Anda di halaman 1dari 19

Nama Kepala Keluarga : Tn.

Alamat lengkap : Desa Bulusidokare RT 011 RW 002, Sidoarjo


Bentuk Keluarga : Extended Family

Pasien
No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Klinik Ket
dalam
keluarga (Y/T)
1 Tn. H Kepala L 65 th SD Swasta Y -
keluarga
2 Ny. M Istri
(Ayah pasien) P 63 th SD IRT Y -
(Ibu Pasien)
3 Tn.A Anak pertama L 44 th SD Swasta Y -

4 Tn.K Anak ke-2 L 42 th SMA Swasta Y Skizo

5 Ny. I Anak ke-3 P 31 th SLTP Swasta T -

Sumber : Keterangan Keluarga oleh Ny. M (Ibu Pasien)

1. Family Focused

Memberikan pemahaman kepada pasien beserta keluarga pasien


mengenai penyakit skizofrenia, dan gejala awal. Memberikan pemahaman
diharapkan pasien beserta keluarga dapat mengenali gejala awal dari
skizofrenia, selain itu agar keluarga tidak mengucilkan pasien.
1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan
kepada keluarga

- Memberikan penjelasan mengenai penyakit beserta pengobatan yang di


alami oleh pasien sehingga dapat mendukung ke arah kesembuhan pasien
- Memotivasi pasien dan keluarga pasien agar minum obat secara teratur
dan rajin kontrol ke dokter

- Memberikan penjelasan ke pasien dan keluarga pasien mengenai pola


hidup yang baik.
2. Rencana Edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga

- Memberikan penjelasan mengenai penyakit dan kondisi pasien serta


komplikasi yang mungkin muncul akibat penyakit pasien
- Memberikan pemahaman kepada pasien beserta keluarga pasien
mengenai penyakit skizofrenia. Dan memberikan pemahaman
diharapkan pasien beserta keluarga dapat mengenali gejala awal
dari skizofrenia.
BAB V

PATIENT MANAGEMENT

A. Patient Centered Management


1. Medikamentosa
a. Resperidon 2mg (2x1/2tab)
b. Trihexyphenydil 2mg (2x1/2 tab)
2. Non Medikamentosa

6 Dukungan Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kepercayaan diri pasien. Antara lain dengan cara :
A. Memberikan konseling serta memotivasi pasien dalam melakukan
pengobatan.
B. Memberikan edukasi kepada orang tua pasien agar dalam proses pengobatan
memberikan perhatian lebih kepada pasien dan harus sabar dalam menghadapi
pasien.
C. Jangan mengucilkan atau merendahkan diri pasien di depan orang
D. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.
E. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran dan
kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.
Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa, mengaji dan memohon hanya kepada
Tuhan YME. Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal yang
harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi kondisi sosial,
dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

7 Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem psikologis
antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang penyakitnya,
kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami akibat penyakitnya.
Menentramkan hati penderita dengan memberikan edukasi tentang penyakitnya
dan dapat terjadi remisi. Faktor yang paling penting adalah ketekunan dalam
menjalani pengobatan sesuai petunjuk dokter. Diharapkan pasien bisa berpikir
positif, tidak berprasangka buruk terhadap penyakitnya maupun keluarga dan
lingkungan sekitarnya, serta membangun semangat hidupnya sehingga bisa
mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

8 Penjelasan, Basic Conseling dan Pendidikan bagi Pasien


Memberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah tentang
gangguan jiwa. Perhatikan semua kebutuhan pasien termasuk berkomunikasi,
makan, minum, dan mandi. Perhatikan hal-hal yang menimbulkan rasa sedih
atau marah pasien, dan sebisa mungkin hindarkan pasien dari hal-hal tersebut,
motivasi dan latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya secara mandiri,
motivasi, latih, dan ajak pasien untuk mampu mengerjakan hal-hal yang
berguna (misalnya bersih-bersih rumah) dengan perlahan-lahan, dimulai
dengan lebih sering memujinya jika pasien melakukan hal berguna dengan
baik. Ajak pasien berbincang-bincang tentang hal-hal yang bersifat ringan dan
menarik bagi pasien seperti acara TV, sepak bola, dan lain-lain. Jangan terlalu
sering memarahi dan menasehati pasien, karena hal itu akan menjadikan pasien
merasa tertekan dan memperlambat proses rehabilitasinya, berikan obat sesuai
dengan dosis dan petunjuk dokter, awasi pasien dalam meminumnya, dan taati
jangka waktu pemakaian obat, perhatikan efek samping obat yang terlihat pada
pasien. Kontrol rutin ke dokter bila obat habis atau tampak efek samping obat
yang tidak biasa pada pasien, ataupun jika tidak tampak perkembangan yang
bermakna dalam kejiwaan pasien.
Pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan kesembuhannya
melalui program pengobatan dan rehabilitasi yang dianjurkan oleh dokter. Juga
harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita termasuk akibat
penyakitnya terhadap hubungan dengan keluarganya, pemberian konseling jika
dibutuhkan. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri
sendiri. Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri pasien
bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya. Selain itu juga
ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan dalam
jadwal kontrol, keteraturan minum obat.

9 Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri
Menimbulkan kembali rasa percaya diri dan tanggung jawab pada pasien
penderita skizofrenia diperlukan ketekunan dari keluarga dan petugas kesehatan
yang melakukan perawatan pada pasien. Keluarga dapat memberikan penjelasan
kepada pasien melalui komunikasi yang baik antar anggota keluarga. Penjelasan
berupa pentingnya memiliki keyakinan bahwa penderita dapat sembuh dan
melakukan aktifitas untuk dirinya sendiri. Keluarga dan petugas kesehatan tidak ragu
untuk memberikan tindakan langsung berupa perbaikan kondisi dan penampilan
pasien. Melatih pasien untuk kembali merawat diri. Melatih pasien meningkatkan
activity day living yang dimilikinya. Hal ini dititik beratkan lebih pada waktu dan
keinginan anggota keluarga dalam merawat pasien.

A. Prevensi Bebas Penyakit untuk Keluarga

Gangguan jiwa memang diturunkan. Jika ada seorang penderita


skizofrenia kawin dengan penderita skizofrenia juga, maka kemungkinan
anaknya mengalami gangguan jiwa skizofrenia juga akan semakin besar,
walaupun belum tentu seorang pasien skizofrenia lahir dari ayah ibu yang salah
satunya skizofrenia. Penelitian genetik tentang hal ini masih terus dilakukan
dan masih akan terus menghasilkan penemuan-penemuan yang hasilnya akan
dapat diketahui beberapa tahun kedepan. Prevensi bebas penyakit untuk
keluarga lainnya bisa berupa:
10 Pengobatan
Pengobatan ditujukan sebgai langkah pengobatan dini saat
gejala yang muncul dapat ditangani. Jadi, jika dalam suatu keluarga
dimana orang-orang terdekat memiliki gejala skizofrenia, segera bawa
ke dokter dan lakukan pengobatannya.
11 Obat-obatan
Dasar treatment yang dilakukan oleh penderita Skizofrenia
adalah dengan mengkonsumsi obat-obatan yang diajurkan oleh dokter.
Fungsi obat-obatan ini adalah agar dapat mengontrol gejala yang
muncul pada penderita. Pilihan obat juga disesuaikan dengan kebutuhan
penderita. Jika penderita adalah pribadi yang masih bisa diminta untuk
mengkonsumsi obat secara rutin, maka obat-obat seperti pil dan tablet
akan diberikan. Namun jika kondisi pasien sudah tidak dapat
mengorganisir obat yang dikonsumsi secara teratur, maka dokter akan
menyuntikan obat ketika pasien berkunjung. Bantuan keluarga juga
sangat dibutuhkan dalam hal ini.
12 Pelatihan Psikososial
Jika pengobatan medis sudah dilakukan, penderita juga perlu
ditunjang dengan terapi sosial. Guna terapi Skizofrenia ini adalah untuk
melatih penderita Skizofrenia agar tetap dapat hidup di dalam keluarga
dan masyarakat. Kenyataan jika Skizofrenia tidak memiliki penyebab
yang pasti membuat kita sulit melakukan tindakan pencegahan kepada
pasien. Jika penderita Skizofrenia adalah orang terdekat anda, cara
terbaik mencegah Skizofrenia agar tidak semakin parah adalah dengan
terus memberikan dorongan agar penderita memiliki semangat untuk
sembuh dari penyakitnya.
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Identifikasi Masalah


Tabel 6.1 Identifikasi Masalah

No. Teori Blum Masalah Keterangan

6. Prilaku A 1. Pasien tidak patuh minum obat


2. Pasien senang menyendiri
3. Pasien tertutup jika ada masalah,
4. Pasien jarang sholat.
5. Jarang bersosialisasi dengan tetangga dise
kitar rumah
7. Lingkungan B 1. Hubungan keluarga terjalin kurang baik.
2. Pasien dulu sering dibuly.
3.Gang sebelah rumah pasien ada
menderita seperti pasien
4. Belum terbentuknya komunitas dan
pemberdayaan skizofrenia
3. Genetik C Tidak ditemukan
4. Pelayanan D 1. Belum adanya kader terlatih yang berperan
Kesehatan untuk melakukan pendekatan Community
Mental Health Nursing (CMHN)
2. Belum adanya dana untuk melakukan
pelatihan para kader mengenai Community
Mental Health Nursing (CMHN)
3. Belum terbentuknya
komunitas Skizoprenia.
1. Faktor Keturunan / Genetik
Pada genogram Tn. S ditemukan tidak adanya faktor keturunan yang
mempengaruhi penyakit.
2. Faktor Lingkungan
Dari faktor fisik seperti lingkungan rumah, biologis, dan kultural, tidak
berhubungan dengan kejadian skizofrenia. Namun pada lingkungan sosial
seperti hubungan keluarga terjalin kurang baik, pasien dulu sering dibuly dan
gang sebelah rumah pasien ada menderita seperti pasien dapat mempengaruhi
kejadian penyakit skizofrenia.
3. Faktor Perilaku
Pasien tidak patuh minum obat, senang menyendiri, pasien tertutup jika
ada masalah, jarang sholat, dan jarang bersosialisasi dengan tetangga disekitar
rumah. Untuk masalah perilaku ini disarankan agar keluarga dan masyarakat
sekitar dapat melibatkan penderita dalam kegiatan – kegiatan sederhana, dan
keluarga dapat memeberikan perhatian lebih kepada pasien sehingga pasien merasa
di perhatikan. Selain itu melalui kader desa atau petugas kesehatan rutin
melakukan konseling kepada pasien, dan memotivasi pasien agar lebih terbuka dan
patuh dalam pengobatan.
4. Faktor Pelayanan Kesehatan
Belum maksimalnya peran kader desa dalam pelayanan kesehatan jiwa
sehingga diperlukan penyuluhan dari pihak kesehatan mengenai peran kader
dalam kesehatan jiwa. Namun, upaya yang dilakukan puskesmas dalam
pendampingan secara langsung terhadap keluarga maupun penderita sudah
cukup baik.

6.2 Prioritas Masalah (Tabel Scoring)

Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada kasus diatas dapat


9
menggunakan system scoring. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
penyelesaian masalah berdasarkan skala prioritasdari yang tertinggi sampai yang
terendah.

Tabel 6.2 Tabel Scoring

Tidak patu Kurang perhatian Belum terbentuknya komunitas


NO Parameter h minum o orang tua dan pemberdayaan skizofrenia
bat
1 Prevalence 5 3 4

2 Severity 4 2 4

3 Rate% 5 3 4
Increase
4 Degree of unmeet 5 5 5
Need
5 Social Benefit 5 5 4

6 Public Concern 4 3 4

7 Technical feasibility 5 2 2
Study
8 Resources Availability 5 4 3

Jumlah 38 27 26

4,75 3.375 3.25

10
6.3 Prioritas Penyelesaian Masalah

Tabel 6.3 Skala Prioritas Permasalahan Utama

No Kegiatan M I V C P (MxIxV/C)

Health Education kepada


penyakit Skizofrenia dan
1 4 3 4 4 12
kepatuhan minum obat

Pembentukan komunitas
2. 4 3 3 4 9
skizofrenia

Pemberdayaan penderita
3. skizofrenia 3 2 3 3 6

Keterangan :
P : Prioritas jalan keluar
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini dilaksan
akan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementation, kelanggengan selesainya masalah V
: Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah C :
Cost, biaya yang diperlukan

Berdasarkan hasil skoring ini maka diketahui bahwa kurangnya keteraturan


pasien meminum obat menjadi permasalahan utama, selain itu terdapat masalah pada
kurangnya keterbukaan dari pasien kepada anggota keluarga serta kurangnya
sosialisasi tentang penyakit pasien kepada masyarakat sekitar

11
6.4 Rencana Usulan Kegiatan Tabel
6.4 Rencana Usulan Kegiatan

Volume Tenaga Kebutuhan


No Kegiatan Sasaran Target Lokasi Jadwal
Kegiatan Pelaksana Pelaksanaan
1. pasien sadar bahwa
pasien sakit dan
memerlukan pengobatan.
Health - Ruangan
Penderita 2. keluarga pasien Tenaga 25 dan 31
Education 2x Rumah - Kursi
1 dan mengerti bahwa kesehatan Agustus
kepada pasien - pamflet
keluarga menyediakan waktu untuk Puskesmas. 2018
keluarga Tn.S
mendengarkan cerita
pasien, sangat membantu
dalam proses pengobatan
- Konsumsi
- Kepala - Ruangan
Ruang
Pembentukan desa 3 dan 8 - Kursi
Penderita 80% pada penderita pertemuan
2 komunitas 2x - Tenaga September - Buku
skizofrenia skizofrenia Puskesmas
skizofrenia kesehatan 2018 - Pulpen
Sedati

- Buku
Setiap - Pulpen
Kader
Pemberdayaan bulan - Alat lukis
Penderita Penderita bisa melatih diri Setiap Tenaga ahli di
3 penderita Balai desa pada - Alat
skizofrenia bekerja secara mandiri Bulan bidang seni,
skizofrenia minggu menjahit
penjahit,
pertama - Alat musik

45
6.5 Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Tabel 6.5 Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Volume Rincian Tenaga Kebutuhan


No Kegiatan Sasaran Target Lokasi Jadwal
Kegiatan Kegiatan Pelaksana Pelaksanaan
1.Pasien sadar
bahwa pasien sakit
dan memerlukan
pengobatan
Health Menginformasikan kepada
Penderita 2.Keluarga pasien
Education mengerti bahwa 2x keluarga pasien Tn. S, bahwa Tenaga 25 dan 31 - Data
dan Rumah Tn.
1 kepada menyediakan waktu akan mengunjungi rumah pasien kesehatan Agustus - Pulpen
keluarga S - Buku
keluarga dan memberikan informasi yang Jiwa 2018
Skizofrenia untuk
Tn.S mendengarkan mengenai penyakit pasien.
cerita pasien sangat
membantu dalam
proses pengobatan.

1. Pasien memiliki 1. Memiliki petugas kesehatan


kegiatan yang jiwa dan kader.
produktif 2. Memberitahukan kepada
Pasien semua keluarga pasien - Konsumsi
2. Pasien dapat
Skizofrenia Skizofrenia yang ada di wilayah - Ruangan
termotivasi dan Ruang Tenaga
Pembentukan yang ada di kerja Puskesmas Sedati untuk 3- 15 - Laptop
meningkatkan pertemuan kesehatan
2 Komunitas wilayah 2x mengikutkan setiap pasien September - Mic
kepercayaan diri Puskemas jiwa dan - LCD
Skizofrenia kerja Skizofrenia dalam komunitas 2018
pasien beraktualisasi Sedati kader - Kursi
puskesmas yang dibentuk.
diri dan
Sedati 3. Melaksanakan kegiatan pada
pengembangan
potensi diri yang hari yang telah disepakati
dimiliki. bersama.

46
Keluarga
Evaluasi 100% dari jumlah Setiap Pemberian kuesioner ke keluarga
3 penderita Balai de
Kegiatan sasaran bulan pasien.
Skizofrenia

A. Kesimpulan

1. Segi Psikologis :
- Tn. S, 23 tahun menderita skizofrenia paranoid remisi tidak sempurna +
Ketidah-patuhan terhadap pengobatan.
- Pasien pendiam jika ada masalah, tidak mau bercerita ke orang tuanya.
2. Segi Sosial :
- Penderita merasa komunikasi dan perhatian orang tuanya ke pasien masih
kurang
- Penderita dulu sering dibuly dan sebelah gang rumah pasien ada menderita
gangguan jiwa juga.
3. Segi fisik :
- Secara fisik lingkungan rumah pasien dapat menerima kondisi pasien dan
mendukung proses pengobatan pasien.
4. Segi Pelayanan Kesehatan
- Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskemas sudah baik. Namun
dalam kasus Tn. S, kesadaran untuk melakukan pengobatan secara
menyeluruh masih kurang, karena Tn. S merasa sudah tidak sakit.
7.2 Saran

Untuk masalah medis (Skizofrenia) berulang dilakukan langkah-langkah :


a. Preventif :
Penderita diminta untuk menghindari stress dan menceritakan tentang
perasaannya dan permasalahan yang dihadapi.
b. Promotif :

48
Edukasi mengenai penyakit skizofrenia sehingga masyarakat mengerti
dan paham mengenai skizofrenia, sehingga masyarakat dapat

49
menghindari faktor yang menjadi penyebab skizofrenia dan apabila ada
keluarga yang menderita penyakit tersebut, anggota keluarga dan
masyarakat dapat berpartisipasi dalam mendukung proses pengobatan.

c. Kuratif:
Medikamentosa dan non medikamentosa, penderita harus memahami
pentingnya minum obat dan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan secara
teratur, Perlu diadakan terapi kelompok bagi penderita skizofrenia.

50
DAFTAR PUSTAKA

Davidson, G.C. 2010.Psikologi Abnormal. Jakarta: Rajagrafindo Permai.

Amerika Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorder Edition “DSM 5”. American Psychiatric Publishing. Washinton DC.

Gunarsa, S. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT Gunung Mulia.


Jakarta

Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya: Airlangga. Maslim,

Rusdi. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari P
PDGJ-III. Jakarta: Editorial Board PPDGJ

51
LAMPIRAN

52
53

Anda mungkin juga menyukai