Anda di halaman 1dari 4

SENGKETA PEMILU SAJA

I. Pemilihan Umum

Pemilihan umum adalah salah satu cara untuk memilih wakil-wakil rakyat yang sekaligus
merupakan perwujudan dari negara demokrasi atau suatu cara untuk menyalurkan aspirasi atau
kehendak rakyat. Dalam UU RI No. 12 tahun 2003 tentang pemilu anggota DPR, DPP dan
DPRD pasal 1 berbunyi “Pemilihan umum yang selanjutnya disebut pemilu adalah sarana
kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.” Dan UU NO. 23 tahun 2003 mengatur pemilu untuk presiden dan wakil presiden
negara RI yang dipilih langsung oleh rakyat. Pemilu merupakan syarat mutlak bagi negara
demokrasi untuk melaksanakan kedaulatan rakyat karena dengan banyaknya jumlah penduduk
demi seorang dalam menentukan jalannya pemerintahan oleh sebab itu kedaulatan rakyat
dilaksanakan dengan cara perwakilan.

II. Tujuan Pemilu


a. Untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD kabupaten / kota
b. Melaksanakan demokrasi Pancasila
c. Untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
d. Untuk mempertahankan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
e. Melaksanakan hak politik warga negara Indonesia
f. Menjamin kesinambungan pembangunan
g. Memungkinkan terjadinya peralihan pemerintahan secara aman dan tertib
h. Untuk melaksanakan kedaulatan rakyat dalam Negara
Ada beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran dilaksanakan pemilu di Indonesia,
diantaranya adalah :

a. Sebagai sarana untuk dapat melaksanakan reformasi dalam berbagai bidang


kehidupan, khususnya reformasi dalam bidang politik
b. Membentuk lembaga permusyawarah / perwakilan rakyat agar dapat berpartisipasi
dalam pemerintahan
c. Melaksanakan asas kedaulatan rakyat sesuai sila keempat Pancasila yaitu
kerakyatan yang dimpimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
dan perwakilan
d. Melaksanakan hak politik warga negara Indonesia

III. Dasar Hukum Pemilu

Dasar hukum pemilihan umum adalah


a. Pancasila
b. Undang-Undang Dasar 1945
c. Ketetapan MPR tentang GBHN
d. Ketetapan MPR tentang Pemilu
e. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2002 tentang partai politik
f. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2003 tentang pemilu

Landasan pemilu di Indonesia meliputi :


1. Landasan Idiil pemilu adalah Pancasila
2. Landasan konstitusional adalah Undang-Undang Dasar 1945
3. Landasan Operasional adalah
a. Ketetapan MPR NO. III / MPR / 1998
b. UU No. 31 tahun 2002 tentang partai politik
c. UU No. 12 tahun 2003 tentang pemilu

IV. Pelanggaran Pemilu

Pelanggaran pemilu adalah semua tindakan yang menurut Undang-undang pemilu


telah keluar dari apa yang telah digariskan oleh Undang-undang tersebut Pelanggaran Pemilu
adalah pelanggaran-pelanggaran terhadap Undang-undang Pemilu yang dapat
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) :
1. Pelanggaran pidana adalah tindakan-tindakan yang menurut Undang-undang Pemilu
ditetapkan sebagai tindakan kriminal dan berakibat pada hukuman penjara dan/atau
denda.
2. Pelanggaran Administratif adalah pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan dan
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang Pemilu dan tidak didefinisikan
sebagai tindakan kriminal dan tidak berkaitan dengan hukuman dan/atau denda.
Konsekwensi dari pelanggaran Administratif adalah tidak diikutsertakannya DPR,
DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota sebagai peserta Pemilu. Pelanggaran
Pemilu diselesaikan oleh Panwaslu atau KPU sebagai penyelenggara Pemilu.

V. Sengketa Pemilu

Sengketa Pemilu adalah sengketa yang terjadi antarpeserta Pemilu dan sengketa Peserta
Pemilu dengan penyelenggara Pemilu sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, KPU
Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. (Pasal 257 UU 8/2012)

Sengketa tata usaha negara Pemilu adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha
negara Pemilu antara calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, atau
partai politik calon Peserta Pemilu dengan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota
sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota. (kasus
verifikasi parpol dan penetapan DCT) Pasal 268 UU 8/2012

Hasil pemilihan umum berupa penetapan final hasil penghitingan suara yang di ikuti oleh
pembagian kursi yand di perabutkan, yang di umumkan secara resmi oleh lembaga
penyelenggara pemilhan umum serng kali tidak memuaskan peserta pemilihan umum yang tidak
berhasil tampil sebagai pemenang. Sengketa Pemilu adalah perselisihan antara dua pihak atau
lebih karena adanya perbedaan penafsiran antar pihak atau suatu ketidaksepakatan tertentu yang
berhubungan dengan fakta kegiatan atau peristiwa hukum atau kebijakan, dimana suatu
pengakuan atau pendapat dari salah satu pihak mendapat penolakan, pengakuan yang berbeda,
penghindaran dari pihak yang lain, yang terjadi dalam penyelenggaraan Pemilu.
Ada beberapa pihak yang ikut terlibat dalam sangketa Pemilu, yaitu :
a. Penyelenggara Pemilu.
b. Partai politik peserta Pemilu, yaitu Dewan Pimpinan Tingkat Nasional, Dewan
Pimpinan Tingkat Propinsi, Dewan Pimpinan Tingkat Kab/Kota, dst.
c. Peserta Pemilu perseorangan untuk pemilihan anggota DPD.
d. Anggota dan/atau pengurus partai politik peserta Pemilu.
e. Warga Negara yang memiliki hak pilih.
f. Pemantau Pemilu.
Proses penyelesaian sengketa pemilu di Panitia Pengawas Pemilu adalah sebagai
berikut:
a. Penetapan berkas laporan sebagai sengketa Pemilu oleh Panitia Pengawas
Penerima Laporan.
b. Penyerahan berkas laporan sengketa pemilu oleh Pengawas Pemilu penerima
laporan kepada Pengawas Pemilu yang berwenang.
c. Pengkajian dan pemeriksaan berkas laporan tentang sengketa pemilu oleh
Pengawas Pemilu yang berwenang.
d. Pemanggilan pihak-pihak yang bersengketa oleh Pengawas Pemilu yang
berwenang.

Anda mungkin juga menyukai