Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN
1. Pengertian ODHA
Menurut Kristina (2005) yang dikutip Syaiful (2000) mengatakan bahwa
Dalam bahasa inggris orang yang terinfeksi HIV/AIDS itu disebut PLWHA
(People Living with HIV/AIDS), sedangkan di Indonesia kategori ini diberi
nama ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dan OHIDA (Orang yang
hidup dengan HIV/AIDS) baik keluarga serta lingkungannya.
Individu yang positif terkena HIV/AIDS akan mengalami perubahan
dalam menjalani kehidupan. WHO mengatakan ketika individu pertama kali
dinyatakan terinfeksi HIV, sebagian besar menunjukkan perubahan dalam
karakter psikososialnya seperti hidup dalam stres, depresi, merasa kurang
adanya dukungan sosial, dan perubahan dalam perilaku (dalam
Nasronudin,2007). Stres juga dapat memperburuk keadaan dari individu,
seperti yang dijelaskan Sodroski etal (dalam Ogden, 2007) bahwa stres dapat
meningkatkan proses replikasi virus HIV. Untuk menghindari hal tersebut
individu harus mampu mereduksi tingkat stresnya dengan melakukan
penyesuaian diri sehingga virus-virus tersebut tidak mereplikasi terus
menerus

2. Stigma Masyarakat Terhadap ODHA


Stigma merupakan atribut, perilaku, atau reputasi sosial yang
mendiskreditkan dengan cara tertentu.5 Menurut Corrigan dan Kleinlein6
stigma memiliki dua pemahaman sudut pandang, yaitu stigma masyarakat dan
stigma pada diri sendiri (self stigma). Stigma masyarakat terjadi ketika
masyarakat umum setuju dengan stereotipe buruk seseorang (misal, penyakit
mental, pecandu, dll) dan self stigma adalah konsekuensi dari orang yang
distigmakan menerapkan stigma untuk diri mereka sendiri.
Stigma masyarakat merupakan perasaan bahwa seseorang atau kelompok
merasa mereka lebih unggul dari yang lain dan menyebabkan seseorang atau
kelompok lain dikucilkan secara sosial yang pada akhirnya mengarah kepada
terjadinya ketimpangan sosial
Stigma terhadap ODHA adalah suatu sifat yang menghubungkan
seseorang yang terinfeksi HIV dengan nilai-nilai negatif yang diberikan oleh
mereka (masyarakat). Stigma membuat ODHA diperlakukan secara berbeda
dengan orang lain. Diskriminasi terkait HIV adalah suatu tindakan yang tidak
adil pada seseorang yang secara nyata atau diduga mengidap HIV.
HIV dan AIDS masih dianggap penyakit yang tabu dibicarakan secara
terbuka kepada orang tua, masyarakat dan bahkan pelayanan kesehatan. Hal
ini membuat ODHA dan keluarganya rentan terhadap stigma dan diskriminasi
yang berakibat pada hambatan memperoleh perawatan dan pengobatan.
Salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan dan penanggulangan
Human Imunnodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome
(HIV/AIDS) di Indonesia adalah masih tingginya stigma dan diskriminasi
terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Stigma berasal dari pikiran
seorang individu atau masyarakat yang memercayai bahwa penyakit AIDS
merupakan akibat dari perilaku amoral yang tidak dapat diterima oleh
masyarakat. Stigma terhadap ODHA tergambar dalam sikap sinis, perasaan
ketakutan yang berlebihan, dan pengalaman negatif terhadap ODHA. Banyak
yang beranggapan bahwa orang yang terinfeksi HIV/AIDS layak
mendapatkan hukuman akibat perbuatannya sendiri. Mereka juga
beranggapan bahwa ODHA adalah orang yang bertanggung jawab terhadap
penularan HIV/AIDS. Hal inilah yang menyebabkan orang dengan infeksi
HIV menerima perlakuan yang tidak adil, diskriminasi, dan stigma karena
penyakit yang diderita.
Isolasi sosial, penyebarluasan status HIV dan penolakan dalam berbagai
lingkup kegiatan kemasyarakatan seperti dunia pendidikan, dunia kerja, dan
layanan kesehatan merupakan bentuk stigma yang banyak terjadi. Tingginya
penolakan masyarakat dan lingkungan akan kehadiran orang yang terinfeksi
HIV/AIDS menyebabkan sebagian ODHA harus hidup dengan
menyembunyikan status.
3. Dampak sikap negatif pada ODHA
Perubahan kondisi fisik dan psikis penderita HIV/AIDS memberikan
dampak negatif terhadap perkembangan psikologisnya seperti rasa malu dan
hilangnya kepercayaan dan harga diri. Perubahan tersebut dapat
menyebabkan stres fisik, psikologis dan sosial. Perubahan emosi yang
dialami penderita tersebut akan menimbulkan penolakan (denial) terhadap
diagnosis, kemarahan (anger), penawaran (bargaining), dan depresi
(depression), yang kemudian pada akhirnya pasien harus menerima kenyataan
(acceptance) (Bastaman, 1996).
Pada kenyataannya sikap masyarakat yang memberikan sikap negatif
terhadap ODHA hanya menambah tingkat permasalahan yang menimbulkan
efek psikologi yang berat terhadap ODHA. Hal ini bisa mendorong dalam
beberapa kasus, seperti terjadinya depresi, kurangnya penghargaan diri, dan
keputusasaan. ODHA yang seharusnya memperoleh dukungan dari semua
pihak khususnya dukungan emosional sehingga permasalahan yang
dialami ODHA tidak meluas tapi sebaliknya orang yang memiliki sikap
negatif terhadap ODHA cenderung malah menolak kehadiran ODHA. Sikap
negatif ini juga dapat menghambat upaya pencegahan dengan membuat orang
takut untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi atau tidak. Akhirnya,
ODHA dilihat sebagai suatu masalah, bukan sebagai bagian dari solusi untuk
mengatasi masalah ini. sebuah proses yang seharusnya mendorong
penerimaan terhadap kondisi mereka. Namun, masyarakat dan lembaga
terkadang memberikan opini negatif serta memperlakukan ODHA sebagai
warga masyarakat kelas dua atau inferior, yang dapat menyebabkan
melemahnya kualitas hidup ODHA ( Agung, 2008).

4. Bagaimana seharusnya masyarakat bersikap pada ODHA


Masyarakat seharusnya memberikan dukungan, yang khususnya dukungan
emosional pada ODHA sehingga permasalahan yang dialami oleh ODHA
tidak meluas. Ketika ODHA sudah mencapai masa AIDS, keluarga dan teman
serta lingkungannya diharapkan memberikan dukungan yang positif agar
semangat hidupnya tetap tinggi. Masyarakat mempunyai beberapa
tanggungjawab yang sangat penting untuk penanggulangan HIV/AIDS, yaitu:
mencari dan memberikan informasi yang jelas dan benar kepada orang yang
memerlukannya tentang penularan HIV/AIDS, bersikap bersahabat, tidak
menggosipkan, dan meremehkan ODHA, mendukung dan membantu
program pemerintah dalam penanggulangan HIV/AIDS, membantu ODHA
menemukan mekanisme pertahanan yang sehat, termasuk sikap yang selalu
positif dalam menghadapi begitu banyak tantangan dan stress dalam
perjalanan penyakitnya, dan membantu ODHA membangun strategi untuk
berhadapan dengan krisis nyata yang mungkin terjadi, baik dalam kesehatan
maupun sosio ekonomi, dan hal-hal dalam kehidupan lainnya (Laras, 2011).

5. Penanggulangan ODHA
Di Indonesia, virus HIV juga ditemukan tengah menyerang warga. Ada
beberapa warga negara Indonesia yang ditemukan telah terjangkit virus HIV.
Guna mencegah penyebarannya ke masyarakat yang lebih luas dan juga
memberikan perhatian khusus untuk pengobatan individu yang sudah
terjangkit, pemerintah membuka beberapa program untuk odha. Program
pemerintah untuk odha antara lain:
a. Program regulasi dan penyediaan layanan
Program pemerintah untuk odha di Indonesia yang pertama ialah adanya
program regulasi dan penyediaan layanan. Program tersebut fokus kepada
pembuatan kebijakan dan kelembagaan di daerah terkait dengan
pelaksanaan program HIV dan AIDs.
Integrase ditingkatkan dilayanan Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kbaupaten dalam sistem kesehatan kedua institusi sebagai ujung tombak
layanan kesehatan masyarakat.
b. Program pencegahan dengan transmisi seksual pada pekerja seks
perempuan dan laki-laki.
Pemerintah membuka program pemerintah untuk odha yang kedua berupa
melakukan pencegahan HIV dengan melaksanakan penyuluhan program
pencegahan dengan transmisi seksual pada pekerja seks perempuan dan
laki-laki.
c. Program layanan alat suntik steril
Program pemerintah untuk odha yang ketiga ialah adanya layanan alat
suntik steril yang menitikberatkan pada layanan pusat kesehatan yang
harus selalu menggunakan alat suntik dan alat-alat kesehatan lainnya
harus dalam kondisi steril. Terutama alat suntik yang digunakan,
diwajibkan harus alat suntik baru dalam setiap kali pemakaian. Program
pemerintah ini bertujuan untuk melindungi masyarakat daricara
penyebaran virus HIV.
d. Meningkatkan program ARV
Program pemerintah untuk odha selanjutnya ialah meningkatkan program
ARV untuk masyarakat yang sudah terdampak agar gejala HIV lanjutan
dapat dicegah.
e. Melaksanakan program pencegahan melalui transmisi seksual
Pemerintah juga melaksanakan program pencegahan melalui transmisi
seksual di Puskesmas dan RSUD direkomendasiakn sebagai bentuk ideal
dari integrase. Dilakukan pengadaan dan distribusi kondom, dilakukan
manajemen sirkumsisi, pencegahan berbasis pengobatan ARV termasuk
perluasan tes HIV dan lain sebagainya.
f. Pemerintah mengadakan penguatan lintas sektor di tingkat layanan primer
Program pemerintah untuk odha lainnya ialah mengadakan penguatan
lintas sektor di tingkat layanan primer guna meningkatkan pemahaman
tentang definisi HIV AIDS dan cara penyebarannya. Tujuannya agar
masyarakat menjadi lebih paham dan lebih hati-hati terhadap virus HIV.
Dalam program ini diadakan interventi pemahaman kepada organisasi
penyedia layanan masyarakat, situasi epidemic, dan sistem kesehatan
yang ada di sekitar masyarakat.
g. Dilakukan distibusi kondom
Program pemerintah untuk odha yang sudah diketahui umum ialah
mengkampanyekan penggunaan kondom agar kegiatan seks menjadi lebih
aman sekalipun dengan pasangan sah.
h. Dilakukan progam pendampingan Odha
Program pemerintah untuk odha yang sudah dijalankan ialah melakukan
pendampingan untuk odha, seperti home care, home singgah, dan sesi
curhat dan lain sebagainya. Di mana odha bisa menceritakan
permasalahannya pada pendamping.
i. HIV Cooperation for Indonesia
Program pemerintah bekerjasama dengan pemerintah Australia ini
dimulai sejak 2008 hingga 2016. Fokus kegiatannya ialah Harm
Reduction dan Penguatan institusi pemerintah dan LSM yang fokus pada
isu HIV.
j. Program PKBI-Perempuan dan anak dari HIV-AIDS
Program ini merupakan pendampingan pemerintah diwakili oleh lembaga
PKBI, lembaga perlindungan ibu dan anak. Program ini fokus pada fakta
anak yang terinfeksi HIV. PKBI mnedorong kesadaran kolektif di
kalangan pada ibu cara untuk merawat dan membesarkan anak yang
terinfeksi virus HIV.
Demikian pemaparan sepuluh program pemerintah untuk odha. setiap
program sudah dijalankan, meski masih memiliki kelemahan, pemerintah
terus berjalan melaksanakan program tersebut. kini tinggal kesadaran
kolektif masyarakat untuk meningkatkan kesehatan pribadinya.

Anda mungkin juga menyukai