Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KEHIDUPAN SOSIAL BUDAYA DAN ADAT

KEBIASAAN DI LINGKUNGAN WILAYAH KAMPUNG


MANGGA RT.007/RW.02 KELURAHAN TUGU SELATAN
KECAMATAN KOJA, JAKARTA UTARA

Makalah dibuat untuk memenuhi nilai ujian tengah semester (UTS)


mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar

Oleh :

Dea Fauziah Noor

(3125161323)

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


April, 2019
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “Analisis kehidupan sosial budaya serta adat kebiasaan di lingkungan
wilayah RT.007/RW.02 kelurahan Tugu Selatan, Jakarta Utara” dengan baik guna
memenuhi nilai ujian tengah semester untuk mata kuliah ilmu sosial budaya dasar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak dapat terselesaikan dengan baik
tanpa adanya bimbingan, saran, arahan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala
bimbingan dan dukungannya kepada :
1. Ibu Puji Hadiyanti, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah ilmu sosial
budaya dasar

2. Ibu Eva Etika dan Bapak Ismail selaku kedua orang tua dari penulis

3. Bapak Budiyanto Hidayat selaku ketua RT.007/RW.02 kelurahan Tugu


Selatan, kecamatan Koja, Jakarta Utara

4. Ibu Dina Sungkar (Istri Bapak Budiyanto Hidayat) selaku narasumber

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini.
Penulis pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya
kepada penulis agar di kemudian hari penulis bisa membuat makalah yang lebih baik
lagi.

Jakarta, 24 April 2019

Dea Fauziah Noor


Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI………….…………………….……………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………..2

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Budaya……………………………………………………………………...3


2.2 Pengertian Kebudayaan…………………………………………………………………3
2.3 Pengertian Kebiasaan atau Adat………………………………………………………..3

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Profil Wilayah…………………………………………………………………………..4


3.2 Analisis
a. Kehidupan Sosial Budaya…………………………………………………………..4
b. Kebiasaan Yang Muncul di Masyarakat………………………………………….…6
c. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kebiasaan atau kehidupan sosial budaya..7

BAB IV KESIMPULAN/PENUTUP

4.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………8
4.2 Saran ………………………………………………………………………………….8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………

LAMPIRAN………………………………………………………………………………..
1. Dokumentasi
2. Instrument/pedoman wawancara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zoon politicon merupakan istilah yang disebutkan oleh Aristoteles,
seorang filsuf besar dari Yunani, yang artinya manusia adalah makhluk sosial.
Sudah kodrat manusia untuk hidup berdampingan dengan manusia lainnya,
tidak ada satu manusiapun di dunia ini yang mampu untuk hidup sendiri
tanpa bantuan orang lain. Keterbatasan kemampuan manusia untuk hidup
mandiri tanpa orang lain mendorong mereka untuk melakukan interaksi.
Interaksi dapat terjadi antara sesama manusia, maupun manusia dengan
lingkungannya.
Interaksi yang terjadi antara manusia dengan sesame manusia maupun
dengan lingkungannya akan menciptakan suatu sistem kehidupan. Sistem
tersebut dapat berupa interaksi saling menguntungkan, saling merugikan, atau
bisa jadi merupakan suatu interaksi yang tidak bermakna apa-apa. Sistem
tersebut akhirnya lama-kelamaan akan berubah menjadi suatu kebiasaan
yang timbul di dalam kehidupan manusia dan kebiasaan yang muncul
tersebut lazimnya kita sebut sebagai suatu kebudayaan.
Interaksi antara manusia dengan sesamanya akan membentuk suatu
kehidupan bermasyarakat, sedangkan interaksi antara manusia dengan alam
disekitarnya akan membentuk suatu lingkungan, dan kebudayaan berada
ditengah-tengah hal tersebut. Kebudayaan merupakan hasil pemikiran dari
segala jenis interaksi manusia dengan lingkungannya. Oleh karena itu,
kebudayaan antara suatu daerah dengan daerah lainnya pasti memiliki
perbedaan, hal tersebut dikarenakan faktor penyusun kebudayaannya yang
tentu saja berbeda.
Kebudayaan merupakan suatu hal yang unik. Tiap daerah pasti memiliki
kebudayaannya masing-masing yang muncul dari kebiasaan masyarakat-
masyarakat pada daerah tersebut. Meskipun memiliki perbedaan, namun
umumnya suatu kebudayaan dari daerah-daerah yang berdekatan pasti
memiliki corak yang sama. Selain itu, Kebudayaan tidak terbentuk dalam
waktu yang singkat, perlu waktu bertahun-tahun lamanya untuk menjadikan
suatu kebiasaan sebagai kebudayaan. Manusia sebagai makhluk yang
diberikan akal pikiran serta kecerdasan tentunya diharapkan dapat
menjadikan kebudayaan tersebut sebagai alat untuk mempermudah kehidupan
mereka.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kebudayaan merupakan hasil dari
manusia, hal tersebut berarti ketika manusia tidak ada, maka kebudayaannya
pun akan lenyap. Lalu, adakah cara yang dapat dilakukan agar kebudayaan
yang telah dibangun bertahun-tahun tersebut tidak lenyap?
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menulis topik mengenai
kehidupan kebudayaan suatu daerah dan apakah daerah tersebut masih
mempertahankan kebudayaan aslinya atau justru kebudayaan asli tersebut
telah bertransformasi menjadi suatu kebudayaan baru. Topik tersebut akan
dituangkan dalam makalah yang berjudul “analisis kehidupan sosial budaya
dan adat kebiasaan di lingkungan wilayah RT.007/RW.02, kelurahan Tugu
Selatan, Kecamatan Koja, Jakarta Utara”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis menemukan beberapa
rumusan masalah yang menarik untuk dibahas yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan adat, kebudayaan, dan kebiasaan ?
2. Apa yang dimaksud dengan kehidupan sosial budaya?
3. Bagaimana kehidupan sosial budaya warga Kampung Mangga RT.007
RW.02?
4. Kebiasaan apa sajakah yang sering dilakukan oleh warga Kampung
Mangga RT.007 RW.02?
5. Apakah terdapat kebiasaan atau kebudayaan yang hilang dari kehidupan
warga Kampung Mangga RT.007 RW.02?
6. Faktor apa sajakah yang menyebabkan suatu kebiasaan atau kebudayaan
dapat hilang?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi nilai ujian tengah
semester untuk mata kuliah ilmu sosial budaya dasar, serta untuk lebih
memperkenalkan kehidupan sosial budaya dan adat kebiasaat suatu daerah,
khusunya daerah Kampung Mangga, Jakarta Utara
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Budaya


Budaya merupakan suatu cara untuk hidup yang berkembang, menjadi milik
bersama sebuah kelompok manusia, serta diteruskan ke setiap generasi. Selain itu,
budaya juga dapat menjadi pengatur manusia agar mampu hidup dengan baik, dari
tindakan, perbuatan dan lisan. Sedangkan menurut KBBI, budaya diartikan sebagai
suatu pemikiran, adat istiadat, dan akal budi. Sedangkan turunan kata budaya yakni
kebudayaan memiliki arti cara berpikir, bertindak manusia. Menurut Melville
J.Herkovits, seorang antropolog berkebangsaan Amerika, beliau mengatakan bahwa
budaya disusun oleh tiga unsur utama yaitu :
a. Keluarga
b. Sistem ekonomi
c. Alat-alat teknologi
2.2 Pengertian Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan diartikan sebagai buah hasil
pemikiran cipta, rasa, dan karsa manusia. Koentjaraningrat membagi unsur-
unsur kebudayaan menjadi tujuh, yaitu :
a. Bahasa
b. Sistem Pengetahuan
c. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
d. Sistem Peralatan hidup dan Teknologi
e. Sistem mata pencaharian hidup
f. Sistem Religi
g. Kesenian
2.3 Pengertian Kebiasaan
Menurut pendapat A. Ridwan Halim kebiasaan adalah tata cara hidup
yang dianut oleh suatu masyarakat atau suatu bangsa dalam waktu yang lama,
dan memberikan pedoman bagi masyarakat yang bersangkutan untuk berpikir
dan bersikap dalam menghadapi berbagai hal yang terjadi dalam
kehidupannya. Kebiasaan yang berkembang di suatu masyarakat lama-
kelamaan akan berkembang menjadi suatu adat istiadat.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Profil Wilayah
Nama wilayah : kampung mangga
RT/RW : 007/02
Jumlah KK : 87 KK
Luas wilayah : 0,487 ha
Kelurahan : Tugu Selatan
Kecamatan : Koja
Kota : Jakarta Utara
Provinsi : DKI Jakarta
Peta wilayah RT.007/ RW.02
Kode pos : 14260
Ketua RT : Budiyanto Hidayat
Wakil ketua RT : Ismail

3.2 Analisis
Analisis yang akan dipaparkan pada makalah ini bersumber dari hasil
wawancara yang dilakukan dengan Ibu Dina Sungkar. Ibu Dina Sungkar
adalah istri dari ketua RT.007, yaitu Bapak Budiyanto Hidayat. Berdasarkan
hasil wawancara, diketahui bahwa RT.007 terdiri atas 87 kepala keluarga
yang mayoritas merupakan suku Betawi dan sebagian besar warga yang
tinggal di Kampung Mangga, khusunya RT.007 merupakan penduduk yang
sudah menetap lebih dari 30 tahun. Sehingga, mereka sangat mengetahui
seluk-beluk mengenai kehidupan sosial budaya daerah mereka.

A. Kehidupan sosial budaya


Kehidupan sosial budaya yang dimaksud adalah kehidupan
bermasyarakat yang menekankan pada nilai tata sosial dan pola-pola
budaya dalam kehidupan manusia. Mudahnya, kehidupan sosial
budaya adalah pola kehidupan sehari-hari yang dijalani oleh suatu
masyarakat pada suatu daerah tertentu, dimana didalamnya terdapat
berbagai interaksi baik dalam hal ekonomi, sosial, politik, budaya, dan
lain-lain.
Masyarakat RT.007, Kampung Mangga mayoritas berasal dari
suku Betawi. Meskipun begitu, mereka tetap terbuka terhadap
penduduk baru dan pendatang, baik yang berasal dari suku yang sama
maupun dari suku yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya
partisipasi aktif antara penduduk lama dan penduduk baru. Mereka
semua hidup saling berdampingan, meskipun beberapa kali terjadi
konflik internal antar beberapa warga, namun hal tersebut tidak
berlangsung lama. Menurut penuturan Ibu Dina Sungkar serta
pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh penulis, kerukunan
yang tercipta diantara penduduk lama dan penduduk baru dikarenakan
adanya rasa saling mengayomi antara penduduk lama kepada
penduduk baru, serta rasa saling menghormati antara penduduk baru
kepada penduduk lama.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa
masyarakat RT.007 terdiri dari 87 kepala keluarga yang tersebar
dalam wilayah seluas 0.487 ha. Wilayah RT.007 terpencar menjadi
dua wilayah, yaitu di sebelah selatan masjid Jami’I Assuada seluas
0,350 ha dan di sebelah barat daya masjid Jami’I Assuada seluas
0,137 ha. Selain itu, umumnya masyarakat RT.007 bekerja sebagai
pedagang. Beberapa dari mereka ada yang membuka warung di
rumahnya, baik warung sembako atau warung jajanan kecil, namun
ada pula yang membuka lapak di sekitaran masjid Jami’I Assuada.
Masjid Jami’I Assuada adalah salah satu masjid terbesar yang
berada di wilayah kelurahan Tugu Selatan. Masjid Assuada dibangun
diatas tanah milik keluarga H.Murtado. Sebelum tahun 2018, fungsi
dari masjid Assuada hanya sebatas sebagai tempat ibadah dan
pengajian rutin bagi ibu-ibu dan bapak-bapak, namun sekitar awal
tahun 2018 direncanakan akan dibangun sebuah sekolah islam yang
berfokus pada pembentukan hafidz dan hafidzah pada usia muda,
yang akhirnya selesai dibangun sekitar pertengahan tahun 2018.
Sekolah islam tersebut bernama “Meydina Islamic School”,
sehingga kini masjid Jami’I Assuada tidak lagi hanya sebagai tempat
ibadah dan pengajian rutin, namun juga sebagai tempat pembentukan
karakter anak berlandaskan islam. Menariknya, masjid Assuada
dengan luas 0,05 ha memiliki fungsi lain selain fungsi diatas. Fungsi
tersebut yaitu sebagai tempat penyelenggaran pesta resepsi pernikahan.
Salah satu alasan mengapa banyak warga masyarakat, tidak hanya
dari wilayah Kampung Mangga namun ada juga dari daerah yang jauh,
menyukai pelataran masjid assuada sebagai tempat resepsi pernikahan
adalah karena pelatarannya yang cukup luas. Pelatarannya dianggap
cukup untuk melangsungkan pesta resepsi pernikahan, dikarenakan
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.

B. Kebiasaan yang muncul di masyarakat


Berdasarkan hasil wawancara bersama dengan Ibu Dina Sungkar,
diketahui bahwa masyarakat Kampung Mangga, khususnya warga
RT.007 tidak pernah mengadakan suatu acara yang berbau adat kental.
Meskipun mayoritas penduduk di RT.007 berasal dari suku Betawi,
namun tidak pernah diadakan suatu acara yang berbau adat betawi
yang dilakukan secara rutin. “Tidak pernah” yang dimaksud disini
adalah tidak dilakukan secara besar-besaran. Menurut penuturan
Beliau, mungkin sebelumnya pernah diadakan acara adat seperti
demikian. Namun, dikarenakan perkembangan zaman, serta ditambah
fakta bahwa beberapa penduduk asli telah pindah maupun meninggal
dunia, maka acara yang berbau adat kental tidak lagi dilakukan.
Meskipun penduduk asli sudah banyak yang pindah ke daerah
lain dan ada pula yang meninggal, beberapa kebiasaan masih tampak
dilakukan oleh masyarakat RT.007. Beberapa kebiasaan tersebut
diantaranya, pengajian rutin hari Rabu dan Jumat malam, nujuh
bulanan, munggahan, serta kegiatan memperingati hari besar islam
seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Miraj, Idul Fitri, serta
Idul adha.
Salah satu kebiasaan yang masih dapat kita amati pada
kehidupan masyarakat RT.007 adalah pengajian yang dilakukan pada
hari Rabu dan Jumat malam. Pengajian tersebut diikuti oleh bapak-
bapak dan ibu-ibu yang bertempat tinggal di sekitar masjid Jami’I
Assuada, dan tidak hanya terbatas pada warga RT.007 saja. Pengajian
rutin Rabu dan Jumat malam yang dihadiri oleh ibu-ibu dan bapak-
bapak memiliki tempat yang berbeda. Jika pengajian rutin bapak-
bapak biasanya dilakukan di dalam masjid Jami’I Assuada, maka
tempat pengajian ibu-ibu digilir dari rumah yang satu ke rumah
lainnya. Hal tersebut bertujuan agar antar warga dapat saling
mengenal lebih baik, dengan mengetahui letak rumah masing-masing.
Pengajian rutin Rabu dan Jumat malam tersebut juga diisi dengan
berbagai agenda, yang dimulai dari pembacaan surah Yaasin,
kemudian dilanjutkan dengan pembacaan sholawat dan Quran oleh
seluruh hadirin pengajian, hingga ke pembacaan kita kuning dan
latihan qosidah bagi ibu-ibu.
Selanjutnya, kebiasaan yang masih dilakukan oleh warga RT.007
adalah nujuh bulanan. Nujuh bulanan adalah acara yang
diselenggarakan sebagai wujud rasa syukur suatu keluarga yang akan
segera memiliki anak. Seperti namanya, nuju bulanan dilakukan
ketika usia kandungan ibu memasuki bulan ketujuh, namun ada juga
yang melakukan syukuran saat usia kandungan baru mencapai empat
bulan yang disebut sebagai mapati. Tidak masalah berapapun usia
kandungan untuk membuat suatu acara syukuran, karena yang
terpenting adalah acara tersebut diselenggarakan sebagai bentuk rasa
syukur kita kepada sang Maha Pencipta.
Bagi keluarga yang memiliki ekonomi berkecukupan, biasanya
acara syukuran dilakukan di rumah keluarga tersebut. Surah yang
biasanya dibacakan dalam acara nuju bulanan adalah surah Maryam
dan surah Yunus. Hal tersebut dimaksudkan agar kelak ketika anak itu
lahir, jika anak itu perempuan maka akan berbudi mulia seperti
Maryam dan jika anak tersebut laki-laki maka diharapkan tampan
serta sholeh seperti nabi Yunus AS. Selain agenda pembacaan surah-
surah pilihan, dalam acara nuju bulanan juga terdapat agenda bagi-
bagi rezeki berupa pembagian sembako ataupun makanan. Namun,
jika keluarga tersebut berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja,
maka biasanya keluarga tersebut akan menghantarkan bubur merah
putih ke tiap-tiap rumah.
Bubur merah putih yang dimaksud bukanlah bubur yang
berwarna merah dan putih. Melainkan bubur yang terbuat dari tepung
beras yang dicampur santan dan gula merah dan dalam penyajiannya
disajikan dalam dua warna, yaitu warna putih (tepung beras+santan)
dan warna merah (tepung beras+santan+gula merah).
Kemudian, berhubung kita akan segera memasuki bulan
Ramadhan, di wilayah RT.007 selalu rutin diadakan tiap tahun, yaitu
tiap 2 minggu menjelang bulan Ramadhan akan diadakan acara
munggahan. Acara munggahan dilakukan di masjid Jami’I Assuada
dengan agenda sholat maghrib berjamaah, yang kemudian dilanjutkan
dengan acara makan nasi kebuli bersama-sama. Mereka yang
mengikuti acara munggahan hanya boleh anak laki-laki dan bapak-
bapak, sedangkan anak perempuan dan ibu-ibu membantu proses
penyiapan hidangan dan masih banyak lagi kebiasaan yang masih
dilakukan oleh warga di lingkungan RT.007.
Segala kegiataan yang berlangsung di wilayah kampung mangga,
khususnya RT.007 umumnya dilakukan didalam wilayah masjid
Jami’I Assuada. Hal tersebut dikarenakan lokasi masjid Jami’I
Assuada yang sangat strategis, yaitu berada di tengah-tengah wilayah
Kampung Mangga serta menjadi salah satu masjid terbesar yang
berada di wilayah kelurahan Tugu Selatan.

C. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan kebiasaan atau


kehidupan sosial budaya
Masyarakat yang hidup di wilayah RT.007 terdiri dari rentang
usia yang beragam. Dimulai dari rentang usia bayi usia 0-12 bulan,
hingga lansia berusia lebih dari 65 tahun. Mereka semua hidup
berdampingan dan menciptakan suatu sistem tatanan masyarakat
bersama-sama. Namun, perbedaan usia kadang kala dapat
menimbulkan gejolak. Perbedaan kebiasaan anatara masyarakat yang
hidup pada masa baby boomer, dan gen X tentu saja berbeda dengan
kebiasaan hidup masyarakat millennial. Meskipun seharusnya
perbedaan tersebut tidak perlu dijadikan suatu masalah, tetapi ada
saatnya perbedaan kebiasaan tersebut menimbulkan gejolak di
masyarakat.
Contoh nyata yang terjadi di lingkungan RT.007 adalah saat
pemilihan umum serentak tanggal 17 April 2019 dilaksanakan.
Hampir seluruh petugas KPPS adalah bapak-bapak dan ibu-ibu
berusia 30 sampai 40 tahun, peran pemuda hampir tidak dijumpai
sama sekali dalam kegiatan lima tahunan sekali tersebut. Padahal, jika
kita ingin melihat kinerja, tentu tidak lagi menyangkal bahwa para
pemuda masih memiliki energi yang sangat besar untuk dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut. Namun, para petugas
KPPS tersebut yang umumya berusia 30 sampai 40 tahun berpendapat
bahwa para pemuda tersebut belum dapat dipercayai. Seharusnya, hal
tersebut dapat diatasi dengan memberikan pelatihan yang cukup
kepada para pemuda, dan bukannya membatasi partisipasi mereka.
Hal tersebut sangat kontras dengan pemberitaan yang ada di
televisi, banyak petugas KPPS yang meninggal dunia akibat kelelahan
dalam proses rekapitulasi suara. Mungkin saja hal tersebut dapat
dicegah apabila para pemuda diikutsertakan dalam proses rekapitulasi
suara. Namun kembali lagi, terkadang nepotisme di Indonesia masih
sangat kental. Selain itu stratifikasi sosial juga masih jelas terlihat,
terutama untuk wilayah RT.007.
Bapak Budiyanto Hidayat, adalah ketua RT.007 yang baru.
Beliau baru menjabat selama kurang lebih satu bulan, sehingga masih
banyak hal yang perlu beliau pelajari, hal tersebut dikutip dari hasil
wawancara penulis dengan Ibu Dina Sungkar , istri beliau. Sehingga,
terkadang keputusan beliau masih diintervensi oleh ketua RT yang
sebelumya, serta tokoh-tokoh masyarakat yang dituakan. Sehingga
dapat dikatakan, bahwa stratifikasi sosial sangat berpengaruh terhadap
proses perubahan kebiasaan.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
Masyarakat yang tinggal di lingkungan Kampung Mangga RT.007
RW.02, kelurahan Tugu Selatan , kecamatan Koja, Jakarta Utara umumnya
adalah suku Betawi. Namun, seiring perkembangan zaman dan sudah ada
beberapa dari warga asli kampung manga yang meninggal atau pindah ke
tempat lain mengakibatkan perubahan kebiasaan warga kampung manga,
khususnya yang tinggal di wilayah RT.007. Meskipun begitu, masih ada
beberapa kebiasaan yang dipertahankan, contohnya nujuh bulanan dan
munggahan.
Kebiasaan nuju bulan di wilayah RT.007 biasanya dilakukan dengan dua
cara, yaitu apabila pihak keluarga berasal dari keluarga berkecukupan, maka
keluarga tersebut akan mengadakan pengajian di rumahnya, sedangkan jika
keluarga tersebut berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah kebawah
maka dilakukan dengan membagi-bagikan bubur merah putih.
Sedangkan, kebiasaan munggahan umumnya dilakukan pada saat dua
minggu menjelang puasa. Munggahan oleh warga RT.007 dilakukan di
Masjid Jami’i Assuada bersama-sama dengan warga dari rukun tetangga
lainnya yang masih dalam lingkup RW.02. Kegiatan munggahan diawali
dengan sholat maghrib berjamaah yang dilanjutkan dengan kegiatan makan
nasi kebuli bersama-sama . Selain itu, acara munggahan juga umumnya
dihadiri oleh bapak-bapak dan anak laki-laki, sedangkan perempuannya
membantu menyiapkan makanan untuk acara munggahan tersebut.

4.2 Saran
Untuk pembuatan makalah selanjutnya disarankan agar daftar
pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber lebih terstruktur dan rapih,
agar jawaban yang diinginkan dapat terjawab dengan maksimal oleh
narasumber, sehingga berdampak pada isi makalah yang jauh lebih baik lagi.
Selain itu, disarankan agar narasumbernya lebih dari satu, sehingga dapat
dapat menambah wawasan dalam penulisan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
[ONLINE] https://www.berpendidikan.com/2016/11/contoh-dan-pengertian-
kebiasaan-hukum-adat-menurut-para-ahli.html diakses pada tanggal 25 April
2019
[ONLINE] https://www.academia.edu/6951413/Makalah_Budaya_Indonesia diakses
pada tanggal 23 April 2019
[ONLINE] https://www.idjakarta.com/utara/koja/tuguselatan/kodepos14260.html
diakses pada 25 April 2019
[ONLINE] https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya diakses pada 25 April 2019
LAMPIRAN
1. DOKUMENTASI

2. INSTRUMEN WAWANCARA

Topik : Kebiasaan warga RT.007/RW.02


Tujuan : Mengetahui kebiasaan yang sering dilakukan oleh warga
Kampung Mangga RT.007/RW.02
Narasumber : Ibu Dina Sungkar
Hari, Tanggal : 25 April 2019
Tempat : Jl.H.Nawar I, RT.007 RW.02, kelurahan Tugu Selatan,
Kecamatan Koja, Jakarta Utara (kediaman Bapak Budi)

1. Adakah acara adat yang rutin dilakukan oleh warga RT.007 setiap bulan
atau tahun?
2. Kegiatan apa yang rutin dilakukan oleh warga RT.007 menjelang bulan
ramadhan
3. Dalam melaksanakan acara tersebut, apakah memungkin jika hanya
melibatkan warga RT.007?
4. Adakah kegiatan yang rutin dilakukan sebelumnya, namun kini tidak
dilaksanakan lagi karena suatu alas an?
5. Dalam setiap kegiatan yang berlangsung, kebanyakan warga yang
berpartisipasi memiliki renrang usia?
6. Bagaimana cara yang Ibu lakukan untuk mengajak pasrtisipasi warga
dalam setiap kegiatan?
7. Ketika suatu acara berlangsung, umumnya yang menjadi panitia dari
acara tersebut memiliki rentang usia?
8. Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan selama tinggal di
lingkungan wilayah RT.007, setiap kali ada kegiatan, yang menjadi
panitia pasti orang-orang yang sama lagi. Apakah hal tersebut disengaja
atau karena ada faktor lain?
9. Adakah rencana dari ketua RT.007 untuk melakukan open recruitment
bagi para pemuda-pemuda yang tinggal di wilayah RT.007 dengan
tujuan untuk memberdayakan mereka?
10. Seperti yang kita tahu, pak Budi sendiri baru menjadi ketua RT.007
selama satu bulan. Selama masa kepemimpinan bapak,adakah pihak-
pihak yang mengintervensi setiap keputusan yang bapak ambil?
11. Biasanya pihak-pihak yang mengintervensi keputusan bapak sebagai
ketua RT, adalah pihak yang seperti apa pak?
12. Apakah stratifikasi sosial nampak sangat jelas di wilayah RT.007 atau
justru samar-samar?
13. Adakah rencana membuat program kerja yang pelaksanaanya bersifat
rutin dilakukan yang sudah bapak pikirkan?

Anda mungkin juga menyukai