RKPM Perkerasan Jalan
RKPM Perkerasan Jalan
Buku 2: RKPM
(Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan)
Modul Pembelajaran Pertemuan ke 14
PERKERASAN JALAN
IV/2/PDTS 1212
oleh
1. Dr. Eng. Iman Haryanto, ST., MT.
2. Heru Budi Utomo, MT.
Desember 2012
1
I. Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan (RKPM)
Media Ajar
Pertemuan ke
Topik
Aktivitas
Tujuan Ajar/ (pokok, Metode
Audio/Video
Metode Ajar Aktivitas Dosen/ Sumber
Presentasi
Soal-tugas
Keluaran/ subpokok Evaluasi dan
Gambar
(STAR) Mahasiswa Nama Ajar
Teks
Web
Indikator bahasan, alokasi Penilaian
Pengajar
waktu)
14 Dapat membedakan Ruang lingkup - - - - Mahasiswa (1) Baca buku Menjelaska Buku ajar
beragam jenis campuran beraspal mendengarkan ajar sebelum n materi
campuran beraspal untuk pebaikan jalan: dan kuliah, (2) kuliah,
untuk perbaikan Latasir, Laston, memberikan Mendengar- memandu
jalan serta Lataston, Burtu, komentar, kan, diskusi
menjelaskan dengan Burda, Lapen, berdiskusi memberikan
baik self healing Lasbutag, Latasbum; komentar (3) Pengajar:
asphalt self healing asphalt bertanya dan Heru Budi
(konsep, jenis, cara menjawab Utomo
pelaksanaan dna
manfaatnya bagi
lingkungan)
Waktu: 2 × 50 menit
2
BAB VI
KONSTRUKSI JALAN
A. PENDAHULUAN
1) Deskripsi Singkat
lokal di Indonesia, uraian singkat per jenis campuran, jenis bahan susun yang
2) Relevansi
diterapkan di lapangan.
B. PENYAJIAN
1) Pengantar
Jalan yang akan atau sudah dibangun melewati suatu kawasan tertentu harus
melayani lalulintas ringan atau lalulintas sedang atau lalulintas berat. Perbedaan
teknik seperti jalan yang memang harus melayani lalulintas berat. Faktor ketersediaan
bahan juga perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis campuran kerja.Hal tersebut
bermanfaat untuk memperoleh optimasi antara hasil kerja dan biaya yang
dalam rangka pemilihan bahan jalan menjadi sangat penting agar pembangunan
Indoensia kadang kala tidak selalu sama persis dengan kelaziman persyaratan
teknik internasional. Hal tersebut disebabkan faktor karakteristik bahan lokal dan
kondisi iklim. Bahan jalan yang terutama sangat dipengaruhi oleh geografisnya
adalah agregat.
berbeda dan agregat di negara lain. Terdapat sejumlah bahan lokal setempat yang
mungkin potensial untuk dimanfaatkan untuk suatu proyek jalan, sehingga tidak
perlu mendatangkan dari luar daerah. Spesifikasi Bina Marga menetapkan batasan
yang luas mengenai mutu agregat dan masih membolehkan penggunaan agregat
yang dianggap marginal atau bahkan tidak cocok dimana-dimana, sebagai contoh
berikut ini.
a) Tingkat penyerapan air. Beberapa batuan sangat menyerap air (kuarsa dan
feldspar) dan ini merupakan masalah karena agregat yang diperoleh mungkin
agregat keras yang melimpah tetapi sangat menyerap air (penyerapan bitumen
4
negara di luar Indonesia) namun batuan tersebut harus digunakan karena
kualitasnya relatif seragam kecuali untuk jenis aspal alam dari Pulau Buton. Untuk
coating dimaksudkan untuk penyiapan suatu lapisan pondasi atas tanpa lapis
penutup. Perhatian harus diberikan kepada tingkat kepadatan, bentuk dan tekstur
permukaan. Takaran aspal dari lapis perekat primary coating adalah 0,5 – 1,1 lt/m2
untuk lapis pondasi bergradasi rapat dan 0,8 – 1,4 lt/m 2 untuk lapis pondasi
bergradasi terbuka.
penutup agar siap untuk perawatan lapis ulang (overlay). Takaran aspal dari lapis
Takaran penyemprotan
Jenis aspal Permukaan baru Permukaan lama-lapuk
Aspal cair 0,15 0,15-0,35
Aspal emulsi 0,20 0,20-0,50
Pada pelaksanaan kedua jenis lapis perekat tersebut semua jenis kerusakan
sebagai rawatan pada tahap pertama pada bagian lapis perkerasan yang
5
direkonstruksi.
1. Agregat berukuran tunggal yang disaring dan ukuran yang dicuci 19 mm atau 12
mm.
2. Aspal keras jenis AC 80-100 atau aspal emulsi jenis CRS1 dan CRS2.
19 mm 12 mm Satuan
Agregat 50–65 65–80 m2/m3
2,4–1,8 1,9–1,6 lt/m2
Aspal AC 85/100
Batas suhu 135 ° – 176 ° C
19 mm 12 mm 9 mm 6 nim Satuan
Agregat 50–65 65–80 100–125 200–250 m2/m3
Aspal AC 85/100 2,4–1,8 1,9–1,6 1,2–1,0 1,0–0,8 lt/m2
pendek pada perkerasan dengan penutup yang ada atau pada bagian perkerasan
yang direkonstruksi.
6
2. Aspal keras jenis AC 80-100 atau aspal emulsi jenis CRS1dan CRS2, atau jenis aspal
cair.jenis RC 250.
Tingkat pemakaiannya disajikan berikut ini.
penetrasi aspal panas. Diletakkan di atas bagian lapis pondasi atas yang padat atau
7
2. Lapis penutup berupa aspal cair jenis RC 250 atau RC 800.
Tingkat pemakaiannya disajikan berikut ini.
Tebal lapisan
6 cm 5 cm Batu pengunci
Agregat (kg/m2) (kg/m2) (kg/m2)
Maks. 40 mm – 80 25
Aspal pengikat (lt/m2) (lt/m2)
Maks. 40 mm – 2,5
12 mm 10 mm 7,5 mm Satuan
Agregat 40 60 80 m2/m3
Aspal cair RC 1,5 sampai 1,7 liter/m2
Aspal yang digunakan pada ATBL biasanya aspal keras penetrasi 80 – 100
dengan kandungan efektif minimum yang diperlukan sekitar 5,5 %. Gradasi agregat
% Lolos (berdasarkan
Saringan (mm)
berat)
19,00 100
13,00 98–100
9,50 52–100
4,75 47–57
2,36 42–56
8
0,60 13–54
0,15 4–31
beraspal sesuai prosedur Marshall. Spesifikasi teknik yang ditetapkan untuk ATBL
adalah :
1. Stabilitas minimum 750 kg.
2. Nilai bagi Marshall 4 kN/mm.
3. VIM = 4 % – 8%.
jalan yang lalulintasnya ringan diletakkan sebagai lapis permukaan di atas dasar
Aspal yang digunakan pada lataston biasanya aspal keras penetrasi 80 –100
dengan kandungan efektif minimum yang diperlukan sekitar 6,8 %. Gradasi agregat
Komponen
Fraksi agregat Saringan % Lolos
campuran
Agregat kasar 19,00 100
13,00 30 – 100
9,50 0 – 55 20% – 40%
4,75 0 – 10
2,36 0–1
Agregat halus 9,50 100
4,75 90 – 100 47% – 67%
2,36 80 – 100
0,60 25 – 100
Bahan pengisi 0,075 3 – 11 5% – 9%
9
1. Penambalan dan perbaikan-perbaikan kecil.
2. Pembetulan terhadap bentuk permukaan.
3. Pelebaran tepi.
4. Pelapisan ulang.
Ketebalan pengerjaan antara 2 – 5 cm.
Jenis aspal yang digunakan untuk campuran dingin ada dua yaitu :
lapisan dan ditentukan dengan uji percobaan. Batas-batas yang harus diikuti adalah
75 – 90 lt/m3 (untuk MC 800) dan 125 – 145 lt/m3 (untuk CRS 800).
1.9 Beton
Kelas beton yang terkait dengan konstruksi jalan dan jembatan adalah :
4) Rangkuman
konstruksi jalan dan ketersediaan bahan. Pemillhan jenis campuran yang sesuai
bermanfaat untuk memperoleh optimasi antara hasil kerja dan biaya yang
dikeluarkan.
teknik untuk campuran kerja aspal atau beton di Indonesia tidak persis sama
lapis perekat, burtu, burda, ATBL, latasir, lataston, aspal beton campuran dingin.
10
4) Beberapa jenis beton yang terkait dengan konstruksi jalan dan jembatan adalah
C. PENUTUP
1. Latihan Soal
1) Sebutkan dua faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis campuran kerja!
memperbaikinya.
4) Sebutkan jenis beton yang lazim digunakan untuk pembuatan konstruksi jalan dan
jembatan di Indoensia.
2. Petunjuk Penilaian
Setiap nomor pada latihan di atas berbobot 25 %. Kemampuan anda
diberikan.
3. Jawaban
1) Pemilihan jenis campuran kerja dipengaruhi oleh perbedaan fungsional
melayanilalulintas ringan tidak perlu dibuat dengan standar teknik seperti jalan
yang memang harus melayani lalulintas berat. Faktor ketersediaan bahan juga
bermanfaat untuk memperoleh optimasi antara hasil kerja dan biaya yang
11
dikeluarkan. Pemilihan campuran kerja yang tepat membantu pengelola jalan
2) Spesifikasi teknik bahan jalan di Indonesia tidak selalu sama dengan spesifikasi
karakteristik bahan lokal dan kondisi iklim, terutama berkaitan dengan agregat.
berbeda dan agregat di negara lain. Terdapat sejumlah bahan lokal setempat
yang mungkin potensial untuk dimanfaatkan untuk suatu proyek jalan, sehingga
batasan yang luas mengenai mutu agregat dan masih membolehkan penggunaan
a) Tingkat penyerapan air. Beberapa batuan sangat menyerap air (kuarsa dan
air (penyerapan bitumen rerata 2 % dari berat campuran aspal yang dianggap
b) Jenis jenis pasir. Ada jenis pasir vulkanis/gunung yang geserannya sangat
tinggi yang membuat campuran beraspal sangat kuat tetapi sukar untuk
dipadatkan. Ada juga pasir laut yang mengkilat dan rata yang dengan mudah
rendah.
3) Analisis masalah : jalan berada tikungan dan sedikit tanjakan. Pada segmen
kendaraan lebih lama membebani struktur jalan. Oleh karena itu diperlukan
12
sehingga perbaikannya juga harus bersifat non struktural. Urutan pekerjaan yang
13
Konstruksi Jalan dengan Self-Healing Asphalt
Self healing asphalt adalah aspal yang dapat memperbaiki sendiri kerusakan
retak (crack) dan pelepasan butiran (ravelling) yang terjadi di dalam lapis permukaan
14
Jenis campuran beraspal yang dapat digunakan untuk menghasilkan self
healing asphalt adalah aspal porus (porous asphalt), yaitu campuran beraspal
bergradasi (sangat) terbuka karena memiliki kadar rongga sekitar 20%. Porositas
campuran beraspal. Ada dua jenis self-repair agent yang dapat digunakan yaitu
kapsul berisi maltense dan serat baja (yang dapat menginduksi panas). Maltense
berfungsi sebagai bahan peremaja aspal sehingga aspal melunak dan menutup retak
yang terjadi. Sedangkan panas yang dihantarkan oleh serat baja akan melelehkan
aspal, sehingga aspal dapat mengalir dan menutup retak yang terjadi. Gambar 9.1
dan 9.2 menyajikan konsep dan mekanisme self-healing di dalam aspal porus.
campuran beraspal
15
(c) Mekanisme self healing dengan microcapsule
Gambar 9.1 Konsep dan mekanisme self-healing menggunakan microcapsule di
dalam aspal porus
16
(c) Mekanisme self healing dengan microcapsule
Gambar 9.2 Konsep dan mekanisme self-healing menggunakan serat baja di dalam
aspal porus
Manfaat penggunaan self healing asphalt adalah hemat bahan, minim pekerjaan
1. Latihan Soal
Jelaskan mekanisme pebaikan dalam konstruksi perkerasan self healing dan jelaskan
manfaatnya.
2. Jawaban
Konstruksi jalan self healing menggunakan dua bahan yaitu kapsul berisi maltense dan serat
baja (yang dapat menginduksi panas). Maltense berfungsi sebagai bahan peremaja aspal
sehingga aspal melunak dan menutup retak yang terjadi. Sedangkan panas yang dihantarkan
oleh serat baja akan melelehkan aspal, sehingga aspal dapat mengalir dan menutup retak yang
terjadi. Manfaat penggunaan self healing asphalt adalah hemat bahan, minim pekerjaan
perawatan, menghindari kemacetan lalulintas, dan baik untuk lingkungan.
17