PENDAHULUAN
1
debu akan termuati oleh muatan negatif akibatnya debu-debu yang keluar dari
hasil pembakaran tertarik atau terikat pada pelat-pelat yang bermuatan positif
dan gas bersih bergerak menuju cerobong asap.
Berdasarkan pemaparan diatas, diperlukan perencanaan ESP yang
meliputi perencanaan hood, ducting, cerobong, electrical, BOQ, dan RAB yang
sesuai agar efesiensi rencana awal tercapai dan limbah yang keluar memenuhi
baku mutu.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui karakteristik partikulat pada industri semen.
2. Mendesain Electrostatic Precipitator, hood, duct, dan cerobong pada
industri semen.
3. Menyusun BOQ dan RAB pada perencanaan Electrostatic Precipitator.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
dan mengendalikan rangkaian tegangan tinggi dan beroperasi pada prinsip
dasar bahwa berlawanan tegangan. Dengan pengisian partikel (atau partikulat)
dari debu atau abu dengan muatan listrik negatif, maka kemudian tertarik ke
collecting plate bermuatan positif. (Muttaqim, luthfi dkk. 2015).
2.3.1 Casing
2.3.2 Hopper
4
Hopper terbuat dari bahan yang sama dengan casing. Hopper
berbentuk seperti piramida yang terbalik dan terpasang pada sisi bawah
ESP. Hopper berfungsi sebagai tempat berkumpulnya abu fly ash yang
dijatuhkan dari Collecting electrode dan discharge electrode. Abu hanya
sementara berada di dalam hopper, karena selanjutnya abu akan
dipindahkan menggunakan sebuah sistem transport khusus ke tempat
penampungan yang lebih besar. Namun, hopper ini didesain untuk mampu
menyimpan abu sedikit lebih lama apabila terjadi kerusakan pada sistem
transport fly ash yang ada di bawahnya.
5
Alat yang berfungsi untuk menyuplai energi listrik ke sistem
ESP disebut dengan transformer rectifier. Sumber energi listrik berasal
dari listrik AC bertegangan 380 Volt, yang ditingkatkan menjadi 55.000
sampai 75.000 Volt sebelum diubah menjadi tegangan DC negatif yang
akan dihubungkan dengan discharge electrode. Karena secara elektris ESP
merupakan beban kapasitif, maka sumber tegangannya didesain untuk
menahan beban kapasitif tersebut. Selain itu, sumber tegangan ini didesain
harus tahan terhadap gangguan arus yang terjadi akibat adanya loncatan
listrik (sparking) dari abu fly ash.
6
di manfaatkan untuk menangkap debu hasil pembakaran boiler yang di
lewatkan melalui ESP. Debu yang di lewatkan ke dalam medan listrik
tersebut akan menabrak elektron yang berkeliaran menyebabkan molekul
gas kehilangan elektron dan menjadi molekul bermuatan positif saja.
Begitu seterusnya sehingga semakin banyak elektron bebas. Karena satu
elektron menabrak satu molekul gas dan menghasilkan dua elektron,
begitu seterusnya. Proses multiplikasi elektron ini dinamakan Avalance
Multiplication. (septianda, rizky. 2016)
7
2.4.2 Particle Collecting (Pengumpulan partikel)
8
2.5.1 Charging
9
digunakan adalah dengan cara memukul bagian Collecting electrode
dengan sebuah sistem mekanis. Sistem rapper mekanis ini terdiri dari
sebuah hammer, motor penggerak, serta sistem gearbox sederhana yang
dapat mengatur gerakan memukul agar terjadi secara periodik. Sistem
rapper tidak hanya terpasang pada sisi collecting electrode , pada
Discharge electrode juga terdapat sistem rapper. Hal ini karena ada
sebagian kecil dari abu yang akan bermuatan positif karena terisi oleh
Collecting electrode yang bermuatan positif. Abu yang rontok dari
Collecting electrode akan jatuh dan terkumpul di Hopper yang terletak di
bawah sistem Collecting electrode dan discharge electrode. Hopper ini
harus didesain dengan baik agar abu yang sudah terkumpul tidak masuk
kembali ke dalam kompartemen ESP. Selanjutnya dengan menggunakan
tekanan, kumpulan abu tersebut dipindahkan melewati pipa-pipa ke tempat
penampungan yang lebih besar.
10
Oleh karena lepasnya elektron dan ion, maka apabila sekitarnya terdapat medan
listrik, maka elektron-elektron bebas ini mengalami gaya yang mempercepat
geraknya, sehingga terjadilah tabrakan dengan molekul lain. Akibatnya adalah
timbulnya ion-ion dan elektron-elektron baru. Proses ini berjalan terus-
menerus dan jumlah elektron dan ion bebas menjadi berlipat ganda bila
gradient tegangan cukup besar, peristiwa ini disebut korona 1. Tegangan
korona merupakan tegangan yang dibutuhkan untuk membangkitkan kuat
medan korona. Pada alat ini, apabila tegangan korona semakin besar maka
kemampuan alat untuk menangkap polusi udara akan semakin baik. Jadi,
tegangan korona sangatlah dibutuhkan dalam proses kerja alat.
Vc = Ec x r x ln 𝑟2 𝑟1 …………………………………………………2.2
Dimana :
2.7.1 Dioda
11
lainnya disebut katoda. Biasanya terdapat sebuah cincin di badan dioda
yang mengindikasikan terminal mana yang merukapan katoda. Ketika
sebuah diode disambungkan dimana kaki anodanya disambungkan ke
kutub positip baterai, kita mengatakan bahwa dioda diberikan bias maju.
Sebuah dioda hanya akan menghantarkan arus listrik apabila diberi bias
maju. Ketika sebuah dioda disambungkan dengan polaritas yang
sebaliknya, dimana kaki katodanya disambungkan ke kutub positif, kita
mengatakan bahwa dioda diberikan bias mundur. Sebuah diode tidak
akan menghantarkan arus listrik apabila diberi bias mundur.
2.7.2 Inverter
12
2.7.4 Transformator
2.7.5 Kapasitor
2.7.6 Transistor
13
Semen adalah serbuk atau tepung yang terbuat dari kapur dan material
lainnya yang dipakai untuk membuat beton, merekatkan batu bata ataupun
membuat tembok (KBBI, 2008). Istilah semen berasal dari bahasa Latin, yaitu
caementum yang artinya bahan perekat.
Semen sudah dikenal pada zaman Mesir kuno pada abad ke 5. Pada saat
itu semen dibuat dari kalsinasi atau pembakaran batu kapur yang digunakan
untuk membangun piramida dan bangunan besar lainnya. Sedangkan bangsa
Romawi dan Yunani kuno membuat semen menggunakan slag vulkanik yang
berasal dari gunung berapi. Slag vulkanik dicampur dengan kapur gamping
(Quicklime) serta gypsum yang kemudian disebut sebagai Pozzolan Cement
(Rahadja,1990).
Semen merupakan suatu bahan yang bersifat hidrolis, yaitu bahan yang
akan mengalami proses pengerasan pada pencampurannya dengan air ataupun
larutan asam. Bahan dasar semen terdiri dari tiga macam, yaitu clinker/terak
semen sebanyak 70% sd 95% (hasil olahan pembakaran batu kapur, pasir silika,
pasir besi dan tanah liat), gypsum 5% dan material tambahan lain (batu kapur,
pozzolan,abu terbang dan lain-lain).
Semen merupakan salah satu bahan perekat yang jika dicampur dengan
air mampu mengikat bahan-bahan padat seperti pasir dan batu menjadi suatu
kesatuan kompak. Sifat pengikatan semen ditentukan oleh susunan kimia yang
dikandungnya. Adapun bahan utama yang dikandung semen adalah kapur
(CaO), silikat (SiO2), alumunia (Al2O3), ferro oksida (Fe2O3), magnesit
(MgO), serta oksida lain dalam jumlah kecil (Rahadja, 1990)
Proses pembuatan semen terdiri dari lima tahap, yaitu sebagai berikut:
14
liat sekitar 7 - 20 %, sedangkan bahan baku koreksi berupa pasir besi
sekitar 1 - 3 % dan pasir silika 1 - 6 %.
2. Pengeringan dan penggilingan bahan baku. Penggilingan bahan
mentah adalah cara untuk memperkecil ukuran bahan mentah menjadi
lebih kecil atau membuat luas permukaan material menjadi lebih besar.
Tujuan dari penggilingan bahan mentah ini adalah untuk mendapatkan
campuran bahan mentah yang homogenik dan untuk mempermudah
terjadinya reaksi kimia pada saat klinkerisasi. Selain penggilingan,
material juga mengalami pengeringan dengan media pengeringanya
berupa gas panas yang dapat berasal dari hot gas generator ataupun dari
kiln exchaust gas.
3. Pembentukan klinker (pembakaran). Tepung baku (raw meal) yang
telah dihomogenisasi di dalam CF Silo dikeluarkan dan dengan
menggunakan serangkaian peralatan transport, tepung baku diumpankan
ke kiln. Tepung baku yang diumpankan ke Kiln disebut umpan baku atau
umpan kiln (kiln feed). Proses pembakaran yang terjadi meliputi
pemanasan awal umpan baku di preheater (pengeringan, dehidrasi dan
dekomposisi), pembakaran di kiln (klinkerisasi) dan pendinginan di
Grate cooler (quenching).
4. Penggilingan klinker. Penggilingan dilakukan pada roller press
sehingga memiliki ukuran tertentu yang selanjutnya digiling dengan
menggunakan alat penggiling berupa tube mill yang berisi bola-bola besi
sebagai media penghancurnya. Material yang telah halus dihisap dan
dipisahkan dari udara pembawanya dengan menggunakan beberapa
perangkat pemisah debu. Hasil penggilingan ini disimpan dalan semen
silo yang kedap udara.
5. Pengantongan semen. Semen dikeluarkan dari semen silo dan diangkut
dengan menggunakan belt conveyor masuk ke steel silo. Dengan alat
pengantongan berupa rotary packer, semen dikantongi dengan setiap 1
sak berisi 50 kg semen, kemudian dibawa ke truk untuk dipasarkan.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
MULAI
STUDI LITERATUR
PENGUMPULAN DATA
PENENTUAN DIMENSI
PEMENUHAN
PARAMETER PERANCANGAN PERANCANGAN PERANCANGAN PERANCANGAN
PERANCANGAN HOOD DUCT FAN CEROBONG
EP
ANALISA DATA
PERHITUNGAN DED
PERHITUNGAN BOQ
PERHITUNGAN RAB
SELESAI 16
BAB IV
2,23 x 10^-9
3. Viskositas gas
Pa.s
Dari suspension
4. Suhu 2300C preheater
Wiranto (2016)
17
503 K
5. Dari suspension
62,22 kg/m2 preheater
Tekanan preheater
Wiranto (2016)
62,22 mmhg
Kecepatan migrasi Ditentukan
6. 6,7 c m/s
partikel Louis Theodore
7. Efisiensi
99,5 % Ditentukan
pengumpulan
8. Konstanta 8,86 x 1010
permisivitas c2/Nm2
9. Faktor Chunningham 1,338
Ditanya : A?
= 1.114 m2
De = 2d D / D+d
Asumsi : D= 2d
De = 2d x 2d / 2d + d
De = 4d2 / 3d
4d2 = 3d x 1
d2 = 0.75
d = 0.86
18
D = 2d
D = 2 x 0.86 = 1.72 m
Titik sampling :
2D = 2 x 0.86 = 1.72 m
8D = 8 X 1.72 = 13.76 m
A =PxL
= 3.2 m x 1 m
= 3.2 m2
19
Menetukan debit yang dapat dihisap oleh hood mengacu pada
tabel kecepatan hisapan hood dimana untuk hood flanged opening
menggunakan rumus :
Q = 0,75V(10X2+A)
= 0,75x(1.27m/s)x(10(1m)2+2m2)
= 11.43 m3/s
= 24218.7984 scfm
D act Area 2
(inc) V panjang L (ft) v (std) f (D/V)
(m³)
36 7.07 3424.88 10 32.8 0.7312836 1.64
36 7.07 3424.88 6m 19.6 0.7312836 0.98
36 7.07 3424.88 4m 13.12 0.7312836 0.656
1+ KH Kx TP pembulatan
1.5 0.3 2.51562 3
0 0.3 0.93604 1
0 0 20.4797 20
20
Contoh perhitungan Duct A
𝑑𝑟
𝐸𝑐 = 3,126 𝑥 106 [𝑑𝑟 + 0,0301 ( )]
𝑟𝑤
Dimana :
dr = densitas relatif gas, dapat dihitung dengan:
0,392 𝑥 𝑝
dr = , dimana p = tekanan (mmHg) dan T = suhu (Kelvin)
𝑇
21
4.4.2. Menghitung Tegangan Korona
𝑑
𝑉𝑐 = 𝐸𝑐 𝑥 𝑟𝑤 𝑥 ln ( )
𝑟𝑤
Dimana :
4
𝑑= 𝑥 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑡 − 𝑝𝑙𝑎𝑡
𝜋
4
𝑑= 𝑥 0,2 𝑚 = 0,255 𝑚
𝜋
Sehingga nilai Vc :
Vc = 16.107,33794 V
Dimana :
𝑟 = 𝑟𝑤 + 0,02 √𝑟𝑤
r = 0,0147 m
Va = 22475,3827 V = 22 kv
2𝜆 2 𝜀𝑟 − 1
𝑄𝑝 = {(1 + 2
)+( 2𝜆
) 𝑥 } 𝜋 𝜀0 𝑑𝑝2 𝐸𝑐
𝑑𝑝 1+ 𝜀𝑟 + 2
𝑑𝑝
22
𝑇 101,3 𝑥 103
𝜆 = 6,61 𝑥 10−8
293 𝑃
T = 503 K
P = 6222829,14 pascal
dp = 0,000000088 m
γ = 1,84724x 1014 m
Sehingga didapat Qp :
Qp = 2,15058 x 10-19 C
𝑄
𝐴= − ln(1 − 𝑒𝑓𝑓)
𝑊
A = 1342,77 m2
23
Kapasitas aliran gas buang = 16,98 m3/s x 3.600
= 61228 m3/jam
Syarat SCA untuk efisiensi 99% adalah 20-25 m2, maka SCA dengan
kapasitas gas buang 25 m3/s telah MEMENUHI
24
4.4.11. Menghitung Ls
Jumlah kawat = 24 (ditentukam)
Ls = 0,25 m
4.4.12. Menghitung Lo
Lo = Ns x Lebar EP + (Ns – 1) Ls + Len + Lex
Len = Lex =2 (ditentukan)
Menurut Lecture 6 Design of ESP Len = Lex = 2 – 3 meter. Maka Lo
dapat dihitung sebagai berikut :
Lo = 14,1667 m
25
DAFTAR PUSTAKA
26