Anda di halaman 1dari 21

1 : LISAN 1 : OMSK

Pertanyaan :
Pasien perempuan 14 tahun telinga kiri berair sejak 1 tahun, dengan bengkak dileher kiri 3
hari

Gambar : (Abses Bezold)

Jawaban :
1. Anamnesis:
Sekret di telinga terus menerus/ tidak, sudah berapa lama, warna cairan, mukopurulen,
bau menyengat, gangguan pendengaran, pusing berputar, wajah mencong
2 Pemeriksaan fisik :
Telinga, retroaurikula, liang telinga, pendorongan dinding posterior liang telinga,
perforasi MT, kolesteatoma
2. Pemeriksaan penunjang apa dilakukan
- Aspirasi
- Kultur dan sensitifitas kuman
- Laboratorium (darah rutin)
- Audiometri
- Rongent mastoid schuller
- CT Scan Mastoid
3. Tata laksana :
Antibiotik sistemik, kortikosteroid, antibiotik tetes telinga, insisi eksplorasi,
timpanomastoidektomi dinding runtuh
4.

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 1


2 : SA 1 : LPR
Seorang wanita dengan keluhan suara serak dan sering mendehem. Pada pemeriksaan
tenggorok ditemukan cobblestone

1. Apa anamnesis tambahan yang diperlukan :


2. Pemeriksaan atau test yang diperlukan :
3. Penatalaksanaan :

1 - riwayat keluarga
. - kebiasaan diet dan pola hidup
-predisposisi genetik
-budaya makan keluarga
-kebiasaan makan sebelum berolah raga atau sebelum tidur
-riwayat pajanan asap rokok harus dicantumkan

2 1. Test PPI
. 2. Multichannel Intraluminal Impedance Monitoring
3. 24 hour ambulatory pH monitoring
4. Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas
5. Pemeriksaan laring menggunakan alat nasofaringoskopi
3 1. Konservatif
. a. Modifikasi gaya hidup
b. Proton Pump Inhibitor (PPI)
c. Antagonis reseptor H2
d. Agen Prokinetik
2. Operasi

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 2


3 : Istirahat

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 3


4 : OSCE 1 : NASOENDOSKOPI DIAGNOSTIK

No Prosedur Skala
Penilaian
0 1 2
A. Memperkenalkan diri pada pasien

1. Sapa pasien dengan ramah dan memperkenalkan diri


2. Pasien diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilaksanakan
dengan baik dan adekuat
3. Cek kelengkapan alat dan bahan yang digunakan
B. Persiapan
4. Cuci tangan dengan sabun antiseptik dan keringkan dengan tisu kering
5. Untuk perlindungan pribadi : gunakan sarung tangan dan masker
C. Prosedur

6. TAHAP PERTAMA
Evaluasi kavum nasi dari anterior :
- Perhatikan bentuk konka inferior (apakah atrofi, eutrofi, hipertrofi
dsb ?)
- Perhatikan keadaan septum nasi (apakah lurus, apakah deviasi, adakah
spina atau krista?, ke arah mana?)
7. Masukkan teleskop menyusuri dasar hidung sampai ke nasofaring :
- Perhatikan adakah sekret di dasar hidung, apakah sekret serosa,
mukoid atau mukopurulen?
- Perhatikan dari bawah : bentuk konka inferior, bentuk konka inferior
bagian posterior dan perlekatannya dengan dinding lateral.
- Perhatikan bentuk septum dari atas sampai dasar, adakah kelainan
dibagian tengah dan belakang septum.
(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 4
- Lihat : muara tuba eustachius, mukosa nasofaring, fossa rosenmuller,
sisa adenoid, adakah massa?
- Apakah ada post nasal drip (PND)? (pada sinusitis grup anterior, PND
terdapat di anterior muara tuba, pada grup posterior PND ada di
belakang muara tuba)
8. Selanjutnya tarik endoskop pelan-pelan ke arah meatus inferior:
- Perhatikan dinding lateralnya, mungkin terlihat muara duktus
nasolakrimalis yang terletak di dekat perlengketan konka inferior ke
dinding lateral hidung, kira-kira 1 cm dari ujung depan meatus.
(pada diseksi kadaver, muara ini bisa dilihat dengan cara meluksir ke
medial menggunakan resparatorium/elevator Freer)
9. TAHAP KEDUA
Endoskop dimasukkan lagi mengikuti sisi bawah konka media atau di
antara konka inferior dan konka media.
- Perhatikan adanya sel agger nasi, letaknya di anterosuperior konka
media.
- Perhatikan bentuk konka media : apakah atrofi, eutrofi, hipertrofi,
konka bulosa, lengkungnya paradoksikal, bilobus dsb.
- Perhatikan prosesus unsinatus, batas anteriornya ditandai oleh
cekungan kecil berbentuk bulan sabit dan perubahan warna yang lebih
pucat di dinding lateral kavum nasi. Batas anterior ini kira-kira parallel
dengan tepi anterior konka media.
- Cari tepi bebas prosesus unsinatus (merupakan batas anterior hiatus
semilunaris) Di belakangnya terdapat bula etmoid.
- Kenali fontanel anterior dan fontanel posterior. Bila ada lubang pada
fontanel anterior atau posterior, berarti ini ostium assesorius sinus
maksila (karena ostium alaminya terletak di balik prosesus uncinatus
bagian inferior dan baru bisa dilihat kalau prosesus uncinatus sudah
diangkat).
- Perhatikan perlengkatan konka media bagian posterior dengan lamina
basalis, yang menghubungkan konka media dengan dinding lateral
hidung.
- Coba cari dinding belakang bula, kadang-kadang ada celah di antara
dinding belakang bula dengan lamina basalis (disebut resesus
retrobula atau sinus lateralis).
10. TAHAP KETIGA
Endoskop diarahkan ke dinding posterior kavum nasi di atas nares
posterior, antara konka media dan septum. Lihat dari bawah ke atas.
- Perhatikan konka superior dan meatus superior.
- Cari lubang-lubang yang merupakan muara sinus etmoid posterior
- Perhatikan resessus sfeno-etmoidalis
- Cari muara sinus sfenoid. Letaknya kira-kira 1 cm di atas koana.
Kadang-kadang tersembunyi di belakang konka superior sehingga
untuk melihatnya konka superior harus dipotong dulu.
11. Endoskop ditarik keluar kembali mengikuti tepi bawah konka media
dengan diarahkan ke superior (sambil memperhatikan kembali struktur
yang sudah dilihat tadi) :
- Di medial konka media perhatikan lamina kribrosa. Mukosa
olfaktorius warnanya lebih kekuning-kuningan

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 5


- Di depan prosesus unsinatus, coba cari resesus frontalis. Kadang-
kadang ostium sinus frontal dapat dilihat.

Catatan :
Untuk nomor 1-5
0 = Apabila peserta tidak melakukan tugasnya
1 = Apabila peserta melakukan tugasnya dengan tepat/komplit

Untuk nomor 6 – 11
0 = apabila peserta melakukan tugasnya
1 = apabila peserta melakukan tugasnya tetapi kurang komplit/kurang tepat
2 = apabila peserta melakukan tugasnya dengan tepat/komplit

SKOR MAKSIMAL : ………………………………………

SKOR AKHIR : SKOR MAKSIMAL X 100 % = ………………..


11

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 6


5 : LISAN 2 : FRAKTUR OS NASAL
Kasus : Pasien laki-laki , terkena tendangan saat latihan karate, keluar darah dari hidung
Foto : Deformitas hidung,ekskoriasi

Pertanyaan:
1. Anamnesis tambahan
2. Pmeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
4. Diagnosis
5. Penatalaksanaan

Jawaban :
1. Hidung tersumbat, gangguan penciuman, nyeri pada hidung, nyeri kepala
2. Deformitas, crepitasi tulang, mobilitas fragmen tulang, clotting/darah dikavum nasi,
deviasi septum,
3. Rontgen os nasal lateral
4. Fraktur os nasal tertutup
5. Reposisi os nasal (reduksi tertutup)

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 7


6 : SA 2 : TIROID

Pertanyaan :
Pasien perempuan terdapat benjolan dileher bagian depan, tidak ada debar-debar, proptosis
tidak ada, pemeriksaan massa sebelah kiri ukuran 4x3x3 mobile

1. Apa diagnosis saudara ?


2. Pemeriksaan apa yang dilakukan ?
3. Histopalologi : papilary karsinoma, apa tindakannya?
4. Komplikasi tindakan?

Jawaban :
1. Tumor tiroid
DD/
Duktus tiroglosus
Kista Tiroid
Struma Nodusa Non Toxic
2. FNAB
Lab: T3-T4-TSH
USG
CT-Scan
3. Tiroidektomi Sub Total
4. Parese Pita Suara
Perdarahan
Hipokalsemia

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 8


7 : ISTIRAHAT

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 9


8 : OSCE 2 : PROSEDUR TES ALERGI

 Nama
 Diagnosis
 Informed Choice & Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR TES ALERGI
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk prosedur TES
ALERGI yang telah tersedia dan lengkap, yaitu :
1. Emergensi kit ( epineprin, seteroid, antihistamin, spuit disposibel 1cc
tuberkulin), tensimeter, stetoskup, Oksigen.
2. Ekstrak alergen dan jarum disposibel ( no 26 ) atau lanset darah disposibel.
3. Formulir hasil tes kulit dan inform consent.
4. Pastikan penderita tidak mengkonsumsi obat anti alergi atau obat yang menekan
reaksi histamin selama 3 hari sebelumnya
5. Pastikan penderita tidak mengalami serangan aleregi berat pada malam hari atau
sehari sebelumnya.
III. PROSEDUR TES ALERGI

1. Desinfeksi daerah volar lengan bawah , jika perlu cuci dulu dengan sabun ( jika
sebelumnya pasien mengenakan body lotion)
2. Teteskan larutan kontrol positif ( histamin) dan kontrol negatif ( phenol/ bufer
fosfat, saline) dari KIT tes alergi yang tersedia pada bagian proksimal lengan
bawah dengan jarak minimal 2 cm. Biasakan daerah ulnar kontrol (+) histamin
dan daerah radial kontrol (-) larutan saline. Tusuk dengan jarum disposibel ukuran
26 G atau lanset darah atau alat tes kulit yang lain intra kutan/ dengan tusukan
superfisial tanpa mengeluarkan darah.
3. Tunggu kurang lebih 5-10 menit, dan baca hasilnya. Beri tanda dan ukur bentol
pada histamin dan pada kontrol.
4. Jika terdapat bentol diameter minimal 3 mm pada histamin dan negatif pada
saline, lanjutkan dengan teteskan jenis alergen yang tersedia dengan jarak tetesan
minimal 2 cm dan lakukan tusukan yang sama. Hasilnya ditunggu paling lama 15
menit.
5. Ukur bentol yang terjadi pada masing-masing jenis alergen dan bandingkan dengan
besar bentol dari kontrol histamin. Jika sama atau lebih besar dari kontrol histamin
dinilai positip ( +++).
Selama tes kulit perhatikan penampilan pasien dan tanyakan jika terdapat keluhan,
ngantuk, lemes atau terasa mual karena keadaan tersebut dapat merupakan petanda reaksi
sistemik. Jika terdapat gejala tersebut, segera pasien dibaringkan tanpa bantal, ukur tensi
dan nadi. Meskipun belum selesai penilaian, bila ada ancaman reaksi sistemik berupa
shock segera berikan adrenalin sub kutan dan tes alergi dihentikan dan dapat diulang lain
kali dengan persiapan pengobatan sebelumnya .

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 10


9 : LISAN 3 : DIFTERI
Seorang wanita usia 16 tahun datang ke poli THT-KL dengan keluhan utama nyeri menelan
tidak hebat selama 3 hari, keadaan umum lemah

Pertanyaan :
1. Anamnesis lain apa yang saudara tanyakan untuk menunjang kearah diagnosis?
2. Apa diagnosis banding (Differential Diagnose) saudara ?
3. Bagaimana saudara membedakan pseudomembrane antara diagnosis banding
saudara?
4. Pemeriksaan apa saja yang saudara usulkan?
5. a. Bagaimana terapi Pasien ini ?
b. Apa penyulit Difteri ?

Jawaban :
1. Apakah ada demam ?
Apakah ada bengkak dileher?
Apakah ada sesak nafas?
Apakah ada riwayat nyeri menelan berulang?
Apakah ada riwayat kontak dengan penderita yang lain?
2. Tonsilitis Difteri
Tonsilitis Membranousa
Tonsilitis Lakunaris
3. Warna Putih keabuabuan
Sulit dilepaskan
Mudah berdarah saat dilepaskan
4. Swab Tenggorok, pewarnaan gram (+)
5. a. – ADS
– Penisilin
– Eritromisin
– Kortikosteroid
b. Obstruksi Jalan Nafas
Miokarditis
Kelainan Ginjal

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 11


10 :ISTIRAHAT

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 12


11 : SA 3 : NIHL

Pertanyaan
Seorang pasien laki-laki 48 tahun, telinga berdenging, bekerja di pabrik.

Jawaban
1. - Sudah berapa lama ?
- Unilateral /Bilateral ?
- Konsumsi obat ototoksik
- Paparan bising intensitas tinggi sewaktu
2. DK : NIHL
DD : Trauma Akustik
3. Konservasi pendengaran
- Identifikasi Bising
- Analisis kebisingan denga
- Identifikasi sumber bising melalui survei kebisingan
- Melakukan analisis kebisingan dengan mengukur kebisingan menggunakan sound
level meter
- Melakukan pemeriksaan pendengaran secara berkala dengan menggunakan
audiometri dan OAE
- Menerapkan sistem komunikasi, informasi dan edukasi
- Menerapkan penggunaan alat pelindung diri secara ketat dan melakukan pencatatan
dan pelaporan data.

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 13


12 : OSCE 3 : PROSEDUR BSS

I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF


 Identitas
 Diagnosis
 Informed Choice & Informed Consent
 Rencana Tindakan
 Persiapan sebelum tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR BSS
1. Memakai topi, masker, cuci tangan, baju operasi dan sarung tangan.
2. Mempersiapkan alat-alat steril (spuit, lidocain, NaCl, kasa, povidon iodin, benang jahit,
needle holder, pinset, gunting, kasa antibiotik, plester)
3. Melakukan aseptik & antiseptik pada daerah operasi dan sekitarnya dengan
menggunakan povidon iodin/antiseptik lainnya
4. Pasang kain penutup operasi steril pada pasien, kecuali di daerah operasi
III. PROSEDUR BSS
1. Menentukan tipe luka, tentukan jenis benang.
2. Dilakukan infiltrasi tepi luka dengan lidocain menggunakan spuit disposable 3cc
3. Pembersihan luka.
4. Pada prosedur penjahitan luka, tepi luka dipegang menggunakan pinset bergigi
menggunakan tangan kiri. Selama melakukan penjahitan, pinset tidak dilepas dan
kemudian diambil kembali, pinset tetap di tangan kiri dengan menjepitnya
menggunakan jari manis dan kelingking sehingga ibu jari dan telunjuk dan jari tengah
bebas bekerja.
5. Jarum dipegang dengan needle holder pada 1/3 pangkal.
6. Penjahitan interuptus:
Linear: dimulai dari tengah luka dan dilanjutkan setiap pertengahan luka atau insisi
yang tersisa
Elips: dimulai dari tepi luka di kedua sisi menuju ke tengah luka.
 Arah jarum tegak lurus dengan permukaan kulit dan juga sayatan kulit
 Jarak masuk dan keluarnya jarum dari tepi sayatan sama dengan dalamnya jaringan
yang diambil (x) dan jarak antar jahitan sama dengan 2x jarak tersebut
o Matras vertikal
 Jarum dimasukkan dengan gerakan forehand, posisi needle holder pronasi,
menusuk dan mengambil jarum dalam posisi mid position pada posisi luka
sebelahnya. kemudian jarum diputar pada posisi backhand, dimasukkan sejajar tepi
luka dan keluar pada sisi berseberangan berjarak dari tepi luka. Benang ditarik dan
diakhiri dengan reef knot.
o Matras horizontal
 Jarum dimasukkan dengan gerakan forehand, posisi needle holder pronasi, arah
jarum tegak lurus dengan permukaan kulit dan sayatan kulit. Menusuk dan
mengambil jarum dalam posisi pronasi  kemudian jarum diputar pada posisi
backhand, dimasukkan berjarak x dan sejajar tepi luka keluar dari sisi
berseberangan berjarak x dari tepi luka. Benang ditarik dan diakhiri dengan reef
knot.
o Penjahitan dengan teknik continuous (jelujur) dimulai dari tepi luka, jahitan I = jahitan
interuptus.
 Setelah simpul I, sisa benang (panjang) dipegang oleh asisten dengan jarak < 1
jengkal dari lapangan operasi
(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 14
 Jarum masuk dengan gerakan forehand, diambil dengan posisi mid position, benang
ditarik selanjutnya dipegang oleh asisten dan operator langsung melakukan jahitan
berikutnya dengan gerakan forehand
7. Pembuatan simpul, benang dari atas ditarik ke bawah dan benang dari bawah ditarik ke
atas. Simpul berada di tepi luka.
8. Luka ditutup dengan kasa antibiotik, tutup dengan kasa steril direkatkan dengan hipafix.

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 15


13 : ISTIRAHAT

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 16


14 : LISAN 4 : RSK

Pasien dengan keluhan hidung tersumbat sebelah kanan sudah lama

1. Apa anamnesis tambahan


2. Apa pemeriksaan penunjang
3. Diagnosis
4. Bagaimana tatalaksana

1. 1. Sejak
2. Rasa dahak mengalir ke tenggorok
3. Gangguan penciuman
4.Nyeri wajah
5. Gangguan orbita : nyeri dan susah menggerakkan mata,pandangan ganda, gangguan
penglihatan
6. komplikasi intrakranial : nyeri kepala, mual muntah, kejang, penurunan kesadaran
2. Nasoendoscopy
Rongent SPN Waters
CT Scan SPN
Laboratorium
Rinomanometri
PNIF
3. Rhinosinusitis Maksila Sinistra
Septum Deviasi
Konka Bulosa Media Sinistra
Konka Inferior Hipertofi Dekstra
4. FESS
Septoplasti
Konkoplasty
Konkotomi

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 17


15 : OSCE 4 : PROSEDUR TRAKEOSTOMI

I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF


1. Nama
2. Diagnosis
3. Informed Choice & Informed Consent
4. Rencana Tindakan
5. Persiapan Sebelum Tindakan
6. Evaluasi ulang indikasi dan kontra indikasi operasi
II. PROSEDUR OPERASI
1. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk prosedur
Trakeostomi telah tersedia dan lengkap
2. Trakeotomi dapat dilakukan dengan anestesi lokal maupun umum.
3. Posisi penderita tidur telentang, kepala hiperektensi (punggung diganjal bantal).
4. Desinfeksi betadin daerah operasi dan sekitarnya, lapangan operasi dipersempit dengan
doek steril.
5. Infiltrasi lidokain epinefrin di daerah operasi untuk anestesi dan vasokonstriksi.
6. Insisi secara vertikal (atau horisontal) antara kartilago tiroid sampai batas atas
suprasternal, lapangan operasi diperlebar dengan retraktor.
7. Insisi di garis tengah dipisahkan (diperdalam) lapis demi lapis, hati-hati terhadap vena
jugularis anterior, arteri tiroidea ima, kelenjar tiroid (ismus tiroid dapat diklem dipotong
selanjutnya diligasi/kauter atau disisihkan ke atas atau ke bawah).
8. Identifikasi krikoid dan trakea dengan punksi percobaan (bila mengenai lumen trakea
ditandai udara masuk dalam spuit).
9. Trakea dikait di tempat punksi percobaan, selanjutnya dilakukan insisi trakea pada ring
kedua dan ketiga dari arah inferior ke superior.
10. Kanul trakea diinsersikan secara gentle dan dilakukan tes benang (bila kanul trakea
masuk dalam lumen trakea, maka benang akan bergerak dihembus oleh udara
pernapasan lewat kanul).
11. Kanul trakea difiksasi dengan meniup balon kanul, jahitan pada kulit leher, dan pita
leher.
12. Luka operasi yang terlalu lebar dapat dijahit secara longgar, terakhir ditutup dengan
kasa, anak kanul dipasang.
13. Operasi selesai.
III. PASCA OPERASI
1. Observasi pasase kanul, perdarahan, tekanan darah, suhu dan nadi secara teratur
2. Mencegah terjadinya dehidrasi
3. Pemberian antibiotik segera setelah operasi
4. Mencegah terjadinya komplikasi pasca operasi
IV. PERAWATAN PASCA TRAKEOSTOMI
1.Perawatan kanul
2.Perawatan komplikasi
3.Bila fiksasi menggunakan balon, maka balon dikempiskan dalam 24 jam.
4.Jahitan fiksasi kulit leher diangkat sebelum penderita dipulangkan atau pada hari ke-5.
5.Penderita diedukasi cara perawatan kanul dan anak kanul serta tindakan pertama bila
kanul buntu total atau salah posisi
6.Prosedur Dekanulasi

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 18


16 : ISTIRAHAT

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 19


17 (OKE) : OSCE 5 : PROSEDUR PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN

Pertanyaan :
Pasien 30 tahun datang ke poli klinik dengan keluhan pusing berputar

Lakukan Pemeriksaan Gans

I. PERSIAPAN PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN


• Informed Choice & Informed Consent
• Terangkan Rencana Tindakan
• Persiapan Sebelum Tindakan

II. PROSEDUR PEMERIKSAAN FUNGSI VESTIBULER


A. TEST ROMBERG
• Penderita diminta untuk untuk berdiri tegak dengan kedua kaki sejajar, lengan lurus
disamping dengan mata terbuka selama 30 detik
• Kemudian dengan mata tertutup selama 30 detik.
• Nilai gerakan dan arah jatuh badan penderita.
• Apabila penderita dapat melakukan test ini tanpa jatuh lanjutkan “Sharpened Romberg
Test”.
• Penderita berdiri dengan tumit salah satu kaki berada di depan ujung jari kaki yang lain

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 20


• Kedua lengan dilipat di depan dada selama 30 detik dengan mata terbuka dan dilanjutkan
dengan mata tertutup selama 30 detik.
• Nilai gerakan dan arah jatuhnya badan penderita

C. STEPPING TEST
• Gambar lingkaran dengan radius 0,5 m, 1 m, dan 1,5 m di lantai.
• Lingkaran ini dibagi dalam beberapa bagian dengan garis lurus yang melalui titik pusat
dengan sudut 30 derajat.
• Penderita diminta untuk berdiri tegak pada titik pusat lingkaran.
• Dengan mata ditutup, dan tangan direntangkan ke depan, penderita disuruh berjalan di
tempat sebanyak 50 langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa.
• Nilai hasil tes : Abnormal bila kedudukan akhir penderita beranjak lebih dari 1 meter dari
tempatnya semula, atau badan berputar lebih dari 30 derajat.

(Erwi, Ricko, Ferdy, Eko, Dewi, Elfianto, Elniza) 21

Anda mungkin juga menyukai