang berlebihan, perbedaan perlakuan
FISIK timbulnya rasa
membesar terhadap tubuh,
malu, berhayal
contohnya pada wanita
(tanpa ada pendidikan
yang harus memakai
seks oleh orang tua)
miniset/bra karena
payudaranya mulai
berkembang.

sakit kepala,
^Kekangan berlebihan cemas, mudah ^datang ke psikolog
pergaulan dari orang tua marah, pemurung,
(overprotective) ^support/perhatian yang
sedih berlebihan,
lebih dari pihak keluarga
menangis, nafsu
^Putus cinta dan orang2 sekitar
PSIKO- makan berkurang,

^Kegagalan Pendidikan gangguan ^lebih mendekatkan diri


LOGI tidur,frustasi,

24
(ujian) putusasa, bunuh kepada Allah (agama)
diri
^broken home ^positive thinking

Pada Masa Pranikah

Penyebab Terjadinya Sindrom Pranikah:

1. Belum benar-benar siap untuk menikah.


2. Belum siap untuk punya anak.
3. Kedua calon mempelai membayangkan indahnya pernikahan, tapi terkadang tanpa
belajar untuk siap menerima kekurangan-kekurangan dari orang yang kelak menikah
dengannya, akibatnya menjelang pernikahan berlangsung muncul rasa gamang dan
ragu terhadap pasangannya.
4. Kejenuhan pada salah satu calon mempelai atau keduanya.

Contoh kasus :

RESPON
PERUBAHAN/KASUS PENANGGULANGAN
STRES

^pertengkaran karena Timbul


adanya perbedaan keraguan pada
pendapat antara pasangan calon ^berkomunikasi dengan baik

yang akan menikah suami/istri, ^saling menghargai dan

tentang pernikahan cemas, menghormati


sulit
mereka ^bantuan dari pihak keluarga
PSIKO- tidur, sedih,
dalam mempersiapkan nya
LOGI bimbang,
^ terlalu banyak campur ^bersikap lebih dewasa
kelelahan
aduk calon pengantin pada menerima kekurangan dan
hingga jatuh
proses persiapan kelebihan calon suami/istri
sakit, emosi
pernikahan ^saling introfeksi diri
tinggi, sesak

^tidak siap untuk menikah nafas

25
Pada Masa Kehamilan

Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologi yaitu:

 Trimester pertama : timbul fluktuasi lebar aspek emosional sehingga periode ini
mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
 Trimester kedua : fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita
hamil lebih berfokus pada berbagai perubahantubuh yang terjadi selama kehamilan,
kehidupan seksual, keluarga dan hubungan batiniah dengan bayi yang
dikandungnya.
 Trimester ketiga : berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan
prosespersalinan sehingga wanita hamil sangat emosional dalam upaya
mempersiapkan atau mewaspadai segala sesuatu yang mungkin akan dihadapi.

Kehamilan bagi keluarga dan khususnya seorang wanita merupakan peristiwa


yang penting, meskipun demikian kehamilan juga merupakan saat – saat krisis bagi
keluarga di mana terjadi perubahan identitas dan peran ibu, ayah, serta anggota
keluarga lainnya.

Tugas ibu pada masa kehamilan :

1. Menerima kehamilannya
2. Membina hubungan dengan janin
3. Menyesuaikan perubahan fisik
4. Menyesuaikan perubahan hubungan suami istri
5. Persiapan melahirkan dan menjadi orang tua

Kehamilan dapat sebagai :

1. Krisis
Krisis merupakan ketidakseimbangan psikologis yang dapat disebabkan oleh situasi
atau oleh tahap perkembangan.
2. Stresor
Model konseptual menyatakan bahwa krisis psikologis dan sosial dipertimbangkan,
sebagai kejadian yang kritis tapi tidak selalu ditunjukkan dengan masalah psikologis
dan interpersonal yang nyata. Setiap perubahan yang terjadi pada seseorang dapat
merupakan stresor. Kehamilan membawa perubahan yang signifikan pada ibu

26
sehingga dapat dinyatakan sebagai stresor, yang juga mempengaruhi psikologis
anggota keluarga lainnya.
3. Transisiperan
Terjadi perubahaninteraksi rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota keluarga
yang baru sehingga terjadi perubahan peran masing-masing anggota keluarga; ayah,
ibu, dan anggota keluarga yang lainnya

Terjadi perubahaninteraksi rutin dalam keluarga, dengan adanya anggota


keluarga yang baru sehingga terjadi perubahan peran masing-masing anggota keluarga;
ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lainnya.

Tahapan Perubahan Peran dalam Kehamilan

Perubahan psikologis selama kehamilan terjadi oleh karena semakin


bertambahnya usia kehamilan dan adanya adaptasi peran barunya. Tahapanperubahan
peran selama kehamilan menurut Reva Rubin adalah sebagai berikut:

1. Tahap antisipasi atau anticipatory stage

Tahap antisipasi merupakan tahap sosialisasi atau latihan untuk penampilan


peran yang diasumsikan pasangan (suami/istri) berkaitan dengan fantasi. Wanita
akan mengawali peran barunya dengan merubah peran sosialnya melalui latihan
informal dan informasi melalui model peran. Meningkatnya frekuensi interaksi
dengan yang lainnya akan mempercepat prosesadaptasi dalam penerimaan peran
barunya sebagai ibu.

2. Tahap honeymoon atau honeymoon stage

Tahap honeymoon merupakan tahap dimana wanita mengasumsikan peran


yang harus ditampilkan, melakukan pendekatan dan eksplorasi terhadap sikap yang
dibutuhkan untuk penampilan peran, mulai melakukan latihan peran. Pada tahap ini,
wanita sudah dapat menerima peran barunya dengan cara menyesuaikan diri dan
muncul kebutuhan akan kasih sayang baik ibu-bayi, ibu-suami. Hal lain yang
mempengaruhi tahapan honeymoon adalah kesiapan menghadapi kelahiran bayinya
serta dukungan dari orang-orang terdekat.

3. Tahap stabil atau plautau stage

27
Tahap stabil merupakan tahapan dimana wanita hamil dapat melihat
penampilan dalam peran barunya. Pada tahap ini, pasangan memvalidasikan
apakah peran yang akan ditampilkan adekuat/tidak, yang semuanya tergantung pada
bagaimana mereka atau yang lainnya membentuk peran yang harus ditampilkan.
Wanita hamil akan melakukan kegiatan–kegiatan yang positif dan berfokus pada
kehamilannya dan hal yang berguna bagi kesehatankeluarga.

4. Tahap akhir atau disengagement/termination stage

Tahap ini merupakan tahap terminasi/pengakhiran peran. Peran pasangan


pada kehamilan berakhir setelah prosespersalinan selanjutnya pasangan memasuki
tahap peran lainnya. Tahap ini disebut juga sebagai tahap perjanjian. Perjanjian ini
dilakukan agar wanita hamil sedapat mungkin menepati janjinya yang berkaitan
dengan peran barunya kelak.

Contoh kasus :

PERUBAHAN/KASUS RESPON STRES PENANGGULANGAN

^menyadari bahwa kehamilan itu


adalah suatu anugrah dan suatu
^perubahan bentuk tubuh Resah, tidak PD,
hal yang membanggakan
yang membesar karena minder, malu, tidak
perkembangan kehamilan menginginkan ^konsultasi kepada bidan
kehamilannya, sakit
^mual dan muntah
kepala, sedih, ^perhatian yang lebih dari suami
mudah marah, dan pihak keluarga agar tidak
^nutrisi yang lebih untuk
FISIK ketidak nyamanan stres
perkembangan si janin
pada ibu, sulit tidur,
^melakukan aktifitas ringan yang
^payudara membesar mudah tersinggung
membuat ibu hamil merasa
senang ; senam ibu hamil

^Perubahan peran(Menjadi Binggung, resah, ^meminta penjelasan kepada


ibu baru) tidak PD, sulit tidur, bidan tentang apa yang ibu hamil
mudah marah, tidak ketahui
^kehidupan seksual pada
mudah
masa kehamilan
tersinggung, sakit ^perhatian yang lebih dari
keluarga dan suami, dampingi
^interaksi dengan janin kepala, sedih, takut

28
yang dikandung selalu

^rutin memeriksakan ^meyakini bahwa berinteraksi


kehamilan ke dengan janin yang dikandung
PSIKO- posyandu/bidan adalah suatu hal yang
LOGI menyenangkan
^ingin perhatian lebih;
meminta sesuatu yang ^meyakini bahwa melahirkan
aneh-aneh(ngidam) adalah suatu yang biasa bagi
para wanita dan tidak perlu di
^akan mengalami proses takuti
persalinan

Pada Masa Nifas

Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stress pasca
persalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam
beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut

 Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang
tua
 Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
 Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
 Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan

Periode ini di ekspresikan oleh reva rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini

1. Taking in period

Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain, focus perhatian pada tubuhnya, ibu lebih mengingat
pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan
nafsu makan meningkat.

2. Taking hold period

Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada


kemampuannya daalm menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan

29
bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan
dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang di alami ibu.

3. Letting go period

Di alami setelah tiba ibu dan bayi dirumah. Ibu mulai secara penuh menerima
tanggung jawab sebagai ‘’seorang ibu’’ dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi
sangat bergantung pada dirinya.

Hal-hal yang harus dapat di penuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut :

 Fisik. Istirahat, memkan makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan
lingkungan yang bersih.
 Psikologi. Stress setelah persalinandapat segera distabilkan dengan dukungan dari
keluarga yang menunjukan rasa simpati, mengakui dan menghargai ibu.
 Social. Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi
dan memerhatikan kebahagian ibu, serta menghibur bila ibu terlihat sedih.

Psikososial

Depresi post partum sering terjadi pada masa ini. Menurut para ahli mereka
didiagnosis menderita depresi post partum. Depresi merupakan gangguan afeksi yang
paling sering dijumpai pada msa post partum (gorrie,1998). Walaupun insidensinya sulit
untuk dketahui secara pasti, namun diyakini 10-15 % ibu yang melahirkan mengalami
gangguan ini (green dan adams, 1993). Angka kejadian depresi post partum diindonesia
sendiri juga belum dapat diketahui secara pasti hingga kini, mengingat belum adanya
lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus tersebut.

Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi post partum
adalah sebagai berikut

1. Perasaan sedih dan kecewa


2. Sering menangis
3. Merasa gelisah dan cemas
4. Kehilangan ketertarika terhadap hal-hal yang menyenangkan
5. Nafsu makan menurun
6. Kehilangan energy dan motivasi untuk melakukan sesuatu
7. Tidak bias tidur atau insomnia
8. Perasaan bersalah dan putus harapan (hopelees)

30
9. Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
10. Memperlihatkan penurunan untuk mengurus bayinya

Penyebab depresi postpartum sendiri belum diketahui secara pasti (gorrie, 1998).
Namun, beberapa hal yang dicurigai sebagai factor predisposisi terjadinya depresi
postpartum adalah sebagai berikut.

 Perubahan hormonal yang cepat.hormon yang terkait dengan terjadinya depresi


postpartum adalh prolaktin, steroid, progesterone, dan estrogen.
 Masalah medis dalam kehamilan seperti PIH (pregnancy-induced hypertention),
diabetes mellitus, atau disfungsi tiroid.
 Riwayat depresi, penyakit mental, dan alkoholik, baik pada diri ibu maupun pada
dalam keluarga
 Karakter pribadi seperti harga diri rendah ataupun ketidakdewasaan
 Marital dysfunction ataupun ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain
yang mengakibatkan kurangnya support system
 Marah dengan kehamilannya (unwanted pregnancy)
 Merasa terisolasi
 Kelemahan, gangguan tidur, ketakutan terhadap masalh keuangan keluarga, dan
melahirkan anak dengan kecacatan atau penyakit

Beberapa intervensi berikut dapat membantu seseorang wanita terbebas dari ancaman
depresi setelah melahirkan

 Pelajari diri sendiri


 Tidur dan makan yang cukup
 Olahraga
 Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
 Beritahukan perasaan anda
 Dukungan keluarga dan orang lain di perlukan
 Persiapkan diri dengan baik
 Lakukan pekerjaan rumah tangga
 Dukungan emosional
 Dukungan kelompok depresi postpartum

31
Post partum blues

Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan,


biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu
sejak kelahiran bayi. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi
aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama
setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil
menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri
dan mengalami gangguan-gangguan psikologis, salah satunya yang disebut Postpartum
Blues.

Penyebab Post Partum Blues Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum
blues sampai saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan
terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:

1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,


prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek
supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood
dan kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

Gejala Postpartum Blues

Gejala – gejala postpartum blues tampak dari perubahan sikap seorang ibu yang
baru melahirkan, antara lain: mudah tersinggung (iritabilitas), menangis dengan tiba-tiba,
cemas yang berlebihan, mood yang labil, clouding of consciousness, gangguan selera
makan, merasa tidak bahagia, tidak mau bicara, mengalami gangguan tidur, tidak
bergairah khususnya terhadap hal-hal yang semula sangat diminatinya, sulit
berkonsentrasi dan membuat keputusan.

32
Kesedihan dan duka cita

Proses kehilangan menurut Klaus dan kennel (1982) meliputi tahapan

1. Shock (lupa peristiwa)


2. Denial (menolak, ‘’apakah ini bayiku?’’)
3. Depresi (menangis, sedih, ‘’kanapa saya?’’)
4. Equilibrium dan acceptance (penurunan reaksi emosional, kadang menjadi
kesedihan yang kronis)
5. Reorganization (dukungan mutual antar orang tua)

 Respons terhadap bayi cacat yang mungkin muncul


 Fantasi anak normal vs kenyataan
 Shock, tidak percaya, menolak
 Frustasi, marah
 Menarik diri

Contoh kasus :

PERUBAHAN/KASUS RESPON STRES PENANGGULANGGAN

^Adanya strechmark
(garis-garis putih di
perut ) ^konsultasi ke bidan bagaimana
Cemas, resah, tidak caranya menghilangkan
^adanya PD, minder, sedih, strechmark di perut
jahitan setelah kecewa, merasa tidak
persalinan bahagia, sedih, labil, ^melakukan apa yang dianjurkan

FISIK mudah marah, oleh bidan agar dapat


^postur badan yang depresi, frustasi menyembuhkan/menormalkan
belum kembali normal bekas-bekas persalinan

^ASI keluar

^Menjadi ibu yang


sebenarnya ^support dari
Takut , sedih,
suami/keluarga,dampingi selalu
kecewa, depresi,
^harus memiliki rasa
frustasi
PSIKO- tanggung jawab yang ^pemberian pengarahan dari bidan
lebih tinggi terhadap

33
LOGI anaknya

Pada Masa Menyusui

Masa menyusui terkadang menjadi masa yang membuat stres ibu, banyak
gangguan dan perubahan pada fisik dan psikologi pada ibu yang menyusui,contohnya
pada payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini
menandakan dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir
(walaupun ASI belum keluar) dapat mencegah perdarahan dan merangsang produksi
ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI
berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body, dan protein, sebagian ibu
membuangnya karena dianggap kotor, sebaliknya justru ASI ini sangat bagus untuk bayi.

Contoh kasus :

PERUBAHAN/KASUS REAKSI STRES PENANGGULANGAN

^pembesaran
^adanya penjelasan dari bidan tentang
payudara
seluk beluk menyusui
Menggerutu,
Dan terkadang sedih, resah,
^menyadari bahwa menyusui bayi kita
terasa sakit cemas
adalah salah satu hal mengurangi rasa
FISIK
sakit pada payudara
^ASI tidak keluar

^takut dan cemas


akan payudara ^suami selalu mendampingi agar si ibu
turun sehingga merasa nyaman
tidak ingin
menyusui ^ adanya penjelasan dari bidan tentang
^harus menyusui
anaknya, seluk beluk menyusui
anaknya
PSIKO-
^malas karena ^menyakini bahwa menyusui anak itu
LOGI timbulnya rasa suatu yang sangat membahagiakan bagi si
sakit pada ibu
payudara

34
Pada Masa Menopause/Klimaksterium

Selama menopause, wanita menghadapi perubahan-perubahan psikososial


dalam hal konsep diri, transisi karir (pekerjaan), seksualitas dan keluarga. Perubahan-
perubahan ini dapat menimbulkan stress yang dapat mempengaruhi kesehatan mereka
(Potter & Perry, 1992). Namun demikian, stress tidak hanya menimbulkan dampak
negatif, tetapi juga dampak positif. Apakah dampak itu positif atau negatif tergantung
pada bagaimana seorang wanita menopause memandang dan mengendalikannya
(Kuntjoro, 2002). Selain itu, apakah wanita menganggap menopause sebagai bagian
dari suatu kehidupan yang wajar dan harus dialami sebagai sesuatu yang menandakan
masa kehidupan yang baru dan lebih baik, maka gejala-gejala yang berkaitan dengan
menopause tidak akan terlalu berat dan tidak akan menimbulkan kekacauan dalam
keluarga (Gunarsa, 2002).

Masa menopause sering bertepatan dengan keadaan menegangkan dalam


kehidupan wanita seperti merawat orang tua lanjut usia, memasuki masa pensiun, anak
meninggalkan rumah. Ketegangan ini dapat menimbulkan gejala fisik dan Wanita
menopause akan mengalami kestabilan emosi. Jika mereka mudah beradaptasi dengan
perubahan-perubahan yang terjadi pada masa menopause. Apabila seorang wanita
tidak siap mental menghadapi masa menopause dan lingkungan psikososial tidak
memberi dukungan yang positif, maka akan berakibat tidak baik terhadap kesehatan
wanita menopause tersebut (Maspaitela, 2004).

Contoh Kasus :

PERUBAHAN/KASUS RESPON STRES PENANGGULANGAN

^terhentinya proses
menstruasi
^lebih merawat diri untuk
^daya tahan tubuh Minder untuk
meminimalisir rasa
melemah sehingga melakukan suatu
ketidakpercayaan diri
rentan terserang penyakit kegiatan karena
Haid tidak teratur, Hot keterbatasan(usia
FISIK ^olahraga ringan rutin,
flushes (semburan panas yang sudah
seperti jalan santai dipagi
di daerah dada dan leher renta)
hari
yang menyebar ke wajah
sampai kulit kepala),

35
berkeringat di malam
hari, Jantung berdebar-
debar, Sakit kepala/
migren, Vertigo,
Imsomnia, Nyeri sendi
dan otot, Cepat lelah,
^Akibat jangka panjang
pada wanita menopause
ini adalah osteoporosis,
penyakit jantung koroner,
stroke dan kepikunan.

^labil (emotional)

^melemahnya daya ingat ^keluarga dan bidan


memberi pengertian
Mudah
PSIKO- ^Gairah seks menurun bahwa menopause
tersinggung, ingin
LOGI adalah hal yang fisiologis
^Sampai perubahan diperhatikan,
dan akan dialami oleh
emosi seperti; cemas,
semua wanita.
depresi dan mudah
tersinggung

3. MEKANISME COPING

Pengertian Koping

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan


masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam (Keliat, 1999).

Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan


perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau
eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.

Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme koping adalah cara
yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang
terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.

36
Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan


Sundeen,1995)yaitu:

1. Mekanisme koping adiptif

adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan,


belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain,
memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas
konstruktif.

2. Mekanisme koping maladaptif

Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah


pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar.

Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya adalah aspek
psikososial (Lazarus dan Folkman, 1985; Stuart dan Sundeen, 1995; Townsend,
1996; Herawati, 1999; Keliat, 1999) yaitu :

Reaksi Orientasi Tugas

Berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stress secara
realistis, dapat berupa konstruktif atau destruktif. Misal :

1. Perilaku menyerang (agresif) biasanya untuk menghilangkan atau Mengatasi


rintangan untuk memuaskan kebutuhan.
2. Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman
baik secara fisik atau psikologis.
3. Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan
atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.

37
Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan
mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut :

 Kompensasi
Proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara tegas
menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
 Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
 Pemindahan(displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda lain yang
biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
 Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
 Identifikasi(identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya
dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
 Intelektualisasi(intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman
yang mengganggu perasaannya.
 Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur
nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya
sendiri, merupakan hati nurani.
 Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat
sementara atau berjangka lama.
 Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama
keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat ditoleransi.
 Rasionalisasi
Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat diterima masyarakat
untuk menghalalkan/membenarkan impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang
tidak dapat diterima.

38
 Reaksi formasi
Pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari, yang bertentangan
dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin lakukan.
 Regresi
Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari suatu
taraf perkembangan yang lebih dini
 Represi
Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran seseorang; merupakan
pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.
 Pemisahan(splitting)
Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif di
dalam diri sendiri.
 Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara
normal.
 Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang
disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat
mengarah pada represi yang berikutnya.
 Undoing
Tindakan/ perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan/
perilaku atau komunikasi sebelumnya; merupakan mekanisme pertahanan
primitif

4. PERBEDAAN STRES DAN GANGGUAN JIWA

 Stres adalah pola adaptasi umum dan pola reaksi menghadapi stresor, yang dapat
berasal dari dalam di individu maupun dari lingkungannya. Bila proses adaptasi
berhasil dan stresor yang dihadapi dapat diatasi secara memadai, maka tidak akan
timbul stres. Baru bila gagal dan terjadi ketidakmampuan, timbullah stres. Menurut
Hans Selye: Stres tidak selalu merupakan hal yang negatif. Hanya bila individu
menjadi terganggu dan kewalahan serta menimbulkan distres, barulah stres itu
merupakan hal yang merugikan, sedangkan,

39
 Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting
secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress
(misalnya nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi
yang penting) atau disertai dengan peningkatan resiko kematian yang menyakitkan,
nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (American Psychiatric
Association 1994 ).Sehingga dapat disimpulkan bahwa stress adalah salah satu
sebab yang menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, dan gangguan jwa adalah
akibat yang ditimbulkan oleh stress itu sendiri.
 Gangguan jiwa adalah GANGGUAN KESEIMBANGAN NEUROTRANSMITTER di
otak (Neurotransmitter adalah hormone yang dibuat dalam otak di SISTEM LIMBIK)
Sistem Limbik (atau otak Paleomammalian) ada satu set struktur otak termasuk
hipokampus, amigdala, nukleus thalamic anterior, septum, korteks limbik dan forniks,
yang tampaknya mendukung berbagai fungsi termasuk emosi, perilaku, memori
jangka panjang, dan penciuman.

Kesimpulan :

Stres adalah pola adaptasi umum dan pola reaksi menghadapi stresor, yang
dapat berasal dari dalam di individu maupun dari lingkungannya. Sedangkan Gangguan
jiwa adalah sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang
terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres

TUJUAN.
1. Untuk mengetahui konsep stress.
2. Untuk mengetahui macam macam stress.
3. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi stress.
4. Untuk mengetahui konsep adaptasi.
5. Untuk mengetahui mekanisme coping
6. Untuk mengetahui perbedaan stres dan gangguan jiwa

40
BAB IV

1. JENIS DAN FUNGSI INSTRUMEN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN


Instrumen Dalam Praktik Kebidanan
Seperangkat alat yang digunakan dalam melaksanakan praktik/tindakan kebidanan

Fungsi Instrumen
Dalam memberikan pelayanan kebidanan instrumen dapat berfungsi :

 Sebagai alat untuk memudahkan pekerjaan


 Sebagai alat yang digunakan untuk mencapai tujuan suatu tindakan/pekerjaan
 Sebagai alat proteksi (pelindung)
Pengelolaan/Perawatan Instrumen

 Dalam mengelola intrumen harus diperhatikan


 penyimpanan dan pemusnahan nya
 Instrumen steril
 Instrumen non steril
 Bahan habis pakai
Macam-macam instrument
 Instrumen Non Steril = tidak suci hama
Instrumen yang bebas dari mikroorganisme pathogen (tapi sporanya masih ada).
Contoh :
1. Tensi meter 12. Alat pemeriksa HB (Sahli)
2. Stetoskop 13. Set pemeriksaan urine
3. Timbangan 14. Pita pengukur
4. Pengukur panjang bayi 15. Apron/celemek
5. Termometer 16. Masker
6. Oksigen dan regulator 17. Pengaman mata

41
18. Gergaji obat
7. Masker resusitasi
8. Lampu/sorot 19. Piala Ginjal/bengkok
9. Sarung tangan karet u/ menc 20. Gunting ferband
uci alat
10. Sarung tangan karet u/ menc 21. Infus set
uci alat
11. Reflek hamer 22. Standar infus
 Instrumen steril
Instrumen yang bebas dari mikroorganisme pathogen dan sporanya
Contoh Instrumen Steril :
1. Klem 8. Pincet anatomi
2. ½ Klem Kocher 9. Pincet chirurgi
3. Korentang 10. Spekulum vagina
4. Gunting tali pusat 11. Mangkok metal kecil
5. Gunting benang 12. Pengikat tali pusat
6. Gunting episiotomi 13. Pengisap lendir
7. Kateter karet/metal
Instrumen Umum di Rumah Sakit untuk Tempat Peralatan Lain
korentang /dressing forceps adalah alat yang digunakan untuk mengambil /
mengangkat instrumen steril dari dalam bak instrumen. korentang juga dapat
dipaki untuk mengambil kassa, jas operasi, doek, dan laken steril.
Bila dipakai menjepit dan alat-alat yang lebih berat atau bulat bentunknya,
maka digunkan sterilizeertang (sterilizer foceps).

42
Bahan Habis Pakai
Bahan/barang yang hanya dapat digunakan 1 kali dalam melakukan tindakan/memb
erikan pelayanan kepada pasien dan tidak dapat digunakan pada pasien lain
Contoh Bahan Habis Pakai
1. Kapas
2. Kain kasa
3. Plester
4. Pembalut wanita, dll
Instrumen Umum di Rumah Sakit untuk Pemeriksaan Fisik

Termometer

stetoskop

43
TENSIMETER (sphgmomanometer, blood pressure manometer)
alat ini untuk mengetahui tekanan darah sistoledan diastole.
ada dua jenis tensimeter yaitutensimeter air raksa dan tensimeter digital.
1. tensimeter air raksa (manual) di luar negeri
saat ini sudah dilarang untuk digunakan lagi
karena bahaya dari air raksanya jika tensimeter
tersebut pecah.
2. tensimeter digital lebih canggih dan praktis dipergunakan,namun harganya lebih
mahal dibandingkan dengan yang konvensional (tensimeter air raksa)

44
Jenis peralatan yang sering digunakan oleh klien yang mengalami gangguan nafas a
dalah :
1. tabung oksigen. berisi oksigen murni dan tersedia dalam berbagai ukuran tabung
oksigen.
2. Selang oksigen ,yaitu selang yang menghubungkan tabung oksigen dengan mas
ker oksigen atau nasal kanule.

Instrumen Umum di Rumah Sakit Untuk Melayani Pasien


sarung tangan (handschoen, gloves) digunakan untuk melindungi
tangan petugas kesehatan. mempunyai berbagai ukuran,
biasanya nomor 6,61/2,7,71/2,8.
ada 2 jenis sarung tangan yaitu :
1. sarung tangan pemeriksaan (sarung tangan medis). untuk melaksanakan tindakan dan
menangani darah/cairan tubuh. penggunaanya biasanya harus steril.
2. sarung tangan rumah tangga, untuk mencuci peralatan atau menangani sampah.

45
BAB V

1. TEKNIK PEMERIKSAAN FISIK


PENGERTIAN PEMERIKSAAN FISIK UMUM

Pemeriksaan fisik adalah salah satu elemen penting dari proses menentukan
diagnosis sebuah penyakit. Diagnosis dilakukan untuk mengetahui penyakit pasien, agar
dapat memberikan terapi yang tepat pada pasien tersebut.

Pemeriksaan fisik adalah komponen pengkajian kesehatan yang bersifat objektif


yang dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan pada tubuh pasien dengan melihat
keadaan pasien (inspeksi), meraba suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa
(perkusi), mengetuk suatu sistem atau organ yang hendak diperiksa (palpasi), dan
mendegarkan menggunakan stetoskop (auskultasi).

URUTAN DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Anamnesis adalah pemeriksaan tahap awal yang dilakukan dengan


wawancara dan dapat membantu menegakkan diagnosa hingga 80%, anamnesis ini
bersifat subjektif. Tujuannya untuk menegakkan gambaran kesehatan pasien secara
umum, dan mengetahui riwayat penyakit pasien. Anamnesis dapat dilakukan
langsung kepada pasien (autoanamnesis) atau terhadap keluarga atau kerabat
terdekat pasien (hetero/alloanamnesis)

Pada anamnesis yang perlu ditanyakan adalah:

Identitas Pasien : Terkait nama, umur, alamat, pekerjaan, dll

Anamnesis penyakit : Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang (onset, frekuensi,


sifat, waktu, durasi, lokasi), riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga
(keturunan/penularan), keluhan tambahan, riwayat pekerjaan.

 PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dimulai dengan menilai keadaan umum, tanda vital,


menilai status mental dan cara berfikir, juga menilai langsung sistem atau organ
yang berkaitan dengan keluhan pasien dengan :

46
1. Inspeksi
Yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual. Sebagai individu,
kita selalu menilai orang lain setiap hari, dan membangun kesan mengenai orang
lain. Secara tidak kita sadari, sebenarnya kita telah melakukan inspeksi.
Prinsipnya yaitu, pemeriksa menggunakan fokusnya pada indera
penglihatan untuk berkonsentrasi melihat keadaan pasien secara menyeluruh,
dan teliti. Sejak pertama kali pasien masuk ke ruang dokter, inspeksi sudah
dilakukan. Untuk lebih jelas, membenarkan apa yang dilihat oleh mata akan
dikaitkan dengan suara yang terdengar atau bau yang berasal dari pasien.
Kemudian informasi dikumpulkan oleh semua indera tersebut menjadi sebuah
informasi yang bermakna.

2. Palpasi
Yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan, biasanya yang
digunakan adalah tangan sebelah dalam, yaitu dekat dengan telunjuk atau juga
bisa menggunakan pads (ujung jari). Palpasi diperlukan untuk menambah data
yang telah didapat melalui inspeksi sebelumnya. Palpasi dilakukan baik pada
permukaan maupun dalam rongga tubuh, terutama pada abdomen (perut) akan
memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk, konsistensi, dan mobitas
(gerakan) komponen struktur tubuh (anatomi) pada perut yang normal. Apakah
teraba kelainan seperti pembesaran organ maupun massa yang dapat teraba.
Palpasi ini juga efektif untuk menilai cairan dalam ruang tubuh.
Pads atau ujung jari pada bagian ujung ruas interphalangeal (ruas jari)
paling baik digunakan untuk palpasi, karena ditempat tersebut terdapat ujung
saraf peraba yang letaknya saling berdekatan, sehingga dokter akan lebih mudah
merasakan apa yang disentuh. Pengukuran kasar suhu tubuh digunakan dengan
bagian punggung (dorsum) tangan. Posisi ukuran dan struktur otgan yang diraba
dapat diidentifikasi menggunakan tangan. Vibrasi/getaran dapat mudah
terdeteksi oleh permukaan telapak tangan.

3. Perkusi
Yaitu menepuk permukaan tubuh baik secara ringan maupun tajam.
Untuk menentukan posisi, ukuran, dan densitas struktur atau cairan maupun
udara dibawahnya. Menepuk dari permukaan akan menghasilkan gelombang
suara yang masuk secara vertikal sepanjang 5-7 cm dibawah organ yang diketuk
tadi, pantulan suara yang dihasilkan akan berbeda beda tergantung sifat struktur
yang dilewati oleh suara itu, apakah padat, berisi cairan, maupun berisi udara.

47
Prinsipnya yaitu jika suatu organ berisi lebih banyak udara (seperti paru-
paru) maka suara yang dihasilkan yaitu suara yang lebih keras, rendah dan
panjang (suara sonor), jika dibandingkan dengan organ yang lebih padat
(misalnya otot paha), akan menghasilkan suara yang lebih lembut, tinggi dan
pendek (suara pekak). Pada perkusi yang dilakukan pada organ yang berongga
(seperti perut), akan menghasilkan suara dengan nada tinggi dan lebih lama
terdengar (suara timpani).

4. Auskultasi
Yaitu ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung,
pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Pada umumnya, auskultasi
ini merupakan teknik terakhir yang dilakukan pada suatu pemeriksaan fisik, akan
tetapi pada pemeriksaan fisik abdomen (perut), biasanya auskultasi dilakukan
setelah melakukan inspeksi, karena ditakutkan terjadinya perubahan suara
gerakan usus (peristaltik) jikalau dilakukan setelah palpasi dan perkusi. Suara-
suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam
paru-paru, yang mana ketika udara melewati rongga menuju paru. Juga untuk
mendengarkan bunyi usus yang berada pada rongga perut. Kemudian untuk
mendengarkan aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular (jantung dan
pembuluh darah). Suara pada auskultasi dijelaskan dengan frekuensinya,
intensitasnya (keras lemahnya), durasinya, kualitas dan juga waktunya.

Auskultasi dilakukan dengan stetoskop. Stetoskop meneruskan suara


melalui ujung alat (endpiece), tabung pipa (tubing), dan bagian ujung yang
diletakkan di telinga (earpiece). Dan penting menghilangkan suara dari luar yang
dapat mengganggu interpretasi.

Bagian ujung stetoskop terdapat diafragma dan bel. Diafragma digunakan


untuk meningkatkan suara yang tinggi pitch-nya (frekuensi), misalnya suara
nafas yang terdengar dari paru-paru dan suara usus yang terdengar dari perut
dan ketika mendengarkan suara jantung yang normal. Bel digunakan khususnya
untuk suara dengan pitch-rendah seperti suara-suara murmur jantung (bunyi
tambahan pada detak jantung), turbulensi aliran darah didalam arteri (suara
bruits) atau vena (suara hums). Karena aliran darah memberikan suara dengan
pitch yang rendah, bel juga digunakan untuk mengukur tekanan darah. Akan
tetapi diafragma juga sering digunakan untuk mendengarkan bunyi ketika
memeriksa tekanan darah pasien.

48
 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu diagnosa ketika anamnesis


dan pemeriksaan fisiknya belum mendapatkan hasil. Dan juga dapat dilakukan
untuk memastikan diagnosa meskipun anamnesi dan pemeriksaan fisiknya
sudah mencapai titik terang.

Contoh dari pemeriksaan penunjang seperti:

 Pemeriksaan laboratorium : untuk menilai sel-sel darah, urin, feses


 Kultur bakteri : untuk mengetahui bakteri penyebab infeksi, dan untuk
menentukan antibiotik serta resistensinya.
 Radioimaging : seperti CT-Scan, MRI, rontgen untuk mengetahui langsung
bagian dalam tubuh yang terkait dengan penyakit.

 PRINSIP DASAR PEMERIKSAAN FISIK

Tujuan umum pemeriksaan fisik adalah untuk memperoleh informasi


mengenai status kesehatan pasien. Tujuan definitifnya adalah untuk
mengindentifikasi status “normal” dan kemudian mengetahui adanya kelainan
dari keadaan normal tersebut dengan memvalidasi keadaan dan keluhan dari
gejala pasien. Skrining keadaan pasien, dan pemantauan masalah kesehatan
pasien saat ini. Informasi ini penting untuk menjadi catatan/rekam medis (medical
record) pasien, menjadi dasar data awal dari temuan klinis, bahkan selalui
diperbarui dan ditambahkan sepanjang waktu untuk mengetahui riwayat penyakit
dari pasien.

Informasi dapat bersifat subyektif maupun obyektif. Informasi subyektif


didapatkan dari anamnesis terhadap pasien, sedangkan informasi obyektif
didapatkan dengan pemeriksaan fisik pada pasien.temuan klinis obyektif ini akan
memperkuat dan menjelaskan data subyektif yang diperoleh pada anamnesis,
tetapi juga pada saat yang sama, pemeriksaan fisik akan membuat pemeriksa
bertanya lebih lanjut pada saat pemeriksaan berlangsung.

Penentuan metode pillihan pada pemeriksaan fisik dipengaruhi oleh usia.


Misalkan pada usa remaja (12-19 tahun) senaiknya menjalani pemeriksaan fisik
setiap 2 tahun. Individu dewasa (20-59 tahun) sebaiknya menjalani pemeriksaan
fisik setiap 5-6 tahun, dan orang lanjut usia (>60 tahun) sebaiknya melakukan
pemeriksaan fisik menyeluruh tiap 2 tahun

49
Metode tersebut juga dipengaruhi oleh gejala, data fisik, dan laboratorium
lainnya, serta tujuan pemerikaan itu sendiri (misalnya screening fsik umum,
pemeriksaan fisik spesifik, atau analisi gejala-gejala). Pemeriksaan
penapisan/screening misalnya mammografi (foto payudara untuk mengetahui
kanker), pap smear (menilai kelainan pada alat vital wanita), uji darah pada feses
sebaiknya dilakukan lebih teratur. Kunjungan berikutnya atau tindak lanjut
merupakan kunjungan yang terjadwal untuk mengkaji progresivitas atau
kesembuhan dari suatu masalah atau kelainan tertentu.

 METODE PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik diawali dengan penilaian keadaan umum pasien, yang


meliputi:

 Ekspresi wajah

Apakah pasien menahan sakit, sesak, atau diam dan tenang-tenang saja

 Gaya berjalan

Nilai apakah ada kelainan, seperti jalan terseok-seok, kecepatan yang


menurun, langkah terlalu kecil, dll.

 Tanda spesifik lain

Nilai apakah tampak adanya luka ataupun memar, nilai kelainan lain yang
langsung tampak

 Keadaan gizi

Dilakukan pengukuran BB (berat badan) dan TB (tinggi badan).

IMT (indeks massa tubuh) = BB(kg) / TB2 (m)

Klasifikasi IMT :

BB kurang <18,5

BB normal 18,5-22,9

BB lebih >23

Dgn resiko 23-24,

Obes I 25-29,9

Obes II >30

50
 Status mental

Nilai tingkah laku, perasaannya, dan juga cara berfikir. Lakukan interaksi
sederhana bisa dengan menanyakan orientasi tempat, waktu. Dan juga
aktifitas sehari-hari. Nilai apakah terdapat penurunan fungsi berfikir atau
tidak.

 Bentuk badan

Nilai kelainan bentuk tulang belakang seperti kifosis, lordosis, skoliosis.


Nilai bentuk dadanya secara keseluruhan, nilai juga kelainan bentuk
(malformasi) yang terdapat sejak lahir (kongenital).

 Cara bergerak (mobilitas)

Aktif dan dapat memiringkan badannya tanpa kesulitan. Dapat memberi


petunjuk pada beberapa penyakit seperti tulang sendi atau saraf. Juga
dapat mengetahui kelainan jantung juga paru-paru yang mana pasien
lebih nyaman dalam keadaan bersandar.

2. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

Terdiri atas:

a. Kesadaran : nilai dengan menggunakan GCS (glasgow coma scale), yang mana
keadaan pasien sadar penuh (compos mentis) dengan nilai GCS nya 15.
Dibawah itu maka pasien mengalami penurunan kesadaran.
b. Suhu : dengan menggunakan termometer, letakkan pada ketiak selama satu
menit. Normal suhu adalah 36,6 -36,2 derjat celsius.
c. Tekanan darah : dengan menggunakan sphygmomanometer atau yang biasa
disebut dengan tensimeter. Yang mana nilai normal nya adalah 120/80 mmHg
d. Nadi : dengan cara meraba pada arteri radialis, yang terletak pada pergelangan
tangan dibawah ibu jari. Denyut nadi ini sama dengan denyut jantung, yang
mana nilai normalnya adalah 60-100 x permenit.
e. Napas : dengan cara melihat, atau meletakkan tangan pada dada pasien, dan
menghitung berapa kali pasien bernafas selama satu menit. Normalnya yaitu 16-
20 x permenit

Untuk melakukan pemeriksaan fisik pada sistem terkait, misalkan pemeriksaan fisik
paru, jantung, perut. Terdapat empat teknik yang dilakukan seluruh dunia, yaitu :

51
inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Teknik-teknik ini dilakukan dengan memfokuskan
pada indera penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman. Data dikumpulkan
berdasar semua indera tersebut secara simultan untuk membentuk informasi yang
sempurna.

POSISI PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan dalam posisi tertentu, tergantung sistem maupun


organ mana yang hendak dinilai. Misalkan pada pemeriksaan fisik jantung, pasien
diposisikan dengan posisi kepala lebih tinggi, pada pasien pemeriksaan fisik genitalia,
pentingnya dilakukan posisi lithotomy. Akan tetapi banyak pemeriksaan dilakukan dalam
posisi duduk maupun tidur terlentang (supinasi).

JENIS-JENIS PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan secara khusus, yaitu tergantung terhadap


organ maupun sistem spesifik yang sesuai dengan keluhan pasien, pemeriksaan fisik
tersebut sesuai namanya dengan sistem maupun organ yang dilakukan pemeriksaan.
Contohnya seperti:

a. Pemeriksaan fisik THT (telinga hidung tenggorokan)


b. Pemeriksaan fisik leher
c. Pemeriksaan fisik kulit
d. Pemeriksaan fisik respirasi (pernafasan)
e. Pemeriksaan fisik kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah)
f. Pemeriksaan fisik abdomen (perut)
g. Pemeriksaan fisik otot, tulang, dan sendi
h. Pemeriksaan fisik urogenital (saluran urin dan kelamin)
i. Pemeriksaan fisik endokrin (hormonal)
j. Pemeriksaan fisik saraf dan indera
k. Pemeriksaan fisik genitalia eksterna dan internal (alat vital luar dalam)

3. PENGUKURAN BERAT BADAN DAN TINGGI BADAN


1. PENGUKURAN TINGGI BADAN

Untuk melihat pertumbuhan, dapat dilakukan dengan penimbangan berat


badan atau pengukuran tinggi badan. Mengukur tinggi atau panjang badan yang
dinyatakan dalam sentimeter dengan menggunakan mikrotois.

 Prosedur – Tinggi badan diukur dalam posisi berdiri tegak, tanpa alas kaki,
kaki dirapatkan, dan punggung bersandar pada dinding – Letakkan benda

52
padat dan lurus di atas kepala pasien secara horizontal – Catat angka pada
midline (meteran) yang ditunjukkan oleh benda padat tersebut dalam satuan
sentimeter (cm)
2. PENGUKURAN BERAT BADAN
Mengukur berat/massa badan yang dinyatakan dalam kilogram dengan
menggunakan timbangan berat badan. Berat badan merupakan indikator sederhana
yang digunakan dilapangan maupun puskesmas untuk menentukan status gizi
seseorang
 Prosedur

Pastikan jarum penunjuk pada timbangan menunjuk angka nol • Minta pasien
melepas alas kaki dan berdiri di atas timbangan • Baca angka yang ditunjukkan
jarum penunjuk pada timbangan • Catat hasil pengukuran di buku catatan (KMS)
dalam satuan kilogram (kg)

4. PEMERIKSAAN HEAD TO TOE ATAU BODY SYSTEM


Pemeriksaan fisik head to toe adalah pemeriksaan fisik lengkap yang dimulai dari kepala
hingga ekstrimitas bawah. Pengkajian data dalam pemeriksaan fisik head to toe sangat
penting untuk dapat mengetahui bagaimanan kondisi fisik pasien saat itu. Selain itu
pemeriksaan ini dapat membantu nakes dalam menegakkan dianogsa.
a. Pemeriksaan Fisik Head to toe (Body Sistem) meliputi :
1) Pemeriksaan umum
2) Pemeriksaan kepala

Yang dikaji dalam pmx adalah :

1. Inspeksi :

Bentuk kepala (dolicephalus / lonjong, Brakhicophalus / bulat), kesimetrisan,


dan pergerakan. Adakah hirochephalus / pembesaran kepala.

2. Palpasi :

Nyeri tekan, fontanella cekung / tidak (pada bayi)

3) Pemeriksaan mata
Yang dikaji dalam pmx mata adalah :
 Semetris / tidak
 Skleira putih / kuning
 Konjungtiva merah mudah / pucat (anemis)
 Rangsangan cahaya pupil baik / tidak
 Starbismus / tidak
 Adakah ekssoltalmus (mata menonjol), atau endofthalmus (mata tenggelam)

53
4) Pemeriksaan telinga
Inpeksi dan palpasi
 Amati telinga bagian luar :
Bentuk, ukuran, warna, lesi, nyeri tekan, adakah peradangan, penumpukan
serumen.
5) Pemeriksaan hidung
Inpeksi dan palpasi
 Amati bentuk tulang hidung dan posisi septumnasi (adakah pembengkokan
atau tidak)
 Amati meatus, adakah pendarahan, kotoran, pembengkakan, mukosa hidung,
adakah pembesaran (polip).
6) Pemeriksaan mulut dan faring
Inpeksi dan palpasi
 Amati bibir, untuk mengamati kelainan konginetal (labioscheisis,
palatoscheisis, atau labiopalatoseisis), warna bibir pucat, atau merah, adakah
lesi dan massa.
 Amati gigi, gusi, dan lidah, adakah ceries, kotoran, kelengkapan, gigi palsu,
gingivitis, warna lidah.
 Amati orfaring atau rongga mulut, uvula simetris atau tidak.
 Adakah pembesaran tonsil.
7) Pemeriksaan wajah
Inpeksi :
 Perhatikan ekspresi wajah klien, warna dan kondisi wajah klien, struktur
wajah klien, sembab atau tidak, ada kelumpuhan otot - otot fasilitas atau
tidak.
8) Pemeriksaan leher
Dengan inpeksi dan palpasi amati dan rasakan :
 Bentuk leher simetris atau tidak.
 Kelenjar tiroid, ada pembesaran atau tidak.
 Vena jugularis, ada pembesaran atau tidak.
 Palpasi pada leher utuk mengetahui pembesaran kelenjar limfe, kelenjar
troid, dan posisi trakea.
 Pembesaran kelenjar limfe leher (adenopati limfe) menandkan adanya
peradangan pada daerah kepala, orofaring, infeksi TBC, atau syphilis.
9) Pemeriksaan payudara dan ketiak
Inpeksi :

54
 Ukuran payudara, bentuk, dan kesimetrisan, dan adakah pembengkakan.
 Kulit payudara, warna, lesi, vaskularisasi, oedema.
 Adakah benjolan massa atau tidak.
10) Pemeriksaan thorax dan paru

Inpeksi :

 Bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit.


 Kyposis : tulang belakang bengkok kedepan.
 Scoliosis : tulang belakang bengkok kesamping.
 Lordosis : tulang belakang bengkok ke belakang.
 Amati penafasan klien : frekuensi (16 – 24 X per - menit), retraksi intercosta,
retraksi suprasternal.
11) Pemeriksaan abdomen
Abdomen terbagi dalam 4 kuadran atau 9 region :
 Palpasi
 Palpasi Hepar
 Inspeksi
 Auskultasi
12) Pemeriksaan genetalia dan anus
 Gentelalia pria :
 Inspeksi
 Inspeksi dan palpasi hernia
 palpasi
 Pada wanita :
 Amati vagina : bersih / kotor
 Adakah condiloma

55
BAB VI
1. BODY MEKANIK
1. Pengertian Body Mekanik

Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan


aman untuk menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama
aktivitas. Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia.

Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :

 Body Aligement (Postur Tubuh)


metrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.

 Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan
base of support.

 Koordinated Body Movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)

Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem


syaraf.

2. Prinsip-prinsip Body Mekanik

Mekanika tubuh penting bagi perawat dan klien. Hal ini mempengaruhi tingkat
kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk mendukung
kesehatan dan mencegah kecacatan.

Perawat menggunakan berbagai kelumpok otot untuk setiap aktivitas


keperawatan, seperti berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat,
mengangkat dan memindahkan klien, dan menggerakan objek. Gaya fisik dari berat
dan friksi dapat mempengaruhi pergerakan tubuh. Jika digunakan dengan benar,
kekuatan ini dapat meningkatkan efisiensi perawat. Penggunaan yang tidak benar
dapat mengganggu kemampuan perawat unuk mengangkat, memindahkan, dan
mengubah posisi klien. Perawat juga menggabungkan pengetahuan tentang pengaruh
fisiologis dan patologis pada mobilisasi dan kesejajaran tubuh. Prinsip yang digunakan
dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :

56
a) Gravitasi
Merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan dalam melakukann
mekanika tubuh dengan benar, yaitu memandang gravitasi sebagai sumbu dalam
pergerakan tubuh. Terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam gravitasi:

 Pusat gravitasi ( center of gravitasi ), titik yang berada dipertengahan tubuh


 Garis gravitasi ( Line Of gravitasi ), merupakan garis imaginer vertikal melalui
pusat gravitasi.

b) Dasar tumpuan ( base of suport )


merupakan dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat untuk
menopang atau menahan tubuh

c) Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai dengan cara
mempertahankan posisi garis gravitasi diantara pusat gravitasi dan dasar
tumpuan.

d) Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat dipehatikan adalah
berat atau bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan
mempengaruhi mekanika tubuh.

3. Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh

Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas


manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar
yang harus diperhatikan, di antaranya :

 Gerakan ( ambulating ).
Gerakan yang benar dapat membantu keseimbangan tubuh. Sebagai
contoh, keseimbangan pada saat orang berdiri dan saat orang berjalan kaki
berbeda. Orang berdiri akan lebih mudah stabil dibanding dengan orang yang
berjalan, karena pada posisi berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi
satu ke sisi yang lain dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada
saat berjalan terdapat dua fase yaitu fase menahan berat dan fase mengayun,
yang akan menghasilkan gerakan halus dan berirama.

 Menahan ( squating ).
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah. Sebagai
contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang jongkok dan

57
tentunya juga berbeda dengan posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang
perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam menahan. Dalam
menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah kelainan
tubuh dan memudahkan gerakan yang akan dilakukan.

 Menarik ( pulling ).
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menarik benda, di antaranya
ketinggian, letak benda ( sebaiknya berada di depan orang yang akan menarik ),
posisi kaki dan tubuh dalam menarik ( seperti condong kedepan dari panggul ),
sodorkan telapak tangan dan lengan atas di bawah pusat gravitasi pasien, lengan
atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan
pergelangan kaki ditekuk lalu lakukan penarikan.

 Mengangkat ( lifting ).
Mengangkat merupakan cara pergerakan daya tarik. Gunakan otot – otot
besar dari tumit, paha bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian belakang.

 Memutar ( pivoting ).
Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu
pada tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur
gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.

2. AMBULANSI PEMENUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

 Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mempengaruhi sistem muskuloskeletal
dan sistem saraf berupa penurunan koordinasi. Perubahan tersebut dapat
disebabkan oleh penyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktivitas
sehari – hari dan lain – lainnya.

 Nutrisi

Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses pertumbuhan
tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan
kelemahan otot dan memudahkan terjadinya penyakit. sebagai contoh tubuh yang
kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.

58
 Emosi
Kondisi psikologis seseorang dapat menurunkan kemampuan mekanika
tubuh dan ambulansi yang baik, seseorang yang mengalami perasaan tidak aman,
tidak bersemangat, dan harga diri rendah. Akan mudah mengalami perubahan
dalam mekanika tubuh dan ambulasi.

 Situasi dan Kebiasaan


Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseoarang misalnya, sering
mengankat benda-benda berat, akan menyebabkan perubahan mekanika tubuh
dan ambulasi.

 Gaya Hidup
Gaya hidup, perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan stress
dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan dalam beraktivitas,
sehingga dapat menganggu koordinasi antara sistem muskulusletal dan neurologi,
yang akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
 Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap penggunaan mekanika tubuh akan
mendorong seseorang untuk mempergunakannya dengan benar, sehingga
mengurangi tenaga yang dikeluarkan. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang
memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang
beresiko mengalami gangguan koordinasi sistem neurologi dan muskulusletal.

1. Akibat Body Mekanik Yang Buruk

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran


energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika
tubuh yang salah adalah sbb :

1. Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan


dalam sistem muskulusletal.
2. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri, maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam
struktur muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.

59
Kesimpulan

Mekanika tubuh adalah koordinasi dari muskuloskeletal dan sistem saraf


untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanisme tubuh dan ambulasi
merupakan cara menggunakan tubuh secara efisien yaitu tidak banyak
mengeluarkan tenaga, terkoordinasi serta aman dalam menggerakkan dan
mempertahankan keseimbangan selama aktivitas.

Prinsip yang digunakan dalam mekanik tubuh adalah sebagai berikut :

1. Gravitasi
2. Keseimbangan
3. Berat

Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas


manusia. Sebelum melakukan mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan
dasar yang harus diperhatikan, di antaranya :

1. Gerakan ( ambulating ).
2. Menahan ( squating ).
3. Menarik ( pulling ).
4. Mengangkat ( lifting ).
5. Memutar ( pivoting ).

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran


energi secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
mekanika tubuh yang salah adalah sebagai berikut :

Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan


gangguan dalam sistem muskulusletal. Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem
muskulusletal. Seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka akan
memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur muskulusletal, misalnya kelainan
pada tulang vertebrata

60
BAB VII
PEMERIKSAAN FISIK PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS
1. IBU HAMIL
a. Pemeriksaan fisik pada ibu hamil

 Inspeksi
Inspeksi dilakukan untuk menilai keadaan ada tidaknya cloasma
gravidarum pada muka atau wajah, pucat atau tidak pada selaput mata, dan ada
tidaknya edema. Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan pada leher untuk
menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar gondok atau kelenjar limfe.
Pemeriksaan dada untuk menilai apakah perut membesar kedepan atau
kesamping, keadaan pusat, pigmentasi linea alba, serta ada tidaknya striae
gravidarum. Pemeriksaan vulva untuk menilai keadan perineum, ada tidaknya
tanda chadwick, dan adanya fluor. Kemudian pemeriksaan ektremitas untuk
menilai ada tidaknya varises.

 Palpasi
Palpasi dilakukan utnuk menentukan besarnya rahim dengan
menentukan usia kehamilan serta menentukan letak anak dalam rahim.
Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan menggunakan metode Leopold
yakni :

a. Leopold 1

Leopold 1 digunakan untuk menentukan usia kehamilan dan bagian apa


yang ada dalam fundus, dengan cara pemeriksa berdiri sebelah kanan dan
menghadap ke muka ibu, kemudian kaki ibu di bengkokkan pada lutut dan
lipat paha, lengkungkan jari-jari kedua tangan untuk mengelilingi bagian atas
fundus, lalu tentukan apa yang ada dalam fundus. Bila kepala sifatnya keras,
bundar dan melenting. Sedangkan akan lunak, kurang bundar dan kurang
melenting.

b. Leopold 2

Leopold 2 digunakan untuk menentukan letak punggung anak dan letak


bagian kecil pada anak. Caranya letak 2 tangan pada sisi uterus, dan
tentukan dimanakah bagian terkecil bayi.

61
c. Leopold III

Leopold III digunakan untuk menentukan bagian yang terdapat di


bagian bawah dan apakah bagian bawah anak sudah atau belum terpegang
oleh pintu atas panggul. Caranya, tekan dengan ibu jari dan jari tengah pada
salah satu tangan secara lembut dan masuk ke dalam abdomen pasien di
atas simpisis pubis. Kemudian peganglah bagian presentasi bayi, lalu bagian
apakah yang menjadi presentasi tersebut.

d. Leopold IV

Leopold IV digunakan untuk menentukan apa yang menjadi bagian


bawah dan seberapa masuknya bagian bawah tersebut ke dalam rongga
panggul. Caranya, letakkan kedua tangan di sisi bawah uterus, lalu tekan ke
dalam dan gerakan jari-jari ke arah rongga panggul, dimanakah tonjolan
sefalik dan apakah bagian presentasi telah masuk. Pemerisaan ini tidak
dilakukan bila kepala masih tinggi. Pemeriksaan Leopald lengkap dapat
dilakukan bila janin cukup besar, kira-kira bulan IV ke atas.

 Auskultasi
Auskultasi dilalukan umumnya dengan stetoskop monoaural untuk
mendengarkan bunyi jantung anak, bising tali pusat, gerakan anak, bising rahim,
bunyi aorta, serta bising usus. Bunyi jantung anak dapat didengar pada akhir
bulan ke-5, walaupun dengan ultrasonografi dapat diketahui pada akhir bulan ke-
3. Bunyi jantung anak dapat terdengar dikiri dan kanan di bawh tali pusar bila
presentasi kepala. Bila terdengar setinggi tali pusat, maka presentasi di daerah
bokong. Bila terdenga pada pihak berlawanan dengan bagian kecil, maka anak
fleksi dan bila sepihak maka defleksi.

Dalam keadaan sehat,bunyi jantung antara 120-140 kali permenit. Bunyi


jantung dihitung dengan mendengarkannya selama 1 menit penuh. Bila kurang
dari 120 kali permenit atau lebih dari 140 per menit, kemungkinan janin dalam
keadaan gawat janin. Selain bunyi jantung anak, dapat didengarkan bising tali
pusat seperti meniup. Kemudian bising rahim seperti bising yang frekuensinya
sama seperti denyut nadi ibu, bunyi aorta frekuensinya sama seperti denyut nadi
dan bising usus yang sifatnya tidak teratur.

62
b. Menghitung taksiran persalinan
Saat dokter mengatakan seorang ibu positif hamil, saat itu pula Anda mulai
menghitung usia kehamilan. Namun seringkali ibu hamil tidak tahu pasti berapa usia
kehamilannya. Hal ini karena terkadang si ibu tidak mengetahui secara pasti kapan
pembuahan terjadi.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung usia


kehamilan. Anda bisa memilih yang paling mudah dan nyaman untuk dilakukan .

1. Hari pertama haid terakhir (HPHT)

Metode ini membutuhkan pengetahuan Anda tentang siklus menstruasi.


Berdasarkan siklus, dokter bisa memperkirakan usia kehamilan dan tanggal
kelahiran si kecil yang dihitung berdasarkan rumus Naegele. Cara
menghitungnya yaitu tentukan hari pertama menstruasi terakhir. Angka ini
dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir (LMP = Last Menstrual Periode).

 Jika HPHT Ibu ada pada bulan Januari – Maret

Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan + 9), (tahun + 0).

Misal, HPHT 10 Januari 2010, maka perkiraan lahir (10+7), (1+9), (2010 +
0) = 17-10-2010 atau 17 Oktober 2010

 Jika HPHT Ibu ada pada bulan April – Desember

Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan – 3),(Tahun + 1).

Misal, HPHT 10 Oktober 2010, maka perkiraan lahir (10 + 7), (10 – 3),
(2010 + 1) = 17-7-2011 atau 17 Juli 2011.

Catatan:

 Rumus ini hanya bisa diterapkan pada wanita yang daur haidnya teratur,
yakni antara 28-30 hari.
 Perkiraan tanggal persalinan sering meleset antara 7 hari sebelum atau
setelahnya. Hanya sekitar 5% bayi yang akan lahir sesuai perhitungan ini.
 Untuk mengurangi kemungkinan terlalu melesetnya perhitungan pada wanita
yang daur haidnya pendek, akan ditambahkan beberapa hari dari hari-H.
Sedang yang daur haidnya panjang, akan dikurangi beberapa hari.

63
2. Gerakan janin

Perlu untuk diketahui bahwa pada kehamilan pertama gerakan janin mulai
terasa setelah kehamilan memasuki usia 18-20 minggu. Sedangkan pada
kehamilan kedua dan seterusnya, gerakan janin sudah terasa pada usia
kehamilan 16-18 minggu.

3. Tinggi puncak rahim

Biasanya, dokter akan meraba puncak rahim (Fundus uteri) yang


menonjol di dinding perut dan penghitungan dimulai dari tulang kemaluan. Jika
jarak dari tulang kemaluan sampai puncak rahim sekitar 28 cm, ini berarti usia
kehamilan sudah mencapai 28 minggu. Tinggi maksimal puncak rahim adalah 36
cm, ini menunjukkan usia kehamilan sudah mencapai 36 minggu. Perlu dietahui,
ukuran maksimal adalah 36 cm dan tidak akan bertambah lagi meskipun usia
kehamilan mencapai 40 minggu. Kalaupun tingginya bertambah, kemungkinan
yang akan dialami adalah janin Anda besar, kembar, atau cairan tubuh Anda
berlebih.

4. Menggunakan 2 jari tangan

Pengukuran dengan menggunakan 2 jari tangan ini hanya bisa dilakukan


jika ibu hamil tidak memiliki berat badan yang berlebih. Caranya; letakkan dua
jari Anda diantara tulang kemaluan dan perut. Jika jarak antara tulang kemaluan
dengan puncak rahim masih di bawah pusar, maka setiap penambahan 2 jari
berarti penambahan usia kehamilan sebanyak 2 minggu.

5. Menggunakan ultrasonografi (USG)

Cara ini paling mudah dan paling sering dilakukan oleh dokter. Tingkat
akurasinya cukup tinggi, yakni sekitar 95%. Dengan USG maka usia kehamilan
dan perkiraan waktu kelahiran si kecil bisa dilihat dengan jelas melalui “gambar”
janin yang muncul pada layar monitor.

c. Pemeriksaan Fisik pada Kunjungan Antenatal Pertama


1. Peralatan Pemeriksaan
Alat yang dipakai bervariasi namun yang terpenting adalah bagaimana
seorang tenaga kesehatan memanfaatkan mata, telinga, hidung dan tangannya
untukk mengetahui hampir semua hal penting tentang ibu hamil yang
diperiksanya. Peralatan hanyalah penunjang bila ada dapat membantu
pemeriksaan bila tidak semua tersedia, pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan

64
dengan baik dengan ketrampilan memanfaatkan inderanya dan mempunyai
kemampuan untuk menilai serta menangkap hal-hal yang perlu diperhatikan
pada ibu hamil. Peralatan yang dipergunakan harus dalam keadaan bersih dan
siap pakai.

Adapun alat–alat yang dibutuhkan untuk pemeriksaan ibu hamil


diantaranya adalah: timbangan berat badan, pengukur tinggi badan, tensi meter,
stetoskop monokuler atau linec, meteran atau midlen, hamer reflek, jangka
panggul serta peralatan untuk pemeriksaan laboratorium kehamilan yaitu
pemeriksaan kadar hemoglobin, protein urin, urin reduksi dll (bila diperlukan)

2. Komponen Pemeriksaan Fisik pada Kunjungan Antenatal Pertama


a. Pemeriksaan fisik umum
Pengukuran Antropometri

1) Alat yang digunakan


1. Timbangan untuk mengukur berat badan oarng dewasa yang mempunyai tingkat
ketelitian 0,1 kg.
2. Microtoise untuk mengukur tinggi badan yang mempunyai ketelitian 0,1 cm.
3. Alat ukur untuk mengukur lingkar lengan atas (LILA)
2) Langkah-langkah pengukuran
 Berat badan
a) pengukuran dipimpin oleh enumerator terlatih.
b) Simpan timbangan berskala pada permukaan lantai yang datar.
c) Pastikan skala timbangan berada oada angka nol (0,0) sebelum
penimbangan dimulai.
d) Responden diminta untuk berdiri diatas timbangan dengan posisi badan
tegak dan pandangan mata lurus ke depan.
e) Baca skala.
f) Catat hasil pengukuran pada form.
 Tinggi badan
1. pengukuran dipimpin oleh enumerator terlatih.
2. Gantungkan microtoise pada dinding dan lantai yang datar pada
ketinggian 200 m dari bawah(lantai).
3. Mintalah ibu hamil untuk berdiri membelakangi dinding (mata
menghadap lurus ke depan), punggung dan bokong menempel ke
dinding, tangan tegak ke bawah, tanpa alas kaki.
4. Geser microtoise persis menempel di atas kepala responden,dan

65
baca skala.
5. Catat tinggi badan pada form.
 Lingkar lengan atas(LILA)
a) Pengukuran dipimpin oleh enumerator terlatih.
b) Pita pengukur dilingkarkan ke lengan subyek dan dibaca skalanya.
c) Catat hasil pengukuran pada form.
b. Pemeriksaan ekstremitas atas untuk melihat adanya edema pada jari
(perhatikan apakah cincin menjadi terlalu sempit dan tanyakan apakah lebih
sempit dari biasanya, tanyakan juga apakah ia tidak mengenakan cincin yang
biasa ia kenakan karena sudah terlalu sempit, atau apakah ia memindahkan
cinicin tersebut ke jari yang lain)
c. Pemeriksaan ekstremitas bawah untuk melihat adanya :
1. Edema pada pergelangan kaki dan pretibia
2. Refleks tendon dalam pada kuadrisep (kedutan-lutut (knet-jerk)
3. Varises dan tanda humans, jika ada indikasi.
d. Payudara
a. Ukuran simetris
b. Putting menonjol / masuk
c. Keluarnya kolostrom atau cairan lain
d. Retraksi
e. Massa
f. Nodul axillz
e. Abdomen

Pemeriksaan abdomen untuk mengetahui :

a. Letak, presentasi, posisi, dan jumlah(jika>36 minggu)


b. Penancapan (engagement)
c. Pengukuran tinggi fundus (jika>12 minggu)
d. Evaluasi kasar volume cairan amnion
e. Observasi atau palpasi gerakan janin.
f. Perkiraan berat badan janin (bandingkan dengan perkiraan berat badan
pada kunjungan sebelumnya)
g. Denyut jantung janin (catat frekuemsi dam lokasinya ) (jika>18 minggu)
f. Genetalia luar (externa)
a. Varises
b. Perdarahan
c. Luka

66
d. cairan yang keluar
e. pengeluaran dari uretra dan skene
f. kelenjar bartholini : bengkak (massa), ciaran yang keluar
g. Genetalia dalam (interna)
a. Servik meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi, mobilitas,
tertutup atau terbuka
b. Vagina meliputi cairan yang keluar, luka, darah
c. Ukuran adneksa, bentuk, posisi, nyeri, kelunakan, massa (pada trimester
pertama)
d. Uterus meliputi : ukuran, bentuk, mobilitas, kelunakan, massa pada trimester
petama
h. Pemeriksaan Panggul

Setelah pemeriksaan awal, bidan harus melakukan beberapa atau semua


komponen pemeriksaan panggul berikut sesuai indikasi, yakni:

1. Pemeriksaan dengan speculum jika wanita tersebut mengeluh terdapat


rabas pervagina.
2. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi vagina yang muncul dan ambil
materi untuk pemeriksaan diagnostic dengan menggunakan preparat
apusan basah; ambil specimen gonokokus dan klamidia untuk tes
diagnostic.
3. Evaluasi terapi yang telah dilakukan untuk mengatasi infeksi vagina (tes
penyembuhan ) jika muncul gejala. Evaluasi tidak perlu dilakukan bila
wanita tidak menunjukkan gejala
4. Ulangi pap smear, jika diperlukan
5. Ulangi tes diagnostic gonokokus dan klamidia pada trimester ke tiga.
6. Konfirmasi atau singkirkan kemungkinan pecah ketuban dini

Pelvimetri klinis pada akhir trimester ketiga jika panggul perlu


dievaluasi ulang atau jika tidak memungkinkan untuk memperoleh informasi
ini pada pemeriksaan awal karena wanita tersebut menolak diperiksa.

i. Pemeriksaan dalam jika wanita menunjukkan tanda atau gejala persalinan


premature untuk mengkaji:
1. Konsistensi serviks
2. Penipisan (effacement)
3. Pembukaan
4. Kondisi membrane

67
5. Penancapan / stasiun
6. Bagian presentasi

Beberapa bidan juga melakukan pemeriksaan pervaginan secara rutin


pada kehamilan 40 minggu menurut penanggalan dan setelahnya guna
menentukan “kematangan” (kesiapan)seviks untuk menghadapi persalinan.

Banyak bidan, meski tidak semua, yakin bahwa mereka harus


melakukan pemeriksaan panggul pada kehamilan 36 minggu termasuk
mengulangipelvimetri klinis, mengambil specimen untuk tes diagnostic
gonokokus, klamidia dan GBS dan mengevaluasi kondisi serviks. Para bidan
memandang hal ini sebagai bagian evaluasi ulang total pada seorang wanita
pada saat tersebut. Evaluasi ulang total ini juga mencakup setiap tes
laboratorium.

Kesimpulan

Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dari


ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasentadan tumbuh kembang hasil sampai
aterm. (Manuaba, 2010).

Perkembangan janin pada dua minggu pertama, hasil konsepsi masih


merupakan perkembangan dari ovum yang dibuahi, dari minggu ke-3 sampai ke-6
disebut mudigah (embrio) dan sesudah minggu ke-6 mulai disebut fetus. Perubahan-
perubahan dan organogenesis terjadi pada berbagai periode kehamilan.

Tanda dan gejala kehamilan diantaranya adalah Tanda-tanda presumptif,


Tanda-tanda kemungkinan hamil dan Tanda pasti (tanda positif).

Perubahan Fisiologi Pada Kehamilan terjadi pada sistem reproduksi


diantaranya Uterus, Indung telur (ovarium), Vagina vulva, Dinding perut (abdominal
wall) dan Payudara. Serta Perubahan pada organ dan sistem lainnya diantaranya
Sistem sirkulasi darah, Sistem pernapasan, Saluran pencernaan, Tulang dan gigi,
Kulit dan Kelenjar endokrin.

Pemeriksaan Ibu Hamil meliputi tahap Anamnesa, Pemerikaan fisik,


Pemeriksaan dalam (pembukaan, perlunakan serviks, ketuban, penurunan bagian
terendah, penempatan kombinasi, tumor yang menyerupai bagian terendah,
pelvimetri panggul) dan Pemeriksaan tambahan (pemeriksaan laboratorium,
ultrasonografi, tes pemeriksaan air ketuban, tes pemeriksaan bakteriologis).

68
Jadwal Pemeriksaan Kehamilan yaitu pada Trimester I dan II Setiap bulan
sekali serta pada Trimester III Setiap 2 minggu sekali sampai ada tanda kehamilan.

Konsep Asuhan Keperawatan meliputi tahapan proses Pengkajian, Diagnosa,


Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi.

2. IBU BERSALIN
a. Pengertian
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa
bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlansung sekitar 18- 24
jam,dengan letak janin belakang kepala.( Varneys,2003)
1. Bentuk atau macam persalinan
1. Persalinan Spontan : persalinan seluruh berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri dan melalui jalan lahir (Sarwono Prawirohardjo, 2005)
2. Persalinan Buatan : persalinan dengan bnatuan tenaga dari luar. Missal :
section sessaria, vacuum ekstrasi dan forshep (Sarwono Prawirohardjo,
2005)
3. Persalinan Anjuran : kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan rangsangan, missal : pemberian oksitosin dan prostaglandin.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan
a) Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina dan entriotus (lubang luar vagina). Meskipun
jaringan lunak khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam
proses persalinan. Janin harus menyesuaikan dirinya terhadap jalan
yang relative kaku. Oleh karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus di
tentukan sebelum persalinan dimulai.

b) Passanger (janin dan plasenta)

Passenger atau jalan bergerak sepanjang jalan lahir merupakan


akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin karena plasenta juga harus melewati jalan
lahir, maka dia juga dianggap sebagai bagian dari passanger yang

69
menyertai janin, namun plasenta jarang menghambat proses persalinan
pada kehamilan normal.

c) Power (kekuatan)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi


involunter dan volenter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin
dan plasenta dari eterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan
primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilitasi,
usaha volunter dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan
sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan kontraksi
involunter.

2. Tanda permulaan persalinan


1. Lightening yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul (PAP) terutama
pada primi para.
2. Perut kelihatan lebih besar /melebar, fundus uteri menurun.
3. Pola kesuria dan sasuk miksi karena kandung kemih tertekan bagian bawah
janin
4. False labair pain yaitu perasaan sakit diperut dan pinggang karenaadanya
kontraksi lemah dari uterus.
5. Serviks menjadi lembek, mendatar dan mengeluarkan sekresi lendir,darah
dari vagina (bloedy show). (Praworohardjo, 2000).
3. Tanda dan gejala inpartu
1. Kekuatan his bertambah, makin sering terjadi dan teratur dengan jarak
kontraksi makin pendek sehingga menimbulkan rasa sakit yang lebih hebat.
2. Keluarlendir dan darah lebih banyak.
3. Kadang ketuban pecah dengan sendirinya
4. Pada pemeriksaan dalam serviks mulai mendatardan pembukaan lengkap.(
Praworohardjo, 2000)
4. Kala dalam persalinan
1. Kala I
Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan serviks kurang 4 cm
dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit, sampai
pembukaan lengkap. Pada primigrafida kala I berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan pada multi kira-kira 7 jam. Proses pembukaak serviks dibagi
dalam 2 fase:

70
1. Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu :
3. Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm tmenjadi 4cm.
4. Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung
sangat cepat dari 4cm menjadi 9cm.
5. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9cm menjadi lengkap.
Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir atau
sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan
hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum
pembukaan mencapai 5cm, disebut ketuban pecah dini.
2. Kala II

Proses persalinan dari pembukaan serviks 10 cm (lengkap) sampai


lahirnya bayi. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan
pada multipara rata- rata 0,5 jam.

3. Kala III

Proses persalinan dari lahirnya bayi sampai plasenta lahir. Setelah


bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat.
Beberapa menit kemudian uterus kontraksi lagi untuk melepas plasenta dari
din dinginya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi
lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah, (Catatan Obsetri,
dr. Cipto Pramono, SpOG).

4. Kala IV

Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum.


Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata
perdarahan normal adalah 250 cc. Perdarahan persalinan yang lebih dari
500cc adalah perdarahan abnormal. ( Prawirohardjo, 2007)

6. Beberapa istilah yang berkaitan dengan usia kehamilan dan berat janin yang
dilahirkan, sebagai berikut :
1. Abortus
1. Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar
kandungan

71
2. Umur kehamilan sebelum 28 minggu
3. Berat janin kurang dari 1000 gram
2. Persalinan prematuritas
1. Persalinan sebelum umur kehamilan 28-36 minggu
2. Berat janin kurang dari 2499 gram
3. Persalinan aterm
1. Persalinan antara umur kehamilan 37-42 minggu
2. Berat janin diatas 2500 gram
4. Persalinan serotinus
1. Persalinan melampui umur kehamilan 42 minggu
2. Pada janin terdapat tanda post maturitas
5. Persalinan presipitatus

Persalinan berlangsung cepat (kurang dari 3 jam)

Istilah-istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan

a. Gravida : Wanita yang sedang hamil


b. Primigravida : Wanita yang hamil pertama kali
c. Para : Wanita yang pernah melahirkan bayi
d. Multipara : Wanita yang pernah melahirkan anak hidup lebih dari
sekali dan dimana persalinan tersebut tidak lebih dari 5x.
e. Grandemultipara : wanita telah melahirkan janin lebih dari 5x
7. 58 langkah asuhan persalinan normal
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
3. Ibu merasa takanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
4. Perineum tampak menonjol
5. Vulva dan sfingter ani membuka
6. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia à tempat yang datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih
dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
a. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu
bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set
7. Pakai celemek plastik.

72
8. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
handuk yang bersih dan kering.
9. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam.
10. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai
sarung tangan DTT atau steril) dan letakkan di partus set/wadah DTT atau
steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
11. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi dengan
DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam larutan klorin 0,5 %)
12. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, Bila selaput
ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi.
13. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan
dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5 % selama 10
menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
14. Periksa DJJ setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa
DJJ dalam batas normal (120 – 160x/menit).
15. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. Mendokumentasikan
hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta
asuhan lainnya pada partograf
16. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
17. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
18. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran dengan benar

73
19. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
20. Laksanakan bimbingan meneran saat ibu marasa ada dorongan kuat untuk
meneran.
1. Bimbing ibu agar dapat meneran secara baik dan efektif
2. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
3. Bantu ibu mengambil posisi nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring
terlentang dalam waktu yang lama)
4. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
5. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
6. Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
7. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
8. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2
jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
21. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
22. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm).
23. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong.
24. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
25. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
26. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan tangan yang dilapisi dnegan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk meneran perlahan atau
bernafas cepat dan dangkal.
27. Seka dengan lembut muka, mulut, dan hidung bayi dengan kasa/kain bersih.
28. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
1. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
2. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong
diantara dua klem tersebut
29. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
30. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala

74
ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
31. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
32. Seteleh tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara mata kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan
jari-jari lainnya).
33. Penilaian segera bayi baru lahir.
34. Keringkan tubuh bayi, bungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali
pusat.
35. Jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali
pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2cm distal dari
klem pertama.
36. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit dan lakukan
pengguntingan (lindungi perut bayi) tali pusat diantara 2 klem tersebut.
37. Ganti handuk yang basah dengan handuk/kain baru yang bersih dan kering,
selimuti dan tutup kepala bayi dan biarkan tali pusat terbuka. Tali pusat tidak
perlu ditutup dengan kassa atau diberi yodium tapi dapat dioles dengan
antiseptik, Jika bayi mangalami kesulitan bernafas, lihat penatalaksanaan
asfiksia
38. Berikan bayi kepada ibunya dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
untuk memulai pemberian ASI.
39. Letakkan kain bersih dan kering pada perut ibu, periksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
40. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik agar uterus berkontraksi baik.
41. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin).
42. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
43. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simpisis untuk
mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
44. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial)
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul

75
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.Jika uterus tidak segera
berkontraksi minta ibu, suami datau anggota keluarga untuk melakukan
stimulasi puting susu
45. Lakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga plasenta terlepas.
Minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial).
46. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada tempat yang telah disediakan. Jika
selaput ketuban robek, pakai serung tangan DTT atau steril untuk melakukan
eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau
steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
47. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
detik masase.
48. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian meternal maupun fetal dan pastikan
selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan palsenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
49. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
panjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
50. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
51. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5 %, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan
kain yang bersih dan kering.
52. Selimuti bayi dan tutupi bagian kepalanya dengan handuk atau kain bersih
dan kering.
53. Minta ibu memulai pemberian ASI secara dini (30-60 menit setelah bayi lahir).
54. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
1. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
2. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
3. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
4. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
penatalaksanaan atonia uteri

76
55. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
56. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
57. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
1jam pertama pascapersalinan dan setiap 30menit selama jam kedua
pascapersalinan.
1. Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pascapersalinan
2. Melakukan tindakan ynag sesuai untuk temuan yang tidak normal.
58. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
59. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
60. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
61. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5 %.
62. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10menit.
63. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
64. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV dan lakukan penimbangan bayi, beri tetes mata profilaksis
dan vitamin K 0, 1 cc.

3. IBU NIFAS
 Pengertian

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau


masalah kesehatan yang dialami oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data
objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.

 Tujuan

Tujuan pemeriksaan fisik ibu nifas adalah

1. Untuk mengumpulkan data


2. Mengidentifikasi masalah pasien
3. Menilai perubahan status pasien
4. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah di berikan
 Prinsip umum

77
Prinsip-prinsip umum pemeriksaan ibu nifas:

Pemeriksaan fisik ibu nifas disesuaikan dengan tujuan kunjungan program dan
kebijaksanaan (6 jam, 2-6 hari, 2 minggu, 6 minggu setelah persalinan)

1. Menjelaskan pemeriksaan fisik yang akan dilakukan pada klien


2. Pada saat pemeriksaan fisik, biasakan pemeriksa berdiri di sebelah kanan
klien.
3. Gunakan pendekatan fisik mulai dari arah luar tubuh ke arah dalam tubuh,
posisi pasien tergantung jenis pemeriksaan dan kondisi sewaktu di periksa.
4. Gunakan pemeriksaan fisik dengan menggunakan tekhnik pemeriksaan dari
daerah yang mengalami kelainan (abnormal) ke daerah yang tidak
memgalami kelainan(normal)
5. Perhatikan pencahayaan yang tapat, suhu, suasana ruangan yang nyaman
serta privasi pasien.
 Teknik Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas

Teknik yang dipergunakan dalam pemeriksaan fisik ibu nifas ada empat yaitu:
inspeksi, palpasi,perkusi dan auskultasi.

 Persiapan pemeriksaan fisik ibu nifas

Ada beberapa hal yang perlu di persiapkan sebelum melakukan pemeriksaan


fisik ibu nifas :

1. Persiapan ruangan.
2. Ruangan disiapkan sebaik mungkin misal dengan memasang penyekat,
mengatur pencahayaan.
3. Persiapan alat
4. Baki 1 buah, tensi meter dan stetoskop, termometer,senter, kapas + air DTT,
hand schoen 1 pasang, pincet, bengkok, tempat sampah, larutan clorin 0,5
%.
5. Persiapan pasien
6. Sebelum melakukan pemeriksaan beritahu pasien tindakan yang akan
dilakukan, atur posisi untuk mempermudah pemeriksaan, atur pasien
seefisien mungkin.
 Pemeriksaan fisik ibu nifas

1. Pengkajian status mental dan penampilan


2. Pengukuran tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital meliputi : suhu tubuh, nadi pernapasan dan tekanan darah,

78
 Pemeriksaan wajah

a. Wajah : pembekangkakan pada daerah wajah.


b. Mata: konjungtiva dan skelera
c. Hidung
d. Bibir
 Pemeriksaan leher : Kelenjar Tiroid, Kelenjar Limfe dan Vena Jugularis.
 Pemeriksaan payudara : Puting ( bentuknya, pengeluaran colostrum),
pembengkakan, luka/ lecet, tanda radang dan benjolan.
 Pemeriksaan abdominal secara umum dan memeriksa tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus dan memeriksa apakah kandung kemih
kosong/penuh.
 Pemeriksaan genitalia :
a. Perineum (edema dan hematoma)
b. Memeriksa luka jahitan episiotomi
c. Kebersihan daerah perineum
d. Pengeluaran lochea(warna dan bau)
e. Anus (haemoroid dan perdarahan)
 Pemeriksaan ekstremitas bawah : tromboplebitis, edema, varises,
ref.patella.

Kesimpulan

persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 – 42


minggu, presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir
biasa, keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.

Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya.
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan
kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam
nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi
sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang
trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang
menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan.

79
BAB VIII

PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR

1. Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan di kamar bersalin.Tujuanya adalah:


1. Menilai ganguan adaptasi BBL dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin yang
memerlukan resusitasi.
2. Untuk menemukan cacat bawaan yang memerlukan tindakan segera (atresia ani
, atresia esofagis, )trauma lahir.
3. Menentukan apakah BBL tersebut dapat dirawat bersama dengan ibu(rawat
gabung) atau perawatan khusus untuk diawasi,atau diruang intensif,atau segera
di operasi.
2. Pemeriksaan kedua harus dilakukan kembali dalam waktu 24 jam,yaitu sesudah bayi
ditempat perwatan. Tujuanya adalah agar kelainan yang luput daripemeriksaan pertama
akan ditemukan pada pemeriksaan ini. Pemeriksaan di kamar bersalin dan di ruang
rawat sebaiknya di bawah lampu pemanas untuk mencegah hipotermi. Pemeriksaan
bayi diruang rawat harus dilakukan di depan ibunya, pbila ditemui kelainan jelaskan
pada ibu apakah kelainan tersebut berbahaya atau tidak, agar ibu dapat meahami dan
merasa tenang.
3. Bayi tidak boleh dipulangkan sebelum diperiksa kembali pada pemeriksaan terakir ,ini
disebabkan oleh adanya kelainan pada BBL yang belum menghilang saat
dipulangkan(hematomasefal, ginekomastia, ikterus),atau ada yang bising hilang timbul
pada masa BBL,atau bayi yang menderita penyakit yang didapat dirumah sakit seperti
aspirasi pneumonia, infeksi nosokomial dan lain-lain. Yang harus dicatat pada
pemeriksaan fisik adalah lingkar kepala,berat badan, panjang badan, kelainan fisik yang
ditemukan , frekuensi nafas serta nadi,serta keadaan tali pusat.

Pemeriksaan fisik pada BBL memerlukan kesabaran , keluesan , dan ketelitian. Bila bayi
teneng dalam pemeriksaan maka yang harus diperiksa iyalah auskultasi, bunyi jantung,
paru, palpasi abdomen. Sesudah itu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan lainya.

1. Pemeriksaan dikamar bersalin


a. Menilai adaptasi

Perlu diperiksa dikamar bersalin adalah apakah bayi beradaptasi dengan


baik atau memerlukan resusitasi. Bayi yang memerlukan resusitasi adalah bayi
yang lahir dengan pernafasan tidak adekuat,tonus otot kurang, ada mekonium di
cairan amnion,atau lahir dengan kurang bulan.

80
Nilai Agar:

0 12
 Apperance

(Warna Kulit) Pucat Badan merah, ekstremitas biru Seluruh tubuh


kemerah-merahan

 Pulse Rate

(Frek. Nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100

 Grimance

(Reaksi Rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan mimik (grimance)


Batuk/bersih

 Activity

(Tonus Otot) Tidak ada Ekstrimitas dalam sedikit flexi Garakan aktif

 Respiration

(Pernafasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis

Jumlah

Untuk menentukan nilai terhadap masing – masing tanda pada menit pertama,
adalah dengan melakukan evaluasi sebagai berikut:

1. Warna ( appearance)

Lihat warna kulit bayi. Apakah berwarna merah jambu? Pucat? atau
biru?, bayi yang baru lahir umumnya memiliki tungkai yang berwarna biri,
sedangkan bagian lain dari tubuh berwana merah.

a) Nilai / angka o jika agar score / nilai apgar: pucat atau cyanosis pada
seluruh tubuh
b) Nilai /angka 1, jika merah tapi ekstremitas cyanosis
c) Nilai/ angka, jika seluruh badan bayi berwana merah
2. Denyut nadi( pulse )

Dengarkan denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop,


atau rasakan denyut nadinya dengan jari antara persambungan tali pusat
dan kulit. Hitung jumlah detak jantung dalam 6 detik dan tambahkan angka 0
untuk jumlah total detak jantung dalam 1 menit , hal ini merupakan

81
penilaiyan yang penting. Angka denyut jantung bayi yang kurang dari 100
menunjukan perlunya tindakan merangsang jantungnya.

a) Nilai / angka 0 jika keadaan lemah atau lambat


b) Nilai / angka 1 jika kurang dari 100
c) Nilai / angka 2 jika lebih atau minimal 100
3. Menyeringai ( grimace )

Dengan lembut gosoklah salah satu telapak kaki bayi dengan bolak
balik dengan salah satu jari, amati reaksi bayi pada wajahnya. Atau
perhatikan reaksi pada bayi sewaktu membersihkan lender dari mulut dan
tenggorokanya.

a) Nilai / angka 0 jika tidak ada reaksi sama sekali


b) Nilai / angka 1jika reaksi hanya terdapat pada muka saja
c) Nilai / angka 2 jika timbul reaksi hebat, bayi menangis kuat
4. Kegiatan (activitiy )

Amati gerakan tangan dan kakinya. Atau tariklah satu tangan atau
kakinya menjauh dari tubuhnya. Lihat bagaimana tangan atau kaki bayi
bergerak melali rangsangan yang diberikan.

a) Nilai / angka 0 jika flacid atau ototnya lemah


b) Nilai / angka 1jika tampak lemah tapi tonus otonya ada
c) Nilai / angka 2 jika aktif bergerak dan menagis
5. Pernafasan ( respirasion )

Lihatlah dada dan abdomen bayi tersebut, upaya bernafas merupaka


penilaiyan penting dalam apgar. Pernafasan yang sama sekali tidak ada
disebut apnea. Tangis yang kuat menunjukan bayi bernafas dengan baik.

a) Nilai / angka 0 jika tidak ada respirasi


b) Nilai / angka 1jika respirasi lambat dan tidak teratur
c) Nilai / angka 2 jika menangis kuat dan pernafasanya baik
6. Mencari kelainan kongeneta

Pemeriksaan dikamar bersalin juga untuk menentukan adanya


kelainan kongenetal pada bayi terutama yang memerlukan penanganan
segera. Pada anamnesis perlu ditanyakan apakah ibu mengunakan obat
teratogenik, terkena radiasi, atau infeksi firus pada trimester pertama. Juga
ditanyakan apakah ada kelainan pada keluarga. Disamping itu juga

82
ditanyakan apakah ibu memiliki penyakit yang dapat menghambat
pertumbuhan janin.

1) Mulut

pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-gnato-palato


kissis,hipersaliva, perhatikan juga hipoplasia otot depresoranguli oris. Pada
keadaan ini terlihat asimetri wajah apabila bayi menagis, sudut mulut dan
mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nosolabialis akan kurang
tampak pada daerah yang kurang sehat.Pada 20% keadaan ini pada
keadaan ini dapat ditemukan kelainan kongenetal berupa kelainan
kardiovaskulae,dan dislokasi panggul congenital.

2) Anus

Pehatiakan apakah bayi tidak memiliki lubang anus atau tidak.

3) Kelainan pada garis tengah

Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina


bifida,meningomielokel,sinus pilonidalis, ambligus genitalia,eksomfalos,dan
lain-lain

4) Jenis kelamin

Jika ditemui keraguan pada pemeriksaan kelamin seperti,


pembesaran klitoris pada bayi permpuan atau terdapatnya hipospadia atau
epispadia pada bayi laki-laki, sebaiknya pemberi tahuan jenis kelamiin
ditunda dahulu sampai dilakukan pemeriksaan lain, seperti pemeriksaan
krromosom.

2. Pemeriksaan di ruang rawat

Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam waktu 24 jam untuk mendeteksi


kelainan yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan kamar bersalin, pemeriksaan
ini meleliputi:

a. Aktifitas fisik

Keaktifan fisik BBL dapat dilihat dari gerakan tungkai,lengan. Pada bayi
dengan cukup bulan yang sehat , ekstremitas berada dalam keadaan fleksi,dengan
gerakan tungkai serta lengan yang aktif dan simetris. Bila asimetris pikirkan adanya
kelumpuhan atau patah tulang.

83
b. Tangisan bayi

Tangisan bayi dapat memberikan keterangan tentang keadaan bayi.Tangisan


melengking ditemukan pada bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan
yang melemah atau merintih terdapat pada bayi dengan kesulitan bernafas.

c. Wajah BBL

Wajah bayi dengan kelainan yang khas, misalnya sindrom dwon,sindrom


pierre-robin, sindrom de lange dan sebagainya.

d. Keadaan gizi

Dinilai dari segi BB, yang disesuaikan dengan masa kehamilan, tebal lapisan
subkutis serta kerutan pada kulit. Edema pada BBL dapat memberikan kesan bayi
dalam status gizi yang baik karena kulitya halus dan licin.

e. Pemeriksaan suhu

Suhu tubuh pada BBL diukur di bagian aksila. Suhu BBL normal antara 36,5
– 37,5 C. Suhu meninggi apabila ditemukan dehidrasi ,ganguan serebral,infeksi,atau
kenaikan suhu lingkungan. Apabila ekstremitas dingin dan tubuh panas kemungkinan
besar disebabkan oleh sepsis.

3. Pemeriksaan secara rinci


a. Kulit

Merupakan system vasomotorik dan lambatnya sirkulasi ferifer akan


menampilkan bayi yang berwana merah sekali atau merah kebiruan pada waktu
menangis. Warnanya akan lebih gelap apabila bayi menangis kuat dengan glottis
tertutup.Akrosianosis terdapat pada bayi yang kedinginan. Tanda umum dari bayi
yang mengalami ganguan sirkulasi lainya iyalah kulit yang seperti marmer ( cutis
marmorata/mottling), hal ini mungkin berhubungan dengan penyakit berat atau
fraktuasi suhu kulit yang sementara. Perbedaan warna merah antara sentengah
tubuh bayi dan warna pucat pada setengah bagian tubuh lainya, dan batasnya yang
tampak pada garis pertengahan dari dahi sampai kepubis disebut warna Herlequin.
Perubahan ini hanya bersifat sementara dan bersifat tidak bahaya, penyebabnya
belum diketahui saat ini.

4. Pemeriksaan lainnya meliputi:


a. Ikterus fisiologis akan tampak setelah 24 jam kelahiran bayi.
b. Kuku tebentuk dengan lengkap.

84
c. Bila kulit tampak pucat dapat karena penyakit bayi/asfeksia saat lahir atau
karena narkose ibu sewaktu persalinan.
d. Cyanosis persistent, menandakan adanya penyakit jantung .
e. Cyanosis intermittent, menandakan adanya pendarahan intracranial atau
penyakit saluran pernafasan.
f. Petakie yaitu adanya perdarahan kecil-kecil pada kulit, biasanya pada
muka,leher, terutama pada hari pertama.Hal ini dikatakan normal apabila
tidak ada perdarahan di lain tempat, keadaan ini tidak memerlukan
perawatan khusus.
g. Nulis/milia yaitu adanya bintik-bintik putih pada muka.
h. Lanugo( rambut halus) terutama pada rambut dan leher,dan
vernikscaseosa (substansi berwana putih keabu-abuan separti keju)
terutama pada lipatan jari dan labia.
i. Kadang tanda lahir(Nevi) yang biasanya sementara atau menetap.
a. Kepala

bayi yang lahir melalui vagina (terutama anak pertama atau kepala bayi yang
terlalu lam di panggul) akan mengalami perubahan bentuka kepala. Letak tulang
pariental cenderung sedikit di atas tulang oksipital dan tulang frontal.

Kemudian juga lakukan pemeriksaan:

1) Adanya molauge/molase, sutera kadang-kadang sangat mendekat pada waktu


persalinan
2) Adanya caput suksedanium dan sephalotoma, ini terjadi akibat partus lama ,
merupakan suatu perdarahan subperiostium dan bila diraba ,fraktuasinya lebih
jelas.
3) Fontanela anterior berbentuk wajik berukuran 2,5 sampai 6 cm.Biasanya tertutup
dalam tulang bayi sampai usia 18 bulan .Fontanela anterior memberikan
imformasi penting mengenai kondisi bayi. Misalnya fontanela anterior cekung
menandai bayi mengalami dehidrasi, sedangkan fontanela yang menonjol
menandakan adanya peningkatan tekanan intracranial.
4) Fontanala posterior berukuran 1 – 2,5 cm ,yang tertutup pada usia 2 bulan.
5) Perhatikan juga apabila adannya hematoma sefal menyebrangi sutura berate
terdapat fraktur pada tengkorak kepala.
b. Wajah
Wajah dengan tanda dismorfik seperti lipatan epikants, melebarnnya jarak
kedua mata, dan letak daun telinga yang rendah sering berhubungan dengan
kelainan kongenetal. Wajah yang tidak simetris mungkin disebabkan kumpulan

85
sysraf ke 7, hipoplasian otot depressor sudut mulut, atau posisi janin yang tidak
normal.Bila rahang janin terletak dibahu ataudisalah satu ekertemitas selama hamil,
maka mandibula akan jauh dari garis tengah. Tulang tengkorak bayi premature
tampak seperti hidrosepalus oleh karena pertumbuhan otak lebih besar dari
perkembangan organ lainnya.
c. Mata
Mata bayi biasanya sedikit tertutup .Mata bayi biasanya berwana hitam atu
coklat.Pada bayi keabu-abuan atau biru gelapabu-abu.Kelopak mata akan tampak
udema dalam beberapa hari ,akibat proses kelahiran. Seringkali terdapat perdarahan
subkonjungtiva karena tekana kepala bayi saat perslinan, hal ini tidak memeiliki
pengaruh yang besar. Pupil biasanya sama,yaitu bulat, dengan kontriksi langsung
bersamaan dalam respons terhadap cahaya.Adapun dilatasi pupil melebar dengan
retraksi yang melambat terhadap cahaya, mungkin karena tekanan intracranial yang
terlalu besar.
d. Telinga
Perhatikan bentuk ,ukuran ,dan posisi telinga dan rasakan kortilagonya. Pada
BBL dengan cukup bulan terdapat tulang rawan sehingga bentuk telinga dapat
dipertahankan. Daun telinga yang letaknya rendah (lau-set ears),yaitu yang batas
antasnya lebih rendah dari kantus lateral mata, terdapat pada bayi dengan sindrom
Pierre Robin. Pada telinga kadang kala ditemukan adanya daun telinga yang terlipat,
dan biasanya pulih dalam 1 minggupertama. Perlu diperhatikan adanya preauricular
pits, skin tang, atau daun telinga tambahan. Skin tangs atau tonjolan kulit dapat
terjadi dikarnakan kelainan autosomal dominan, namun pada kasus seperti ini
lakukan pemeriksaan pendengaran lanjutan. Pemeriksaan dengan autoskop
biasanya tidak menjadi bagian pemeriksaan rutin BBL.
e. Hidung
Perlu diperhatikan bentuk hidung dan lebar jembatanya ( Nasal bridge).Jika
tampak terlalu lebar, ukurlah jarak antar kantul medial mata. Jarak tersebut tidak
boleh lebih dari 2,5 cm pada bayi dengan cukup bulan. Hidung tampak pesek
dikarnakan adanya tekanan yang dialami di intracranial.
BBL bernafas melalui hidung apabila bernafas melalui mulut , maka harus
dipikirkan adanya obstruksi jalan nafa krenaatresia karona bilateral atu fraktur tulang
hidung atau ensafolakel yang menonjol ke nasofaring. Pernafasan cuping
menunjukan adanya ganguaan pernafasan.
f. Mulut
Mulut seharusnya mempunyai posisi simetris dan letaknya tepat di garis
tengah. Mulut diinsfeksi adanya kelengkapan strukturnya. Bibir BBL normalnya
berwarana merah dan lidahnya rata serta simetris. Dilihat apakah ada
labiognatoskhinizis( palatum terbuka/ celah langit – langit), perlu diketahui dengan
cara pemberian minum dan pemeriksaan lebih lanjut. Tonsil biasanya tidak
didapatkan.
Tenggorokan bayi ukar dilihat. Walaupun demikian harus diusahakan untuk
memeriksa agar celah palatum posterior dan uvala tidak luput dari
pengamatan.Tonsil yang kecil tidak akan mempengaruhi pertumbuhan jaringan
limfoid di hari kemudian.

86
g. Leher
Leher pada BBL tampak lebih pendek akan tetapi pergerakanya baik.apabila
terdapat keterbatasan perlu diperkirakan adanya kelainan tulang leher. Tumor di
daerah leher seperti tiroid, hemangioma, higroma kistik selain merupakan masalah
sendiri dapat menekan trankea sehingga memerlukan tindakan segera.
Trauma leher dapat terjadi pada persalinan yang sulit.Trauma leher ini dapat
menyebabkan kerusakan pada fleksus brankialis sehingga terjadi fariesis pada
tangan, lengan atau diagfrragma.
h. Dada
Dada BBL tampak seperti tong. Pektusekskavatum atau karinatum sering
membuat orang tua khawatir, padahal biasanya tidak memiliki arti klinis. Pada
respirasi normal, dinding dada bergerak bersama dinsing perut. Apabila terdapat
ganguan pernafasan , terlihat pernafasan yang parodoksal dan retraksi pada
inspirasi. Gerakan dinding dada harus simetris . Bila tidak, pikirkan kemungkinan
adanya pneumonothoraks, paresis diagfragma, atau hernia diagfrakmatika.
i. Payudara
Kelenjar payudara pada bayi laki-laki maupun wanita dikarnakan pengaruh
dari hormon ibu, kadangkala tampak membesar dan seringkali mengeluarkan sekresi
air susu. Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan kecuali terdapat tanda peradangan.
j. Paru – Paru
Penilaiyan keadaan paru dengan observasi tidak kalah pentingnya dengan
auskultasi dan palpasi. Selain melihat kulit bayi, amatin frekuensi nafas dan tanda
lain diestres pernafasan seperti retraksi dan merintih. Frekuensi nafas yang normal
pada BBL adalah 40 – 60 kali per menit. BBL dengan frekuensi pernafasan yang
terus menerus di atas 60 kali perlu diamati lebih teliti untuk kemungkinan adanya
kelinan paru, jantung,atau metabolic. Frekuensi nafas tergantung kepada aktivitas
fisik, menangis, tidur, atau bangun. Sebagian bayi premature dapat menunjukan
retraksi strenal atau subkostal ringan. Nafas yang tersendat – sendat dan tidak
teratur ( irregular gasping) yang kadang – kadang diikuti leh gerakan spasme mulut
dan dagu menunjjukan pusat pernafasan yang berat.
Semua BBL bernafas dengan diagfragma , sehingga waktu inspirasi bagian
dada tertarik ke dalam dan pada sat yang sama perut bayi membuncit. Bila bayi
dalam keadaan relaksasi, tenang dan warna kulitnya baik maka fentilasinya baik .
Sebaliknya pernafasan yang berat ( laboret respirasion) menandakan respirasi paru
yang abnormal, pneumonia, cacat bawaan atau ganguan mekanis pada paru lainnya.
Kesukaran bernafas yang disebabkan terlali banyak atau sedikit udara di paru yang
akan menyebabkan jaringan intrakostal tertrik ke dalam. Oleh karena itu , untuk
membedakan atelektasi dan emfiseme harus dinilai dari bentuk dan ukurn dada ,
perkusi , dan pemeriksaan rongent. Bila ditemuka bising usus di rongga dada,
perkirakan kemungkinan hernia diagfragma.
k. Jantung
Jantung cendreng mengikuti pernafasan. Suara denyut jantung (120 – 160
kali/ menit) terdengar jelas dan teratur. Titik intensitas maksimal bila terlihat di ruang
interkostal ke- empat sebelah kiri pada garis madklavikula. Pulsasi yang lemah pada

87
eksrtemitas menandakan jantung yang buruk atau vasokontruksi yang perifer.
Pulsasi femonal yang melemah atau tidak ada mengarahkan dugaan pada lesi
jantung seperti koarktasio aorta. Palpasi dan auskultasi mampu menunjukan
pergeseran letak jantung, seperti pada dekstrokardia.
l. Abdomen
Abdomen berbentuk silindris, lembut dan biasanya menonjol yang biasanya
menunjukan aliran vena supervisial. Puntung tali pusat ( umbilicus) mongering dan
berwarm a gelap. Organ – organ yang dapat dipalpasi sebagai berikut:
1) Liver,Teraba lunak/ lembut 1-2 cm di tepi kosta kanan.
2) Ujung limpa, berada di sepanjang kuadran kiri atas.
3) Ginjal, pada palpasi dalam , dengan 2 tenpat , terdapat 1 – 2 cm dari
umbilicis .
4) Urin, tampak jernih.
5) Terdapat bising usus dan regurgitasi( sendawa) setelah minim susu.
6) Nadi femonal sama.
Perlu diperhatikan adanya gastrokisis, eksrtofia vesikalis, omfalokel, atau
duktus omfaloentirikus dan persisten. Ofalokel perlu dibedakan dengan gastrokisis
yang disebabkan karena dinding perut untuk menutupi akibat defek pada m.rektus
abdominis. Kelainan bawaan lain yang perlu diperhatikan adalah sindrom prune
belly. Dinding abdomen masih lemah terutama pada bayi premature.
m. Genetalia
a) Pada laki – laki
1) Tampak penis lurus, kalup( foreskin) menutupi dan menempel pada glans
penis, yang mempunyai lubang uretra di tengah tepat di ujungnya.
2) Adanya testis,apakah sudah terjadi decensus atau tidak dan kekainan
penis lainnya, seperti femosis ( kulit kulup tidak dapat retraksi untuk
memaparkan glans penis)
3) Perhatikan adanya kelainan hipospadia ( lubang uretra,terletak pada
lubang vetal penisPerhatikan adanya kelainan epispadia( lubang uretra
terdapat pada permungkaan dorsal)
4) Perhatikan adanya kelainan hidrokel (pengumpulan cairan di salah satu
atau kedua testis)
b) Perempuan
Pada bayi perempuan cukup bulan labia minor tertutup oleh labia mayora,
dan ini merupakan salah satu kreteria menilai bayi cukup bulan. Lubang uretra
terpisah dengan lubang vagina, bila hanya terdapat satu lubang berate adanya
kelainan. Kadang tampak secret yang bercampur darah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormone ibu( withdrawal bledding), dan ini tidak apa –
apa.
n. Eksrtemitas
Eksrtemitas atas dan bawah, masing – masing mempunyai 10 jari.
Perhatikan adanya kelainan jari, seperti :
a. Sidaktili, penggabungan jari yang abnormal.
b. Polidaktili,jumlah jari yang berlebihan.
c. Garis simian, garis telapak tangan transversal tunggal.

88
d. Tangan pendek, jari kelingking terlipat ke dalam,( sindrom donw)
Bayi yang lahir dengan tindakan dan pertolongan patologis harusnya
diperiksa adanya kelumpuhan. Biasanya dengan merangsang tidak semuanya
ekstremitas di angkat dan yang lumpuh tidak bergerak. Penyakit kongenetal yang
sering yaitu dislokasi kongenetal dimana gluteal asimetris.
Perhatikan adanya talipes apakah adanya aquinovarus( clubfoots), dimana
kaki tampak terputar ke bawah dan kedalam, dan telapak tangan mengarah ke
tengah . Jika masalahnya berat, perlu tindak lanjut otropedik ( dokter bedah)
o. Anus
Pemeriksaan anus hendaknya memperhatikan adanya mekonium pada 48
jam pertama kelahiran. Pemeriksaan anus bukan hanya mengetahui ada tidaknya
atresia ani melainkan juga mengetahui posisinya.
Pemeriksaan yang harus diakukan pada pemeriksaan fisik BBL, yaitu
pemeriksaan reflex: hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa bayi dalam keadaan
sehat. Bidan dapat memeriksa apakah ada rangsangan dan tanda yang di kirim di
sekitarnya.Bayi yang sehat biasanya mempumyai sejumlah reflex yang dapat
dirangsang sejak saat pertama kelahiran.
Beberapa reflex tersebut antara lain:
1. Rooting reflex (reflex mencari puting ibu)
Yaitu insting pertama, yang paling baik dilakukan oleh bayi yang lapar. Caranya
adalah dengan menggoreskan sudut mulut bayi garis tengah bibir. Refleks ini akan
menghilang pada tahun pertama, dan teryata reflefs ini sangat berhubungan dengan
reflex menghusap.
a. Kondisi abnormal : dengan tidak adanya reflex menunjukan adanya gangguan
neurologi berat.
2. Sucking reflex (reflex menghisap)
Yaitu denga memasukan putting susu ibu, maka bayi akan menghisap dalam
merespons terhadap stimulasi. Jadi adanya gerakan menghisap secara langsung.
a. Kondisi abnormal
Refleks yang lemah, atau tidak adanya reflex menunjukan adanya kelambatan
perkembangan atau keadaan neurologi yang abnormal.
3. Moro reflex( reflex meregang)
Dapat ditimbulkan dengan mengubah posisi denga tiba – tiba atau memukul
meja/ tempat tidur. Bayi bereaksi terhadap penggantian posisi tubuh dan suara keras
dengan cara menggetarkan dan meluruskan tangan, kaki dan jarinya.Ia
meneggangkan tubuhnya, meregangkan punggung, menerik kepalanya kebelakang,
menggepalkan kedua tangan dan menariknya ke dada. Biasanya refleks ini hilang
pada umur 4 – 6 bulan.
a. Kondisi abnormal
Tidak adanya reflex ini sering dikaitkan dengan adanya trauma
4. Refleks tonic neck( refleks tonus leher)

89
Yaitu dengan menelungkupkan bayi, putar kepala bayi dengan cepat ke satu
sisi. Normalnya, bayi akan melakukan perubahan posisi bila kepala bayi diputar ke
satu sisi, lengan dan ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi yang
berlawanan. Muncul pada usia 2 bulan dan menghilang pada usia 6 bulan.
a. Kondisi abnormal
Apabila respons tejadi setiap kepala diputar,jika menetap terdapat adanya
kerusakan serebral mayor.
5. Refleks palmar mayor
Yaitu dengan cara meletakan tangan atau benda ke tangan bayi, maka bayi
akan menutup tanganya, dan juga hal ini terjadi pada telapak kaki. Pada tangan akan
hilang 3 – 6 bulan dan pada kaki 6 – 12 bulan.
Kondisi abnormal
Apabila terdapat fleksi yang tidak simetris. Hal ini menunjuka adanya paralisis.
Refleks menggengam yang menetap menunjukan adanya ganguan serebral.
4. Pemeriksaan pada waktu memulangkan
Pada waktu pemulangan dilakukan pemeriksaan lagi untuk menyakinkan
bahwa tidak adanya kelainan congenital atau kelainan akibat truma yang
terlewatkan. Perlu diperhatikan.
a. Susunan syaraf pusat: aktivitas bayi, ketegangan ubun – ubun.
b. Kulit: adanya ikterus ataupiodermia.
c. Jantung: adanya bising yang baru timbul kemudian .
d. Abdomen : adnya tumor yang tidak terdeteksi sebelunya.
e. Tali pusat: adanya infeksi.
f. Disamping itu apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah mengcara
pemberian ASI yang benar.

90
FORMAT PEMERIKSAAN FISIK BBL

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny.

DENGAN LAHIR HARI

TANGGAL

I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS

Nama bayi : ……………………………………..

Umur bayi : ……………………………………..

Tgl/Jam lahir : ……………………………………..

Jenis kelamin : ……………………………………..

Berat badan : …………………..gram

Panjang badan : ……………………cm

Nama : ..Ny…………………. Nama Suami : Tn……………………..

Umur : ……………………….. Umur : …………………..

Suku/Bangsa : ……………………….. Suku/Bangsa : ……………………

Agama : ……………………….. Agama : …………………..

Pendidikan : ……………………….. Pendidikan : …………………..

Pekerjaan : ……………………….. Pekerjaan : …………………..

Alamat : ……………………….. Alamat : …………………..

B. DATA SUBJEKTIF

didata pada tanggal : ……………………

1. Riwayat Penyakit Kehamilan


a. Perdarahan : ……………………..
b. Pre-eklampsia : ……………………..
c. Eklampsia : ……………………..

91
d. Penyakit kelamin : ……………………..
e. Lain-lain : …………….
2. Kebiasaan waktu hamil
a. Makanan : ……………………..
b. Obat-obatan : ……………………..
c. Merokok : ……………………..
d. Minuman alkohol : ……………………..
e. Lain-lain : ……………………..

3. Riwayat persalinan sekarang


a. Jenis persalianan : ……………………..
b. Masa gestasi : ……………………..
c. Ditolong oleh : ……………………..
d. Lama persalinan
1) Kala I : …………………………
2) Kala II : …………………………
3) Kala III : …………………………
e. Ketuban : …………………………
f. Komplikasi persalinan : …………………………

Keadaan bayi baru lahir

Nilai APGAR 1 menit pertama= 5 menit berikutnya=

Tanda 0 1 2 Jumlah

A. Apperance

(Warna kulit) ( ) ( ) biru/pucat

( ) ( ) tubuh kemerahan tangan dan kaki biru

( ) ( ) kemerahan

B. Pulse

(Frek. Jantung)

( ) ( ) tidak ada

92
( ) ( ) < 100

( ) ( ) >100

C. Grimate

(reflek) ( ) ( ) tdk bereaksi

( ) ( ) gerakan sedikit

( ) ( ) menangis

D. Activity

(aktifitas/tonus otot)

( ) ( ) lumpuh

( ) ( ) extremitas Fleksi sedikit

( ) ( ) gerakan aktif

E. Respiratory

(usaha nafas)

( ) ( ) tidak ada

( ) ( ) lambat tak teratur

( ) ( ) menangis kuat

X= 1 menit pertama V=5 menit berikutnya

1. Respirasi
a. Pengisapan lendir :………………
b. Ambu : ………………….
c. Massage jantung : ………………….
d. Intubasi endotrokhial : ………………….
e. Oksigen
f. Theraphi : ………………….

93
C. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : …………………
b. Suhu : …………⁰C
c. Pernafasan : …………………
d. Nadi : …………………
e. Berat badan sekarang : …………………
2. Pemeriksaan fisik secara sistematis
a. Kepala : ……………………………………………………………………….
b. Ubun-ubun : ……………………………………………………………………….
c. Muka : ……………………………………………………………………….
d. Mata : ……………………………………………………………………….
e. Telinga : ……………………………………………………………………….
f. Mulut : ……………………………………………………………………….
g. Hidung : ……………………………………………………………………….
h. Leher : ……………………………………………………………………….
i. Dada : ……………………………………………………………………….
j. Tali pusat : ……………………………………………………………………….
k. Punggung : ……………………………………………………………………….
l. Ekstremitas : ……………………………………………………………………….
m. Genitalia : ……………………………………………………………………….
n. Anus : ……..
3. Reflek
a. Reflek Morro : ……..
b. Reflek Rooting : ……..
c. Reflek Walking : ……..
d. Reflek Graphs : ……..
e. Reflek Sucking : ……..
f. Reflek Tonic Neck : ……..
4. Antropometri
a. Lingkar Kepala : …… cm
b. Lingkar Dada : …… cm
c. Lingkar Lengan Atas : …… cm
5. Eliminasi
a. Miksi : …………
b. Mekonium : ………..

94
STEMPEL TELAPAK KAKI BAYI

Telapak kaki kiri Telapak kaki kanan

Cap Jempol Tangan Ibu

Jempol Tangan Kiri Jempol tangan kanan

ANALISA FORMAT PEMERIKSAAN FISIK BBL

I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS

Nama bayi : untuk mengetahui identitas bayi

Umur bayi : untuk mengetahui usia pada bayi sesuai dengan tanggal lahir

Tgl/Jam lahir : untuk mengetahui tanggal dan jam lahir bayi

Jenis kelamin : untuk membedakan jenis kelamin bayi laki-laki atau perempuan

Berat badan : untuk mengetahui berat badan bayi normal yaitu 2500-4000

Panjang badan : untuk mengetahui panjang badan normal bayi yaitu 48-50cm

Nama ibu : untuk memudahkan panggilan kepada ibu

Umur : untuk mengetahui pasien termasuk resiko tinggi atau

tidak,resiko tinggi usia kehamilan <20 tahun dan >35 tahun

Suku/Bangsa :untuk memudahkan proses pengkajian

Agama : untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap agama yang di anutnya

Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan klien dan sebagai dasar untuk
memberikan asuhan

Pekerjaan : untuk mengetahui status ekonomi dan aktifitas ibu

Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal.

B. DATA SUBJEKTIF

95
didata pada tanggal : ……………………

1. Riwayat Penyakit Kehamilan


a. Perdarahan : untuk menilai perdarahan ibu diwaktu persalinan
b. Pre-eklampsia : untuk mengetahui ibu pernah melahirkan dengan resiko
tinggi
c. Eklampsia : mengetahui ibu pernah melahirkan dengan riwayat kejang

d. Penyakit kelamin : untuk mengetahui klien dengan riwayat IMS


e. Lain-lain : tidak ada
2. Kebiasaan waktu hamil
a. Makanan : untuk mengetahui pola makan ibu saat hamil
b. Obat-obatan : untuk mengetahui ibu mengkonsumsi obat-obatan dengan
riwayat penyakit tertentu
c. Merokok : untuk mengetahui kebiasaan ibu saat hamil
d. Minuman alkohol : untuk mengetahui kebiasaan atau gaya hidup ibu saat
hamil
e. Lain-lain :tidak ada
3. Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalianan : untuk mengetahui persalinan secara spontan atau sc
b. Masa gestasi : untuk mengetahui usia kehamilan ibu apakah
aterm,preterm,postmatur
c. Ditolong oleh : untuk mengetahui penolong saat persalinan
d. Lama persalinan
1) Kala I : untuk mengetahui lamanya kala I dalam batas normal
2) Kala II : untuk mengetahui lamanya kala II dalam batas normal
3) Kala III :untuk mengetahui lamanya kala III dalam batas normal
e. Ketuban : untuk mengetahui warna,konsistensi dan bau ketuban beresiko
tinggi
f. Komplikasi persalinan : untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada
saat persalinan

Keadaan bayi baru lahir

Nilai APGAR 1 menit pertama= 5 menit berikutnya= ( untuk menilai tanda bugar bayi
dalam batas normal atau tidak)

Tanda 0 1 2 Jumlah

96
A. Apperance

(Warna kulit)

( ) ( ) biru/pucat

( ) ( ) tubuh kemerahan tangan dan kaki biru

( ) ( ) kemerahan

B. Pulse

(Frek. Jantung)

( ) ( ) tidak ada

( ) ( ) < 100

( ) ( ) >100

C. Grimate

(reflek)

( ) ( ) tdk bereaksi

( ) ( ) gerakan sedikit

( ) ( ) menangis

D. Activity

(aktifitas/tonus otot)

( ) ( ) lumpuh

( ) ( ) extremitas Fleksi sedikit

( ) ( ) gerakan aktif

E. Respiratory

(usaha nafas)

( ) ( ) tidak ada

97
( ) ( ) lambat tak teratur

( ) ( ) menangis kuat

X= 1 menit pertama V=5 menit berikutnya

1. Respirasi
a. Pengisapan lendir : Untuk membebaskan jalan nafas bayi
b. Ambu : Untuk membantu membebaskan jalan nafasbayi apabila bayi masih
megap-megap setelah dilakukan penghisapan lender dengan delay
c. Massage jantung : Untuk mengetahui frekuensi normal jantungbayi
d. Intubasi endotrokhial : Dilakukan untuk kegagalanpernapasan,karena paru-
paru tidak dapatmengambil oksigen dan mengeluarkankarbondioksida
e. Oksigen : Untuk membantu pernapasan bayi apabilamasih megap-megap
setelah dilakukanpenghisapan lendir dengan deley dan ambudan persiapan
rujukan
f. Theraphi : Untuk mengurangi keadaan asfiksia pada bayi

C. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum bayidengan cara
inspeksi
b. Suhu : Untuk mengetahui suhu normalbayi,hipotermi atau hipertermi
c. Pernafasan : Untuk mengetahui pernafasan normal bayiyaitu 40-60 x / menit
d. Nadi : Untuk mengetahui nadi normal bayi
e. Berat badan sekarang : Untuk mengetahui berat badan bayibertambah atau
tidak sesuai dengan usia bayisekarang
2. Pemeriksaan fisik secara sistematis
a. Kepala : untuk mengetahui apakah kepala bayi bersih atau tidak
b. Ubun-ubun : Untuk mengetahui datar, tidak ada moulase,tidak
terdapatodema
c. Muka : Untuk mengetahui simetris atau tidak dankelainan yang terdapat pada
wajah
d. Mata : Untuk mengetahui conjungitva merah muda, sclera
bening,tidakterdapat sekret dan tidak strabismus
e. Telinga : Untuk mengetahui telinga simetris atautidak,adanya daun telinga

98
f. Mulut : Untuk mengetahui adanya cacat bawaan seperti labioskizis
danlabioplatoskiziz
g. Hidung : Untuk mengetahui simetris, lubang hidung lengkap, nafasnyateratur,
terdapat tulang hidung, tidak terdapat cuping hidung
h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening maupunpembesaran
limfe, dan pembesaran vena jugularis.
i. Dada : Untuk mengetahui simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada
j. Tali pusat : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi pada tali pusat
ataulepasnya jahitan tali pusat
k. Punggung : Untuk mengetahui bentuk dan tidak terdapat spina bifida
l. Ekstremitas : Untuk mengetahui gerakan spontan, gerakan aktif, dan
jumlahjarilengkap
m. Genitalia : Jika laki-laki terdapat 2 testis dalam skrotum,preputium dapat di
tarik kebelakang dan penisberlubang pada ujung nya, jika perempuan
terdapat lubang vagina, uretra berlubang, labia mayor dan labio minor
n. Anus : Untuk mrengetahui terdapat lubang pada anus atau tidak
3. Reflek
a. Reflek Morro : Untuk mengetahui reflek terkejut bayi
b. Reflek Tonic Neck : Untuk mengetahui reflek mengangkat kepalapada bayi
c. Reflek Rooting : Untuk mengetahui adanya reflek mencaripada bayi
d. Reflek Walking : Untuk mengetetahui reflek melangkah padabayi
e. Reflek Graphs : Untuk mengetahui reflek menggenggam padabayi
f. Reflek Sucking : Untuk mengetahui adanya reflek menghisappada bayi
4. Antropometri
a. Lingkar Kepala : Untuk mengetahui ukuran lingkar kepala normal pada bayi
b. Lingkar Dada : Untuk mengetahui lingkar dada normal padAbayi yaitu 30-33
cm
c. Lingkar Lengan Atas : Untuk mengetahui keadaan nutrisi bayi
5. Eliminasi
a. Miksi : Untuk mengetahui pengeluaran urine bayi
b. Mekonium : Untuk mengetahui pengeluaran meconium pada bayi dalam
waktu 24 jam

99
BAB IX

PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

Memberikan Makan Pada Klien Yang Bisa Makan Sendiri Dan Yang
Disuapi

Rumah sakit adalah suatu wadah atau tempat pelayanan kesehatan yang berusaha
untuk mencapai pemulihan penderita dalam waktu sesingkat mungkin, dan salah satu
upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah pelayanan gizi yang meliputi
penyelenggaraan makanan, pemberian makanan yang memenuhi kebutuhan gizi dan
termakan habis oleh setiap pasien merupakan salah satu faktor untuk mempercepat proses
pemulihan atau kesembuhan pasien.

Sebagai perawat yang membantu pasien dalam makannya, kita juga perlu
memperhatikan makanan yang diperuntukkan untuk pasien yang terdiri atas:

1. Makanan pokok untuk memberi rasa kenyang, dalam hal ini adalah nasi. Makanan
pokok berperan sebagai sumber utama energi dan itu berasal dari karbohidrat.
2. Lauk yang merupkan sumber dari protein, lauk yang sebaiknya terdiri dari campuran
lauk hewani dan nabati.
3. Sayur untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses menelan makanan karena
biasanya dihidangkan dalam bentuk berkuah.
4. Buah untuk “mencuci mulut” dalm artian kata sebagai makanan penutup
5. Susu mengandung protein bernilai biologi tinggi dan zat esensial lain dalam bentuk yang
mudah dicerna dan diserap

Adapun kondisi-kondisi yang mempersulit mendapatkan nutrisi yang kuat


diantaranya adalah:

1. Individu yang menderita luka pada tenggorok mungkin mengalami kesulitan


untuk menelan
2. Individu yang mengalami masalah lambung mungkin mual terhadap makanan
3. Makanan mungkin dihidangkan pada waktu ketika pasien tidak biasa makan dan
ketika mereka tidak merasa lapar
4. Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri
dengan cara membantu memberikan makanan melalui oral. Adapun hal yang
perlu di perhatikan sebelum pemberian makan dan minum pasien adalah:
a. Ciptakan lingkungan yang nyaman di sekitar pasien.

100
b. Sebelum di hidangkan, makanan di periksa dahulu, apakah sudah sesuai
dengan daftar makanan pasien.
c. Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra
idikasi.
d. Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu
sedikit.
e. Peralatan makanan dan minuman harus bersih.
f. Untuk pasien anak-anak, usahakan menggunakan peralatan yang menarik
perhatianya.
g. Untuk pasien yang dapat makan sendiri, perhatikan apakah makanan di
makan habis atau tidak.
h. Perhatikan selera dan keluhan pasien pada waktu makan serta reaksi setelah
makan.

Kontra Indikasi :

Tidak dapat diberikan pada pasien koma, CA nosafaring, CA


mandibularis.

Alat dan Bahan:

1. Piring
2. Sendok
3. Garpu
4. Gelas
5. Serbet
6. Mangkok cuci tangan
7. Pengalas

Prosedur:

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang dilakukan
3. Mengatur posisi pasien dengan posisi kepala lebih
tinggi daripada badan
4. Membentangkan serbet dibawah dagu
5. Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum
6. Pasien ditawari minum, jika perlu gunakan sedotan
7. Beritahu pasien jika makanan panas atau dingin,
anjurkan untuk mencicipi makanan terlebih dahulu

101
8. Suapkan makanan sedikit demi sedikit untuk
menghindari tersedak
9. Setelah selesei makan pasien diberi minum,
bersihkan mulut pasien, dan dianjurkan dengan
pemberian obat
10. Catat hasil atau respon pemenuhan terhadap
makanan
11. Bereskan alat dan cuci tangan

1.1 Memberikan Makan Melalui Sonde

Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau


lambung merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak
mampu menelan. Dengan cara member makan
melalui pipa lambung.

a. Tujuan
1. Dekompressi yaitu membuang dan substansi gas
dari saluran gastrointestinal, mencegah atau
menghilangkan distensi abdomen.
2. Memberi makan yaitu memasukkan suplemen
nutrisi cair atau makanan kedalam lambung untuk
klien yang tidak dapat menelan cairan.
3. Kompressi yaitu member tekanan internal dengan
cara mengembangkan balon untuk mencegah
perdarahan internal pada esofagus.
4. Bilas lambung yaitu irigasi lambung akibat
perdarahan aktif, keracunan, atau dilatasi lambung.

Persiapan Pasien

1. Mengkaji pasien yang diberi makan atau minum


lewat sonde.
2. Mencocokkan identitas.

102
3. Menentukan pasien yang harus diberi makan atau
minum personde.
4. Menjelaskan kepada pasien hal-hal yang akan
dikerjakan(maksud dan tujuan).
5. Mengatur posisi pasien. Sikap pasien semi fowler
sedikit flexi sedang untuk pasien anak dengan 1
bantal.

Persiapan Alat

1. Baki yang dilapisi pengalas seperti :

Bak instrument steril :


1. Sepasang sarung tangan.
2. NGT / maslang / sonde lambung
3. Sudip lidah / spatel.
4. Kasa pada tempatnya.
5. Corong / tabung semprot 50-100cc
6. Kapas alcohol

Bak instrument non steril :

1. Jeli
2. Senter
3. Plester
4. Stetoskop
5. Handuk kecil
6. Tisu
7. Bengkok
8. Makanan cair pasien
9. Gelas berisi air minum
10. Gunting
11. Air bersih di dalam baskom kecil
12. Peniti
13. Spuit 20c

103
Prosedur:

1. Beri salam kepada pasien


2. Jelskan tindakan yang akan dilakukan
3. Perawat cuci tangan
4. Pasang sampiran
5. Dekatkan alat pada pasien
6. Bantu pasien pada posisi nyaman
7. Pasang handuk diatas dada pasien sampai ke
pinggir tempat tidur dan letakkan tisu di dekat
pasien
8. Cek udara melalui lubang hidung
9. Pasang sarung tangan
10. Mengukur panjang selang yang akan di masukkan
11. Beri tanda pada selang yang sudah diukur
12. Olesi jelly pada NGT sepanjang 10-20cm
13. Atur posisi klien dan masukkan selang melalui
lubang hidung
14. Masukkan selang sepanjang rongga hidung
15. Lanjutkan memasang selang sampai melewati
nasofaring dan anjurkan pasien untuk menelan
16. Dorong pasien untuk menelan dengan
memberikan sedikit air minum
17. Periksa selang di belakang tenggorok dengan
menggunakan spatel lidah
18. Anjurkn pasien untuk rileks dan bernafas normal
19. Periksa letak selang dengan cara:
a. Memasang spuit pada ujung NGT, memasang
bagian diagfragma stetoskop pada lambung.
Kemudian suntikkan 10cc udara bersama dengan
auskultasi abdomen
b. Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi
lambung
c. Masukkan ujung luar selang NGT ke dalam
Waskom berisi air, jika terdapat gelembung, selang
masuk ke paru-paru, jika tidak selang masuk ke
lambung

104
20. Oleskan alcohol pada ujung hidung pasien dan
biarkan sampai kering
21. Yakinkan selang tidak tersumbat dengan cara:
a. Masukkan makanan dengan alirn perlahan
b. Setelah makan masukkan 15-30ml air putih
c. Fiksasi selang dengan plester
22. Klem dn tutup ujung selang dengan plester
23. Penitikn selang ke baju pasien
24. Evaluasi klien setelah terpsang NGT
25. Rapikan alat

Rangkuman

Memberi makan atau minum pada pasien-


pasien yang mengalami gangguan-gangguan
tertentu bias dibantu oleh perawat, keluarga, atau
berkolaborasi antara keduanya.

Sebagai perawat yang membantu pasien dalam


makannya, kita juga perlu memperhatikan makanan
yang diperuntukkan kepada pasien dengan tujuan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien dengan
membangkitkan selera pada pasien yang tidak
mandiri serta untuk mempercepat proses
penyembuhan yang dilakukan.

105
A. Pemeriksaan pertama pada BBL harus dilakukan di kamar bersalin. Tujuanya
adalah:

1. Menilai ganguan adaptasi BBL dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin yang


memerlukan resusitasi.

2. Untuk menemukan cacat bawaan yang memerlukan tindakan segera (atresia ani , atresia
esofagis, )trauma lahir.

3. Menentukan apakah BBL tersebut dapat dirawat bersama dengan ibu(rawat gabung) atau
perawatan khusus untuk diawasi,atau diruang intensif,atau segera di operasi.

Pemeriksaan kedua harus dilakukan kembali dalam waktu 24 jam,yaitu sesudah bayi
ditempat perwatan. Tujuanya adalah agar kelainan yang luput daripemeriksaan pertama
akan ditemukan pada pemeriksaan ini. Pemeriksaan di kamar bersalin dan di ruang rawat
sebaiknya di bawah lampu pemanas untuk mencegah hipotermi. Pemeriksaan bayi diruang
rawat harus dilakukan di depan ibunya, pbila ditemui kelainan jelaskan pada ibu apakah
kelainan tersebut berbahaya atau tidak, agar ibu dapat meahami dan merasa tenang.

Bayi tidak boleh dipulangkan sebelum diperiksa kembalipada pemeriksaan terakir ,ini
disebabkan oleh adanya kelainan pada BBL yang belum menghilang saat
dipulangkan(hematomasefal, ginekomastia, ikterus),atau ada yang bising hilang timbul pada
masa BBL,atau bayi yang menderita penyakit yang didapat dirumah sakit seperti aspirasi
pneumonia, infeksi nosokomial dan lain-lain. Yang harus dicatat pada pemeriksaan fisik
adalah lingkar kepala,berat badan, panjang badan, kelainan fisik yang ditemukan , frekuensi
nafas serta nadi,serta keadaan tali pusat.

106
Pemeriksaan fisik pada BBL memerlukan kesabaran , keluesan , dan ketelitian. Bila bayi
teneng dalam pemeriksaan maka yang harus diperiksa iyalah auskultasi, bunyi jantung,
paru, palpasi abdomen. Sesudah itu baru dilanjutkan dengan pemeriksaan lainya.

1. Pemeriksaan dikamar bersalin

a. Menilai adaptasi

Perlu diperiksa dikamar bersalin adalah apakah bayi beradaptasi dengan baik atau
memerlukan resusitasi.

Bayi yang memerlukan resusitasi adalah bayi yang lahir dengan pernafasan tidak
adekuat,tonus otot kurang, ada mekonium di cairan amnion,atau lahir dengan kurang bulan.

Nilai Apgar:

012

Apperance

(Warna Kulit) Pucat Badan merah, ekstremitas biru Seluruh tubuh kemerah-merahan

Pulse Rate

(Frek. Nadi) Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100

Grimance

(Reaksi Rangsangan) Tidak ada Sedikit gerakan mimik (grimance) Batuk/bersih

Activity

107
(Tonus Otot) Tidak ada Ekstrimitas dalam sedikit flexi Garakan aktif

Respiration

(Pernafasan) Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis

Jumlah

Untuk menentukan nilai terhadap masing – masing tanda pada menit pertama, adalah
dengan melakukan evaluasi sebagai berikut:

1. Warna ( appearance)

Lihat warna kulit bayi. Apakah berwarna merah jambu? Pucat ? atau biru ?, bayi yang baru
lahir umumnya memiliki tungkai yang berwarna biri, sedangkan bagian lain dari tubuh
berwana merah.

a) Nilai / angka o jikaapgarscore / nilai apgar: pucat atau cyanosis pada seluruh tubuh

b) Nilai /angka 1, jika merah tapi ekstremitas cyanosis

c) Nilai/ angka, jika seluruh badan bayi berwana merah

2. Denyut nadi( pulse )

Dengarkan denyut jantung bayi dengan menggunakan stetoskop, atau rasakan denyut
nadinya dengan jari antara persambungan tali pusat dan kulit. Hitung jumlah detak jantung
dalam 6 detik dan tambahkan angka 0 untuk jumlah total detak jantung dalam 1 menit , hal

108
ini merupakan penilaiyan yang penting. Angka denyut jantung bayi yang kurang dari 100
menunjukan perlunya tindakan merangsang jantungnya.

a) Nilai / angka 0 jika keadaan lemah atau lambat

b) Nilai / angka 1 jika kurang dari 100

c) Nilai / angka 2 jika lebih atau minimal 100

3. Menyeringai ( grimace )

Dengan lembut gosoklah salah satu telapak kaki bayi dengan bolak balik dengan salah satu
jari, amati reaksi bayi pada wajahnya. Atau perhatikan reaksi pada bayi sewaktu
membersihkan lender dari mulut dan tenggorokanya.

a) Nilai / angka 0 jika tidak ada reaksi sama sekali

b) Nilai / angka 1jika reaksi hanya terdapat pada muka saja

c) Nilai / angka 2 jika timbul reaksi hebat, bayi menangis kuat

4. Kegiatan(activitiy )

Amati gerakan tangan dan kakinya. Atau tariklah satu tangan atau kakinya menjauh dari
tubuhnya. Lihat bagaimana tangan atau kaki bayi bergerak melali rangsangan yang
diberikan.

a) Nilai / angka 0 jika flacid atau ototnya lemah

b) Nilai / angka 1jika tampak lemah tapi tonus otonya ada

c) Nilai / angka 2 jika aktif bergerak dan menagis

109
5. Pernafasan ( respirasion )

Lihat lah dada dan abdomen bayi tersebut, upaya bernafas merupaka penilaiyan penting
dalam apgar. Pernafasan yang sama sekali tidak ada disebut apnea. Tangis yang kuat
menunjukan bayi bernafas dengan baik.

a) Nilai / angka 0 jika tidak ada respirasi

b) Nilai / angka 1jika respirasi lambat dan tidak teratur

c) Nilai / angka 2 jika menangis kuat dan pernafasanya baik

b. Mencari kelainan kongeneta

Pemeriksaan dikamar bersalin juga untuk menentukan adanya kelainan kongenetal


pada bayi terutama yang memerlukan penanganan segera. Pada anamnesis perlu
ditanyakan apakah ibu mengunakan obat teratogenik, terkena radiasi, atau infeksi firus pada
trimester pertama. Juga ditanyakan apakah ada kelainan pada keluarga. Disamping itu juga
ditanyakan apakah ibu memiliki penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan janin.

Kejadian kelainan kongenetal pada bayi kurang 2 bulan lebih banyak dibandingkan cukup
bulan,

1) Mulut
pemeriksaan mulut perhatikan apakah terdapat labio-gnato-palato kissis,hipersaliva,
perhatikan juga hipoplasia otot depresoranguli oris. Pada keadaan ini terlihat asimetri wajah
apabila bayi menagis, sudut mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis
nosolabialis akan kurang tampak pada daerah yang kurang sehat.Pada 20% keadaan ini
pada keadaan ini dapat ditemukan kelainan kongenetal berupa kelainan kardiovaskulae,dan
dislokasi panggul congenital.

110
2) Anus
Pehatiakan apakah bayi tidak memiliki lubang anus atau tidak.

3) Kelainan pada garis tengah


Perlu dicari kelainan pada garis tengah berupa spina bifida,meningomielokel,sinus
pilonidalis, ambligus genitalia,eksomfalos,dan lain-lain

4) Jenis kelamin
Jika ditemui keraguan pada pemeriksaan kelamin seperti, pembesaran klitoris pada
bayi permpuan atau terdapatnya hipospadia atau epispadia pada bayi laki-laki, sebaiknya
pemberi tahuan jenis kelamiin ditunda dahulu sampai dilakukan pemeriksaan lain, seperti
pemeriksaan krromosom.

1. Pemeriksaan di ruang rawat


Pemeriksaan ini harus dilakukan dalam waktu 24 jam untuk mendeteksi kelainan
yang mungkin terabaikan pada pemeriksaan kamar bersalin, pemeriksaan ini meleliputi:

a. Aktifitas fisik
Keaktifan fisik BBL dapat dilihat dari gerakan tungkai,lengan. Pada bayi dengan
cukup bulan yang sehat , ekstremitas berada dalam keadaan fleksi,dengan gerakan tungkai
serta lengan yang aktif dan simetris. Bila asimetris pikirkan adanya kelumpuhan atau patah
tulang.

b. Tangisan bayi
Tangisan bayi dapat memberikan keterangan tentang keadaan bayi.Tangisan
melengking ditemukan pada bayi dengan kelainan neurologis, sedangkan tangisan yang
melemah atau merintih terdapat pada bayi dengan kesulitan bernafas.

c. Wajah BBL
Wajah bayi dengan kelainan yang khas, misalnya sindrom dwon,sindrom pierre-
robin, sindrom de lange dan sebagainya.

111
d. Keadaan gizi
Dinilai dari segi BB, yang disesuaikan dengan masa kehamilan, tebal lapisan
subkutis serta kerutan pada kulit. Edema pada BBL dapat memberikan kesan bayi dalam
status gizi yang baik karena kulitya halus dan licin.

e. Pemeriksaan suhu
Suhu tubuh pada BBL diukur di bagian aksila. Suhu BBL normal antara 36,5 – 37,5
C. Suhu meninggi apabila ditemukan dehidrasi ,ganguan serebral,infeksi,atau kenaikan
suhu lingkungan. Apabila ekstremitas dingin dan tubuh panas kemungkinan besar
disebabkan oleh sepsis.

Pemeriksaan secara rinci

a.Kulit
Merupakan system vasomotorik dan lambatnya sirkulasi ferifer akan menampilkan
bayi yang berwana merah sekali atau merah kebiruan pada waktu menangis. Warnanya
akan lebih gelap apabila bayi menangis kuat dengan glottis tertutup.Akrosianosis terdapat
pada bayi yang kedinginan. Tanda umum dari bayi yang mengalami ganguan sirkulasi lainya
iyalah kulit yang seperti marmer ( cutis marmorata/mottling), hal ini mungkin berhubungan
dengan penyakit berat atau fraktuasi suhu kulit yang sementara. Perbedaan warna merah
antara sentengah tubuh bayi dan warna pucat pada setengah bagian tubuh lainya, dan
batasnya yang tampak pada garis pertengahan dari dahi sampai kepubis disebut warna
Herlequin. Perubahan ini hanya bersifat sementara dan bersifat tidak bahaya, penyebabnya
belum diketahui saat ini.

Pemeriksaan lainnya meliputi:


1. Ikterus fisiologis akan tampak setelah 24 jam kelahiran bayi.
2. Kuku tebentuk dengan lengkap.
3. Bila kulit tampak pucat dapat karena penyakit bayi/asfeksia saat lahir atau karena
narkose ibu sewaktu persalinan
4. Cyanosis persistent, menandakan adanya penyakit jantung .
5. Cyanosis intermittent, menandakan adanya pendarahan intracranial atau penyakit
saluran pernafasan.
6. Petakie yaitu adanya perdarahan kecil-kecil pada kulit, biasanya pada muka,leher,
terutama pada hari pertama.Hal ini dikatakan normal apabila tidak ada perdarahan di lain

112
tempat, keadaan ini tidak memerlukan perawatan khusus.
7. Nulis/milia yaitu adanya bintik-bintik putih pada muka.

8. Lanugo( rambut halus) terutama pada rambut dan leher,dan vernikscaseosa


(substansi berwana putih keabu-abuan separti keju) terutama pada lipatan jari dan labia.

9. Kadang tanda lahir(Nevi) yang biasanya sementara atau menetap.

b.Kepala

bayi yang lahir melalui vagina (terutama anak pertama atau kepala bayi yang terlalu lam di
panggul) akan mengalami perubahan bentuka kepala. Letak tulang pariental cenderung
sedikit di atas tulang oksipital dan tulang frontal.

Kemudian juga lakikan pemeriksaan:

1. Adanya molauge/molase, sutera kadang-kadang sangat mendekat pada waktu persalinan

2. Adanya caput suksedanium dan sephalotoma, ini terjadi akibat partus lama , merupakan
suatu perdarahan subperiostium dan bila diraba ,fraktuasinya lebih jelas.

3. Fontanela anterior berbentuk wajik berukuran 2,5 sampai 6 cm.Biasanya tertutup dalam
tulang bayi sampai usia 18 bulan .Fontanela anterior memberikan imformasi penting
mengenai kondisi bayi. Misalnya fontanela anterior cekung menandai bayi mengalami
dehidrasi, sedangkan fontanela yang menonjol menandakan adanya peningkatan tekanan
intracranial.

4. Fontanala posterior berukuran 1 – 2,5 cm ,yang tertutup pada usia 2 bulan.

5. Perhatikan juga apabila adannya hematoma sefal menyebrangi sutura berate terdapat
fraktur pada tengkorak kepala.

113
c. Wajah

Wajah dengan tanda dismorfik seperti lipatan epikants, melebarnnya jarak kedua mata, dan
letak daun telinga yang rendah sering berhubungan dengan kelainan kongenetal. Wajah
yang tidak simetris mungkin disebabkan kumpulan sysraf ke 7, hipoplasian otot depressor
sudut mulut, atau posisi janin yang tidak normal.Bila rahang janin terletak dibahu ataudisalah
satu ekertemitas selama hamil, maka mandibula akan jauh dari garis tengah. Tulang
tengkorak bayi premature tampak seperti hidrosepalus oleh karena pertumbuhan otak lebih
besar dari perkembangan organ lainnya.

d. Mata

Mata bayi biasanya sedikit tertutup .Mata bayi biasanya berwana hitam atu coklat.Pada bayi
keabu-abuan atau biru gelapabu-abu.Kelopak mata akan tampak udema dalam beberapa
hari ,akibat proses kelahiran. Seringkali terdapat perdarahan subkonjungtiva karena tekana
kepala bayi saat perslinan, hal ini tidak memeiliki pengaruh yang besar. Pupil biasanya
sama,yaitu bulat, dengan kontriksi langsung bersamaan dalam respons terhadap
cahaya.Adapun dilatasi pupil melebar dengan retraksi yang melambat terhadap cahaya,
mungkin karena tekanan intracranial yang terlalu besar.

e. Telinga

Perhatikan bentuk ,ukuran ,dan posisi telinga dan rasakan kortilagonya. Pada BBL dengan
cukup bulan terdapat tulang rawan sehingga bentuk telinga dapat dipertahankan. Daun
telinga yang letaknya rendah (lau-set ears),yaitu yang batas antasnya lebih rendah dari
kantus lateral mata, terdapat pada bayi dengan sindrom Pierre Robin. Pada telinga kadang
kala ditemukan adanya daun telinga yang terlipat, dan biasanya pulih dalam 1
minggupertama. Perlu diperhatikan adanya preauricular pits, skin tang, atau daun telinga
tambahan. Skin tangs atau tonjolan kulit dapat terjadi dikarnakan kelainan autosomal
dominan, namun pada kasus seperti ini lakukan pemeriksaan pendengaran lanjutan.
Pemeriksaan dengan autoskop biasanya tidak menjadi bagian pemeriksaan rutin BBL.

f. Hidung

114
Perlu diperhatikan bentuk hidung dan lebar jembatanya ( Nasal bridge).Jika tampak terlalu
lebar, ukurlah jarak antar kantul medial mata. Jarak tersebut tidak boleh lebih dari 2,5 cm
pada bayi dengan cukup bulan. Hidung tampak pesek dikarnakan adanya tekanan yang
dialami di intracranial.

BBL bernafas melalui hidung apabila bernafas melalui mulut , maka harus dipikirkan adanya
obstruksi jalan nafa krenaatresia karona bilateral atu fraktur tulang hidung atau ensafolakel
yang menonjol ke nasofaring. Pernafasan cuping menunjukan adanya ganguaan
pernafasan.

g. Mulut

Mulut seharusnya mempunyai posisi simetris dan letaknya tepat di garis tengah. Mulut
diinsfeksi adanya kelengkapan strukturnya. Bibir BBL normalnya berwarana merah dan
lidahnya rata serta simetris. Dilihat apakah ada labiognatoskhinizis( palatum terbuka/ celah
langit – langit), perlu diketahui dengan cara pemberian minum dan pemeriksaan lebih lanjut.
Tonsil biasanya tidak didapatkan.

Tenggorokan bayi ukar dilihat. Walaupun demikian harus diusahakan untuk memeriksa agar
celah palatum posterior dan uvala tidak luput dari pengamatan.Tonsil yang kecil tidak akan
mempengaruhi pertumbuhan jaringan limfoid di hari kemudian.

h. Leher

Leher pada BBL tampak lebih pendek akan tetapi pergerakanya baik.apabila terdapat
keterbatasan perlu diperkirakan adanya kelainan tulang leher. Tumor di daerah leher seperti
tiroid, hemangioma, higroma kistik selain merupakan masalah sendiri dapat menekan
trankea sehingga memerlukan tindakan segera.

Trauma leher dapat terjadi pada persalinan yang sulit.Trauma leher ini dapat menyebabkan
kerusakan pada fleksus brankialis sehingga terjadi fariesis pada tangan, lengan atau
diagfrragma.

115
i. Dada

Dada BBL tampak seperti tong. Pektusekskavatum atau karinatum sering membuat orang
tua khawatir, padahal biasanya tidak memiliki arti klinis. Pada respirasi normal, dinding dada
bergerak bersama dinsing perut. Apabila terdapat ganguan pernafasan , terlihat pernafasan
yang parodoksal dan retraksi pada inspirasi. Gerakan dinding dada harus simetris . Bila
tidak, pikirkan kemungkinan adanya pneumonothoraks, paresis diagfragma, atau hernia
diagfrakmatika.

j. Payudara

Kelenjar payudara pada bayi laki-laki maupun wanita dikarnakan pengaruh dari hormon ibu,
kadangkala tampak membesar dan seringkali mengeluarkan sekresi air susu. Keadaan ini
tidak perlu dikhawatirkan kecuali terdapat tanda peradangan.

k. Paru – Paru

Penilaiyan keadaan paru dengan observasi tidak kalah pentingnya dengan auskultasi dan
palpasi. Selain melihat kulit bayi, amatin frekuensi nafas dan tanda lain diestres pernafasan
seperti retraksi dan merintih. Frekuensi nafas yang normal pada BBL adalah 40 – 60 kali per
menit. BBL dengan frekuensi pernafasan yang terus menerus di atas 60 kali perlu diamati
lebih teliti untuk kemungkinan adanya kelinan paru, jantung,atau metabolic. Frekuensi nafas
tergantung kepada aktivitas fisik, menangis, tidur, atau bangun. Sebagian bayi premature
dapat menunjukan retraksi strenal atau subkostal ringan. Nafas yang tersendat – sendat dan
tidak teratur ( irregular gasping) yang kadang – kadang diikuti leh gerakan spasme mulut
dan dagu menunjjukan pusat pernafasan yang berat.

Semua BBL bernafas dengan diagfragma , sehingga waktu inspirasi bagian dada tertarik ke
dalam dan pada sat yang sama perut bayi membuncit. Bila bayi dalam keadaan relaksasi,
tenang dan warna kulitnya baik maka fentilasinya baik . Sebaliknya pernafasan yang berat (
laboret respirasion) menandakan respirasi paru yang abnormal, pneumonia, cacat bawaan
atau ganguan mekanis pada paru lainnya. Kesukaran bernafas yang disebabkan terlali
banyak atau sedikit udara di paru yang akan menyebabkan jaringan intrakostal tertrik ke

116
dalam. Oleh karena itu , untuk membedakan atelektasi dan emfiseme harus dinilai dari
bentuk dan ukurn dada , perkusi , dan pemeriksaan rongent. Bila ditemuka bising usus di
rongga dada, perkirakan kemungkinan hernia diagfragma.

l. Jantung

Jantung cendreng mengikuti pernafasan. Suara denyut jantung (120 – 160 kali/ menit)
terdengar jelas dan teratur. Titik intensitas maksimal bila terlihat di ruang interkostal ke-
empat sebelah kiri pada garis madklavikula. Pulsasi yang lemah pada eksrtemitas
menandakan jantung yang buruk atau vasokontruksi yang perifer. Pulsasi femonal yang
melemah atau tidak ada mengarahkan dugaan pada lesi jantung seperti koarktasio aorta.
Palpasi dan auskultasi mampu menunjukan pergeseran letak jantung, seperti pada
dekstrokardia.

m. Abdomen

Abdomen berbentuk silindris, lembut dan biasanya menonjol yang biasanya menunjukan
aliran vena supervisial. Puntung tali pusat ( umbilicus) mongering dan berwarma gelap.
Organ – organ yang dapat dipalpasi sebagai berikut:

1. Liver,Teraba lunak/ lembut 1-2 cm di tepi kosta kanan.

2. Ujung limpa, berada di sepanjang kuadran kiri atas.

3. Ginjal, pada palpasi dalam , dengan 2 tenpat , terdapat 1 – 2 cm dari umbilicis .

4. Urin, tampak jernih.

5. Terdapat bising usus dan regurgitasi( sendawa) setelah minim susu.

6. Nadi femonal sama.

Perlu diperhatikan adanya gastrokisis, eksrtofia vesikalis, omfalokel, atau duktus


omfaloentirikus dan persisten. Ofalokel perlu dibedakan dengan gastrokisis yang
disebabkan karena dinding perut untuk menutupi akibat defek pada m.rektus abdominis.

117
Kelainan bawaan lain yang perlu diperhatikan adalah sindrom prune belly. Dinding abdomen
masih lemah terutama pada bayi premature.

n. Genetalia

A) Pada laki – laki

1. Tampak penis lurus, kalup( foreskin) menutupi dan menempel pada glans penis, yang
mempunyai lubang uretra di tengah tepat di ujungnya.

2. Adanya testis,apakah sudah terjadi decensus atau tidak dan kekainan penis lainnya,
seperti femosis ( kulit kulup tidak dapat retraksi untuk memaparkan glans penis)

3. Perhatikan adanya kelainan hipospadia ( lubang uretra,terletak pada lubang vetal


penisPerhatikan adanya kelainan epispadia( lubang uretra terdapat pada permungkaan
dorsal)

4. Perhatikan adanya kelainan hidrokel (pengumpulan cairan di salah satu atau kedua testis)

B) Perempuan

Pada bayi perempuan cukup bulan labia minor tertutup oleh labia mayora, dan ini
merupakan salah satu kreteria menilai bayi cukup bulan. Lubang uretra terpisah dengan
lubang vagina, bila hanya terdapat satu lubang berate adanya kelainan. Kadang tampak
secret yang bercampur darah dari vagina, hal ini disebabkan oleh pengaruh hormone ibu(
withdrawal bledding), dan ini tidak apa – apa.

a. Eksrtemitas

118
Eksrtemitas atas dan bawah, masing – masing mempunyai 10 jari. Perhatikan adanya
kelainan jari, seperti :

1. Sidaktili, penggabungan jari yang abnormal.

2. Polidaktili,jumlah jari yang berlebihan.

3. Garis simian, garis telapak tangan transversal tunggal.

4. Tangan pendek, jari kelingking terlipat ke dalam,( sindrom donw)

Bayi yang lahir dengan tindakan dan pertolongan patologis harusnya diperiksa adanya
kelumpuhan. Biasanya dengan merangsang tidak semuanya ekstremitas di angkat dan yang
lumpuh tidak bergerak. Penyakit kongenetal yang sering yaitu dislokasi kongenetal dimana
gluteal asimetris.

Perhatikan adanya talipes apakah adanya aquinovarus( clubfoots), dimana kaki tampak
terputar ke bawah dan kedalam, dan telapak tangan mengarah ke tengah . Jika masalahnya
berat, perlu tindak lanjut otropedik ( dokter bedah)

b. Anus

Pemeriksaan anus hendaknya memperhatikan adanya mekonium pada 48 jam pertama


kelahiran. Pemeriksaan anus bukan hanya mengetahui ada tidaknya atresia ani melainkan
juga mengetahui posisinya.

Pemeriksaan yang harus diakukan pada pemeriksaan fisik BBL, yaitu pemeriksaan reflex:
hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa bayi dalam keadaan sehat. Bidan dapat
memeriksa apakah ada rangsangan dan tanda yang di kirim di sekitarnya.Bayi yang sehat
biasanya mempumyai sejumlah reflex yang dapat dirangsang sejak saat pertama kelahiran.

Beberapa reflex tersebut antara lain:

1.Rooting reflex (reflex mencari puting ibu)

119
Yaitu insting pertama, yang paling baik dilakukan oleh bayi yang lapar. Caranya adalah
dengan menggoreskan sudut mulut bayi garis tengah bibir. Refleks ini akan menghilang
pada tahun pertama, dan teryata reflefs ini sangat berhubungan dengan reflex menghusap.

a. Kondisi abnormal : dengan tidak adanya reflex menunjukan adanya gangguan neurologi
berat.

b. Sucking reflex (reflex menghisap)

Yaitu denga memasukan putting susu ibu, maka bayi akan menghisap dalam merespons
terhadap stimulasi. Jadi adanya gerakan menghisap secara langsung.

c. Kondisi abnormal

Refleks yang lemah, atau tidak adanya reflex menunjukan adanya kelambatan
perkembangan atau keadaan neurologi yang abnormal.

2.Moro reflex( reflex meregang)

Dapat ditimbulkan dengan mengubah posisi denga tiba – tiba atau memukul meja/ tempat
tidur. Bayi bereaksi terhadap penggantian posisi tubuh dan suara keras dengan cara
menggetarkan dan meluruskan tangan, kaki dan jarinya.Ia meneggangkan tubuhnya,
meregangkan punggung, menerik kepalanya kebelakang, menggepalkan kedua tangan dan
menariknya ke dada. Biasanya refleks ini hilang pada umur 4 – 6 bulan.

a. Kondisi abnormal

Tidak adanya reflex ini sering dikaitkan dengan adanya trauma

3.Refleks tonic neck( refleks tonus leher)

120
Yaitu dengan menelungkupkan bayi, putar kepala bayi dengan cepat ke satu sisi.
Normalnya, bayi akan melakukan perubahan posisi bila kepala bayi diputar ke satu sisi,
lengan dan ekstensi kearah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi yang berlawanan.
Muncul pada usia 2 bulan dan menghilang pada usia 6 bulan.

a. Kondisi abnormal

Apabila respons tejadi setiap kepala diputar,jika menetap terdapat adanya kerusakan
serebral mayor.

4.Refleks palmar mayor

Yaitu dengan cara meletakan tangan atau benda ke tangan bayi, maka bayi akan menutup
tanganya, dan juga hal ini terjadi pada telapak kaki. Pada tangan akan hilang 3 – 6 bulan
dan pada kaki 6 – 12 bulan.

Kondisi abnormal

Apabila terdapat fleksi yang tidak simetris. Hal ini menunjuka adanya paralisis. Refleks
menggengam yang menetap menunjukan adanya ganguan serebral.

3 . Pemeriksaan pada waktu memulangkan

Pada waktu pemulangan dilakukan pemeriksaan lagi untuk menyakinkan bahwa tidak
adanya kelainan congenital atau kelainan akibat truma yang terlewatkan. Perlu diperhatikan.

a) Susunan syaraf pusat: aktivitas bayi, ketegangan ubun – ubun.

b) Kulit: adanya ikterus ataupiodermia.

c) Jantung: adanya bising yang baru timbul kemudian .

d) Abdomen : adnya tumor yang tidak terdeteksi sebelunya.

121
e) Tali pusat: adanya infeksi.

f) Disamping itu apakah bayi sudah pandai menyusu dan ibu sudah mengcara pemberian
ASI yang benar.

BAB III

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK BBL

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny.

DENGAN LAHIR HARI

TANGGAL

I. PENGUMPULAN DATA

A. IDENTITAS

Nama bayi : ……………………………………..

Umur bayi : ……………………………………..

Tgl/Jam lahir : ……………………………………..

Jenis kelamin : ……………………………………..

Berat badan : …………………..gram

Panjang badan : ……………………cm

122
Nama : ..Ny…………………. Nama Suami : Tn……………………..

Umur : ……………………….. Umur : …………………..

Suku/Bangsa : ……………………….. Suku/Bangsa : ……………………

Agama : ……………………….. Agama : …………………..

Pendidikan : ……………………….. Pendidikan : …………………..

Pekerjaan : ……………………….. Pekerjaan : …………………..

Alamat : ……………………….. Alamat : …………………..

B. DATA SUBJEKTIF

didata pada tanggal : ……………………

1. Riwayat Penyakit Kehamilan

a. Perdarahan : ……………………..

b. Pre-eklampsia : ……………………..

c. Eklampsia : ……………………..

d. Penyakit kelamin : ……………………..

e. Lain-lain : …………….

123
2. Kebiasaan waktu hamil

a. Makanan : ……………………..

b. Obat-obatan : ……………………..

c. Merokok : ……………………..

d. Minuman alkohol : ……………………..

e. Lain-lain : ……………………..

3. Riwayat persalinan sekarang

a. Jenis persalianan : ……………………..

b. Masa gestasi : ……………………..

c. Ditolong oleh : ……………………..

d. Lama persalinan

1) Kala I : …………………………

2) Kala II : …………………………

3) Kala III : …………………………

e. Ketuban : …………………………

f. Komplikasi persalinan : …………………………

124
Keadaan bayi baru lahir

Nilai APGAR 1 menit pertama= 5 menit berikutnya=

Tanda 0 1 2 Jumlah

A Apperance

(Warna kulit) ( ) ( ) biru/pucat

( ) ( ) tubuh kemerahan tangan dan kaki biru

( ) ( ) kemerahan

Pulse

(Frek. Jantung)

( ) ( ) tidak ada

( ) ( ) < 100

( ) ( ) >100

G Grimate

(reflek) ( ) ( ) tdk bereaksi

125
( ) ( ) gerakan sedikit

( ) ( ) menangis

A Activity

(aktifitas/tonus otot) ( ) ( ) lumpuh ( ) ( ) extremitas Fleksi sedikit

( ) ( ) gerakan aktif

R Respiratory

(usaha nafas) ( ) ( ) tidak ada ( ) ( ) lambat tak teratur ( ) ( ) menangis kuat

X= 1 menit pertama V=5 menit berikutnya

4. Respirasi

a. Pengisapan lendir :………………

b. Ambu : ………………….

c. Massage jantung : ………………….

d. Intubasi endotrokhial : ………………….

e. Oksigen

126
f. Theraphi : ………………….

C. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : …………………

b. Suhu : …………⁰C

c. Pernafasan : …………………

d. Nadi : …………………

e. Berat badan sekarang : …………………

2. Pemeriksaan fisik secara sistematis

a. Kepala : ……………………………………………………………………….

b. Ubun-ubun : ……………………………………………………………………….

c. Muka : ……………………………………………………………………….

d. Mata : ……………………………………………………………………….

e. Telinga : ……………………………………………………………………….

f. Mulut : ……………………………………………………………………….

127
g. Hidung : ……………………………………………………………………….

h. Leher : ……………………………………………………………………….

i. Dada : ……………………………………………………………………….

j. Tali pusat : ……………………………………………………………………….

k. Punggung : ……………………………………………………………………….

l. Ekstremitas : ……………………………………………………………………….

m. Genitalia : ……………………………………………………………………….

n. Anus : ……..

3. Reflek

a. Reflek Morro : ……..

b. Reflek Rooting : ……..

c. Reflek Walking : ……..

d. Reflek Graphs : ……..

e. Reflek Sucking : ……..

f. Reflek Tonic Neck : ……..

128
4. Antropometri

a. Lingkar Kepala : …… cm

b. Lingkar Dada : …… cm

c. Lingkar Lengan Atas : …… cm

5. Eliminasi

a. Miksi : …………

b. Mekonium : ………..

STEMPEL TELAPAK KAKI BAYI

Telapak kaki kiri Telapak kaki kanan

Cap Jempol Tangan Ibu

Jempol Tangan Kiri Jempol tangan kanan

BAB IV

ANALISA FORMAT PEMERIKSAAN FISIK BBL

129
I. PENGUMPULAN DATA

A. IDENTITAS

Nama bayi : untuk mengetahui identitas bayi

Umur bayi : untuk mengetahui usia pada bayi sesuai dengan tanggal lahir

Tgl/Jam lahir : untuk mengetahui tanggal dan jam lahir bayi

Jenis kelamin : untuk membedakan jenis kelamin bayi laki-laki atau

perempuan

Berat badan : untuk mengetahui berat badan bayi normal yaitu 2500-4000

Panjang badan : untuk mengetahui panjang badan normal bayi yaitu 48-

50cm

Nama ibu : untuk memudahkan panggilan kepada ibu

Umur : untuk mengetahui pasien termasuk resiko tinggi atau

tidak,resiko tinggi usia kehamilan <20 tahun dan >35 tahun

Suku/Bangsa :untuk memudahkan proses pengkajian

Agama : untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap agama yang

di anutnya

Pendidikan : untuk mengetahui tingkat pendidikan klien dan sebagai

130
dasar untuk memberikan asuhan

Pekerjaan : untuk mengetahui status ekonomi dan aktifitas ibu

Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal.

B. DATA SUBJEKTIF

didata pada tanggal : ……………………

1. Riwayat Penyakit Kehamilan

a. Perdarahan :untuk menilai perdarahan ibu diwaktu

persalinan

b. Pre-eklampsia : untuk mengetahui ibu pernah melahirkan

dengan resiko tinggi

c. Eklampsia : mengetahui ibu pernah melahirkan dengan

riwayat kejang

d. Penyakit kelamin : untuk mengetahui klien dengan riwayat IMS

e. Lain-lain : tidak ada

2. Kebiasaan waktu hamil

a. Makanan : untuk mengetahui pola makan ibu saat hamil

131
b. Obat-obatan : untuk mengetahui ibu mengkonsumsi obat

obatan dengan riwayat penyakit tertentu

c. Merokok : untuk mengetahui kebiasaan ibu saat hamil

d. Minuman alkohol : untuk mengetahui kebiasaan atau gaya hidup

ibu saat hamil

e. Lain-lain :tidak ada

3. Riwayat persalinan sekarang

a. Jenis persalianan : untuk mengetahui persalinan secara spontan

atau sc

b. Masa gestasi : untuk mengetahui usia kehamilan ibu apakah

aterm,preterm,postmatur

c. Ditolong oleh : untuk mengetahui penolong saat persalinan

d. Lama persalinan

1) Kala I : untuk mengetahui lamanya kala I dalam batas

normal

2) Kala II : untuk mengetahui lamanya kala II dalam

batas normal

132
3) Kala III :untuk mengetahui lamanya kala III dalam

batas normal

e. Ketuban : untuk mengetahui warna,konsistensi dan bau

ketuban beresiko tinggi

f. Komplikasi persalinan : untuk mengetahui permasalahan yang terjadi

pada saat persalinan

Keadaan bayi baru lahir

Nilai APGAR 1 menit pertama= 5 menit berikutnya= ( untuk menilai tanda bugar bayi dalam
batas normal atau tidak)

Tanda 0 1 2 Jumlah

A Apperance

(Warna kulit) ( ) ( ) biru/pucat

( ) ( ) tubuh kemerahan tangan dan kaki biru

( ) ( ) kemerahan

Pulse

133
(Frek. Jantung)

( ) ( ) tidak ada

()()

< 100

( ) ( ) >100

G Grimate

(reflek) ( ) ( ) tdk bereaksi

( ) ( ) gerakan sedikit

( ) ( ) menangis

A Activity

(aktifitas/tonus otot) ( ) ( ) lumpuh ( ) ( ) extremitas Fleksi sedikit

( ) ( ) gerakan aktif

R Respiratory

(usaha nafas) ( ) ( ) tidak ada ( ) ( ) lambat tak teratur ( ) ( ) menangis kuat

134
X= 1 menit pertama V=5 menit berikutnya

4. Respirasi

a. Pengisapan lendir : Untuk membebaskan jalan nafas bayi

b. Ambu : Untuk membantu membebaskan jalan nafasbayi apabila bayi masih megap-
megap setelah dilakukan penghisapan lender dengan delay

c. Massage jantung : Untuk mengetahui frekuensi normal jantungbayi

d. Intubasi endotrokhial : Dilakukan untuk kegagalanpernapasan,karena paru-paru tidak


dapatmengambil oksigen dan mengeluarkankarbondioksida

e. Oksigen : Untuk membantu pernapasan bayi apabilamasih megap-megap setelah


dilakukanpenghisapan lendir dengan deley dan ambudan persiapan rujukan

f. Theraphi : Untuk mengurangi keadaan asfiksia pada bayi

C. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum bayidengan cara inspeksi

b. Suhu : Untuk mengetahui suhu normalbayi,hipotermi atau hipertermi

c. Pernafasan : Untuk mengetahui pernafasan normal bayiyaitu 40-60 x / menit

d. Nadi : Untuk mengetahui nadi normal bayi

135
e. Berat badan sekarang : Untuk mengetahui berat badan bayibertambah atau tidak sesuai
dengan usia bayisekarang

2. Pemeriksaan fisik secara sistematis

a. Kepala : untuk mengetahui apakah kepala bayi bersih atau tidak

b. Ubun-ubun : Untuk mengetahui datar, tidak ada moulase,tidak terdapatodema

c. Muka : Untuk mengetahui simetris atau tidak dankelainan yang terdapat pada wajah

d. Mata : Untuk mengetahui conjungitva merah muda, sclera bening,tidakterdapat sekret dan
tidak strabismus

e. Telinga : Untuk mengetahui telinga simetris atautidak,adanya daun telinga

f. Mulut : Untuk mengetahui adanya cacat bawaan seperti labioskizis danlabioplatoskiziz

g. Hidung : Untuk mengetahui simetris, lubang hidung lengkap, nafasnyateratur, terdapat


tulang hidung, tidak terdapat cuping hidung

h. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening maupunpembesaran limfe, dan
pembesaran vena jugularis.

i. Dada : Untuk mengetahui simetris, tidak terdapat retraksi dinding dada

j. Tali pusat : Untuk mengetahui tanda-tanda infeksi pada tali pusat ataulepasnya jahitan tali
pusat

k. Punggung : Untuk mengetahui bentuk dan tidak terdapat spina bifida

l. Ekstremitas : Untuk mengetahui gerakan spontan, gerakan aktif, dan jumlahjarilengkap

136
m. Genitalia : Jika laki-laki terdapat 2 testis dalam skrotum,preputium dapat di tarik
kebelakang dan penisberlubang pada ujung nya, jika perempuan terdapat lubang vagina,
uretra berlubang, labia mayor dan labio minor

n. Anus : Untuk mrengetahui terdapat lubang pada anus atau tidak

3. Reflek

a. Reflek Morro : Untuk mengetahui reflek terkejut bayi

b. Reflek Tonic Neck : Untuk mengetahui reflek mengangkat kepalapada bayi

c. Reflek Rooting : Untuk mengetahui adanya reflek mencaripada bayi

d. Reflek Walking : Untuk mengetetahui reflek melangkah padabayi

e. Reflek Graphs : Untuk mengetahui reflek menggenggam padabayi

f. Reflek Sucking : Untuk mengetahui adanya reflek menghisappada bayi

4. Antropometri

a. Lingkar Kepala : Untuk mengetahui ukuran lingkar kepala normal pada bayi

b. Lingkar Dada : Untuk mengetahui lingkar dada normal padAbayi yaitu 30-33 cm

c. Lingkar Lengan Atas : Untuk mengetahui keadaan nutrisi bayi

5. Eliminasi

a. Miksi : Untuk mengetahui pengeluaran urine bayi

137
b. Mekonium : Untuk mengetahui pengeluaran meconium pada bayi dalam waktu 24 jam

BAB V

DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN FISIK

NO LANGKAH LANGKAH SKALA PENILAIAN

01234

1 Melakukan informed consent, Dan menjelaskan tujuan dan prosedur yang dilakukan dalam
pemeriksaan fisik pada BBL

2 Mengkaji riwayat dari ibu / status ibu

Kajian Meliputi :

a. Faktor lingkungan

b. Faktor genetik

c. Faktor sosial

d. Faktor ibu dan perianal

e. Faktor neonatal

3 Menyiapkan bahan, peralatan dan perlengkapan Susun peralatan secara ergonomis

4 Mencuci tangan dengan sabun dan cuci di air mengalir, lalu pasang sarung tangan

5 Memastikan pencahayaan baik dan bayi dalam keadaan hangat

138
6 Mengkaji keadaan umum bayi secara keseluruhan meliputi

a. Warna kulit dan bibir

b. Aktifitas

c. Usaha nafas / tangis bayi

d. Ukuran keseluruhan

7 Menimbang berat badan bayi

8 Mengukur panjang badan bayi Dari puncak kepala sampai tumit

9 Melakukan pengukuran lingkar kepala pada diameter terbesar yaitu frontalis oksipitalis

10 Melakukan pengukuran lingkar dada yang dilakukan dari daerah dada ke punggung
kembali ke dada melalui kedua puting susu

11 Melakukan pengukuran lingkar perut yang dilakukan bawah umbilicus ke pinggang lalu
kembali ke perut atas

12 Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital pernafasan

13 Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital denyut jantung

14 Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital suhu

15 Memeriksa daerah kepala meliputi

a. Ubun ubun

b. Sutura

139
c. Penonjolan / mencekung

16 Memeriksa telinga

a. Perhatikan bentuk dan posisinya

b. Perhatikan kesejajaran letak telinga jika ditarik garis khayal dari mata

17 Memeriksa daerah mata dengan memperhatikan kesimetrisan dan tanda tanda infeksi

18 Memeriksa hidung dengan memperhatikan pengeluaran, nafas cuping hidung

19 Memeriksa hidung

Meliputi

a. Bibir dan langit langit

b. Periksaadanya sumbing

c. Reflek hisap

20 Memeriksa daerah leher,

a. Pembengkakan kelenjar

b. Gumplaan

21 Melakukan pemeriksaan dada

a. bentuk dada

b. puting dan pengeluarannya

140
c. pergerakan dada

22 Memeriksa bagian bahu, lengan dan tangan

a. gerakan

b. kelengkapan jari

23 Memeriksa refkel moro dengan pemeriksa menepuk tangan

24 Melakukan pemeriksaan abdomen

a. bentuk

b. tali pusat

c. memeriksa adanta massa

d. pergerakan abdomen

25 Memeriksa genitalia Laki laki

a. testis berada di skrotum

b. lubang urethra berada di ujung penis

26 Memeriksa genitalia perempuan

a. vagina dan urethra berlubang

b. labia mayora menutupi labia minora

27 Memeriksa bagian tungkai dan kaki bayi

141
a. gerakan kaki

b. panjang kaki

c. kelengkapan jari

28 Memeriksa punggung bayi, Apakah ada tonjolan atau cekungan

29 Memeriksa kulit bayi, yaitu terdapatnya

a. verniks

b. warna kulit

c. bercak hitam / ruam

d. tanda lahir

30 Mengobservasi pengeluaran urine dan meconium dalam 24 jam pertama

31 Menjelaskan hasil periksaan dengan orang tua dan beri konseling

a. jaga kehangatan bayi

b. pemberian ASI

c. perawatan tali pusat

d. mengawasi tanda tanda bahaya

32 Mendokumentasikan hasil pengamatan dan pemeriksaan secara lengkap

142
Catatan :

Kriteria keberhasilan mahasiswa adalah mampu melakukan pengkajian fisik BBL sesuai
dengan urutan checklist dengan tepat dan benar

143

Anda mungkin juga menyukai