Anda di halaman 1dari 5

Integration of Disaster Management Strategies with Planning and Designing Public Open Spaces

Abstrak
Ruang terbuka publik sering digunakan sebagai salah strategi dalam mewujudkan kota yang
berkelanjutan dalam hal peningkatan kualitas hidup, estetika, kesehatan lingkungan, pertumbuhan
ekonomi dan untuk meningkatkan walkability, liveability dan vitalitas kota. Oleh sebab itu,
pembangunan yang berkelanjutan seharusnya diikuti dengan upaya dalam peningkatan terhadap
disaster resilience (ketahanan terhadap bencana). Selain itu, peritiwa bencana dimasa lalu
menunjukkan bahwa ruang terbuka publik memiliki potensi untuk berkontribusi dalam manajemen
bencana yaitu sebagai tempat atau ruang evakuasi, sebagai ruang pemulian, dan sebagai ruang
untuk memberikan dukungan hidup bagi korban. Namun pada kenyataannya, upaya pemanfaatan
potensi perencanaan dan perancangan ruang terbuka publik yang terintegrasi dengan strategi
manajemen bencana masih sangat kurang. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui metode perencanaan dan perancangan yang inovatif terkait perintegrasian antara
strategi manajemen bencana dan perancangan ruang terbuka publik di kawasan perkotaan. selain
itu, makalah penelitian ini menganalisis literatur terkait dengan penggunaan ruang terbuka publik
dalam peristiwa bencana di masa lampau dan membandingkan antara ruang terbuka publik sebagai
disaster resilience dan ruang terbuka publik sebagai konsep kota yang berkelanjutan. Adapun hasil
dari penelitian ini, menemukan 5 pendekatan untuk mengintegrasikan strategi manajemen bencana
ke dalam perencanaan dan perancangan ruang terbuka publik.

1. Latar Belakang
Isitilah Public Open Space (POS) mulai porpuler pada abad ke 19 di Inggris dan Amerika Serikat
dengan berfokus pada alokasi ruang terbuka untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup
masyarakat berpenghasilan rendah yang bertempat tinggal di kawasan kumuh dan padat. sejak saat
itu, peran POS di kawasan perkotaan difokuskan dalam penyediaan ruang hijau yang dapat
melestarikan kawasan yang sensiif secara ekologi, meningkatkan nilai properti, dan menyediakan
tempat untuk rekreasi dan sebagainya. Berdasarkan adanya perubahan fungsi dan fokus terkait
ruang terbuka publik tersebut, menyebabkan terjadinya interpretasi yang berbeda terhadap makna
ruang terbuka publik. Seperti ruang terbuka publik merupakan taman, jalur hijau, jalan, dan alun-
alun serta ruang terbuka pribadi seperti kebun dan halaman. Namun, mengingat fokus dari
penelitian yang dilakukan, pada studi ini ruang terbuka publik dianggap sebagai ruaang terbuka yang
dapat diakses publik dan dialokasikan untuk kegiatan publik, seperti taman dan kebun, ruang hijau,
square, dan garis pantai.

1.1 Fokus Ruang Terbuka Publik


Menurut Thompson, kegunaan utama ruang terbuka publik merupakan upaya untuk melindungi dan
meningkatkan sumber daya alam dan green networks yang dikaitkan dengan kegiatan rekreasi.
Selain itu, jika dikaitkan dengan aspek sosial budaya, ruang terbuka publik dikaitkan sebagai tempat
yang mampu memberikan nafas kehidupan kota-kota dengan menambahkan peluang untuk
rekreasi, tempat untuk melakukan kegiatan-kegiatan, habitat satwa liar, dan peluang untuk
pergerakan orang-orang. Ruang terbuka publik berperan sebagai tempat untuk merayakan
keragaman budaya, untuk terlibat dengan lingkungan alam, tempat untuk bertemu dengan orang
baru untuk bersosialisasi. Menurut Woolley, manfaat yang plaing banyak diperoleh dari ruang
terbuka publik adalah manfaat sosial dimana ruang terbuka publik menyediakan ruang bagi orang
untuk terlibat melakukan berbagai kegiatan. Lebih lanjut, taman hijau perkotaan membantu
mengurangi stress penduduk kota dan memberikan rasa kedamaian dan ketenangan. Selain itu, saat
ini peran ruang tebruka publik lebih ditekankan pada kebutuhan desain ruang publik yang mampu
memenuhi kebutuhan anak-anak, orang cacat, lansia, etnis kelompok minoritas yang
mempertimbangkan pengalaman budaya mereka.

Terlepas dari manfaat psikolgis dan sosio-kultural ini, penelitian ini menyebutkan bahwa akses yang
lebih baik terhadap ruang publik akan mendorong walkability dan aktifitas fisik masyarakat yang
berpotensi berkontribusi bagi kesehata fisik penduduk setempat. Selain itu, sebagian besar
perencana dan designer kota tertarik menambahkan aspek hijau ke dalam merancang ruang terbuka
publik dengan pertimbangan estetika dan manfaat lingkungan di kawasan ruang terbuka publik
tersebut. Sementara itu, beberapa pendapat menyatakan bahwa taman kota menawarkan berbagai
layanan lingkungan seperti pemurnian udara dan air, penyaringan angin dan kebisingan, atau
stabilisasi iklim. Secara khusus, ruang hijau diidentifikasi sebagai fitur penting untuk adaptasi
terhadap perubahan iklim, dimana mampu berperan sebagai pendinginan alami, evapotransporasi
yang mampu mengurangi suhu di musim panas dan negara-negara tropis, dan juga berperan
mengurangi limpasan air hujan.

Selain manfaat-manfaat yang telah disebutkan tadi, ruang terbuka publik dapat direncanakan untuk
memberikan manfaat ekonomi bagi kota dan masyarakat. Seperti dengan mempromosikan nilai
estetika, sejarah, dan rekreasi. Selain itu, ruang terbuka publik yang difungsikan sebagai pariwisata
akan membawa lebih banyak kesempatan kerja dan pendapatan kota. Selain itu, kealamian kawasan
dan unsur rekreasi mampu meningkatkan nilai properti dan karenanya pendapatan pajak. Ruang
terbuka publik mampu berkotnribusi pada pengembangan wilayah dan struktur kota. Dimana
dengan ketersediaan rang terbuka publik menyebabkan masyarakt memilih tinggal dekat dengan
ruang terbuka publik karena ruang terbuka publik yang di desain dengan fasilitas rekreasi.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaaan dan perancangan ruang
terbuka publik sangat berktontribusi dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan dari tiga aspek
yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan.

1.2 Need of a new focus


Sementara ruang terbuka publik memainkan peran penting dalam mewujudkan kota yang
berkelanjutan melalui kontribusinya dalam tiga pilar utama keberlanjutan yaitu sosial, ekonomi dan
lingkungan, juga terdapat fakta bahwa pembangunan berkelanjutan harus mencakup peningkatan
ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Selanjutnya, dengan meningkatnya frekuensi dan
intensitas bencana alam di Indonesia, sehingga dibutuhkan upaya pembangunan berkelanjutan kota
dengan memasukkan aspek ketahanan bencana.

Pada saat yang sama, beberapa literatur menyebutkan bahwa ruang terbuka publik memiliki potensi
signifikan untuk digunakan untuk ketahanan bencana. Namun, Hossain menegaskan bahwa peran
ruang terbuka publik dalam meningkatkan ketahanan kota terhadap bencana, belum sepenuhnya
belum ditemukan. Sementara itu, belum ada penelitian yang menjawab tuntas terkait peran ruang
terbuka publik dalam memberikan ketahanan bencana terhadap suatu kawasan. Sementara itu, para
peneliti dan praktisi teah mengidentifikasi bahwa ruang terbuka publik memiliki potensi untuk
bertindah secara proaktif, memberikan kontribusi multi-skala di kawasan perkotaan untuk
menyelesaikan masalah di masa saat ini dan di masa yang akan datang. Dengan demikian, dengan
menerapkan teori yang sama, penelitian ini menyelidiki penggunaan ruang terbuka publik sebagai
strategi untuk meningkatkan ketahanan kota terhadap bencana yang merupakan langkah proaktif
untuk memecahkan masalah kota di masa depan.

2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan yaitu dengan menganalisis literatur yag ada terkait penggunaan
ruang terbuka publik dalam peristiwa bencana. Kedua, temuan dari literatur terkait dengan
ketahanan bencana dianalisis secara silang dengan literatur perencanaan dan perancangan untuk
mengetahui pendekatan potensial untuk mengintegrasikan strategi manajemen bencana ke dalam
perencanaan ke dalam perencanaan dan merancang ruang terbuka publik. Literatur yang
dikumpulkan melalui artikel jurnal, makalah konferensi, buku-buku terkait ketahanan bencana dan
perencanaan kota.

3. Literatur tentang Potensi Penggunaan Ruang Terbuka Publik


Analisis literatur mengungkapkan bahwa peran ruang terbuka publik untuk meningkatkan ketahanan
terhadap bencana di kawasan perkotaan mungkin berbeda dari satu bencana dengan bencana yang
lainnya. Namun, dari hasil tinjauan menujukkan bahwa ruang terbuka publik memiliki potensi yang
siginifikan untuk digunakan dalam upaya ketahanan bencana pada berbagai tahap siklus bencana.

3.1 Gempa Bumi

3.2 Tsunami
Tinjauan literatur menunjukkan bawah ruang terbuka publik memiliki potensi untuk digunakan
sebagai ruang evakuasi dalam bencana tsunami dan juga untuk mengurangi dampak bencana. Studi
yang dilkukan Taubenbok et al dan Leon & March, secara khusus mempromosikan gagasan
penggunaan ruang terbuka publik sebagai tempat penyelamatan. Taubenbok menyatakan bahwa
kawasan alami perlu diidentifikasi untuk ruang evakuasi tsunami dan hal tersebut dapat dilakukan
dengan meng overlay penggunaan lahan dengan peta bahaya tsunami dengan menggunakan data
pengidenraan jauh. Dalam penelitian ini, area aman alami didefinisikan sebagai ruang terbuka yang
daat diakses jaringan jalan dan lebih besar untuk mengakomodasi masyarakat dalam situasi
penyelamatan.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Leon dan March menyebutkan bahwa masyarakat perkotaan
yang bertempat tinggal dikawasan pesisir menganggap ruang terbuka publik dapat digunakan
sebagai alat untuk “rapid resiience”. Mereka lebih lanjut menyarankan agar penyelamatan dari
bencana tsunami bahwa ruang terbuka publik mampu menyediakan ruang atau titik kumpul yang
aman, pelayanan dan utilitas dasar, seperti bantuan air bersih, listrik, dan komunikasi. Selain itu,
pendapat lain mengatakan bahwa ruang terbuka publik dapat digunakan untuk berbagai fungsi
seperti pemulihan dan sebagai ruang tanggap darat.

Selain itu, diskusi tentang studi gempa bumi mengidentifikasi pentingnya perencanaan dan
perancanan konektivitas/akesibilitas ruang terbuka publik. Menurut Leon, selain konektivitas hal lain
yang perlu diperhatikan ketika menggunakan ruang terbuka publik sebagai alat dalam pemulihan
/ketahanan terhadap bencana tsunami yaitu, lokasi, kapasitas dan medan yang memadai.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa faktor-faktor seperti kapasitas, aksesibilitas,
konektivitas, dan medan yang memadai, sangat bervariasi tergantung pada konteks kebencanaan ,
namun terdapat potensi penggunaan ruang terbuka publik yang signifikan untuk ruang evakuasi dan
pemulihan dalam peristiwa tsunami.
Sementara itu, terdapat tinjauan yang menyebutkan bawah ruang terbuka publik mempunyai
potensi yang signifikan untuk mitigasi bencana tsunami. UNESCO mengusulkan strategi mitigasi
tsunami perlu dibentuk menggunakan strategi perencanaan dan pengaturan penggunaan lahan.
Lebih lanjut, mereka memperkenalkan pedoman yang menyajikan aau menyebutkan perlunya
membangun garis sempadan melalui integrasi pemodelan genangan tsunami ke dalam perencanaan
penggunaan lahan. Selain itu, National Tsunami Hazard Mitigation Program , juga menekankan pada
penggunaan ruang terbuka sebagai elemen untuk mengurangi risiko bencana tsunami. Sebagian
besar diskusi ini, menekankan perlunya ketersedian lahan untuk ruang terbuka dan pembatasan
penggunaan lahan untuk konservasi dan preservasi di kawasan rentan akan bencana tsunami.

Dalam mendukung pandangan ini, Ardekani dan Hosseini, menekankan bahwa pengembangan
pembangunan harus dibatasi melalui peraturan penggunaan lahan khususnya di kawasan yang
masuk dalam kategori bahaya tinggi terhadap ancaman bencana. Namun kawasan yang masuk ke
dalam sempadan tersebut seharusnya digunakan sebagai ruang terbuka seperti untuk menikmati
pemandangan dan kegiatan rekreasi lainnya. Namun hal ini tidak berarti mempromosikan
pengembangan tambahan di area rentan, tetapi perlu direncanakan dan dirancang agar dapat
mewujudkan rasa aman dan nyaman di kawasan perkotaan.

3.3 Flood
Secara khusus, ruang terbuka (not POS) semakin sering digunakan untuk mitigasi banjir, untuk
mengurangi kerusakan yang ditimbulkan oleh banjir dan untuk melindungi daerah rawan banjir dari
perambahan lahan dan untuk mengontrol pembangunan di masa depan. Dalam pandangan ini,
sebagian besar otoritas lokal melindungi ruang terbuka ini sebagai alat perencanaan penggunaan
lahan yang memfokuskan dalam mitigasi bencana. Namun, diskusi tersebut hany merekomendasikan
untuk melestarikan lahan rawan bahaya sebagai ruang terbuka tanpa adanya pertimbangan untuk
memahami implementasi praktisnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tinjauan literatur yang telah dikaji menyarankan
penggunaan ruang terbuka publik sebagai disaster resilience berkontribusi dalam tiga tahapan
utama siklus bencana, yaitu tanggap darurat, pemulihan dan mitigasi. Namun pada kenyataannya,
masih jarang adanya upaya dalam memanfaatkan potensi ruang terbuka publik sebagai alat dalam
manajemen bencana dalam perencanaan dan perancangannya. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, maka upaya yang dilakukan selanjutnya yaitu bagaimana memanfaatkan potensi ruang
terbuka publik melalui perencanaan dan perancangannya dalam memanejemen bencana.

4. Temuan dan Analisis


Sebagaimana yang telah di jelaskan sebelumnya, fokus perencanaan dan perancangan ruang terbuka
publik adalah untuk mewujudkan kota yang berkelanjutan melalui 3 pendekatan yaitu sosial,
ekonomi dan lingkungan. Namun, tinjauan literatur yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ruang
terbuka publik memiliki potensi yang signifikan untuk digunakan bagi ketahanan bencana (disaster
resilience), sebagai fasilitator dalam keadaan darurat/ruang evakuasi, sebagai agen pemulihan dan
strategi untuk mitigasi bahaya. Menurut penelitian ini, strategi untuk menggunakan ruang terbuka
publik sebagai ketahanan bencana, membutuhkan pengintegrasian perencanaan yang berkelanjutan
dan merancang strategi untuk memanfaatkan potensi yang teridentifikasi ini.

Oleh karena itu, bagian kedua dari analisis pustaka difokuskan untuk menganalisis strategi kegunaan
ruang terbuka publik sebagai disaster resilience melalui strategi perencanaan dan perancangan
untuk kota yang berkelanjutan dan mengidentifikasi perencanaan terpadu dan solusi desain. Hasil
dari analisis tersebut ditunjukkan sebagai berikut:

4.1 Mix of diversity of Public Open Space


Literatur pertama mengidentifikasi bahwa, penggunaan ruang terbuka publik sebagai ruang evakuasi
dan pemulihan, setiap ruang terbuka publik mempunyai perbedaan dalam kontribusinya
menyediakan layanan baik itu layanan sederhana hingga kompleks seperti tempat tinggal,
pertolongan pertama, distribusi barang dan jasa dan sebagainya. Sama dengan kebutuhan tersebut,
literatur mengungkapkan bahwa konsep kota yang berkelanjutan mempromosikan keragamaan
ruang terbuka publik dapat berkontribusi pada berbagai kebutuha kota. Penyediaan ruang terbuka
publik menjawab kebutuhan akan keanekaragaman termasuk pengaturan alam dan fasilitas sosial di
dalam area lokal untuk meningkatkan kualitas hidup semua warga negara. Selanjutnya, menurut
Carmona, ruang terbuka publik menyediakan nafas bagi kehidupan kota-kota melalui penyediaan
ruang untuk rekreasi, tempat untuk pelaksanaan event, habitat satwa liar, dan peluang untuk
pergerakan orang-orang. Dengan demikian, dapat diidentifikasi bahwa pencampuran antara aspek
kebencanaan dan keberlanjutan ruang terbuka publik dapat digunakan sebagai strategi penting
untuk merencanakan dan merancang ruang terbuka publik untuk ketahanan bencana dan kota yang
berkelanjutan.

4.2 Plan for everyday life with adequacy


Diidentifikasi bahwa dalam mengalokasikan ruang terbuka sebagai ruang evakuasi dan pemulihan,
tempat-tempat tersebut perlu direncanakan dengan aksesibilitas, konektivitas, kapasitas dan
kualitas medan yang memadai. Selain itu, juga diidentifikasi bahwa jumlah dan kebutuhan terkait
aksesibilitas, konektivitas, kapasitas dan kualitas medan dapat berbeda sesuai dengan bahaya
bencana yang dihadapi. Namun, Allan dan Bryant berpendapata bahwa jika ruang terbuka
direncanakan dan dirancang hanya dengan tujuan sebagai ruang evakuasi dan pemulihan tanpa
adanya hubungan dengan aktivitas kesharian masyarakat di kawasan perkotaan, akan berdampak
pada pada terciptanya ruang terbuka yang tidak terstruktur dan terisolasi dalam waktu yang lama
dan tidak akan dikenali oleh masyarakat pada saat terjadinya bencana. Lebih lanjut, ruang terbuka
yang terisolasi tersebut akan berdampak pada terancamnya keberlanjutan lingkungan perkotaan.

Sebagai solusinya, manajemen perencanaan bencana dan pemulihan menjadi lebih efektif ketika
diselarsakan dengan kehidupan heari-hari kot melalui strategi perencanaan dan perancangan kota.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa perencanaan ruang terbuka publik sebagai ruang evakuasi
manajemen keadaan darurat perlu diintegrasikan dengan kebutuhan sehari-hari penduduk
perkotaan untuk mewujudkan kota yang tangguh terhadap bencana dan berkelanjutan dalam jangka
waktu yang lama.

4.3 Design of loose spaces


Sebagaimana yang telah dijelaskan dua faktor sebelumnya, perencanaan dan perancangan berbagai
fungsi ruang terbuka publik untuk memenuhi kebutuhan penduduk kota dalam kegiatan sehari-
harinya dan juga sebagai ruang evakuasi dan pemulihan bukan tugas yang mudah. Sebagai contoh,
kehidupan di kawasan perkotaan menuntut akses untuk aspek walkability, liveability, vitalitas yang
harus dipenuh dengan penyediaan taman dengan fasilitas tempat duduk, jalur bersepeda, area
bermain anak, fasilitas rekreasi, ruang hijau, ruang untuk kegiatan pasif dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai