Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia memiliki banyak sekali tokoh-tokoh pahlawan. Pahlawan sendiri
merupakan sebutan yang secara khusus diberikan kepada orang-orang yang memiliki
peranan sangat penting dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia, serta
memberikan banyak dampak positip bagi keberlangsungan kehidupan berbangsa di
Indonesia. Pahlawan Nasional merupakan istilah yang sering digunakan untuk
merujuk pada seseorang yang bergelar pahlawan di Indonesia. Pahlawan Nasional
adalah gelar tertinggi di Indonesia1 .
157 pria dan 12 wanita telah diangkat sebagai pahlawan Nasional2. Pahlawan-
pahlawan tersebut berasal dari berbagai daerah mulai dari Aceh bagian barat sampai
Papua dibagian timur. Beberapa pahlawan Nasional yang sering kita dengar dan
mungkin dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia diantaranya ada Bung Tomo, Cut
Nyak Dhien, Pangeran Diponegoro, Kartini, Soekarno, Moh. Hatta,
Sisingamangaraja, Sudirman dan masih banyak yang lainnya. Sosok perempuan juga
cukup banyak muncul sebagai pahlawan nasional, seperti halnya Cut Nyak Dhien dari
Aceh, Kartini dari Jepara, Dewi Sartika dari Tasik Malaya. Nama-nama tersebut
hanya beberapa dari banyak yang mendapat gelar pahlawan. Namun dibalik nama-
nama besar tersebut banyak pula tokoh-tokoh yang memiliki peranan dalam
perjuangan pergerakan kemerdekaan indonesia khususnya didaerah-daerah yang
belum bergelar pahlawan, namun masyarakat sering menyebutnya dengan sebutan
pendekar. Seperti halnya pahlawan sebutan pendekar bukan hanya diperuntukan untuk
pria namun juga untuk wanita. Salah satunya pendekar wanita dari Banten Nyimas
Gumpara.
Nyimas Gumpara merupakan tokoh pendekar yang dikenal dalam perang
Cikande. Perang tersebut terjadi sekitar tahun 1829 hingga 1830 3. Perang tersebut
terjadi lantaran Nyimas Gumpara tak setuju dengan culturstelsel yang diterapkan oleh
kolonial belanda kepada penduduk pribumi diwilayah Maja Banten. Serangan yang
dilakukan Nyimas Gumpara membuat pihak Belanda kerepotan.
Kisah perjuangan ini kiranya mampu menjadi inspirasi bagi para perempuan Banten.
Namun kenyataannya hanya sedikit masyarakat Banten yang mengetahui kisah

1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009.
2
Wikipedia.com/Pahlawan
3
Merdeka.com/Nyimas-Gumpara-pendekar-banten
Nyimas Gumpara. Seperti yang dikemukakan oleh beberapa siswa di SMK PGRI 31
Legok yang mengikuti eskul tari tidak mengetahui siapa Nyimas Gumpara
(Wawancara 2 Mei 2017). Hal ini lah yang menginspirasi penulis dalam membuat
busana tari kali ini, yang digunakan untuk kostum tari Nyimas Gumpara dengan
tujuan untuk memperkenalkan pendekar wanita asal Banten Nyimas Gumpara.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Implementasi kisah keberanian dan kepemimpinan Nyimas gumpara
dalam berperang melawan Belanda kedalam konsep Busana Tari (Hiasan Kepala) ?
C. Tujuan
1. Untuk mengenalkan Nyimas Gumpara kepada masyarakat umum bahwa beliau
merupakan pendekar wanita banten yang mampu menjadi inspirasi karena mampu
melawan kolonial Belanda.
2. Untuk mengukur kemampuan penulis dalam membuat busana tari salah satunya
Hiasan kepala.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Busana (Hiasan Kepala)


Dalam pembuatan hiasan kepala kali ini konsep yang digunakan adalah
pendekar wanita. Konsep ini secara spesipik menggambarkan keberanian dan
kepemimpinan seorang pendekar wanita (Nyimas Gumpara) dalam berperang. Untuk
itu aksen yang coba dimunculkan adalah konsep anggun namun tetap terlihat
berkarakter. Konsep ini dipilih karena diharapkan mampu menjadi media dalam
memperkenalkan pendekar wanita dari Banten kepada masyarakat umum melalui
busana tari. Warna yang dipilih untuk pembuatan hiasan kepala kali ini yaitu dominasi
warna merah dan hitam. Warna merah dipilih sebagai gambaran keberanian dan hitam
sebagai sosok yang kuat dan berkarakter.
B. Ulasan Pembuatan Hiasan Kepala
1. Alat dan Bahan
- Gunting
- Jarum
- Benang

- Lem

- Tile motif
- Renda
- Suaroski

- Busa Ati
- Harnal
- Pensil Kaca
- Payet Piring
2. Proses Pembuatan
- Langkah pertama membuat pola
- Menggunting tile sesuai dengan pola yang sudah dibuat
- Menempelkan dan menjahit payet pada tile yang telah dipola
- Membuat pola tile pada busa ati
- Menggunting pola yang telah dibuat pada busa ati
- Menempelkan busa ati dengan pola tile yang telah dipayet menggunakan lem
- Memasang harnal dibagian belakang aksesoris menggunakan lem.
3. Hasil
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hiasan Kepala ini terdiri atas tiga bagian yaitu tengah dan kedua sisi. Hiasan kepala
ini terdiri atas warna merah dan hitam. Menggunakan beberapa alat dan bahan
diantaranya gunting, benang, jarum, lem, payet, renda, suaroski, busa ati, payet piring,
dan tile.

Anda mungkin juga menyukai