Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Denpasar yang saat ini berkembang pesat dalam hal kependudukan tentunya harus ditata secara
merata dengan alasan agar kelangsungan hidup dikota dapat terjaga dengan baik. penataan dapat
dilakukan dengan mentaati rencana tata ruang yang berlaku di kota Denpasar padatnya penduduk
tentu akan berimbas kepada kota itu sendiri. Berbagai masalahpun muncul dalam lingkungan
perkotaan yang mengakibatkan masyarakatnya kurang nyaman dana man tinggal di kota. salah
satu permasalahan yang sering terjadi ialah peralihan fungsi lahan hijau menjadi lahan pemukiman.

Di kawasan desa pakraman Denon tepatnya di jalan Tukad balian terdapat hamparan hijau
sawah yang membentang dari utara ke selatan, dalam tata ruang kota Denpasar area tersebut
termasuk ke dalam kawasan lahan terbuka hijau, namun kenyataan yang terjadi dilapangan mulai
melenceng dari tata ruang yang sesungguhnya.banyak bangunan yang sudah berdiri di kawasan
ini.lahan pertanian yang dimiliki oleh masing masing individu masyarakat kini banyak yag beralih
fungsi menjadi fasilitas tempat tinggal masyarakat pendatang. Lahan pertanian yang mereka miliki
kini telah dirubah menjadi bangunan oleh mereka sendiri. Minat masyarakat terhadap pertanian
dinilai sudah menurun dengan terjadinya fenomena tersebut.

Beberapa kondisi diduga menjadi penyebab turunnnya minat penduduk menjadikan bidang
pertanian sebagai lapangan pekerjaan utama. Diantaranya adalah semakin sempitnya kepemilikan
lahan usahatani sehingga tidak cukup untuk menjamin kebutuhan hidup keluarga. Semakin
sempitnya kepemilikan lahan usahatani ini disebabkan semakin maraknya alih fungsi lahan. Selain
itu sejalan dengan kemajuan teknologi, industri juga berkembang pesat dan mampu menarik
tenaga kerja muda. Generasi muda lebih menyukai bekerja di sektor industri yang dianggap
“bersih” dibandingkan bekerja di sektor pertanian yang masih dianggap sebagai bidang pekerjaan
yang “kotor”. Walaupun pendapatan yang diterima di bidang industri tidak lebih baik daripada
hasil usahatani, jaminan upah yang kontinyu juga menjadi daya tarik bagi generasi muda untuk
bekerja di sektor industri dibanding di sektor pertanian yang hasilnya bersifat musiman.

Alih fungsi lahan yang berkembang pesat di kota-kota besar menyebabkan hilangnya sawah-
sawah produktif. Hal ini menyebabkan generasi muda yang tinggal di perkotaan tidak mengenal
sawah yang berdampak pada kurangnya penghargaan pada makanan yang setiap hari dikonsumsi
dan petani yang menghasilkannya. Memperhatikan fenomena di atas, maka perlu dicari upaya
untuk mengenalkan generasi muda pada pertanian agar berminat pada pertanian

Salah satu solusi yang dapat diterapkan ialah menerapkan konsep pertatian berbasis agro
wisata . Dengan menerapkan hal tersebut maka masyarakat akan tetap diperbolehkan mengelola
lahannya sendiri namun akan tetap di dampingi oleh lembaga kepemerintahan. tanpa merugikan
salah satu pihak,baik itu masyarakat sebagai pemilik lahan maupun pemerintah yang menetapkan
RTRW kawasan,. dengan menambahkan berbagai program kegiatan tentu akan menarik minat
masyarakat untuk mempelajari lebih dalam tentang hal hal yang berkaitan dengan pertnian.

1.2 .RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang melandasi dasar pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. (What) Apa saja permasalahan yang mendasari penelitian ini?
2. (Who) Siapa saja yang diuntungkan dengan adanya agro wisata di lingkungan kota?
3. (Why) Kenapa diperlukan pembuatan agro wisata di lingkungan kota?
4. (When) Kapan alih fungsi lahan mulai terjadi di kawasan renon?
5. (Where) Dimana focus site yang akan dibuatkan suatu agro wisata kota?
6. (How) Bagaimana solusi yang akan dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan terkait
alih fungsi lahan tanpa merugikan semua pihak?
1.3. TUJUAN
1. mengetahui lebih mendalam pentingnya RTH dalam ruang lingkup perkotaan
2. mencari inofasi desain untuk mengambangkan kawasan sawah sebagai RTH untuk
kegiatan publik
3. mengubah pandangan negative masyarakat tentang usaha tani.
4. mempertahankan kawasan hijau kota khususnya lahan pertanian.

2.1 Definisi Agrowisata

Agrowisata merupakan rangkaian kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi pertanian


sebagai obyek wisata, baik potensial berupa pemandangan alam kawasan pertaniannya maupun
kekhasan dan keanekaragaman aktivitas produksi dan teknologi pertanian serta budaya masyarakat
petaninya. Kegiatan agrowisata bertujuan untuk memperluas wawasan pengetahuan, pengalaman
rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, perikanan dan peternakan. Di samping itu yang termasuk dalam agro wisata adalah
perhutanan dan sumber daya pertanian. Perpaduan antara keindahan alam, kehidupan masyarakat
pedesaan dan potensi pertanian apabila dikelola dengan baik dapat mengembangkan daya tarik
wisata. Dengan berkembangnya agrowisata di satu daerah tujuan wisata akan memberikan manfaat
untuk peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintahan dengan kata lain bahwa fungsi
pariwisata dapat dilakukan dengan fungsi budidaya pertanian dan pemukiman pedesaan dan
sekaligus fungsi konservasi (Gumelar S. Sastrayuda, 2010).
Menurut Pusat Data dan Informasi (2005), agrowisata dapat dikelompokan ke dalam wisata
ekologi (ecoutourism), yaitu kegiatan perjalanan wisata dengan tidak merusak atau mencemari
alam dengan tujuan untuk mengagumi dan menikmati keindahan alam, hewan atau tumbuhan liar
di lingkungan alaminya serta sebagai sarana pendidikan (Rima Windasari, 2006).

2.2 Prinsip-Prinsip Agrowisata

Ekowisata dan agrowisata pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Menurut Wood (2000)
dalam Pitana (2002), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk mengembangkan
agrowisata, diantaranya sebagai berikut :
a. Menekan serendah-rendahnya dampak negatif terhadap alam dan kebudayaan yang dapat
merusak daerah tujuan wisata.

b. Memberikan pembelajaran kepada pengunjung mengenai pentingnya suatu pelestarian.

c. Menekan pentingnya bisnis yang bertanggungjawab yang bekerjasama dengan unsur


pemerintahan dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan penduduk lokal dan memberikan
manfaat pada usaha pelestarian.

d. Mengarahkan keuntungan ekonomi secara langsung untuk tujuan pelestarian, manajemen


sumberdaya alam dan kawasan yang dilindungi.

e. Memberikan penekanan pada kebutuhan zona pariwisata regional dan penataan serta
pengelolaan tanaman-tanaman untuk tujuan wisata di kawasan-kawasan yang ditetapkan untuk
tujuan wisata tersebut.

f. Memberikan penekanan pada kegunaan studi-studi berbasiskan lingkungan dan sosial, dan
program-program jangka panjang, untuk mengevaluasi dan menekan serendah-rendahnya dampak
pariwisata terhadap lingkungan.

g. Mendorong usaha peningkatan manfaat ekonomi untuk Negara, pebisnis dan masyarakat lokal,
terutama penduduk yang tinggal di wilayah kawasan yang dilindungi.

h. Berusaha untuk menyakini bahwa perkembangan tidak melampaui batas-batas sosial dan
lingkungan yang diterima seperti yang ditetapkan para peneliti yang telah bekerjasama dengan
penduduk lokal.

i. Mempercayakan pemanfataan sumber energi, melindungi tumbuh-tumbuhan dan binatang liar,


dan menyesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya.
2.3 Kriteria Agrowisata

Menurut Bappenas (2004) kriteria kawasan agrowisata sebagai berikut :


a. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, hortikultura, perikanan
maupun peternakan, misalnya :

(i) Subsistem usaha pertanian primer (on farm) yang diantara lain terdiri dari pertanian
tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan.

(ii) Subsistem industri pertanian yang antara lain terdiri industri pengolahan, kerajinan,
pengemasan dan pemasaran baik lokal maupun ekspor.

(iii) Subsistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya dukung kawasan baik
terhadap industri dan layanan wisata maupun sektor agro, misalnya transportasi dan akomodasi,
penelitian dan pengembangan, perbankan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi dan infrastruktur.

b. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan
keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi, antara lain kegiatan pertanian yang mendorong
tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya
sektor pertanian.

c. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan kegiatan
pariwisata dalam kesatuan kawasan, antara lain berbagai kegiatan dan produk wisata yang
dikembangkan secara berkelanjutan.

Selanjutnya agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi/pola, yaitu alami
dan buatan, yang dapat dirinci sebagai berikut:

a) Agrowisata Ruang Terbuka Alami Objek agrowisata ruangan terbuka alami ini berada pada
areal di mana kegiatan tersebut dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan
kehidupan keseharian mereka. Masyarakat melakukan kegiatannya sesuai dengan apa yang biasa
mereka lakukan tanpa ada pengaturan dari pihak lain. Untuk

memberikan tambahan kenikmatan kepada wisatawan, atraksi-atraksi spesifik yang dilakukan oleh
masyarakat dapat lebih ditonjolkan, namun tetap menjaga nilai estetika alaminya. Sementara
fasilitas pendukung untuk kenyamanan wisatawan tetap disediakan sejauh tidak bertentangan
dengan kultur dan estetika asli yang ada, seperti sarana transportasi, tempat berteduh, sanitasi, dan
keamanan
dari binatang buas. Contoh agrowisata terbuka alami adalah kawasan Suku Baduy di Pandeglang
dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di Jawa Timur; Bali dengan teknologi
subaknya; dan Papua dengan berbagai pola atraksi
pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.

b) Agrowisata Ruang Terbuka Buatan Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat
didesain pada kawasan- kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh
masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan
komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula
teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, sehingga menghasilkan
agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak

mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu
badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki
teknologi yang diterapkan.
BAB III
ANALISA KONDISI EKSISTING

A. Kondisi Eksisting Tukad Balian Renon,Denpasar


1. Analisa Tata Guna Lahan

Daerah Tukad Balian Renon,Denpasar Bali ini memiliki beberapa kawasan, diantaranya :
1. Tukad balian Renon ,memiliki ruang hijau terbuka didalam kota Denpasar dengan luasan ( )
2. Adanya kawasan pemukiman warga dengan dikelilingi kawasan ruang tata hijau
3. Adanya bangunan Pendidikan yaitu STIKES BALI dan bangunan perkantoran lainnya.
4. Adanya Kawasan perdagangan pada dipinggiran jalan dengan adanya beberapa took-toko,
warung, dan supermarket.
Adanya permasalah pada Kawasan sekitar yang timbulnya permukiman tanpa ijin didalam
Kawasan RTH (ruang tata hijau) :
Foto Survey Kondisi Eksisting Tukad Balian Renon,Denpasar :
Permasalahan yang terjadi banyaknya bangunan yang melanggar kawasan rth sebagai ruang
terbuka. Aling fungsi lahan banyak ditemui di lokasi padahal secara hokum jelas tidak
diperbolehkan.
BAB IV
PEMBAHASAN DAN REKOMENDASI
Lokasi site berada di jalan Tukad balian, Renon. Memiliki Potensi dan permasalahan
sebagai berikut
a. Potensi
1. Kawasan pertanian ini menajdi salah satu kawasan yang menyumbang ruang hijau terbanyak
di kota Denpasar.
2. Memiliki lokasi yang strategis sehingga mudah diakses oleh masyarakat Denpasar.
3. Memiliki view hamparan sawah yang masih luas.
4. Merupakan salah satu penopang perekonomian masyarakat di renon

b. Permasalahannya
Dengan adanya beberapa Potensi diatas maka timbulah beberapa permasalahan yaitu :
1. Alih fungsi lahan kerap terjadi di kawasan ini, menyebabkan ketidak merataan pembangunan.
Sehingga dianggap minat masyarakat terhadap pertanian masih minim.
2. Kurangnya program pemerintah terhadap kawasan RTH yang dimiliki oleh masyarakat
3. Terdapat beberapa kendaraan yang parkir di bantaran sungai.
4. Terdapat pemukiman kumuh yang berdiri seadaanya.
5. Terjadinya perubahan pada RTRW kota Denpasar sehingga garis RTH diperkecil. Ini
menunjukan hokum yang mengatur tentang RTH di Denpasar Masih lemah.

c. Rekomendasi
Sebagai solusi dari permasalahan yang terjadi maka dirancanglah suatu fasilitas penunjang
kawasan pertanian yang berbasis Agro wisata. Solusi mempertahankan lahan milik masyarakat
sebagai RTH kota Denpasar.
Untuk memaksimalkan fungsi agro wisata, Maka direncanakan Zoning yang membagi aktifitas
yang terjadi di dalamnya.
1. Zoning

Untuk memaksimalkan fungsi kawasan yang akan difungsikan sebagai Agro wisata Kota. Maka
fasilitas yang disediakan ialah sebagai berikut:
1. Area Parkir
2. Area Rumah pohon.
3. Area bangunan penunjang
4. Area rekreasi keluarga / komunitas
5. Area edukasi Pertanian
6. Pasar Tumbuh
7. Pertanian Hidroponic
8. Area ternak sapi
9. Area pertanian Utama
a. Hasil Montase Rekomendasi

Gambar 4.2 Montase beberapa gazebo di Tukad Pancing


Sumber : Kelompok 2

Pada area ini guna menarik pandangan masyarakat untuk mengunjungi Agro Wisata ini maka
dibuatkan suatu hal yang menarik berupa rumah pohon yang posisinya berada di pinggir jalan
Tukad Balian. area yang memiliki banyak Pohon ini menjadi pertimbangan membuat fasilitas
rumah pohon ini. selain itu terdapat pula fasilitas permainan Flaying Fox yang memanfaatkan
rumah pohon ini sebagai landasannya.

b. Zona Rekreasi dan penunjang

Guna melengapi fasilitas untuk pengunjung maka dibuatkan suatu area rekreasi tempat mereka
menikmati haparan sawah, dengan berkumpul antar sesame komunitas atau Keluarga. Selain itu
ditambahkan suatu fasilitas berupa Agro Resto untuk melengkapi fasilitas penunjang ini.
b. Zona edukasi, dan Pertanian Hidroponic

Fasilitas edukasi ini nantinya akan ditargetkan kepada pengunjung dengan jumblah banyak
yang ingin belajar mengenai pertanan. Biasanya berasal dari kaum pelajar sd,smp atau sma, guna
menambah wawasan mereka tentang pertanian sehingga menjadi suatu generasi muda yang lebih
bisa menghargai pangan dan petani sebagai penghasilnya sehingga mampu melestarikan
keberadaan sawah.
Lalu terdapat suatu area Hidroponic dimana area ini akan difungsikan untuk memperkenalkan
suatu konsep pertanian Praktis yang dapat dilakukan di kota.

V. KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas maka diperi oleh suatu kesimpulan yang menyatakan bahwa
pelestarian terhadap lahan pertanian kota sangat penting dilakukan karena merupakan suatu lahan
produktif yang menghasilkan kebutuhan pangan masyarakatnya. Indonesia yang merupakan
negara agraris tentu diwajibkan menjaga lahan pertanian yang ia miliki guna menjaga identitas
suatu negara.

Alih fungsi lahan yang marak terjadi di lapangan harus disikapi dengan baik oleh pemerintah tidak
hanya dengan plank peringatan melainkan melalui tindakan nyata. Agro wisata dirasa sudah tepat
untuk menyiasati alih fungsi lahan tersebut karena tidak merugikan salah satu pihak baik pemilik
lahan maupun pemerintah. Selain itu dari adanya agrowisata ini diharapkan kaum muda tidak
memandang profesi petani sebagai profesi yang kurang layak.

Strategi yang akan dilakukan guna mensukseskan rancangan ini sehingga mampu diterima oleh
masyarakat ialah dengan melakukan penyuluhan terhadap masyarakat terlebih dahulu agar tidak
menimbulkan penyimpangan hak milik terhadap lahan yang mereka punya.

Anda mungkin juga menyukai