Anda di halaman 1dari 18

Identifikasi ekstrak senyawa kimia dari

buah mengkudu secara fraksinasi


sederhana

Disusun Oleh :

ADE OCTAVIANA

AJI TRISULA

DWI RAHMAWATI

HERI PERMADI

RINI

S1 FARMASI B

STIKES PRIMA INDONESIA 2019


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
”Identifikasi ekstrak senyawa kimia dari buah mengkudu secara fraksinasi sederhana”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.,
keluarganya, para sahabatnya, dan kita sebagai umatnya.

Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah mengenai ”Identifikasi ekstrak


senyawa kimia dari buah mengkudu secara fraksinasi sederhana”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas matakuliah Praktikum Fitokimia. Tersusunnya makalah ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, kami menyampaikan
rasa terima kasih atas segala bantuan dan saran untuk kami kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada pembina mata kuliah
Praktikum Fitokimia, Bapak Andzar Fikranus Shofa, M.Farm. yang telah berjasa
mencurahkan ilmu kepada kami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami mohon
maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan, baik dari segi
bahasanya maupun susunannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun kepada semua pihak demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami harapkan semoga malakah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca
umumnya dan khususnya bagi kami.

Penulis

Bekasi, Juli 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................................... 3
2.1. Buah Mengkudu ........................................................................................................................... 3
2.1.1. Klasifikasi Mengkudu ........................................................................................................... 3
2.1.2. Morfologi Buah Mengkudu .................................................................................................. 4
2.1.3. Kandungan Zat Aktif Mengkudu .......................................................................................... 5
2.2. Ekstraksi....................................................................................................................................... 7
2.3. Fraksinasi ..................................................................................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................................................... 9
METODOLOGI PRAKTIKUM ............................................................................................................. 9
3.1. ALAT DAN BAHAN .................................................................................................................. 9
3.2. Skema Kerja ................................................................................................................................. 9
3.3. Prosedur kerja / Bagan kerja ...................................................................................................... 10
BAB IV ................................................................................................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................................. 11
4.1. HASIL ........................................................................................................................................ 11
4.2. PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 11
BAB V .................................................................................................................................................. 13
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................................. 13
5.1. KESIMPULAN .......................................................................................................................... 13
5.2. SARAN ...................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 14
LAMPIRAN.......................................................................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengkudu (Morinda citrifolia) adalah salah satu tanaman obat tradisional yang telah
lama digunakan sejak 2000 tahun yang lalu. Mengkudu ini merupakan tumbuhan kedua yang
paling popular digunakan dalam pengobatan herbal untuk mengobati penyakit dan untuk
menjaga kesehatan yang baik secara keseluruhan. Mengkudu memiliki nama umum yang
sering digunakan yaitu noni (Wang et al, 2002). Mengkudu adalah tanaman obat berkhasiat
yang terbukti melalui penelitian ilmiah memiliki berbagai efek terapi, termasuk antibakteri,
antivirus, anti jamur, anti tumor, analgesik, hipotensi, anti-inflamasi, dan efek meningkatkan
kekebalan tubuh (Peter, 2007). Selain itu, penelitian lain secara in vitro didapatkan bahwa
pada konsentrasi 2% mengkudu (Morinda citrifolia) dapat menghambat pertumbuhan
Malassezia furfur (Suryaningrum dkk, 2006) Penelitian yang dilakukan oleh Jayaraman
(2008) menunjukkan bahwa ekstrak mengkudu memiliki efek anti jamur terhadap Candida
albicans, Tricophyton mentagrophytes, Penicillium sp., Rhizopus, Aspergilus plavus, dll.
Selain itu juga memiliki efek anti bakteri terhadap Pseudomonas aeruginosa, Proteus
morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Escherichia coli, Salmonella sp. dan
Shigella sp., dll. (Jayaraman et al, 2008). Kemudian dari hasil penelitiannya yang lain
menunjukkan bahwa mengkudu memiliki efek reparasi, peremajaan sel, efek antioksidan,
antibiotik dan anti jamur, juga kandungan zat kimia yang mempunyai efek antifungi dan
antibiotik, yaitu scopoletin (mempunyai efek anti jamur), antrakuinon (digunakan untuk
melawan infeksi fungi dengan cara meningkatkan sistem imun), anti-tumor, anti-tuberculosis,
analgesic, dan xeronine (mengatasi infeksi jamur dan meningkatkan imunitas tubuh) (Wang
et al, 2002).

1
1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana ekstraksi buah mengkudu ?

 Apa saja fungsi dari buah mengkudu ?

 Bagaimana proses frakasinasi ?

1.3 Tujuan
Setelah mempelajari materi mengenai Identifikasi ekstrak senyawa kimia dari buah
mengkudu secara fraksinasi sederhana, diharapkan mahasiswa dapat:
 Dapat mengetahui pelarut yang sesuai untuk ekstraksi buah mengkudu.

 Memastikan kandungan yang terdapat pada buah mengkudu.

 Dapat mengetahui metode yang digunakan dalam proses ekstraksi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Buah Mengkudu


(Morinda citrifolia L) Tanaman mengkudu adalah salah satu tanaman yang sudah
dimanfaatkan sejak lama hampir di seluruh belahan dunia. Di Cina, tanaman mengkudu telah
ditemukan pada tulisan - tulisan kuno yang dibuat pada masa dinasti Han sekitar 2000 tahun
lalu. Di Hawaii, mengkudu malah telah dianggap sebagai tanaman suci karena ternyata
tanaman ini sudah digunakan sebagai obat tradisional sejak lebih dari 1500 tahun lalu.
Mengkudu telah diketahui dapat mengobati berbagai macam penyakit, seperti tekanan darah
tinggi, kejang, obat menstruasi, artistis, kurang nafsu makan, artheroskleorosis, gangguan
saluran darah, dan untuk meredakan rasa sakit (Djauhariya 2003).

2.1.1. Klasifikasi Mengkudu


(Morinda citrifolia L) atau yang disebut pace maupun noni sudah dikenal lama oleh
penduduk di Indonesia. Pemanfaatannya lebih banyak diperkenalkan oleh masyarakat jawa
yang selalu memanfaatkan tanaman atau tumbuhan herbal untuk mengobati beberapa
penyakit (Djauhariya, 2003). Menurut Bangun (2002), mengkudu memiliki nama yang khas
berdasarkan daerah masing – masing, diantaranya dikenal dengan nama pace, bentis, kemudu
(Jawa), cangkudu (sunda), kondhuk (Madura), keumudee (Aceh), bangkudu (Batak), Makudu
(Nias), tibah, (Bali) dan labanau (Kalimantan).

Adapun Klasifikasi tanaman mengkudu menurut Djauhariya (2003) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.

3
2.1.2. Morfologi Buah Mengkudu
Mengkudu tergolong dalam famili Rubiaceae. Nama lain untuk tanaman ini adalah
Noni (bahasa Hawaii), Nono (bahasa Tahiti), Nonu (bahasa Tonga), ungcoikan (bahasa
Myanmar) dan Ach (bahasa Hindi). Tanaman ini tumbuh di dataran rendah hingga pada
ketinggian 1500 meter dan merupakan tanaman tropis. Tinggi pohon mengkudu mencapai 3 -
8 meter, memiliki bunga bongkol berwarna putih. Buahnya merupakan buah majemuk, yang
masih muda berwarna hijau mengkilap dan memiliki totol - totol dan ketika sudah tua
berwarna putih dengan bintik-bintik hitam (Djauhariya et al, 2006). Mengkudu merupakan
tanaman perdu, tingginya 3 – 8 meter, bercabang, kulit batangnya berwarna coklat, cabang –
cabangnya kaku, kasar tetapi mudah patah. Daunnya bertangkai, berwarna hijau tua, duduk
daun bersilang, berhadapan, bentuknya bulat telur, lebar, sampai berbentuk elips, panjang
daun 10 – 40 cm, lebar 5 – 17 cm, helai daun tebal, mengkilap, tepi daun rata, ujungnya
meruncing, pangkal daun menyempit, tulang daun menyirip. Bunga berbentuk bonggol,
keluar dari ketiak daun. Pada satu bonggol tumbuh lebih dari 90 mahkota bunga berwarna
putih, berbentuk tabung seperti terompet yang tumbuh secara bertahap 1 – 3 mahkota bunga
setiap 3 hari. Bonggol tersebut merupakan bakal buah. Buahnya berupa buah buni majemuk,
yang berkumpul menjadi satu, bertangkai pendek, bentuk bulat lonjong, panjangnya 5 – 10
cm. Permukaan buah tidak rata, berbintik-bintik dan berkutil. Buah muda berwarna hijau,
semakin tua kulit buah agak menguning, dan buah yang matang berwarna putih menguning
dan transparan. Buah yang matang dagingnya lunak berair dan bau busuk (Djauhariya, 2003).

a. Tanaman Buah Mengkudu b. Bagian Dalam Buah Mengkudu

Gambar 1. Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L) Sumber : Purbaya (2008)

4
2.1.3. Kandungan Zat Aktif Mengkudu
Hampir semua bagian tanaman mengkudu mengandung berbagai macam senyawa
kimia yang berguna bagi kesehatan dan pengobatan manusia. Senyawa – senyawa yang lebih
berperan dalam pengobatan tradisional adalah senyawa yang terdapat dalam buahnya, antara
lain xeronine, proxeronine, proxeronase, serotonin, dammacanhtal, (zat anti kanker),
scopoletin, vitamin C, anti oksidan, mineral, protein, karbohidrat, enzim, alkaloid, kofaktor
tanaman dan fitonutrient lainnya yang sangat aktif yang sangat kuat dalam menguatkan
sistem kekebalan tubuh, memperbaiki fungsi sel dan mempercepat regenerasi sel – sel yang
rusak. Kandungan kimia daun dan buah mengkudu secara umum mengandung alkaloid,
saponin, flavonoid, terpenoid, dan antraquinon, disamping itu daunnya juga mengandung
polifenol. (Kandungan bioaktif yang terdapat dalam buah mengkudu disajikan dalam tabel 1).

Tabel 1. Kandungan bioaktif buah mengkudu dan manfaatnya

Kandungan Bioaktif Manfaat


Alizarin Pemutus hubungan pembuluh darah ke tumor.
Antrakuinon Membunuh mikroba Pathogen.
Arginin Bahan pembentuk protein, meningkatkan imunitas,
memproduksi
Nitric Oxide (NO).
Damnacantal Anti Kanker dan anti biotik alami membantu penyerapan.
Lisin Membantu penyerapan kalsium dan pembentukan kolagen
pada
tubuh pembentuka kolagen pada tulang.
Penilalanin Penting untuk dikonsumsi karena tidak dapat diproduksi
sendiri
oleh tubuh, sehingga harus didapatkan dari luar .
Prolin Mengatur sistem kekebalan tubuh, dan mencegah gejala
penyakit
Autoimmune
Proxeronin dan proxeronase Mempercepat penyerapan zat makanan ke dalam sistem
pencernaan dan menyelaraskan kerja sel dalam tubuh.
Skopoletin Mengatur tekanan darah.
Selenium Antioksidan.

5
Sitosterol Menahan pertumbuhan sel-sel kanker dan melindungi
seseorang
dari penyakit jantung.
Steroid Antiseptik dan desinfektan.
Terpenoid Membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan
pemulihan
sel-sel tubuh.
Vitamin C Antioksidan
Xeronin Mengaktifkan kelenjar tiroid & timus (fungsi kekebalan
tubuh)
Sumber : (Djauhariya dkk., 2006).

Salah satu alkaloid penting yang terdapat dalam buah mengkudu adalah xeronine.
Xeronine dihasilkan juga oleh tubuh manusia dalam jumlah terbatas yang berfungsi untuk
mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur fungsi protein di dalam sel. Xeronine ditemukan
pertama kali oleh Dr. Ralph Heinicke (ahli biokimia). Walaupun buah mengkudu hanya
mengandung sedikit xeronine, tetapi mengandung bahan-bahan pembentuk (prekursor)
xeronine, yaitu proxeronine dalam jumlah besar (Solomon 1999). Menurut Bangun (2002),
mengkudu mengandung proxeronine yang merupakan molekul. Dibandingkan dengan
molekul alkaloid lain, proxeronine tidak mengandung gula, asam amino, maupun asam
nukleat. Lebih lanjut Winarno (2003), mengemukakan bahwa alkaloid adalah senyawa
metabolit sekunder sebagai hasil kelanjutan alur proses metabolisme fotosintesis (protein,
pati, lipid) pada tumbuhan yang dalam konsentrasi rendah dapat memberikan efek fisiologis
tertentu terhadap suatu organisme. Heinicke (1985) menyatakan bahwa proxeronine yang
dikandung mengkudu merupakan dasar organik yang berguna untuk menghasilkan xeronine.
Xeronine merupakan molekul yang relatif kecil berukuran 10 – 12 pikogram. Secara praktis
xeronine ditemukan dalam sel mikroba, sel tanaman maupun hewan. Namun jumlah molekul
alkaloid bebasnya (proxeronine) sangat rendah. Meskipun mengkudu mengandung jumlah
xeronine yang sangat rendah sehingga dapat diabaikan, namun ada jumlah yang cukup besar
untuk calon atau prekusor dari xeronine yaitu proxeronine. Pada proses pencernaan makanan,
alkaloid proxeronine akan diubah 12 menjadi xeronine dengan bantuan enzim. Proses
teraktivitasnya proxeronine menjadi xeronine terjadi di usus halus (Heinicke, 1985). Winarno
(2003) mengatakan bahwa xeronine mampu merangsang sistem kekebalan, pengaturan fungsi
sel dan regenerasi seluler dari sel – sel yang mengalami kerusakan. Pada buah mengkudu

6
juga ditemukan sejenis fitonutrient yaitu scopotelin yang mampu mengikat serotonin yaitu
senyawa yang menjadi penyebab terjadinya penyempitan pembuluh darah (Solomon, 1998).
Adanya senyawa scopotelin menjadikan buah mengkudu dapat dijadikan obat alternatif untuk
penyakit tekanan darah tinggi. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa selain dapat mengikat
serotonin, scopotelin dapat meningkatkan kegiatan kelenjar pineal di dalam otak. Serotonin
dilaporkan dapat menghambat kerja otot polos dan syaraf (Solomon, 1998). Zat tersebut
dalam kadar normal 0,1 - 0,3 mikrogram per mililiter di dalam tubuh tidak mempunyai peran
yang spesifik tetapi terlibat dalam proses metabolisme.

2.2. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan antara
konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses
ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan
melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal. Oleh karena itu,
ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang memiliki polaritas dan ukuran molekul
yang sama.
Metode ekstraksi yang digunakan ialah metode maserasi. Keuntungan dari metode ini
yaitu prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana dan tidak dipanaskan sehingga bahan
alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi,
meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut pada suhu kamar
(Puspitasari, 2017). Pemilihan metode ini didasarkan karena senyawa polifenol (antioksidan)
yang terkandung di dalam beberapa tanaman seperti tumbuhan buah mengkudu rentan
terhadap pemanasan (Ross, 2011). Dalam menentukan kandungan polifenol suatu tanaman
salah satunya dapat dilakukan dengan metode Folin Ciocalteu Assay.

2.3. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara zat cair dengan zat cair. Fraksinasi
dilakukan secara bertingkat berdasarkan tingkat kepolaran, yaitu dari non polar, semi polar
dan polar. Senyawa yang memiliki sifat non polar akan larut dalam pelarut non polar, yang
semi polar akan larut dalam pelarut semi polar dan yang bersifat polar akan larut dalam
pelarut polar (Harborne, 1987). Fraksinasi ini umumnya dilakukan dengan metode corong
pisah atau kromatografi kolom. Kromatografi kolom merupakan salah satu metode
pemurnian senyawa dengan menggunakan kolom (Trifani, 2012). Corong pisah merupakan
peralatan laboratorium yang digunakan untuk memisahkan komponen-komponen dalam

7
campuran antara dua fase pelarut yang memiliki massa jenis berbeda yang tidak bercampur
(Haznawati, 2012). Umumnya salah satu fase berupa larutan air dan yang lain berupa pelarut
organik lipofilik seperti eter, MTBE, diklormetana, kloroform atau etil asetat. Kebanyakan
pelarut organik berada diatas fase air kecuali pelarut yang memiliki atom unsur halogen.

Corong pisah berbentuk kerucut yang ditutupi setengah bola. Corong pisah mempunyai
penyumbat diatasnya dan keran dibawahnya. Corong pisah yang digunakan dalam
laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kerannya terbuat dari kaca ataupun teflon.
Ukuran corong pisah bervariasi antara 50 mL sampai 3 liter. Untuk menggunakan corong ini,
campuran dua fase pelarut dimasukkan kedalam corong dari atas dengan corong keran
tertutup. Corong ditutup dan digoyangkan dengan kuat untuk membuat fase larutan
tercampur. Corong dibalik dan keran dibuka untuk melepaskan tekanan uap yang berlebihan.
Corong kemudian didiamkan agar pemisahan antara dua fase berlangsung. Lalu penyumbat
dan keran corong dibuka. Dua fase larutan dipisahkan dengan mengontrol keran pada corong
pisah.

Macam-macam proses fraksinasi :

1. Proses fraksinasi kering


Farksinasi kering adalah suatu proses fraksinasi yang didasarkan pada berat molekul dan
komposisi dari suatu material. Proses ini lebih murah dibandingkan dengan proses lain,
namun hasil kemurnian fraksinasinya rendah.
2. Proses fraksinasi basah
Fraksinasi basah adalah suatu proses fraksinasi denga menggunakan zat pembasah atau
dsebut proses hydrophilization atau detergen proses. Hasil fraksinasi dari proses ini sama
dengan proses fraksinasi kering.
3. Proses farksinasi dengan solvent
Adalah suatu proses fraksinasi dengan menggunakan pelarut. Dimana pelarut yang
digunakan adalah aseton. Proses fraksinasi ini lebih mahal dibandingkan denga proses
fraksinasi lainnya karena menggunakan bahan pelarut.
4. Proses fraksinasi dengan pengembunan
Merupakan proses fraksinasi didasarkan pada titik didih dari suatu zat atau bahan
sehingga dihasilkan suatu produk dengan kemuarnian yang tinggi. Fraksinasi
pengembunan ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi namun proses produksinya
lebih cepat dan kemurniannya lebih tinggi.

8
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

Tempat : Laboratorium Stikes Prima indonesia.


Kegiatan : Praktikum Fitokimia.

3.1. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
1. Beaker glass
2. Erlenmeyer
3. Corong pisah
4. Gelas ukur
5. Penangas air
6. Aluminium foil
7. Batang pengadung
8. Toples kaca + tutup

BAHAN :
1. Buah Mengkudu
2. Etanol 70%
3. Aquadest
4. Kloroform

3.2. Skema Kerja

1Kg buah mengkudu dipotong tipis dan kecil-kecil.

Buah mengkudu ditimbang sebanyak 500 gram dan


diekstrak dalam 500 mL etanol 70%.

Larutan disimpan dalam toples kaca tertutup dan


dibiarkan selama 2 x 24 jam, kemudian diaduk searah
jarum jam selama 60 menit.
9
3.3. Prosedur kerja / Bagan kerja
 Prosedur kerja ekstraksi :

 Prosedur kerja fraksinasi :

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL
Nama simplisia : buah mengkudu. (Morinda citrifolia L)
Metode ekstraksi : Maserasi.
Solvent yang dibutuhkan dalam ekstraksi : Ethanol 70% dan Kloroform.

Pengamatan Hasil pengamatan

Warna Hitam Kecoklatan

Bau Khas mengkudu

Terbentuk endapan Tidak

4.2. PEMBAHASAN
Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara senyawa aktif dalam sampel
berdasarkan tingkat kepolaran masing-masing bahan. Fraksinasi mernggunakan lebih
dari satu pelarut. Proses fraksinasi menggunakan corong pisah. Corong pisah digunakan
dengan mencampurkan dua fase pelarut, kemudian digoyangkan atau digojok searah
untuk membuat dua fase tercampur. Sesekali buka keran untuk mengeluarkan gas yang
ada didalam corong pisah. Diamkan dengan posisi vertikal tunggu hingga terjadi
pemisahan antara dua fase tersebut. Setelah terjadi pemisahan buka keran corong secara
hati-hati untuk mengontrol campuran yang sedang dipisahkan. Senyawa yang bersifat
polar akan berada difase bawah dan senyawa yang bersifat non polar akan berada di fase
atas. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan berat jenis antar pelarut.
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah ekstrak hasil maserasi buah
mengkudu. Proses fraksinasi dimulai dengan memasukkan ekstrak hasil maserasi buah
mengkudu kedalam corong pisah dan menambahkan 50mL kloroform sebagai fase
polarnya. Penggunaan kloroform sebagai fase polar untuk melarutkan senyawa polar
dalam ekstrak yang tidak terpakai lalu dibuang, sehingga didapat fase semi polar dalam

11
pelarut kloroform. Fraksinasi dilakukan sampai diperoleh fraksi ke empat dengan
penambahan 30ml kloroform dan dikocok hingga terjadi dua fase dan dikeluarkan fase
polarnya. Apabila dalam proses pemisahan tidak terjadi, tambahkan NaCl 10% yang
berfungsi untuk memperjelas pemisahan.

12
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN
1. Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan adalah ekstrak hasil maserasi buah
mengkudu.
2. Mengkudu adalah tanaman obat berkhasiat yang terbukti melalui penelitian ilmiah
memiliki berbagai efek terapi, termasuk antibakteri, antivirus, anti jamur, anti tumor,
analgesik, hipotensi, anti-inflamasi, dan efek meningkatkan kekebalan tubuh (Peter,
2007).
3. Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai.
4. Fraksinasi merupakan proses pemisahan antara senyawa aktif dalam sampel
berdasarkan tingkat kepolaran masing-masing bahan.
5. Solvent yang dibutuhkan dalam eksraksi buah mengkudu adalah kloroform dan
ethanol 70 %.

5.2. SARAN
Praktikan harus lebih teliti dan memahami apa yang sedang di uji, dan juga lebih
memperhatikan alur-alur dalam melakukan kegiatan ekstraksi dan fraksinasi

13
DAFTAR PUSTAKA

• Anonim. 2009. Farmakope Herbal Indonesia edisi I . Departemen Kesehatan Republik


Indoneisa. Jakarta.
• Harborne. 1987.Metode Fitokimia. Penerbit ITB. Bandung.
• Dilihat dari : http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id/?page_id=389 diakses pada tanggal 5 juli 2019

14
LAMPIRAN

(Pemilihan buah mengkudu) (Buah mengkudu di potong halus)

(Pelarut yang digunakan etanol 70%) (Dicampurkan antara pelarut dan buah mengkudu)

(Diaduk dengan batas waktu sampai homogen) (Ditutup rapat dan diamkan jangan terkena cahaya)

15

Anda mungkin juga menyukai