Sebagai daerah otonom dengan otonomi khusus, Provinsi Aceh memiliki kewenangan dalam
merencanakan pembangunan dan anggaran daerah. Penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) berupa Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) dan Rencana Kerja Pemerintah Aceh
(RKPA) ternyata tidak selalu diikuti dalam penyusunan dokumen anggaran berupa Kebijakan
Umum APBA (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Aceh (PPAA). Penyimpangan dari
dokumen perencanaan semakin besar ketika Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA)
menyusun dokumen Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPA.
Kesimpulan studi ini adalah proses penyusunan anggaran pada semua SKPA Provinsi Aceh
belum berjalan efektif. Hal ini disebakan masih ditemukannya beberapa kelemahan, yaitu: (a)
Penentuan sasaran kegiatan sebagai penerima manfaat anggaran masih kurang tepat; (b)
Penentuan target kegiatan belum mengacu pada sasaran yang ingin dicapai; (c) Penentuan
keluaran (output) kegiatan tidak mengikuti target yang akan dicapai; (d) Penentuan hasil
(outcome) kegiatan belum menggambarkan kualitas keluarannya, sehingga keberhasilan
sebuah program belum dapat diukur; (e) Belum ada keseragaman indikator terhadap
program/kegiatan yang sama yang dilaksanakan beberapa SKPA; dan (f) Interval perbedaan
besaran anggaran dalam PPAS dengan RKA masih jarak sehingga mencerminkan
penyusunan PPAS belum akurat dan tidak berpedoman kepada Analisis Standar Belanja
(ASB) dan Standar Pelayanan Minimum (SPM).
Beberapa perbaikan yang harus dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeda)
Aceh dan semua SKPA Provinsi Aceh, yakni: (a) Perlunya menyusun suatu buku pedoman
penyusunan anggaran yang di dalamnya memuat jenis indikator kinerja untuk masing-masing
program/kegiatan; (b) Penyusunan Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan Analisi Standar
Belanja (ASB) sebagai acuan dalam menyusun Plafon Anggaran Sementara (PAS) dan
penyusunan RKA-SKPA; (c) Meningkatkan koordinasi antara SKPA yang melaksanakan
program/kegiatan yang sama; dan (d) Meningkatkan pemahaman tentang anggaran berbasis
kinerja bagi personil yang terlibat dalam TAPA, karena kelemahan yang ditemukan banyak
dalam lingkup yang merupakan tanggung jawab tim tersebut.
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
B AB
PENDAHULUAN
I
1
Pasal 1 huruf d UU No.22/1999 dan pasal 1 angka 2 UU No.32/2004.
BAB I - 1
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
2
Pasal 1 huruf d, h, dan i UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah.
3
Pasal 146 ayat 1 UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
4
Undang-undang ini merupakan pengganti atas UU No.10/2004 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
BAB I - 2
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
5
Berdasarkan Peraturan Gubernur No.56/2009, sebutan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam diganti dengan
Provinsi Aceh.
BAB I - 3
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
6
Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah.
BAB I - 4
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
direncanakan seoptimal mungkin, yang tergambar dalam bentuk kebutuhan belanja yang
akan dikeluarkan.
Pemerintah Aceh merupakan salah satu bagian dari pemerintah provinsi yang
berada dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang dalam hal penyelenggaraan
pembangunan dan pelayanan publik daerah dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat
Aceh (SKPA). SKPA harus mampu menciptakan prorgam-program yang dapat
mesejahterakan rakyat aceh. Pada kenyataannya, program-program yang direncanakan
baik program jangka pendek, menengah dan panjang sering tidak sejalan satu sama lain.
Salah satu penyebab mengapa hal ini terjadi adalah ketidaklengkapan pedoman dalam
menetapkan sasaran, indikator dan target program/kegiatan, sehingga sulit bagi SKPD
untuk menyusun dokumen perencanaan dan anggaran dengan baik.
Dokumen yang menghubungkan perencanaan dan pelaksanaan oleh SKPD adalah
Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD. RKA-SKPD disusun dengan menggunakan
pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan
penganggaran berdasarkan prestasi kerja.7 Dalam prinsip anggaran berbasis kinerja,
penyusunan RKA-SKPD haruslah menerapkan prinsip-prinsip value for money, yang
meliputi economy, efficiency, dan effectiveness (3E). Pasal 39 ayat (1) PP No.58/2005
menyatakan bahwa penyusunan RKA-SKPD dengan pendekatan prestasi kerja dilakukan
dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan dari kegiatan dan program, termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan
hasil tersebut.
Penetapan RKA berpedoman pada program-progman yang telah disusun untuk
masing-masing SKPD dan program dan kegiatan untuk masing-masing SKPD harus sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat tersebut, dapat diketahui dengan
menganalisis data potensi yang ada pada masyarakat tersebut. Untuk itu, diselenggarakan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah (Musrenbang), yang merupakan wadah
untuk mengidentifikasi kebutuhan publik serta menyesuaikannya dengan kemampuan
keuangan daerah dan fungsi masing-masing SKPD. Jadi, anggaran yang disusun SKPD
tidak berdasarkan keinginan (wants) belaka, tetapi harus disusun berdasarkan kebutuhan
(needs). Sasaran pembangunan daerah akan tercapai secara efektif apabila anggaran yang
disusun didasarkan pada permasalahan dan kebutuhan yang ada di lapangan.
7
Pasal 36 ayat (2) PP No.58/2005.
BAB I - 5
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Penyusunan RKA-SKPD harus sesuai dengan prosedur dan jadwal yang telah
ditetapkan, sehingga tidak terlambat dalam pengesahan APBD dan keterlambatan
diterbitnya dokumen pelaksanaan anggaran (DPA). Keterlambatan dalam penerbitan DPA
mengakibatkan keterlambatan dalam pelaksanaan anggaran, yaitu keterlambatan dalam
menentukan paket pekerjaan, tendering pengadaan barang dan jasa dan penatausahaan
keuangan. Konsekuensi keterlambatan anggaran adalah realisasi anggaran menjadi rendah,
sehingga menyisakan dana yang tidak habis terpakai pada akhir tahun. Selisih antara
alokasi dalam DPA dengan realisasi ini disebut SILPA (Selisih Lebih Pembiayaan
Anggaran). SILPA yang bersumber dari belanja terjadi karena realisasi belanja lebih
rendah dari pagu anggarannya, baik karena pelaksanaan kegiatan yang belum selesai
sampai akhir tahun ataupun pembatalan pelaksanaan kegiatan, serta terjadinya
“penghematan” anggaran (pekerjaan selesai atau output kegiatan telah tercapai, tetapi
anggaran tidak terpakai seluruhnya).
Pada prinsipnya, pelayanan publik akan terlaksana dengan baik apabila dalam
proses perencanaan dan penganggaran, target kinerja yang menjadi solusi (outcomes)
dalam pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan masyarakat terukur dan dapat
dicapai dengan baik. Proses perencanaan yang dikomandoi oleh Badan Perencanaan
Pembangunan (Bappeda), penyusunan dokumen-dokumen anggaran yang dilaksanakan
oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD), yang di Aceh di sebut Tim Anggaran
Pemerintah Aceh (TAPA), dan penetapan anggaran daerah dalam bentuk peraturan daerah
(di Aceh disebut qanun) melibatkan DPRD (di Aceh disebut DPRA), haruslah berjalan
sinkron dan terkoordinir dengan baik. Setiap fihak yang terlibat semestinya melaksanakan
fungsinya secara bertanggungjawab, sehingga outcomes dari anggaran dapat dicapai.
Pada kenyataannya, tidak semua yang direncanakan dalam dokumen perencanaan
teralokasikan anggarannya dalam APBA. Begitu juga dengan program dan kegiatan yang
telah tercantum pendanaannya dalam APBD, tidak selalu terlaksana sebagian atau
seluruhnya. Target kinerja yang dicantumkan dalam RKPD dan RPJMD tidak selalu
menjadi pedoman dalam penyusunan target kinerja dalam RKA-SKPA. Akibatnya,
pelaksanaan program dan kegiatan pada setiap tahun anggaran sering tidak sejalan dengan
target yang direncanakan untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan dalam
dokumen perencanaan, seperti RKPD dan RPJMD. Secara politis, dapat dimaknai bahwa
Gubernur tidak dapat memenuhi janji kampanye yang telah dituangkan dalam bentuk misi
BAB I - 6
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
dan target-target dalam RPJMD, sementara secara kebijakan, Gubernur gagal menjalankan
kebijakan yang dibuatnya sendiri. Bagi publik, Gubernur dapat dipandang tidak berhasil
memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kapasitas pemerintah
daerah.
Dengan pandangan bahwa pelimpahan urusan yang menjadi kewenangan daerah
beserta pendanaannya sudah diatur dengan baik dalam peraturan perundang-undangan,
maka pengelolaan pelayanan publik seharusnya sudah berjalan dengan baik. Namun,
kenyataan lebih banyak berbicara lain. Pelayanan publik justru sering berjalan apa adanya
karena perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan tidak terintegrasi dengan baik.
Konsep unified budgeting belum dilaksanakan sepenuhnya, sehingga terjadi
ketidaksinkronan antara perencanaan, pengalokasian dalam anggaran, dan pelaksanaan di
lapangan. Ketidakkonsistenan ini berimplikasi pada rendahnya tingkat pencapaian target-
target pembangunan yang telah dinyatakan dalam RPJMD.
BAB I - 7
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB I - 8
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
a. hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman;
b. kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan daerah;
d. pengeluaran daerah;
e. kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah; dan
Bab II - 1
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
f. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum.
APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah
dan pembiayaan daerah.3 Seluruh pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah
dianggarkan secara bruto dalam APBD.4 Dari struktur APBD ini, akan diperoleh surplus atau
defisit, yakni selisih lebih atau kurang antara pendapatan daerah dan belanja daerah. Pada
akhir tahun biasanya terjadi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), yakni selisih lebih
realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.5
1
Pasal 4 PP No.58/2005.
2
Pasal 16 PP No.58/2005.
3
Pasal 20 ayat (1) PP No.58/2005.
4
Pasal 17 ayat (3) PP No.58/2005.
5
Pasal 1 anka 31 PP No.58/2005.
Bab II - 2
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Dalam siklus pengelolaan keuangan daerah, proses penganggaran sangat penting karena
adanya peran DPRA dan masyarakat yang lebih besar. Kualitas hasil (outcome) sangat
tergantung dari bagusnya perencanaan dan penganggaran dalam memilih indikator input dan
outputnya sebagaimana diatur dan UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Daerah dan diatur kembali dalam UU No.32/2004 tentang Pemerintah Daerah. Proses tersebut
dilakukan dengan mengikuti alur perencanaan dan penganggaran seperti dalam gambar
berikut:
6
Pasal 26 PP No.58/2005.
Bab II - 3
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Secara lebih rinci proses perencanaan dan penganggaran pemerintah daerah dan
kaitannya dengan anggaran pemerintah pusat dapat dijelaskan melalui Gambar
ambar 2.2 berikut:
Dalam konsep MTEF, jangka waktu penganggaran ditentukan lebih dari satu tahun
anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada
tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju serta dilakukan secara terintegrasi
untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada
prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.
harga satuan output tersebut, misalnya berapakah biaya pembangunan jalan per kilometer
panjang.
outcome
Efektivita s =
output
Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil
yang sesungguhnya dicapai. Rumusan dan pandangan tentang ”efektivitas” yang
dikemukakan di atas menunjukkan bahwa untuk mengetahui mengukur apakah efektif atau
tidak, harus dikaitkan antara rencana, kehendak, aturan, tujuan atau sasaran dari keluaran
yang telah dicapai suatu kegiatan. Dengan kata lain, suatu hasil dikatakan efektif jika hasil
tersebut benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, termasuk
ketentuan yang berlaku.
• They are clearly justified and aligned to achieve the desired development outcomes
• They are sufficient in quantity and quality to provide for all the inputs/outputs
required for the desired outcomes
• They avoid waste, unnecessary inputs, or duplication both within the project and
relative to other work
• Rates or prices paid are market based or otherwise assessed to be fair and
reasonable. (IDG, 1999).
Bab II - 6
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Proses penyusunan anggaran daerah atau APBD merujuk kepada tiga dokumen
perencanaan, yaitu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD). Dokumen perencanaan di SKPD yang digunakan adalah Rencana Strategis (Renstra)
SKPD dan Rencana Kerja (Renja) SKPD. Dokumen yang dihasilkan dalam penganggaran
adalah:
• Kebijakan Umum APBD (KUA);
• Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS)
• Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD;
• Rancangan peraturan daerah tentang RAPBD dan rancangan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) dijabarkan setiap tahun sebagai
Rencana Tahunan Daerah yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). RKPD
ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota). Sesuai Pasal 82
ayat (2) Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum
tahun anggaran berkenaan.
RPJMD yang sudah ditetapkan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, oleh setiap Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selanjutnya dijabarkan ke dalam Rencana Strategis (Renstra
SKPD). Renstra SKPD ini berisi rencana tugas masing-masing unit dalam SKPD, yang secara
keseluruhan digabung menjadi Rencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD). Renstra SKPD tersebut selanjutnya dirinci untuk tiap tahun sebagai Rencana
Tahunan yang dikenal dengan Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) dengan berpedoman pada
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang sudah ditetapkan.
Bab II - 7
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
KUA dan PPAS kemudian dibahas dan disepakati bersama-sama oleh kepala daerah
dan DPRD dalam bentuk penandatanganan nota kesepakatan secara bersamaan. Penyusunan
Rancangan KUA dan Rancangan PPAS sendiri dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah
Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah.
Sesuai ketentuan dalam Pasal 87 ayat (1), kedua dokumen perencanaan tersebut,
yaitu Rancangan KUA dan Rancangan PPAS selanjutnya disampaikan oleh Kepala Daerah
kepada DPRD untuk dibahas dalam forum pembicaraan pendahuluan mengenai Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) tahun anggaran berikutnya, paling
lambat Pertengahan Bulan Juni. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama Panitia Anggaran
DPRD. Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati
menjadi KUA dan PPAS dan masing-masing dituangkan ke dalam Nota Kesepakatan yang
ditandatangani bersama antara Kepala Daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu
bersamaan.
Bab II - 8
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
dinyatakan bahwa RKA-SKPD yang telah disusun oleh Kepala SKPD disampaikan kepada
PPKD untuk selanjutnya dibahas oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD).
Pembahasan RKA-SKPD dimaksudkan untuk menelaah kesesuaian RKA-SKPD
dengan KUA, PPAS, dan dokumen lainnya. SKPD yang RKA-SKPDnya dibahas hadir dalam
kegiatan ini. Apabila dalam pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian, maka Kepala
SKPD melakukan penyempurnaan sesuai petunjuk yang diberikan.
Setelah disempurnakan oleh kepala SKPD, selanjutnya disampaikan kepada Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), yaitu Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD) sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD. Rancangan peraturan daerah
tentang APBD yang telah disusun oleh PPKD disampaikan kepada Kepala Daerah. Dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13/2006, Pasal 103 ayat (1), (2), (3) dan (4) dinyatakan
bahwa:
• Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disusun oleh PPKD
disampaikan kepada kepala daerah.
• Rancangan peraturan daerah tentang APBD sebelum disampaikan kepada DPRD
disosialisasikan kepada masyarakat.
• Sosialisasi rancangan peraturan daerah tentang APBD bersifat memberikan informasi
mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan
APBD tahun anggaran
2.5. Para Fihak yang Terlibat dan Preferensinya dalam Perencanaan, Penganggaran,
dan Pelaksanaan Anggaran Daerah
Dalam proses penyusunan rencana dan anggaran, serta pelaksanaan anggaran daerah
setiap tahun ada beberapa pihak yang terlibat, yaitu pemerintah daerah (eksekutif), Dewan
Perwakilan Rakyat daerah (DPRD), inspektorat daerah, auditor eksternal, dan masyarakat.
Berikut penjelasan tentang posisi, fungsi, dan kecenderungan yang terjadi selama ini dari
aspek regulasi, konsep, dan praktik.
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah/SKPKD, dan unit kerja yang melaksanakan
fungsi pengendalian program/administrasi pemerintahan. TAPD menyusun KUA,
PPAS, dan rancangan peraturan daerah tentang APBD, dan rancangan peraturan
kepala daerah tentang penjabaran APBD. Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota)
kemudian menyampaikan dokumen KUA, PPAS, dan rancangan peraturan daerah
tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas, disepakati dan ditetapkan menjadi
peraturan daerah tentang APBD. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
sebagai pengguna anggaran menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan
Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD sebagai dasar pelaksanaan kegiatan di
SKPD yang dipimpinnya.
Preferensi TAPD dalam penyusunan anggaran adalah menyesuaikan alokasi belanja
(inputs) untuk melaksanakan program dan kegiatan yang menghasilkan outcomes
berupa pencapaian target-target kinerja yang telah ditetapkan oleh kepala daerah
dalam dokumen RPJMD dan RKPD. Namun, sering terjadi perbedaan pendapat terkait
jumlah belanja secara keseluruhan di antara Bappeda selaku penyusun rencana kerja
(RKPD) dan SKPKD selalu “pencari dana”. Semakin besar jumlah belanja, maka
semakin banyak jumlah dana yang harus diperoleh oleh SKPKD melalui realisasi
pendapatan daerah dan atau penerimaan pembiayaan daerah.
SKPD sendiri sebagai pemberi usulan anggaran awal memiliki kecenderungan untuk
memaksimalkan anggarannya. Niskanen (dalam Blais dan Dion, 1990) menyebut
satuan kerja (agency) sebagai budget maximizer, yakni senantiasa berupaya
meningkatkan jumlah alokasi sumberdaya untuk memudahkan pelaksanaan fungsi-
fungsinya. Pada kenyataannya, penggelembungan anggaran sering dilakukan oleh
SKPD yang mengusulkan RKA-SKPD karena beberapa alasan, seperti kemungkinan
besar usulan kebutuhan anggaran yang diajukan akan “dipotong” oleh DPRD pada
saat pembahasan rancangan PPAS dan atau rancangan APBD sebelum penetapan
Perda tentang APBD, untuk mengantisipasi kenaikan harga, dan untuk pengeluaran-
pengeluaran di luar anggaran yang harus dilakukan (Abdullah, 2012).
Bab II - 10
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Perda tentang APBD, Banggar DPRD mempunyai tugas untuk berkonsultasi dengan
komisi-komisi, berdiskusi dengan TAPD, menyampaikan pokok-pokok pikiran DPRD
kepada kepala daerah, dan memberi masukan kepada Pimpinan DPRD terkait
kebutuhan belanja untuk DPRD yang akan dianggarkan dalam APBD.7 Selain
Banggar, di DPRD terdapat komisi sebagai alat kelengkapan DPRD yang memiliki
tugas membahas dokumen-dokumen anggaran dengan SKPD terkait. Berbeda dengan
Banggar, komisi terbagi ke dalam bidang-bidang yang akan bermitra dengan
pemerintah daerah dalam penyusunan peraturan daerah, penganggaran, dan
pengawasan atas pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
pembangunan daerah. Komisi tidak berhubungan langsung dengan TAPD, tetapi
dengan mitra kerjanya di pemerintah daerah, yakni SKPD.
DPRD adalah lembaga perwakilan yang merepresentasi kepentingan konstituennya,
yakni pemilih (voters). Secara normatif, dalam melaksanakan fungsinya dalam
pembahasan rancangan anggaran daerah, anggota DPRD akan memprioritaskan
program dan kegiatan yang sejalan dengan kebutuhan dan pemecahan masalah yang
dihadapi oleh masyarakat, terutama di daerah pemilihan tempat dia menjadi wakil
rakyat di parlemen. Untuk memberi kewenangan kepada DPRD dalam merevisi usulan
anggaran dari pemerintah daerah, di dalam UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara
dinyatakan bahwa DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah
penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.8
7
Pasal 55 PP No.16/2010 Tentang Pedoman Penyusunan Peraturan DPRD Tentang Tata Tertib DPRD.
8
Pasal 20 ayat (3) UU No.17/2003.
Bab II - 11
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Bab II - 12
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
No.16/2010 menyatakan bahwa salah satu tugas Badan Anggaran DPRD adalah memberikan
saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepada kepala daerah dalam
mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah paling lambat 5 (lima)
bulan sebelum ditetapkannya APBD.
Dengan demikian, pada fase pembahasan rancangan KUA dan PPAS, yakni lima
bulan sebelum ditetapkannya APBD, dan fase pembahasan rancangan peraturan daerah
tentang APBD, DPRD memiliki ruang dan kewenangan untuk mengubah usulan anggaran
yang diajukan oleh pemerintah daerah melalui TAPD. Proses yang merupakan ranah politik
anggaran ini sangat berpengaruh terhadap keputusan akhir tentang pengalokasian sumberdaya
(Abdullah, 2012). Rencana kerja yang memuat program dan kegiatan yang telah ditetapkan
sebelumnya, baik dalam RKPD maupun Renja SKPD, bisa saja tidak muncul dalam PPAS
dan atau dalam Perda tentang APBD. Penyimpangan nama program, kegiatan, dan anggaran
dari rencana kerja merupakan bentuk dari ketidakkonsistenan dan ketidakefektifan proses
penyusunan anggaran yang utuh (unified budgeting).
Pada praktiknya, Pemerintah telah menerbitkan aturan main tentang mekanisme,
kabijakan, dan operasional penyusunan APBD dalam bentuk Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri), termasuk pedoman penyusunan APBD yang dikeluarkan setiap tahun. Bagi
pemerintah daerah sendiri, Permendagri tersebut menjadi acuan atau contoh dalam menyusun
petunjuk teknis yang akan menjadi pegangan bagi seluruh SKPD dalam menyusun dokumen-
dokumen anggaran di SKPD.
Efektivitas penganggaran menunjukkan bagaimana proses penyusunan anggaran
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diatur dalam pedoman penyusunan anggaran.
Di pemerintah daerah, pedoman dimaksud dikeluarkan oleh kepala daerah sebagai petunjuk
teknis untuk tujuan:
a. Menyeragamkan format formulir-formulir yang digunakan.
b. Menyamakan pernyataan indikator kinerja dan cara pengukurannya dengan
pedoman yang sudah ada.
c. Menyesuaikan dengan target kinerja dan pagu anggaran yang sudah ditetapkan
sebelumnya untuk setiap satuan kerja (agency).
d. Menguraikan rincian belanja (input) berdasarkan analisis standar belanja (ASB)
dan satuan harga barang dan jasa yang telah ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah.
Bab II - 14
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
e. Menghindari terjadinya duplikasi nama program dan kegiatan dalam satu SKPD
dan antar-SKPD.
f. Memudahkan penilaian kelayakan usulan atau RKA-SKPD oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah (TAPD.
Bab II - 15
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Bab II - 16
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
B AB PENDEKATAN DAN
III METODOLOGI
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
BAB III - 1
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Untuk mencapai tujuan di atas, maka harus dilakukan tiga sub kegiatan berikut
yaitu:
BAB III - 2
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB III - 3
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB III - 4
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB IV - 1
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
diakomodasi dalam APBD dan dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya. Adanya
“intervensi” dari SKPD, TAPD, dan DPRD dalam proses penyusunan, pembasahan, dan
penetapan APBD menyebabkan pelaskanaan konsep unified budgeting tidak efektif.
Pada saat penyusunan anggaran berbagai pertanyaan sering muncul, terutama
berkaitan dengan bagaimana membawa kepentingan masyarakat ke dalam perspektif
anggaran yang mempunyai outcomes akhir berupa pencapaian tingkat kesejahteraan
masyarakat secara umum. Untuk itu, bagaimana alokasi yang ideal antara belanja
aparatur dan belanja publik, membutuhkan kajian yang lebih rinci dan lebih mendalam.
Dengan melihat berbagai permasalahan yang muncul selama ini, masih
memungkinkan terjadinya inefisiensi dan inefektifitas penganggaran, maka disinilah
kiranya esensi masyarakat sebagai fungsi control menunjukkan urgensinya demi
terwujudnya transparansi penyelenggaraan pemerintahan. Dengan adanya transparansi
dalam penganggaran, kebocoran maupun penyimpangan implementasi kebijakan dapat
ditekan, yang dampaknya akan dirasakan berua efisiensi dan efektifitas atas
pelaksanaan kebijakan itu sendiri. Efektiviitas kebijakan tercermin dalam efektifitas
keuangan yang dituangkan dalam anggaran, yang menunjukkan angka-angka yang
wajar dan penentuan sasaran yang tepat, sehingga nilai kegunaan/manfaat sudah
tergambar dan terukur dengan jelas sejak awal.
Implementasi kebijakan adalah wujud dari mekanisme penganggaran itu
sendiri sebagai terjemahan dari kebijakan yang tercantum dalam dokumen-dokumen
perencanaan daerah. Dengan demikian kita dapat ikut memastikan dana yang
dianggarkan APBD adalah diperuntukan kepada sasaran yang tepat, efektif, efisien, dan
terhindar dari manipulasi terencana (intended misallocation).
Berdasarkan konsep, efektifitas pada dasarnya berhubungan dengan
pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektifitas merupakan hubungan
antara keluaran dengan tujuan dan sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional
dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan
(spending wisely). Disamping itu, indikator atau ukuran efektifitas adalah kesesuaian
antara rencana dengan hasil yang dicapai, atau kesesuaian antara ketentuan perundang-
undangan yang berlaku dengan kenyataan pelaksanaannya, atau dengan kata lain
bahwa efektif adalah padanan kata kesamaan atau konsistensi antara
rencana/kebiajakan/aturan dengan hasil yang diinginkan dan/atau dicapai. Kesamaan
BAB IV - 2
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
atau kesesuaian atau konsistensi dimaksud mencakup faktor waktu, prosedur, metode,
dan sebagainya, maka untuk mengetahui sesuatu kegiatan mencapai efektifitas, dalam
proses perencanaanya perlu menetapkan secara jelas dan tegas tingkat keberhasilan
yang diharapkan dalam suatu kegiatan.
Untuk menjawab persoalan efektifitas penganggaran pada SKPD Provinsi
Aceh dapat dibuktikan melalui uji konsistensi prosedur dan tahap-tahap penyusunan
anggaran yang dilaksanakan oleh seluruh jajaran perangkat kerja daerah. Proses
penyusunan anggaran dapat dikatakan efektif jika hasil dari proses tersebut (RKA-
SKPD) telah sesuai dengan kebijakan atau peraturan yang berlaku, salah satunya
berdasarkan pasal 100 Permendagri No.13/2006, yang mengisyaratkan perlunya
telaahan tingkat kesesuaian antara RKA-SKPD dengan KUA dan PPAS, serta adanya
sinkronisasi program dan kegiatan antar-SKPD. Untuk pengujian ini dilakukan
beberapa langkah berikut:
Sasaran kegiatan merupakan wujud dari capaian tujuan kegiatan itu sendiri.
PPAS dan RKA merupakan dokumen yang menghubungkan antara perencanaan dengan
penganggaran di pemerintahan daerah. Kedua dokumen tersebut akan digunakan untuk
mengukur efisiensi, efektifitas, ekonomisnya suatu program dan kegiatan yang
direncanakan akan dilaskanakan pada tahun anggaran berikutnya.
Efektifitas penyusunan anggaran dapat dijelaskan dalam dokumen ini,
terutama dalam hal kesesuaian antara sasaran kegiatan yang akan dicapai dengan inputs
yang dibutuhkan. Sasaran adalah calon penerima manfaat dari anggaran. Jika sasaran
tidak dinyatakan dengan tepat dalam PPAS dan RKA-SKPD, maka penggunaan
anggaran dan pelaksanaan anggaran kemungkinan tidak tepat sasaran dan manfaat
anggaran tidak tercapai, sehingga dengan sendirinya efektifitas anggaran tidak tercapai
dan terukur dengan baik. Oleh karena itu, jika anggaran yang disusun dengan
peruntukan yang tidak tepat sasaran, maka penyusunan anggaran tersebut dapat
dikatakan tidak efektif.
Kondisi tidak efektifnya proses penyusunan anggaran selama ini berdasarkan
jenis kegiatan dapat dilihat pada Tabel 4.1. sampai Tabel 4.4., yang memuat informasi
BAB IV - 3
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
tentang konsistensi sasaran kegiatan dalam PPAS dan RKA-SKPD beberapa SKPD
berikut ini.
Tabel 4.1.
Konsistensi Sasaran Kegiatan dalam PPAS dan RKA-SKPD
Badan Investasi Dan Promosi
BAB IV - 4
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Berdasarkan Tabel 4.1. dapat dilihat bahwa ada beberapa kegiatan dalam
PPAS pada Badan Investasi dan Promosi yang memiliki pernyataan sasaran yang tidak
tepat, yaitu kegiatan Penyediaan Jasa Surat Menyurat, Peyediaan Jasa Komunikasi,
Sumber Daya Air dan Listrik, Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor, Penyediaan Alat
Tulis Kantor, Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan, dan Penyediaan
Komponen Instansi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor. Sasaran yang ditetapkan
adalah peningkatan kualitas pelayanan administrasi kantor. Pernyataan sasaran seperti
ini tidak tepat karena yang seharusnya dicantumkan sebagai sasaran adalah para pihak
yang akan menerima hasil (outcomes) atau manfaat (benefits) dari kegiatan-kegiatan
tersebut.
Selain itu, pernyataan sasaran dalam RKA-SKPD tidak diisi. Hal ini
menyebabkan anggaran untuk masing-masing kegiatan tidak memiliki target kinerja
dan penerima hasil dan manfaat yang jelas.
Pada Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa sasaran dalam RKA-SKPD Badan
Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan sudah dinyatakan dengan jelas, namun tidak
tepat. Hal ini disebabkan pada pernyataan sasaran tidak disebutkannya siapa saja yang
akan menerima manfaat dari kegiatan-kegiatan tersebut. Pernyataan sasaran dalam
PPAS tidak konsisten atau berbeda dengan yang dinyatakan dalam RKA-SKPD.
Sebagai contoh adalah kegiatan Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan
Dinas/Operasional. Pernyataan sasaran untuk kegiatan ini di dalam PPAS adalah
terpeliharanya kendaraan dinas kantor dan dalam RKA-SKPD adalah pelayanan
sarana dan prasarana kantor. Contoh lain adalah kegiatan Fasilitas Penyesuaian
Perselisihan Partai Politik. Pernyataan sasaran dalam PPAS adalah terciptanya
hubungan yang harmonis dan pernyataan sasaran dalam RKA-SKPD adalah pimpinan
parpol/parlok.
Pada kegiatan pertama, pernyataan sasaran antara PPAS dan RKA-SKPD tidak
mencerminkan siapa yang akan menikmati outcomes atau benefits dari pelaksanaan
kegiatan-kegiatan tersebut. Sedangkan pada kegiatan kedua, pernyataan sasaran antara
PPAS dan RKA-SKPD tidak konsisten, meskipun pada sasaran di RKA-SKPD sudah
dinyatakan siapa yang akan menerima manfaat dari pelaksanaan kegiatan tersebut
nantinya.
BAB IV - 5
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Tabel 4.2.
Kosistensi Sasaran Kegiatan Antara PPAS dengan RKA-SKPD
Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat
Berdasarkan PPAS Berdasarkan RKA-SKPD
Plafon
Nama Kegiatan Alokasi
Anggaran
Sasaran Sasaran Anggaran
Sementara
(Rp)
(Rp)
Tercapainya persentase rata-
Penyediaan Jasa Surat Pelayanan Adm
rata surat yang gagal 8.655.000 23.655.000
Menyurat surat menyurat
tersampaikan
Pelayanan
Penyediaan jasa komunikasi, Terlayani kebutuhan
175.830.792 Administrasi 165.000.000
sumber daya air dan listrik administrasi kantor
Perkantoran
Penyediaan jasa peralatan Terlayani kebutuhan logistik Pelayanan Adm
2.300.000 1.200.000
dan perlengkapan kantor kantor Perkantoran
Pelayanan
Penyediaan jasa administrasi Meningkatnya pelayanan Adm
628.240.000 Administrasi 551.960.000
keuangan Keuangan
Keuangan
Pelayanan
Penyediaan jasa kebersihan
Terlayani kebersihan kantor 66.926.200 kebersihan 97.779.600
kantor
Perkantoran
Pelayanan
Terlayani kebutuhan
Penyediaan Alat Tulis Kantor 23.228.864 Administrasi 25.924.274
administrasi kantor
Perkantoran
Penyediaan bahan bacaan
Terlayani kebutuhan informasi Koran, Majalah dan
dan peraturan perundang- 9.036.000 9.036.000
dan peraturan-peraturan Undang-undang
undangan
Pelayanan
Penyediaan makanan dan Terlayani kebutuhan
104.200.000 Administrasi 41.350.000
minuman Administrasi kantor
Perkantoran
Rapat-rapat kordinasi dan Terlayani kebutuhan Aparatur
400.000.000 569.400.000
konsultasi ke luar daerah administasi kantor Pemerintah
Terciptanya kenyamanan
Pembangunan gedung kantor 100.000.000 - 553.856.000
kantor
Pengadaan peralatan gedung Terlayani kebutuhan Pelayanan
25.000.000 380.658.000
kantor administrasi kantor perkantoran
Pelayanan Sarana
Pemeliharaan rutin/berkala Terpeliharanya kendaraan
65.000.000 dan Prasarana 42.250.000
kendaraan dinas/operasional dinas kantor
Kantor
Pemeliharaan rutin/berkala Terpeliharanya peralatan Aparatur
32.425.000 60.944.000
peralatan gedung kantor gedung kantor Pemerintah
Pendidikan dan pelatihan Meningkatnya profesionalisme
15.000.000 Aparatur 10.700.000
normal dan sumber daya aparatur
Fasilitas penyesuaian Terciptanya hubungan yang Pimpinan
100.000.000 107.400.000
perselisihan partai politik harmonis Parpol/parlok
Sosialisasi kebijakan politik Terpantaunya infra struktur
100.000.000 Komponen Aparatur 92.680.000
pemerintah aceh politik daerah
BAB IV - 6
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Nyaris sama dengan substansi Tabel 4.2., Tabel 4.3. menyajikan informasi
tentang sasaran kegiatan pada Dinas Kesehatan Provinsi Aceh yang menunjukkan
ketidakkonsistenan antara dokumen PPAS dengan RKA-SKPD. Pernyataan sasaran
dalam PPAS sama sekali tidak menunjukkan siapa yang akan menikmati outcomes dari
pelaksanaan kegiatan, sedangkan dalam pernyataan sasaran pada RKA-SKPD sebagai
menyebutkan fihak penerima manfaat.
Misalnya untuk kegiatan Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan. Sasaran
dalam PPAS adalah kelancaran pekerjaan dinas kantor dan sasaran dalam RKA-SKPD
adalah aparatur dan masyarakat. Pernyataan sasaran untuk sasaran di RKA-SKPD
sudah tepat, meskipun kurang rinci atau tidak fokus. Namun, pernyataan sasaran pada
PPAS sama sekali tidak menggambarkan siapa yang akan menerima manfaat dari
pelaskanaan kegiatan ini.
Contoh lain adalah kegiatan Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan,
yang menyebutkan sasaran dalam PPAS berupa kelancaran pekerjaan dinas kantor dan
pernyataan sasaran untuk RKA-SKPD berupa ketersediaan kebutuhan kantor. Kedua
penyataan sasaran ini tidak tepat karena sama sekali tidak menggambarkan siapa yang
akan menerima manfaat dari pelaskanaan kegiatan ini, kecuali hanya menyebutkan
bentuk outcome dari pelaksanaan kegiatan.
BAB IV - 7
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Tabel 4.3.
Kosistensi Sasaran Kegiatan Antara PPAS dengan RKA-SKPD
Dinas Kesehatan
Berdasarkan PPAS Berdasarkan RKA-SKPD
Plafon
Nama Kegiatan Alokasi
Anggaran
Sasaran Sasaran Anggaran
Sementara
(Rp)
(Rp)
Kelancaran Pekerjaan
Penyediaan jasa surat menyurat 28.980.000 Dinkes Aceh dan UPTD 28.980.000
Dinas/Kantor
Penyediaan jasa komunikasi, Kelancaran pekerjaan Dinas Operasional Dinkes dan
1.062.680.000 1.097.000.000
sumber daya air dan listrik perkantoran UPTD nya
Penyediaan jasa administrasi Kelancaran pekerjaan Dinas Aparatur dan
2.589.700.000 2.140.320.000
keuangan Kantor masyarakat
Kenyamanan kerja bagi
Peyediaan jasa kebersihan
Kelancaran pekerjaan Dinas 1.800.000.000 semua pegawai Dinkes 1.348.860.600
kantor
Kantor dan UPTD
Pelaksana administrasi
Penyediaan alat tulis kantor Kelancaran pekerjaan Dinas 177.068.000 177.068.000
Dinkes dan UPTD
Kantor
Penyediaan barang cetakan dan Kelancaran pekerjaan Dinas Ketersediaan kebutuhan
100.000.000 100.000.000
penggandaan Kantor kantor
Penyediaan komponen instalasi
Kelancaran pelaksanaan
listrik/ penerangan bangunan Terpeliharanya sarana dan 42.000.000 42.000.000
tugas petugas
kantor prasaran
Peningkatan kinerja
Penyediaan peralatan dan
Kelancaran pekerjaan dinas 50.000.000 pegawai Dinkes dan 224.144.700
perlengkapan kantor
dan kantor UPTD nya
Penyediaan bahan bacaan dan Peningkatan Pengetahuan Semua pegawai Dinkes
21.000.000 21.000.000
peraturan perundang-undangan dan Informasi dan UPTD
Penyediaan bahan logistik kantor Kelancaran Pekerjaan Dinas 2.000.826.597 Masyarakat 2.159.836.297
dan Kantor
Petugas jaga malam
Penyediaan makanan dan
Kelancaran Pekerjaan Dinas 36.000.000 dinas kesehatan dan 77.760.000
minuman
dan Kantor UPTD
Pengadaan perlengkapan Tersedianya sarana gedung Aparatur dan
50.000.000 117.000.000
gedung kantor kantor yg memadai masyarakat
Meningkatnya sumber daya Peningkatan SDM
Pendidikan dan pelatihan formal 1.386.908.000 1.386.908.000
manusia kesehatan
Tersedianya peraturan
Bimbingan teknis implementasi
perundang-undangan yang 50.000.000 Pegawai Negeri Sipil 46.820.000
peraturan perundang-undangan
berlaku
Pengadaan obat dan perbekalan Tersedianya obat di 23
500.000.000 Masyarakat 492.575.000
kesehatan kab/kota
Monitoring, Evaluasi dan Sarana farmasi yang
65.000.000 Sarana Kesehatan 58.800.000
Pelaporan memenuhi syarat
Terlaksananya sistem
Revitalisasi sistem kesehatan 300.000.000 Petugas Puskesmas 269.215.000
pelayanan di RS & Pusk
Peningkatan kesehatan Terlaksananya peningk.
400.000.000 Masyarakat 360.254.000
masyarakat kapasitas tenaga kes.
Peningkatan pelayanan dan
Petugas dan kesehatan
penanggulangan masalah Pertemuan jejaring masalah 300.000.000 271.152.500
jiwa masyarakat
kesehatan kes. dimasyarakat
Bayi, Balita, Bumil KEK serta
Pengembangan media promosi
Tenaga Gizi Kab/Kota dan 730.000.000 Masyarakat 150.000.000
dan informasi sadar hidup sehat
Puskesmas
BAB IV - 8
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Tabel 4.4.
Konsistensi Sasaran Kegiatan Antara PPAS dengan RKA-SKPD
RSU Zainal Abidin
Berdasarkan PPAS Berdasarkan RKA
Plafon
Nama Kegiatan Alokasi
Anggaran
Sasaran Sasaran Anggaran
Sementara
(Rp)
(Rp)
Penyediaan jasa administrasi keuangan Karyawan 9.089.975.577 Karyawan 4.423.000.000
Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi
Karyawan 349.700.000 Karyawan 297.100.000
ke luar daerah
Peningkatan pelayanan administrasi Karyawan dan
Karyawan & Masyarakat 4.827.059.520 5.194.558.382
perkantoran Masyarakat
Pemeliharaan rutin/berkala gedung Pasien, masyaakat & Masyarakat Rumah
110.500.000 130.500.000
kantor karyawan Sakit
Pemeliharaaan rutin/berkala peralatan Pasien, masyarakat & Karyawan, Pasien dan
657.500.000 293.100.000
gedung kantor karyawan Masyarakat
Rapat Koordinasi teknis (Rakornis) Karyawan & Pasien 65.629.600 Karyawan dan Pasien 62.229.600
BAB IV - 9
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Terlaksananya Jenjang
Pendidikan dan pelatihan formal 452.700.000 Aparatur 454.320.000
pendidikan
Pembinaan mental dan fisik aparatur terlatihnya aparatur 681.700.000 Aparatur 38.400.000
Tersedianya kualitas
Peningkatan kualitas pelayanan publik 516.200.000 Aparatur 1.888.640.000
pelayanan publik
Tersedianya Gedung
Pembangunan gedung sekolah Tempat Proses Belajar 2.000.000.000 TK dan PAUD 19.153.796.000
Mengajar Anak Usia Dini
Tersedianya Gedung
Pembangunan gedung sekolah Tempat Proses Belajar 2.500.000.000 Kab/Kota 17.106.434.000
Mengajar SD/SMP
Pembangunan rumah dinas kepala Tersedianya Rumah Guru dan Pengawas
200.000.000 10.989.783.284
sekolah, guru, penjaga sekolah dinas Guru SD/SMP Asrama
BAB IV - 10
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB IV - 11
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Tabel 4.6
Tingkat Kesesuaian Penetuan Indikator Kinerja Kegiatan
Target Kinerja dalam RKA
No SKPD Program Kegiatan Alokasi Anggaran
Sasaran Target Indikator Output (keluaran) Indikator Outcome (Hasil)
(Rp)
Dinas Kebudayaan dan Generasi muda/pelajar dan seniman se- Kualitas paduan suara teruji/pemahaman notasi not Generasi muda/pelajar Aceh tampil di istana
1 Pengelolaan keragaman budaya Audisi paduan suara Gita Bahana Nusantara 136.700.000
Pariwisata Aceh angka/balok/lagu-lagu perjuangan 100% negara 100%
Program Peningkatan Kapasitas Bimbingan teknis implementasi peraturan Ketersediaan tenaga penyidik dan akuntabilitas 3 Meningkatnya kedisiplinan dan akuntabilitas 3
2 Dinas Kesehatan Pegawai Negeri Sipil 1 TH 46.820.000
Sumber Daya Aparatur perundang-undangan orang orang
Semua Rumah Sakit Milik
Program Standarisasi Pelayanan Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan Peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat 8 Terpilihnya pelaksana rumah sakit sayang ibu
3 Dinas Kesehatan pemerintah/Swasta terutama RS Umum 23 180.455.000
Kesehatan kesehatan Kab/kota RSU dan bayi 100%
dan RS Bersalin
Dinas Kebudayaan dan Fasilitas pembentukan forum komunikasi antar Kelompok sadar wisata dan masyarakat Terwujudnya peningkatan kesadaran masyarakat Terciptanya masyarakat yang sadar wisata
4 Pengembangan kemitraan 181.594.000
Pariwisata pelaku industri pariwisata dan budaya sekitar objek wisata tentang manfaat dan arti pariwisata 100% 100%
Badan Kesatuan Bangsa,
5 Politik dan Perlindungan Program Pendidikan Politik Masyarakat Fasilitas penyesuaian perselisihan partai politik Pimpinan Parpol/parlok Kemandirian partai 80% Menurunnya konflik internal Parpol 60% 107.400.000
Masyarakat 60%
Dinas Kebudayaan dan Peningkatan mutu kesenian di masyarakat
6 Pengelolaan keragaman budaya Festival seni dan pagelaran budaya Seniman dan masyarakat Festival seni dan pagelaran budaya 100% 98.920.000
Pariwisata 100%
Teridentifikasinya lokasi perambahan kawasan
Dinas Kehutanan dan Program Perencanaan dan Identifikasi perambahan kawasan hutan dan Kawasan hutan produksi, lindung dan Terwujudnya kepastian letak batas kawasan hutan di hutan. 20 lokasi, 10 Kab/kota
7 1.850.000.000
Perkebunan Pengembangan Hutan potensi pengembangan hutan budidaya lapangan Terpasangnya titik kontrol batas kawasan 5
2 Kab kab/kota
Rapat kerjasama PM,Cetak buku perkembangan PM,
BADAN INVESTASI DAN Program Peningkatan Promosi dan Koordinasi antar lembaga dalam pengendalian Singkronisasi kegiatan dengan PDKPM , data
8 Evaluasi & updating data ke kab/kota dan koordinasi & 189.003.200
PROMOSI kerjasama investasi pelaksanaan investasi PMDN/PMA PMA/PMDN yang uptodate 100%
1 konsultasi ke luar daerah, 1kt; 100 bh; 15 ot dan 12 ot
Meningkatnya motivasi untuk berprestasi di
Lomba kompetensi siswa (LKS) dan OSN siswa Siswa berprestasi dalam kegiatan LKS dan OSN 28
9 Dinas Pendidikan Pendidikan menengah Siswa kalangan siswa jenjang pendidikan menengah 5.367.249.500
SMA Provinsi NAD 1 Paket Kegiatan
90%
Badan Kesatuan Bangsa,
Terevaluasi dan terdokumentasi pelaksanaan tahapan Berjalan tahapan Pemilu 2009 secara Luber
10 Politik dan Perlindungan Program Pendidikan Politik Masyarakat Monitoring, evaluasi dan pelaporan Partai Politik dan Instansi Pemerintahan 119.600.000
pemilu 23 Kab/Kota dan Jurdil 23 Kab/Kota
Masyarakat
Dinas Kehutanan dan Program Peningkatan Ketahanan 23 Laporan LAKIP, LPPD, dan LKPJ dan Tersusunnya laporan LAKIP, LPPD, dan LKPJ
11 Monitoring, evaluasi dan pelaporan - Kab/Kota 750.000.000
Perkebunan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Terselenggaranya rapat evaluasi 3 pkt, 1 pkt 1pkt
Program Obat dan Perbekalan 23 Tersedianya data dan informasi kesehatan di 23 Meningkatnya kwalitas data dan informasi
12 Dinas Kesehatan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sarana Kesehatan Kab/kota 58.800.000
Kesehatan Kab/Kota 100% kesehatan 100%
23 Terlaksananya program-program prioritas di sarana Terlaksananya monev dan penyusunan
13 Dinas Kesehatan Program Upaya Kesehatan Masyarakat Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sarana Kesehatan Dasar Kab/kota 135.720.000
kesehatan 100% pelaporan yang tepat awaktu 90%
Program Promosi Kesehatan dan Sekolah dan rumah tangga yang Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
14 Dinas Kesehatan Monitoring, evaluasi dan pelaporan Peningkatan masyarakat hidup bersih dan sehat 100% 135.730.000
Pemberdayaan Masyarakat melakukan PHBS 100%
Program Standarisasi Pelayanan Semua Puskesmas/Pustu tenaga 23 Peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat Terpilihnya tenaga kesehatan teladan
15 Dinas Kesehatan Monitoring, evaluasi dan pelaporan Kab/kota 181.005.000
Kesehatan teladan terpilih 50% Puskesmas 50%
Dinas Kebudayaan dan Pagelaran budaya daerah pada event dalam dan Terlaksananya kegiatan pagelaran adat dan budaya 1 Peningkatan pagelaran adat dan budaya
16 Pengelolaan keragaman budaya Masyarakat dan tokoh perempuan 746.240.000
Pariwisata luar negeri Keg dalam dan luar negeri 1005
Dinas Kebudayaan dan Pagelaran dan pameran seni temu taman budaya Terlaksananya pagelaran, dan pameran seni temu
17 Pengembangan nilai budaya Seniman dan masyarakat Peningkatan mutu kesenian 100% 82.700.000
Pariwisata se-Indonesia taman budaya se Indonesia 100%
Dinas Kebudayaan dan Terlaksananya pagelaran, pameran seni se-Sumatera
18 Pengembangan nilai budaya Pagelaran, pameran seni se-Sumatera (PPSI) Para seniman dan masyarakat Peningkatan mutu kesenian 100% 91.700.000
Pariwisata (PPSS) 100%
Dinas Kebudayaan dan Partisipasi museum Aceh di luar dan dalam Terlaksananya kegiatan pameran museum di luar dan Peningkatan kunjungan masyarakat dari luar
19 Pengelolaan keragaman budaya Masyarakat dalam dan luar daerah 185.660.000
Pariwisata daerah dalam daerah 5 Keg dan dalam daerah ke museum 100%
Dinas Kebudayaan dan Pelaksanaan koordinasi pembangunan kemitraan Terlaksananya koordinasi antara pelaku usaha wisata Meningkatnya kinerja pelaku usaha wisata
20 Pengembangan kemitraan Pelaku usaha wisata 91.457.000
Pariwisata pariwisata 100% 100%
Dinas Kebudayaan dan Pelaksanaan koordinasi pembangunan objek Terlaksananya koordinasi lembaga/dunia usaha Meningkatnya kinerja lembaga/dunia usaha
21 Pengembangan destinasi pariwisata Lembaga/dunia usaha pariwisata 186.660.000
Pariwisata pariwisata dengan lembaga/dunia usaha pariwisata 100% pariwisata 100%
Wajib belajar pendidikan dasar Pelatihan guru bahasa Inggris bagi calon guru Terlatihnya guru SD/MI dalam pengajaran bahasa Meningkatnya mutu proses belajar mengajar
24 Dinas Pendidikan Guru 1 Paket 234.420.000
sembilan tahun SD/MI se-Provinsi inggris 90 orang 100%
Wajib belajar pendidikan dasar Meningkatnya kemampuan kepala sekolah dan
25 Dinas Pendidikan Pelatihan kompetensi tenaga pendidik Kepala Sekolah dan Guru SMP 1 Paket Kepala sekolah dan guru yang terlatih 1720 orang 1.212.305.120
sembilan tahun guru dalam bidang TIK 1720 Guru
BAB IV - 12
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB IV - 13
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB IV - 14
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB IV - 15
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Dinas Kebudayaan dan Pengembangan jaringan kerjasama promosi Masyarakat, wisatawan mancanegara Terlaksananya event atraksi di dalam dan luar negeri Peningkatan arus kunjungan wisman dan
115 Pengembangan pemasaran pariwisata 91.750.000
Pariwisata pariwisata dan wisatawan nusantara 100% wisnus 100%
Dinas Kebudayaan dan Tercapainya tingkat daya tarik wisata melalui event Peningkatan arus kunjungan wisman dan
116 Pengembangan destinasi pariwisata Pengembangan jenis dan paket wisata unggulan Masyarakat, wisman dan wisnus 2.585.519.000
Pariwisata atraksi wisata di Aceh 100% wisnus ke Aceh 100%
Wajib belajar pendidikan dasar Pengembangan kurikulum dan pembinaan Guru yang memahami kurikulum dan siswa yang Meningkatnya mutu guru dan belajar siswa
117 Dinas Pendidikan Guru dan Siswa 1 Paket 1.792.976.040
sembilan tahun kesiswaan SD/MI terbina 7 Kegiatan 90%
Pengembangan materi belajar mengajar dan
Wajib belajar pendidikan dasar
118 Dinas Pendidikan metode pembelajaran dengan menggunakan Siswa Tersedianya materi belajar menggunakan TIK 3 Paket Meningkatnya mutu hasil belajar siswa 100% 634.340.000
sembilan tahun
teknologi informasi dan komunikasi
Pengembangan materi belajar mengajar dengan
Terciptanya metode pembelajaran multimedia 7
119 Dinas Pendidikan Pendidikan menengah menggunakan teknologi informasi dan Guru Meningkatnya mutu hasil belajar siswa 90% 4.063.824.788
1 Paket kegiatan
komunikasi
Program Promosi Kesehatan dan Pengembangan media promosi dan informasi 23 Meningkatnya pengetahuan masyarakat
120 Dinas Kesehatan Masyarakat Kab/kota Tersebarnya informasi kesehatan secara merara 90% 150.000.000
Pemberdayaan Masyarakat sadar hidup sehat tentang kesehatan 80%
Dinas Kebudayaan dan Tersebarnya informasi dan pengenalan wilayah objek
121 Pengembangan destinasi pariwisata Pengembangan objek pariwisata unggulan Wartawan media cetak dan elektronik 1 Paket Peningkatan kunjungan wisatawan 100% 99.500.000
Pariwisata wisata 3 Kab/kota
Cetak buku potensi daerah baliho/bilboard potensi
daerah : koordinasi ke kab/kota dan
BADAN INVESTASI DAN Program Peningkatan Promosi dan Tersedia dan lancarnya pengonformasian
122 Pengembangan potensi unggulan daerah koordinasi/konsultasi ke BKPM Pembuatan & 232.924.510
PROMOSI kerjasama investasi potensi investest asi di Aceh 100%
Penggandaan CD Potensi Investasi, 400 bh; 2 unit; 3
1 ot dan 1 paket
BAB IV - 16
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Peningkatan pelayanan kesehatan bagi Tertanggulangi masalah kesehatan saat Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
142 Dinas Kesehatan Program Upaya Kesehatan Masyarakat Masyarakat di Daerah Potensi Bencana 23 278.722.500
pengungisi korban bencana Kab/kota penanggulangan bencana 85% Pra, Saat dan Pasca bencana 85%
Dinas Kebudayaan dan Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi Masyarakat, wisatawan mancanegara Tersedianya teknologi informasi kebudayaan
143 Pengembangan pemasaran pariwisata Tersebarluasnya informasi pariwisata Aceh 1 keg 115.000.000
Pariwisata dalam pemasaran pariwisata dan wisatawan nusantara dan pariwisata 100%
BAB IV - 17
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB IV - 18
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB IV - 19
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB IV - 20
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB IV - 21
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
16 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pengembangan nilai budaya Pengumpulan dan ganti rugi koleksi museum 200.000.000 800.000.000 -300,00%
Pemugaran benda-benda arkeologi, benda
17 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pengelolaan kekayaan budaya 750.000.000 4.839.774.953 -545,30%
cagar budaya peninggalan sejarah
Pagelaran budaya daerah pada event dalam
18 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pengelolaan keragaman budaya 200.000.000 746.240.000 -273,12%
dan luar negeri
Pembuatan master plan pengembangan
19 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pengembangan destinasi pariwisata 600.000.000 1.878.016.853 -213,00%
kawasan wisata
Pengembangan dan penguatan informasi dan
20 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pengembangan kemitraan 300.000.000 190.813.369 36,40%
database
Fasilitas pembentukan forum komunikasi antar
21 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pengembangan kemitraan 75.000.000 181.594.000 -142,13%
pelaku industri pariwisata dan budaya
Pelaksanaan koordinasi pembangunan
22 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pengembangan kemitraan 100.000.000 91.457.000 8,54%
kemitraan pariwisata
Program Pemanfaatan Potensi Sumber
26 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pengembangan hutan tanaman 49.412.000 6.736.537.650 -13533,40%
Daya Hutan
Program Perlindungan dan Konservasi Pembinaan PAMHUT Kontrak dan pengamanan
27 Dinas Kehutanan dan Perkebunan 247.060.000 40.888.171.000 -16449,90%
Sumber Daya Hutan hutan/operasi illegal logging
28 Dinas Pendidikan Pendidikan anak usia dini Pembangunan gedung sekolah 2.000.000.000 19.153.796.000 -857,69%
30 Dinas Pendidikan Pendidikan anak usia dini Penambahan ruang kelas sekolah 500.000.000 9.717.694.000 -1843,54%
31 Dinas Pendidikan Pendidikan anak usia dini Pengadaan alat praktik dan peraga siswa 2.070.000.000 3.482.676.000 -68,25%
32 Dinas Pendidikan Pendidikan anak usia dini Pengadaan mebeluer sekolah 828.000.000 1.953.015.000 -135,87%
Wajib belajar pendidikan dasar
33 Dinas Pendidikan Pembangunan gedung sekolah 2.500.000.000 17.106.434.000 -584,26%
sembilan tahun
Wajib belajar pendidikan dasar Pembangunan rumah dinas kepala sekolah,
34 Dinas Pendidikan 200.000.000 10.989.783.284 -5394,89%
sembilan tahun guru, penjaga sekolah
Wajib belajar pendidikan dasar
35 Dinas Pendidikan Penambahan ruang kelas sekolah 1.500.000.000 66.943.129.315 -4362,88%
sembilan tahun
BAB IV - 22
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
Test Value = 0
Kel 95% Confidence Interval of the
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Difference
Lower Upper
PPAS 2,241 255 0,026 1.135.746.821 137.493.908 2.133.999.735
RKA 3,395 262 0,001 3.073.041.525 1.290.649.393 4.855.433.657
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.8. dapat dilihat bahwa terdapat
perbedaan besaran anggaran yang ditetapkan dalam PPAS dan RKA-SKPD. Perbedaan
tersebut signifikan pada level signifikansi 5%, yakni ketika nilai t-value lebih besar dari
2 (yakni 2,241 dan 3,395) dan sig. value lebih kecil dari 0,05 (yakni 0,026 dan 0,001).
Hal ini menggambarkan kebijakan yang telah disusun tidak dilaksanakan
sebagaimana mestinya, dan/atau PPAS yang disusun tidak akurat, bukan berdasarkan
data historis dan survey lapangan, dan/atau belum menggunan Analisis Standar Belanja
(ASB) sebagaimana yang diamahkan oleh undang-undang dan peraturan keuangan
negara.
tujuan tidak dapat dicapai berarti penyusunan anggaran juga tidak efektif. Kondisi
demikian akan menyebabkan pelaksanaan anggaran juga belum efektif.
BAB IV - 24
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB IV - 25
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB IV - 26
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
b. Dana Cadangan
Dana cadangan adalah dana yang disisihkan guna mendanai kegiatan yang
memerlukan dana yang relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun
anggaran. Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai dana cadangan adalah bahwa:
• Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama dan cadangan
pemerintah daerah yang dikelola oleh bendahara umum daerah;
• Dana cadangan tidak boleh digunakan untuk membiayai program dan
kegiatan lain di luar yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang
pembentukan dana cadangan;
• Program dan kegiatan sebagaimana disebutkan pada butir (2) baru boleh
dilaksanakan apabila dana cadangan telah mencukupi untuk membiayai
pelaksanaan program dan kegiatan tersebut;
• Untuk membiayai program dan kegiatan tersebut dana cadangan harus
dipindahbukukan dahulu ke rekening kas umum daerah yang harus dilengkapi
dengan surat perintah pemindahbukuan oleh kuasa bendahara umum daerah
dengan persetujuan PPKD;
• Penatausahaan pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai dari dana
cadangan diperlakukan sama dengan penatausahaan pelaksanaan program dan
kegiatan lainnya.
c. Investasi
Menurut ketentuan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang dimaksud
dengan investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat eknomis
seperti; bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga
dapat meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat.
Ketentuan mengenai dana investasi adalah bahwa investasi awal dan penambahan
investasi dicatat dalam rekening penyertaan modal (investasi) daerah. Pengurangan,
BAB IV - 27
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
e. Piutang Daerah
Piutang daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kembali kepada pemerintah
daerah dan/atau hak pemerintah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat
perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau
akibat lainnya yang sah. Hal-hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan piutang
daerah adalah bahwa:
• Setiap piutang daerah harus diselesaikan seluruhnya dengan tepat waktu;
• Pejabat penatausahaan keuangan SKPD (PPK-SKPD) melakukan
penatausahaan atas penerimaan piutang atau tagihan daerah yang menjadi
tanggung jawab SKPD;
• Piutang daerah dan/atau tagihan daerah yang tidak dapat diselesaikan
seluruhnya pada saat jatuh tempo, diselesaikan sesuai dengan peraturan
pertundang-undangan;
BAB IV - 28
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
• Piutang daerah jenis tertentu seperti piutang pajak daerah dan piutang
retribusi daerah merupakan prioritas untuk didahulukan penyelesaiannya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
• Piutang daerah yang terjadi sebagai akibat hubungan keperdataan dapat
diselesaikan dengan cara damai, kecuali piutang daerah yang cara
penyelesaiannya diatur tersendiri dalam peraturan perundang-undangan;
• Piutang daerah dapat dihapuskan dari pembukuan dengan penyelesaian secara
mutlak atau bersyarat, kecuali cara penyelesaiannya diatur tersendiri dalam
peraturan perundang-undangan;
• Penghapusan piutang daerah dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
- Untuk piutang berjumlah sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah), penghapusan ditetapkan oleh kepala daerah; dan
- Untuk piutang yang jumlahnya lebih dari Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah), penghapusannya ditetapkan oleh kepala daerah dengan
persetujuan DPRD;
• Penagihan dan penatausahaan piutang daerah dilaksanakan oleh Kepala
SKPKD yang realisasi setiap bulannya harus dilaporkan kepada kepala
daerah.
BAB IV - 29
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
5. 1. Kesimpulan
Dari hasil analisis terhadap data dan informasi, serta dikonfirmasi dengan regulasi
dan konsep penganggaran berbasis kinerja, maka dapat disimpulkan bahwa proses
penyusunan anggaran pada semua SKPA Provinsi Aceh belum berjalan efektif. Hal ini
disebakan masih ditemukannya beberapa kelemahan, yaitu:
a. Penentuan sasaran kegiatan sebagai penerima manfaat anggaran masih kurang
tepat;
b. Penentuan target kegiatan belum mengacu pada sasaran yang ingin dicapai;
c. Penentuan keluaran (output) kegiatan tidak mengikuti target yang akan
dicapai;
d. Penentuan hasil (outcome) kegiatan belum menggambarkan kualitas
keluarannya, sehingga keberhasilan sebuah program belum dapat diukur;
e. Belum ada keseragaman indikator terhadap program/kegiatan yang sama
yang dilaksanakan beberapa SKPA; dan
f. Interval perbedaan besaran anggaran dalam PPAS dengan RKA masih jarak
sehingga mencerminkan penyusunan PPAS belum akurat dan tidak
berpedoman kepada Analisis Standar Belanja (ASB) dan Standar Pelayanan
Minimum (SPM).
5. 2. Saran
Berdasarkan bebapa kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini, maka
diperlukan beberapa perbaikan yang harus dilakukan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan (Bappeda) Aceh dan semua SKPA Provinsi Ace, yakni:
a. Pemerintah Aceh perlu menyusun suatu buku pedoman penyusunan anggaran
yang di dalamnya memuat jenis indikator kinerja untuk masing-masing
program/kegiatan;
BAB V - 1
Laporan Akhir Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
BAB V - 2
Laporan Analisis Efektivitas Penganggaran dan Penggunaan Anggaran
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah.
Ritonga, Irwan taufik. 2010. Analisis Standar Belanja: Konsep, Metode Pengembangan,
dan Implementasi di Pemerintah Daerah. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana
UGM.
Rivenbark, William C. and Janet M. Kelly. 2006. Performance Budgeting in Municipal
Government. Public Performance & Management Review 30(1): 35-46.
Robinson, Marc and Duncan Last. 2009. A Basic Model of Performance-Based
Budgeting. Technical Notes and Manuals. International Monetary Fund.
Website:
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.