1178 2539 2 PB PDF
1178 2539 2 PB PDF
1 - 6
Abstract
Students’ mathematical communication ability is one of the goals of math, but most of the first grade students of
MTsN Lubuk Buaya Padang don’t develop mathematical communication ability optimally. Learning process
still focus on teacher centre and less relates learning with daily life. This research analyse students’
mathematical communication abilities during implementation of Realistic Mathematic Education (RME) and
comparing students’ mathematical communication ability using RME with conventional learning. This research
is a quasi experimental with Static Group Design. Instrument used are quiz and posttest. Research shows that
indicators can be arranged from quietly until difficult to be mastered by students. The indicators are as follow:
Express the situation, picture, diagram or real things into the language, symbol,idea, or mathematical model.
Explaining some idea, situation, and relation through written text. Giving reason about the fact and checking the
argumen. Students’ mathematical communication ability by applying RME is better than conventional learning.
pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran di kelas bilangan berpangkat yang memuat tanda kurung. Hal ini
dimulai dengan mengulangi materi secara umum oleh menyebabkan siswa salah dalam menjawab soal. Pada
guru kemudian dilanjutkan dengan melanjutkan materi umumnya, siswa dalam menjawab soal yang diujikan
pelajaran yang disertai contoh soal di papan tulis. Setelah terkendala seperti hal yang telah dikemukan sebelumnya.
itu, guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan yang Hal ini mencerminkan tingkat kemampuan komunikasi
ada di dalam buku cetak. matematis siswa yang rendah. Siswa mengalami
Berdasarkan hasil Ulangan Harian I tentang kesulitan dalam menyajikan suatu ide dalam bentuk
Bilangan Bulat di kelas VII, ditemukan bahwa masih tulisan dan menyajikan solusi secara rinci dan benar.
rendahnya tingkat kemampuan siswa dalam memahami Wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru
dan menyatakan situasi ke dalam bahasa matematika. Hal dapat disimpulkan bahwa pada kelas VII tingkat
ini dapat dilihat pada hasil Ulangan Harian I kelas VII kemampuan komunikasi matematis siswa belum
siswa X dan Y pada materi operasi hitung bilangan bulat berkembang secara optimal. Sebagian besar siswa
berikut ini: mengalami kesulitan dalam menuliskan, menjelaskan,
Soal:Sederhanakanlah bentuk pangkat dari ! dan menyajikan ide-ide matematika. Siswa kurang
berinteraksi dalam menjalin komunikasi dengan guru,
maupun dengan siswa lainnya. Minimnya interaksi
tentunya menyebabkan terhambatnya kreaktivitas siswa.
Wawancara dengan beberapa siswa, diketahui
bahwa sebagian besar siswa kurang tertarik dalam belajar
Gambar 1. Lembar Jawaban Siswa X matematika. Mereka menganggap belajar matematika itu
Berdasarkan jawaban yang dibuat siswa tersebut, sulit untuk dimengerti. Selain itu, mereka menginginkan
dapat dilihat bahwa siswa telah memahami konsep proses pembelajaran yang lebih bervariasi. Salah satunya
matematika mengenai operasi perkalian pada bilangan dengan cara saling berbagi dalam belajar. Siswa yang
berpangkat. Siswa menjawab pertanyaan soal dengan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu siswa yang
benar, namun siswa terkendala dalam mengkomunikasi memiliki kemampuan rendah.
gagasannya dengan baik. Siswa belum mampu Pembelajaran yang bermakna mengaitkan
memperjelas penyelesaian dengan pengetahuan yang pengalaman atau kehidupan sehari-hari yang ada di
telah ia miliki sebelumnya agar lebih efektif dan tidak sekitar siswa dengan pembelajaran. Hal tersebut secara
membingungkan. tidak langsung membantu siswa lebih optimal dalam
Soal:Sederhanakanlah bentuk pangkat dari mengkonstruksi pemahaman sendiri. Guru hanya
mengarahkan siswa dalam penemuan konsep, ide
ataupun pemecahan masalah. Salah satu pembelajaran
yang dapat digunakan adalah pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik (PMR).
Pendekatan PMR didasarkan bahwa matematika
Gambar 2. Lembar Jawaban Ulangan Harian I Siswa bukanlah sekumpulan aturan atau sifat-sifat yang sudah
lengkap yang harus siswa pelajari. Menurut Freudenthal
Berdasarkan jawaban yang diberikan siswa tersebut, (1991) dalam Suherman (2003:144). “Matematika bukan
diketahui bahwa dalam melakukan penalaran matematis, merupakan suatu subjek yang siap-saji untuk siswa,
siswa telah melakukan proses berpikir dalam rangka melainkan suatu pelajaran yang dinamis yang dipelajari
menemukan pernyataan yang benar dengan menjabarkan dengan cara mengerjakannya”. Jadi, matematika lebih
pengetahuan yang telah ia miliki sebelumnya dan mementingkan proses belajar untuk menemukan suatu
mengarahkannya pada kesimpulan. Namun, siswa konsep matematika[2].
mengalami masalah dalam penyelesaian soal karena Menurut Ariyadi (2012:12), kebermaknaan konsep
kurang memahami penggunaan simbol tanda kurung dan matematika merupakan konsep utama dari pendekatan
penggunaannya pada bilangan berpangkat. Ini PMR. Dalam hal ini, masalah yang akan dipecahkan
mengindikasikan bahwa siswa belum memahami tentang tidak harus selalu di dunia nyata (real-world problem),
penggunaan lambang matematis. namun bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Soal yang diberikan menuntut siswa tidak hanya Suatu masalah dikatakan “realistik” jika masalah tersebut
menggunakan prosedur rutin dalam penyelesaian, namun dapat dibayangkan (imaginable) atau nyata (real) dalam
lebih mendalam. Berdasarkan jawaban di atas, siswa pikiran siswa. Dalam pendekatan PMR permasalahan
telah memahami bagaimana cara menyelesaikan operasi matematika yang realistiklah yang menjadi fondasi
perkalian pada bilangan berpangkat, tetapi belum utama dalam menemukan konsep[3].
memahami penggunaan simbol tanda kurung. Pada baris Adapun sintaksis pendekatan PMR dalam penelitian
kedua, dapat dilihat bahwa siswa telah mencoba ini dimodifikasi dari sintaksis Pendekatan PMR Musdi [4]
memecahkan permasalahan yang ada dengan menerapkan dengan menambahkan kuis sebelum jam pelajaran
pengetahuan sebelumnya ke dalam situasi yang belum berakhir dapat dilihat sebagai berikut:
dikenal. Siswa tampak belum paham menyelesaikan soal
2
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1 -
3
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1 -
Adapun modifikasi karakteristik soal yang harus Pada penelitian ini dibutuhkan 2 kelas sampel, yang
dijawab siswa adalah: (1)Siswa mampu menyatakan dipilih secara acak dan diperoleh kelas VII-2 sebagai
situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam kelas eksperimen dan kelas VII-5 sebagai kelas kontrol.
bahasa, simbol, ide, atau model matematika secara Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
lengkap dan jelas, (2)Penulisan jawaban benar serta Pendekatan PMR dan variabel terikatnya adalah
mempresentasikan situasi soal secara lengkap, kemampuan komunikasi matematis siswa. Jenis data
(3)Menuliskan langkah-langkah penyelesaian secara primer berupa tes akhir siswa yang dibuat berdasarkan
lengkap dan tepat serta menunjukkan pemahaman yag indikator kemampuan komunikasi matematis. Data
lebih disertai perhitungan yang benar, (4)Siswa mampu sekunder berupa data nilai Akhir Semester 1 siswa kelas
mengecek dan menyatakan suatu argumen benar atau VII MTsN Lubuk Buaya Padang tahun pelajaran
salah dengan disertai bukti-bukti yang lengkap. 2013/2014 dan jumlah siswa diperoleh dari guru
Telah banyak dilakukan penelitian tentang PMR matematika kelas VII MTsN Lubuk Buaya Padang.
dengan kajian yang berbeda-beda. Di antaranya Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa kuis
penelitian yang dilakukan oleh Gusriani (2011) dengan dan tes akhir untuk menganalisis kemampuan
judul, “Penerapan Pendidikan Matematika Realistik pada komunikasi matematis siswa setelah diterapkan
Pembelajaran Matematika di Kelas X SMAN 3 Padang Pendekatan PMR. Kuis diberikan pada kelas eksperimen
tahun pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian dari dan tes akhir diberikan pada kedua kelas. Kuis dianalisis
penelitian ini adalah motivasi siswa dalam pembelajaran dengan menentukan rata-rata nilai kuis, persentase
di kelas X SMAN 3 Padang dengan menerapkan ketuntasan dan ketercapaian indikator kemampuan
pendekatan PMR lebih tinggi dibandingkan dengan komunikasi matematis siswa.
pembelajaran konvensional[7].
Fitra Tunnisa (2010) dalam penelitiannya yang HASIL DAN PEMBAHASAN
berjudul, “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) dalam Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitan di kelas VII-2 dan VII-
Matematika di Kelas VIII SMP N 2 Kubung Tahun 5 MTsN Lubuk Buaya Padang dengan materi Himpunan,
Ajaran 2009/2010”, menunjukkan dengan menerapkan indikator komunikasi matematis yang termuat dalam
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik hasil kuis dan tes akhir digunakan sebagai alat pengukur
belajar siswa kelas VIII SMP N 2 Kubung lebih baik kemampuan komunikasi matematis siswa. Adapun
daripada pembelajaran konvensional. [8]. indikator yang muncul adalah: (1) menyatakan situasi,
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka gambar,diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa,
permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana simbol, ide, atau model matematika, (2)menjelaskan
analisis indikator kemampuan komunikasi matematis suatu ide, situasi, dan relasi matematika melalui tulisan,
siswa yang muncul selama diterapkan Pendekatan (3)memberikan alasan atau bukti atas kebenaran solusi,
Pendidikan Matematika Realistik? dan apakah (4)memeriksa kesahihan suatu argumen.
kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar Kuis yang diperoleh, dapat dibuat rincian seperti
dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik yang daoat dilihat pada Tabel II berikut:
lebih baik dibandingkan pembejaran konvensional?
TABEL II
Sejalan dengan itu, maka tujuan dari penelitian ini adalah PERSENTASE SISWA YANG TUNTAS BERDASARKAN
untuk menganalisis indikator kemampuan komunikasi KKM DAN RATA-RATA NILAI KUIS MATEMATIKA KELAS
matematis siswa kelas VII MTsN Lubuk Buaya yang EKSPERIMEN
muncul selama diterapkan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik dan untuk mengetahui kemampuan Rata-rata Nilai
Kuis Persentase siswa yang tuntas
Kuis matematika
komunikasi matematis siswa dengan menggunakan ke- Kuis berdasarkan KKM (%)
Siswa
Pendekatan PMR dan kemampuan komunikasi matematis I 45.26 68.75
siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional. II 52.38 73.07
III 42.86 71.43
METODE PENELITIAN
IV 61.90 76.90
V 73.81 80.27
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi
eksperimen dengan Rancangan Static Group Design[9]
yang digambarkan pada Tabel I berikut: Pada Tabel II dapat dilihat Persentase siswa yang
tuntas Kuis berdasarkan KKM (%) dan Rata-rata Nilai
TABEL I Kuis matematika Siswa. Nilai kuis dan persntase
RANCANGAN PENELITIAN terendah terdapat pada pertemuan III, ini disebabkan
Kelas Perlakuan Tes karena materi tentang Operasi pada Himpunan yang
Kelas X O membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam,
Eksperimen sehingga banyak siswa yang tidak dapat
Kelas Kontrol - O menyelesaikannya.
4
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1 -
5
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1 -
dalam soal tes akhir adalah sebagai berikut: memberikan alasan atau bukti atas kebenaran solusi, dan
(1)menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda memeriksa kesahihan suatu argumen. (2)Kemampuan
nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model komunikasi matematis siswa dengan menerapkan
matematika, (2)memeriksa kesahihan suatu argumen, (3) Pendidikan Matematika Realistik lebih baik daripada
menjelaskan suatu ide, situasi, dan relasi matematika Kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
melalui tulisan, dan (4) memberikan alasan atau bukti menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VII
atas kebenaran solusi. MTsN Lubuk Buaya Padang.
Pada kelas kontrol dapat diurutkan dari indikator Saran yang dapat diberikan peneliti (1)Kepada guru
yang paling mudah dikuasai hingga yang paling sukar bidang studi matematika MTsN Lubuk Buaya Padang,
dikuasai siswa dalam soal tes akhir adalah sebagai agar menjadikan Pendidikan Matematika Realistik
berikut: (1)menyatakan situasi, gambar, diagram, atau sebagai variasi dalam pembelajaran serta menjadikan
benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model kuis sebagai motivasi siswa dalam melaksanakan tahap-
matematika, (2) memeriksa kesahihan suatu argumen, tahap dalam pembelajaran yang diberikan (2)Kepada
(3)menjelaskan suatu ide, situasi, dan relasi matematika peneliti selanjutnya, agar dapat menjadikan skripsi ini
melalui tulisan, dan (4)memberikan alasan atau bukti atas sebagai pedoman untuk melanjutkan penelitian ke
kebenaran solusi. permasalahan dan pokok bahasan yang lain serta
Pada kelas eksperimen dan kontrol indikator mencoba pada materi yang tingkat ketelitian, kesulitan
menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata yang tinggi.
ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematika REFERENSI
menduduki posisi tertinggi. Dapat disimpulkan siswa
[1] Depdiknas. 2004. Permendiknas Nomor 22 tentang Standar Isi
pada kedua kelas tersebut paling menguasai indikator
Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas
tersebut. Pada kelas eksperimen indikator yang paling [2] Suherman, Erman, dkk.2003. Strategi Pembelajaran Matematika
sukar dipahami siswa adalah memberikan alasan atau Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
bukti atas kebenaran solusi sedangkan pada kelas kontrol [3] Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu
Alternatif Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu
adalah memberikan alasan atau bukti atas kebenaran
[4] Edwin, Musdi. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran
solusi. Geometri Berbasis Pendidikan Matematika Realistik SMPN
Kota Padang.disertasi. Universitas Negeri Padang, Padang
SIMPULAN DAN SARAN [5] Armiati. 2009. “Self Efficacy Matematis dan Pembelajaran
Berbasis Masalah”. Kumpulan Artikel Seminar Nasional
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka Matematika. Hlm.1-8.
[6] Depdiknas. 2004. Permendiknas Nomor 22 tentang Standar Isi
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa: (1)Analisis Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas
kemampuan komunikasi matematis siswa Berdasarkan [7] Gusriani. 2011. Penerapan Pendidikan Matematika Realistik
indikator yang muncul setelah diterapkan Pendekatan pada Pembelajaran Matematika di Kelas X SMAN 3 Padang
PMR dapat diurutkan dari indikator yang paling mudah tahun pelajaran 2010/2011. Skripsi, FMIPA UNP
[8] Tunnisa, Fitra. 2010. Penerapan Pendekatan Pendidikan
dipahami hingga yang paling sukar dipahami siswa Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dalam pembelajaran
dalam soal kuis adalah sebagai berikut: menyatakan Matematika di kelas VIII SMP 2 Kubung tahun Pelajaran
situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam 2009/2010. Skripsi, FMIPA UNP.
bahasa, simbol, ide, atau model matematika, menjelaskan [9] Seniati, Licke, dkk. 2011. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT.
IIndeks
suatu ide, situasi, dan relasi matematika melalui tulisan,