Anda di halaman 1dari 6

Vol. 3 No. 2 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 : Hal.

1 - 6

ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI


PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK (PMR) BAGI
SISWA KELAS VII MTsN LUBUK BUAYA PADANG
TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Ayu Handayani1), Mukhni2, dan Nilawasti ZA3)


1
) FMIPA UNP : email:ayuhandayani999@gmail.com
2,3
)Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP

Abstract

Students’ mathematical communication ability is one of the goals of math, but most of the first grade students of
MTsN Lubuk Buaya Padang don’t develop mathematical communication ability optimally. Learning process
still focus on teacher centre and less relates learning with daily life. This research analyse students’
mathematical communication abilities during implementation of Realistic Mathematic Education (RME) and
comparing students’ mathematical communication ability using RME with conventional learning. This research
is a quasi experimental with Static Group Design. Instrument used are quiz and posttest. Research shows that
indicators can be arranged from quietly until difficult to be mastered by students. The indicators are as follow:
Express the situation, picture, diagram or real things into the language, symbol,idea, or mathematical model.
Explaining some idea, situation, and relation through written text. Giving reason about the fact and checking the
argumen. Students’ mathematical communication ability by applying RME is better than conventional learning.

Keywords–mathematical communication abilities, Realistic Mathematic Education Approach (RME)

PENDAHULUAN kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan


minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
Matematika merupakan suatu cabang ilmu dan percaya diri dalam pemecahan masalah [1].
pengetahuan yang mendasari perkembangan IPTEK serta Mengacu pada tujuan pembelajaran matematika
sistem informasi dan komunikasi. Selain itu, matematika tersebut, matematika mempunyai peranan penting dalam
merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang proses berpikir dan membentuk pola pikir. Begitu pula
menunjang ilmu pengetahuan lainnya. Matematika dengan keterkaitan antar konsep serta aplikasinya.
digunakan sebagai suatu bahasa simbolik, yaitu sebagai Matematika tersusun secara sederhana dan sistematis.
alat mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan Baik dalam hal proses maupun dari bahasanya. Hal
matematika, seperti: “ > “ simbol dari “ lebih dari “ dan tersebut akan mengasah kemampuan siswa dalam
“ < “ simbol dari “kurang dari”. berkomunikasi secara matematis.
Berdasarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Peran seorang guru yang menjadi fasilitator dalam
tentang Standar Isi Mata Pelajaran Matematika, tujuan pembelajaran sebaiknya memperkenalkan konsep dan
pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu: menyajikan matematika dalam kehidupan sehari-hari.
(1)Memahami konsep matematika, menjelaskan Penyajian fakta-fakta saja tidak akan membuat
keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna.
atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, Pembelajaran yang bermakna mengaitkan pengalaman
dalam pemecahan masalah, (2)Menggunakan penalaran atau kehidupan sehari-hari yang ada di sekitar siswa
pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dengan pembelajaran. Hal tersebut secara tidak langung
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau siswa lebih optimal dalam mengkonstruksi pemahaman
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) sendiri. Guru hanya mengarahkan siswa dalam penemuan
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan konsep, ide ataupun pemecahan masalah.
memahami masalah, merancang model matematika, Berdasarkan observasi pada tanggal 2-14 September
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang 2013 di kelas VII MTsN Lubuk Buaya Padang, diperoleh
diperoleh, (4) Mengomunikasikan gagasan dengan bahwa pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada
simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk guru (teacher centered learning, bukan pada siswa
memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) Memiliki (student centered learning). Pembelajaran yang berpusat
sikap menghargai kegunaan matematika dalam pada guru ini, mengakibatkan siswa pasif dalam
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1 -

pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran di kelas bilangan berpangkat yang memuat tanda kurung. Hal ini
dimulai dengan mengulangi materi secara umum oleh menyebabkan siswa salah dalam menjawab soal. Pada
guru kemudian dilanjutkan dengan melanjutkan materi umumnya, siswa dalam menjawab soal yang diujikan
pelajaran yang disertai contoh soal di papan tulis. Setelah terkendala seperti hal yang telah dikemukan sebelumnya.
itu, guru meminta siswa untuk mengerjakan latihan yang Hal ini mencerminkan tingkat kemampuan komunikasi
ada di dalam buku cetak. matematis siswa yang rendah. Siswa mengalami
Berdasarkan hasil Ulangan Harian I tentang kesulitan dalam menyajikan suatu ide dalam bentuk
Bilangan Bulat di kelas VII, ditemukan bahwa masih tulisan dan menyajikan solusi secara rinci dan benar.
rendahnya tingkat kemampuan siswa dalam memahami Wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru
dan menyatakan situasi ke dalam bahasa matematika. Hal dapat disimpulkan bahwa pada kelas VII tingkat
ini dapat dilihat pada hasil Ulangan Harian I kelas VII kemampuan komunikasi matematis siswa belum
siswa X dan Y pada materi operasi hitung bilangan bulat berkembang secara optimal. Sebagian besar siswa
berikut ini: mengalami kesulitan dalam menuliskan, menjelaskan,
Soal:Sederhanakanlah bentuk pangkat dari ! dan menyajikan ide-ide matematika. Siswa kurang
berinteraksi dalam menjalin komunikasi dengan guru,
maupun dengan siswa lainnya. Minimnya interaksi
tentunya menyebabkan terhambatnya kreaktivitas siswa.
Wawancara dengan beberapa siswa, diketahui
bahwa sebagian besar siswa kurang tertarik dalam belajar
Gambar 1. Lembar Jawaban Siswa X matematika. Mereka menganggap belajar matematika itu
Berdasarkan jawaban yang dibuat siswa tersebut, sulit untuk dimengerti. Selain itu, mereka menginginkan
dapat dilihat bahwa siswa telah memahami konsep proses pembelajaran yang lebih bervariasi. Salah satunya
matematika mengenai operasi perkalian pada bilangan dengan cara saling berbagi dalam belajar. Siswa yang
berpangkat. Siswa menjawab pertanyaan soal dengan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu siswa yang
benar, namun siswa terkendala dalam mengkomunikasi memiliki kemampuan rendah.
gagasannya dengan baik. Siswa belum mampu Pembelajaran yang bermakna mengaitkan
memperjelas penyelesaian dengan pengetahuan yang pengalaman atau kehidupan sehari-hari yang ada di
telah ia miliki sebelumnya agar lebih efektif dan tidak sekitar siswa dengan pembelajaran. Hal tersebut secara
membingungkan. tidak langsung membantu siswa lebih optimal dalam
Soal:Sederhanakanlah bentuk pangkat dari mengkonstruksi pemahaman sendiri. Guru hanya
mengarahkan siswa dalam penemuan konsep, ide
ataupun pemecahan masalah. Salah satu pembelajaran
yang dapat digunakan adalah pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik (PMR).
Pendekatan PMR didasarkan bahwa matematika
Gambar 2. Lembar Jawaban Ulangan Harian I Siswa bukanlah sekumpulan aturan atau sifat-sifat yang sudah
lengkap yang harus siswa pelajari. Menurut Freudenthal
Berdasarkan jawaban yang diberikan siswa tersebut, (1991) dalam Suherman (2003:144). “Matematika bukan
diketahui bahwa dalam melakukan penalaran matematis, merupakan suatu subjek yang siap-saji untuk siswa,
siswa telah melakukan proses berpikir dalam rangka melainkan suatu pelajaran yang dinamis yang dipelajari
menemukan pernyataan yang benar dengan menjabarkan dengan cara mengerjakannya”. Jadi, matematika lebih
pengetahuan yang telah ia miliki sebelumnya dan mementingkan proses belajar untuk menemukan suatu
mengarahkannya pada kesimpulan. Namun, siswa konsep matematika[2].
mengalami masalah dalam penyelesaian soal karena Menurut Ariyadi (2012:12), kebermaknaan konsep
kurang memahami penggunaan simbol tanda kurung dan matematika merupakan konsep utama dari pendekatan
penggunaannya pada bilangan berpangkat. Ini PMR. Dalam hal ini, masalah yang akan dipecahkan
mengindikasikan bahwa siswa belum memahami tentang tidak harus selalu di dunia nyata (real-world problem),
penggunaan lambang matematis. namun bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Soal yang diberikan menuntut siswa tidak hanya Suatu masalah dikatakan “realistik” jika masalah tersebut
menggunakan prosedur rutin dalam penyelesaian, namun dapat dibayangkan (imaginable) atau nyata (real) dalam
lebih mendalam. Berdasarkan jawaban di atas, siswa pikiran siswa. Dalam pendekatan PMR permasalahan
telah memahami bagaimana cara menyelesaikan operasi matematika yang realistiklah yang menjadi fondasi
perkalian pada bilangan berpangkat, tetapi belum utama dalam menemukan konsep[3].
memahami penggunaan simbol tanda kurung. Pada baris Adapun sintaksis pendekatan PMR dalam penelitian
kedua, dapat dilihat bahwa siswa telah mencoba ini dimodifikasi dari sintaksis Pendekatan PMR Musdi [4]
memecahkan permasalahan yang ada dengan menerapkan dengan menambahkan kuis sebelum jam pelajaran
pengetahuan sebelumnya ke dalam situasi yang belum berakhir dapat dilihat sebagai berikut:
dikenal. Siswa tampak belum paham menyelesaikan soal

2
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1 -

berkomunikasi. Menurutnya, kemampuan


1. Orientasi Pembelajaran berkomunikasi merupakan inti dari kecerdasan
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran intrapersonal. Proses belajar dan mengajar memberikan
b. Memotivasi siswa kontribusi dalam mengembangkan kemampuan
c. Menyampaikan metode pembelajaran yang akan komunikasi siswa. Konfirmasi juga diperlukan untuk
diterapkan yaitu pendekatan pendekatan PMR mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa. Inti dari
dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh konfirmasi adalah komunikasi. Yaitu, bagaimana siswa
setiap kelompok mengkomunikasikan gagasan mereka.
d. Membagikan LKS Kemampuan komunikasi yang bersifat matematika
2. Diskusi kelompok (Fase Matematisasi horizontal atau yang lebih dikenal dengan komunikasi matematis
dan vertikal) dapat diartikan sebagai kemampuan dalam
a. Meminta siswa mengerjakan LKS menyampaikan sesuatu yang diketahuinya melalui dialog
b. Meminta siswa berdiskusi dengan teman pembicaraan atau tulisan tentang apa yang mereka
sekelompoknya kerjakan, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi
c. Membimbing dan memotivasi kelompok siswa penyelesaian masalah dalam matematika. Kemampuan
sewaktu mengerjakan LKS komunikasi matematis tersebut merefleksikan
3. Diskusi kelas pemahaman siswa dan guru bisa membimbing siswa
a. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil dalam penemuan konsep serta mengetahui sejauh mana
kerja kelompoknya siswa mengerti tentang materi pelajaran matematika.
b. Mengatur jalannya diskusi Sumarmo (Armiati, 2011: 40) menyebutkan yang
c. Menegaskan materi tergolong pada komunikasi matematis diantaranya
d. Menjawab pertanyaan siswa adalah: (1)menyatakan suatu situasi, gambar, diagram,
e. Memberi umpan balik atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide atau
4. Integrasi model matematis, (2)menjelaskan ide, situasi, dan relasi
a. Meminta siswa membuat rangkuman materi matematika secara lisan atau tulisan, (3)mendengarkan,
yang telah dipelajari berdiskusi, dan menulis tentang matematika, (4)membaca
b. Membantu siswa membuat sintesa materi yang dengan pemahaman suatu representasi matematika
telah dipelajari tertulis, (5)membuat konjektur, menyusun argumen,
c. Membantu siswa membuat rangkuman materi merumuskan defenisi dan generalisasi,
5. Evaluasi (6)Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf
a. Guru memberikan kuis matematika ke dalam bahasa sendiri [5].
b. Guru mengevaluasi hasil belajar Menurut Dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen
No. 506/C/PP/2004 (Depdiknas, 2004) indikator yang
Berdasarkan sintaksis tersebut, siswa diberikan menunjukkan komunikasi matematis antara lain:
kesempatan untuk berdiskusi dengan teman-temannya (1)Menyajikan pernyataan matematika secara lisan,
dan kemudian bersama guru membahas kembali materi tertulis, gambar, dan diagram, (2)Mengajukan dugaan,
yang didiskusikan hingga mendapatkan rangkuman (3)Melakukan manipulasi matematika, (4)Menarik
materi. Sintaksis pendekatan PMR tersebut memberikan kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan bukti terhadap kebenaran solusi, (5)Menarik kesimpulan
menyalurkan kemampuan komunikasi secara dari pernyataan, (6)Memeriksa kesahihan suatu argumen
berkelompok dalam menyelesaikan LKS yang kemudian dan (7)Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis
didiskusikan lagi bersama guru hingga memperoleh untuk membuat generalisasi [6].
rangkuman materi. Secara tidak langsung, pada situasi belajar tertentu
Pendekatan PMR menempatkan matematika sebagai seorang guru telah membangun kemampuan
suatu objek yang tidak dipisahkan dari realita yang bisa komunikasi lisan atau tulisan dalam matematika. Hanya
dipahami siswa. Hal ini akan membuat siswa tidak saja pada kemampuan komunikasi matematis lebih
mudah lupa dengan matematika. Selain itu, dengan menekankan lagi pada beberapa aspek dalam
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) konsep pelaksanaannya di kelas. Adapun indikator kemampuan
matematika dipelajari disajikan secara lebih bermakna. komunikasi matematis yang digunakan dalam materi
Penyajian konsep yang lebih bermakna ini dapat dilihat Himpunan pada penelitian ini adalah: (1)Menyatakan
dari penyajian konsep abstrak dalam bentuk representasi situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam
yang mudah dipahami siswa. bahasa, simbol, ide, atau model matematika,
Secara umum, komunikasi dapat diartikan sebagai (2)Menjelaskan suatu ide, situasi, dan relasi matematika
proses menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang melalui tulisan, (3)Memberikan alasan atau bukti
lain baik secara langsung (lisan) ataupun tidak langsung terhadap kebenaran solusi, (4)Memeriksa kesahihan
(melalui media). Melalui teori kecerdasan majemuk suatu argumen, (5)Pemilihan indikator disesuaikan
Howard Gardner (1993) dalam Ariyadi (2012) dengan materi yang digunakan sehingga penelitian lebih
menegaskan bahwa pentingnya kemampuan terfokus dan terarah.

3
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1 -

Adapun modifikasi karakteristik soal yang harus Pada penelitian ini dibutuhkan 2 kelas sampel, yang
dijawab siswa adalah: (1)Siswa mampu menyatakan dipilih secara acak dan diperoleh kelas VII-2 sebagai
situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam kelas eksperimen dan kelas VII-5 sebagai kelas kontrol.
bahasa, simbol, ide, atau model matematika secara Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
lengkap dan jelas, (2)Penulisan jawaban benar serta Pendekatan PMR dan variabel terikatnya adalah
mempresentasikan situasi soal secara lengkap, kemampuan komunikasi matematis siswa. Jenis data
(3)Menuliskan langkah-langkah penyelesaian secara primer berupa tes akhir siswa yang dibuat berdasarkan
lengkap dan tepat serta menunjukkan pemahaman yag indikator kemampuan komunikasi matematis. Data
lebih disertai perhitungan yang benar, (4)Siswa mampu sekunder berupa data nilai Akhir Semester 1 siswa kelas
mengecek dan menyatakan suatu argumen benar atau VII MTsN Lubuk Buaya Padang tahun pelajaran
salah dengan disertai bukti-bukti yang lengkap. 2013/2014 dan jumlah siswa diperoleh dari guru
Telah banyak dilakukan penelitian tentang PMR matematika kelas VII MTsN Lubuk Buaya Padang.
dengan kajian yang berbeda-beda. Di antaranya Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa kuis
penelitian yang dilakukan oleh Gusriani (2011) dengan dan tes akhir untuk menganalisis kemampuan
judul, “Penerapan Pendidikan Matematika Realistik pada komunikasi matematis siswa setelah diterapkan
Pembelajaran Matematika di Kelas X SMAN 3 Padang Pendekatan PMR. Kuis diberikan pada kelas eksperimen
tahun pelajaran 2010/2011”. Hasil penelitian dari dan tes akhir diberikan pada kedua kelas. Kuis dianalisis
penelitian ini adalah motivasi siswa dalam pembelajaran dengan menentukan rata-rata nilai kuis, persentase
di kelas X SMAN 3 Padang dengan menerapkan ketuntasan dan ketercapaian indikator kemampuan
pendekatan PMR lebih tinggi dibandingkan dengan komunikasi matematis siswa.
pembelajaran konvensional[7].
Fitra Tunnisa (2010) dalam penelitiannya yang HASIL DAN PEMBAHASAN
berjudul, “Penerapan Pendekatan Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) dalam Pembelajaran Berdasarkan hasil penelitan di kelas VII-2 dan VII-
Matematika di Kelas VIII SMP N 2 Kubung Tahun 5 MTsN Lubuk Buaya Padang dengan materi Himpunan,
Ajaran 2009/2010”, menunjukkan dengan menerapkan indikator komunikasi matematis yang termuat dalam
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik hasil kuis dan tes akhir digunakan sebagai alat pengukur
belajar siswa kelas VIII SMP N 2 Kubung lebih baik kemampuan komunikasi matematis siswa. Adapun
daripada pembelajaran konvensional. [8]. indikator yang muncul adalah: (1) menyatakan situasi,
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka gambar,diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa,
permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimana simbol, ide, atau model matematika, (2)menjelaskan
analisis indikator kemampuan komunikasi matematis suatu ide, situasi, dan relasi matematika melalui tulisan,
siswa yang muncul selama diterapkan Pendekatan (3)memberikan alasan atau bukti atas kebenaran solusi,
Pendidikan Matematika Realistik? dan apakah (4)memeriksa kesahihan suatu argumen.
kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar Kuis yang diperoleh, dapat dibuat rincian seperti
dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik yang daoat dilihat pada Tabel II berikut:
lebih baik dibandingkan pembejaran konvensional?
TABEL II
Sejalan dengan itu, maka tujuan dari penelitian ini adalah PERSENTASE SISWA YANG TUNTAS BERDASARKAN
untuk menganalisis indikator kemampuan komunikasi KKM DAN RATA-RATA NILAI KUIS MATEMATIKA KELAS
matematis siswa kelas VII MTsN Lubuk Buaya yang EKSPERIMEN
muncul selama diterapkan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik dan untuk mengetahui kemampuan Rata-rata Nilai
Kuis Persentase siswa yang tuntas
Kuis matematika
komunikasi matematis siswa dengan menggunakan ke- Kuis berdasarkan KKM (%)
Siswa
Pendekatan PMR dan kemampuan komunikasi matematis I 45.26 68.75
siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional. II 52.38 73.07
III 42.86 71.43
METODE PENELITIAN
IV 61.90 76.90
V 73.81 80.27
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi
eksperimen dengan Rancangan Static Group Design[9]
yang digambarkan pada Tabel I berikut: Pada Tabel II dapat dilihat Persentase siswa yang
tuntas Kuis berdasarkan KKM (%) dan Rata-rata Nilai
TABEL I Kuis matematika Siswa. Nilai kuis dan persntase
RANCANGAN PENELITIAN terendah terdapat pada pertemuan III, ini disebabkan
Kelas Perlakuan Tes karena materi tentang Operasi pada Himpunan yang
Kelas X O membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam,
Eksperimen sehingga banyak siswa yang tidak dapat
Kelas Kontrol - O menyelesaikannya.

4
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1 -

TABEL III TABEL IV


PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS HASIL TES AKHIR SISWA
SISWA BERDASARKAN INDIKATOR PADA SETIAP KUIS Rata- Simpangan Nilai Nilai
Indi Kuis Kuis Kuis Kuis Kelas Rata Baku Teringgi Terendah
Keterang Kuis 5
kato 1 2 3 4 ( (S) ( ) (
an (%)
r (%) (%) (%) (%) Eksperimen 79.95 10.98 98 57
Mampu - 83.34 90.48 97.62 71.43 Kontrol 69.04 9.59 85 51
1 Belum
- 16.66 9.52 2.38 28.57
Mampu Berdasarkan Tabel IV terlihat bahwa rata-rata hasil
Mampu 88.10 95.24 59.53 - 73.81 tes akhir siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada
2 Belum
11.90 4.76 41.47 - 26.19 rata-rata siswa kelas kontrol. Nilai tertinggi berada pada
Mampu
Mampu - 33.34 - 90.48 73.81
kelas eksperimen sedangkan nilai terendah berada pada
3 Belum kelas kontrol. Nilai tertinggi siswa kelas eksperimen
- 66.66 - 9.52 26.19 adalah 98 dan nilai terendah 57 dengan rata-rata 79.95,
Mampu
Mampu 45.24 64.29 66.87 36.73 - sedangkan untuk kelas kontrol nilai tertinggi 85 dan
4 Belum terendah 51 dengan rata-rata 69.04.
54.76 35.71 33.34 64.27 -
Mampu Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Kemampuan
Keterangan: komunikasi matematis siswa kelas VII MTsN Lubuk
Indikator (1)menyatakan situasi, gambar, diagram, atau Buaya Padang menggunakan pendekatan PMRlebih baik
benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang
matematika, (2)menjelaskan suatu ide, situasi, dan relasi menggunakan pembelajaran konvensional”.Untuk
matematika melalui tulisan, (3)memberikan alasan atau mengetahui hipotesis ini diterima atau ditolak maka
bukti terhadap kebenaran solusi, dan (4)memeriksa harus diuji dulu kesamaan rata-ratanya. Sebelum
kesahihan suatu argumen. melakukan uji kesamaan rata-rata maka terlebih dahulu
Berdasarkan Tabel III tersebut, pada indikator 1, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
kemampuan komunikasi matematis siswa meningkat dari Kesimpulan yang diperoleh kemampuan
kuis 2 hingga kuis 4, namun terjadi penurunan pada kuis komunikasi matematis siswa kelas sampel berdistribusi
5 yang berhubungan dengan materi yang konsep normal dan memiliki variansi yang homogen. Karena
himpunan dalam pemecahan masalah. Pada indikator 2, kedua kelas sampel berdistribusi normal dan memiliki
awalnya terjadi peningkatan kemampuan komunikasi variansi yang homogen, maka untuk uji hipotesis
siswa namun terjadi penurunan pada kuis 3 tentang dilakukanuji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dengan
materi operasi pada himpunan. Peningkatan terjadi lagi bantuan software MINITAB diperoleh P-value = 0,000
setelah dilakukan kuis 5. Pada indikator 3, terjadi karena P-value< α, maka tolak H0 atau terima H1. Jadi,
penigkatan yang cukup signifikan dari kuis 2 ke kuis 4, kemampuan komunikasi matematis siswa yang
namun terjadi penurunan setelah dilakukan kuis 5. menggunakan pendekatan PMRlebih baik daripada
Terjadi peningkatan kemampuan komunikasi untuk kemampuan komunikasi matematis siswa yang
indikator 4 dari kuis 1 hingga kuis 3, namun terjadi menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa
penurunan pada kuis 5 yang berhubungan denga materi kelas VII MTsN Lubuk Buaya Padang.
konsep himpunan dalam pemecahan masalah. Hasil tes Akhir siswa dianalisis dengan pencapaian
Kesimpulan secara umum terdapat pengaruh indikator kemampuan komunikasi matematis berdasarkan
pendekatan PMR terhadap kemampuan komunikasi indikator yang muncul pada setiap soal yang diberikan.
siswa. Pendekatan PMR mampu meningkatkan Berikut ini adalah hasil analisisnya pada setiap indikator:
kemampuan komunikasi matematis siswa. Sebagian
besar siswa telah memiliki kemampuan komunikasi TABEL V
PERSENTASE KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
matematis.Siswa mengalami sedikt hambatan pada SISWA PADA SETIAP INDIKATOR DALAM TES AKHIR
materi yang tingkat kesulitan lebih tinggi.
Berdasarkan indikator 1, 2, 3, dan 4 yang muncul Kelas Kelas
setelah diterapkan Pendekatan PMR dapat diurutkan dari Indikator Eksperimen Kontrol
indikator yang paling mudah hingga yang paling sukar (%) (%)
dipahami siswa dalam soal kuis adalah sebagai berikut: 1 91.96 80.68
(1)menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda 2 71.23 61.66
nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model 3 61.90 73.56
matematika, (2)menjelaskan suatu ide, situasi, dan relasi
4 80.39 42.54
matematika melalui tulisan, (3)memberikan alasan atau
bukti atas kebenaran solusi, dan (4)memeriksa kesahihan
suatu argumen. Berdasarkan indikator 1, 2, 3, dan 4 yang muncul
setelah diterapkan Pendekatan PMR pada kelas
eksperimen dapat diurutkan dari indikator yang paling
mudah dikuasai hingga yang paling sukar dikuasai siswa

5
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1 -

dalam soal tes akhir adalah sebagai berikut: memberikan alasan atau bukti atas kebenaran solusi, dan
(1)menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda memeriksa kesahihan suatu argumen. (2)Kemampuan
nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model komunikasi matematis siswa dengan menerapkan
matematika, (2)memeriksa kesahihan suatu argumen, (3) Pendidikan Matematika Realistik lebih baik daripada
menjelaskan suatu ide, situasi, dan relasi matematika Kemampuan komunikasi matematis siswa dengan
melalui tulisan, dan (4) memberikan alasan atau bukti menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VII
atas kebenaran solusi. MTsN Lubuk Buaya Padang.
Pada kelas kontrol dapat diurutkan dari indikator Saran yang dapat diberikan peneliti (1)Kepada guru
yang paling mudah dikuasai hingga yang paling sukar bidang studi matematika MTsN Lubuk Buaya Padang,
dikuasai siswa dalam soal tes akhir adalah sebagai agar menjadikan Pendidikan Matematika Realistik
berikut: (1)menyatakan situasi, gambar, diagram, atau sebagai variasi dalam pembelajaran serta menjadikan
benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model kuis sebagai motivasi siswa dalam melaksanakan tahap-
matematika, (2) memeriksa kesahihan suatu argumen, tahap dalam pembelajaran yang diberikan (2)Kepada
(3)menjelaskan suatu ide, situasi, dan relasi matematika peneliti selanjutnya, agar dapat menjadikan skripsi ini
melalui tulisan, dan (4)memberikan alasan atau bukti atas sebagai pedoman untuk melanjutkan penelitian ke
kebenaran solusi. permasalahan dan pokok bahasan yang lain serta
Pada kelas eksperimen dan kontrol indikator mencoba pada materi yang tingkat ketelitian, kesulitan
menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata yang tinggi.
ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematika REFERENSI
menduduki posisi tertinggi. Dapat disimpulkan siswa
[1] Depdiknas. 2004. Permendiknas Nomor 22 tentang Standar Isi
pada kedua kelas tersebut paling menguasai indikator
Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas
tersebut. Pada kelas eksperimen indikator yang paling [2] Suherman, Erman, dkk.2003. Strategi Pembelajaran Matematika
sukar dipahami siswa adalah memberikan alasan atau Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
bukti atas kebenaran solusi sedangkan pada kelas kontrol [3] Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik Suatu
Alternatif Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu
adalah memberikan alasan atau bukti atas kebenaran
[4] Edwin, Musdi. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran
solusi. Geometri Berbasis Pendidikan Matematika Realistik SMPN
Kota Padang.disertasi. Universitas Negeri Padang, Padang
SIMPULAN DAN SARAN [5] Armiati. 2009. “Self Efficacy Matematis dan Pembelajaran
Berbasis Masalah”. Kumpulan Artikel Seminar Nasional
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka Matematika. Hlm.1-8.
[6] Depdiknas. 2004. Permendiknas Nomor 22 tentang Standar Isi
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa: (1)Analisis Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas
kemampuan komunikasi matematis siswa Berdasarkan [7] Gusriani. 2011. Penerapan Pendidikan Matematika Realistik
indikator yang muncul setelah diterapkan Pendekatan pada Pembelajaran Matematika di Kelas X SMAN 3 Padang
PMR dapat diurutkan dari indikator yang paling mudah tahun pelajaran 2010/2011. Skripsi, FMIPA UNP
[8] Tunnisa, Fitra. 2010. Penerapan Pendekatan Pendidikan
dipahami hingga yang paling sukar dipahami siswa Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dalam pembelajaran
dalam soal kuis adalah sebagai berikut: menyatakan Matematika di kelas VIII SMP 2 Kubung tahun Pelajaran
situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam 2009/2010. Skripsi, FMIPA UNP.
bahasa, simbol, ide, atau model matematika, menjelaskan [9] Seniati, Licke, dkk. 2011. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT.
IIndeks
suatu ide, situasi, dan relasi matematika melalui tulisan,

Anda mungkin juga menyukai