Anda di halaman 1dari 20

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

hidayah_Nya sehingga dapat diselesaikan tugas penulisan makalah Keperawatan

Bencana

Adapun maksud dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu

cara guna memperdalam pengetahuan tentang Keperawatan Bencana yang

merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan di PJJ Diploma III Poli Teknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas bimbingan

dan dorongan, serta bantuan dari berbagai pihak yang terlibat. Untuk itu penulis

menyampaikan terimakasih setulusnya kepada para Dosen Pembimbing, Tutor

dan semua pihak yang telah mensupport dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

Harapan penulis semoga makalah ini mampu memberikan informasi kepada

pembaca tentang Keperawatan Bencana

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, dan atas

perhatian pembaca kami ucapakan terimakasih

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 1


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3. Tujuan ................................................................................................................. 4
BAB II................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
2.1. Definisi Bencana ................................................................................................. 5
2.2. Komponen komponen dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu
Akses dan Komunikasi ................................................................................................... 6
2.3. Fase-fase bencana ............................................................................................... 6
2.4. Permasalahan dalam penanggulangan bencana .................................................. 7
2.5. Kelompok rentan bencana ................................................................................... 8
2.6. Paradigma Penanggulanngan Bencana ............................................................... 8
2.7. Pengurangan Risiko Bencana.............................................................................. 9
2.8. Perawat sebagai profesi..................................................................................... 10
2.9. Peran perawat .................................................................................................... 11
2.10. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana ...................................................... 11
2.11. Jenis Kegiatan Siaga Bencana....................................................................... 11
2.12. Managemen Bencana .................................................................................... 15
2.13. Peran perawat dalam managemen bencana ................................................... 16
BAB III ............................................................................................................................. 19
PENUTUP ........................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 20

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup segala kondisi, dimana

perawat tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit saja melainkan

juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana. Situasi

penanganan antara keadaan siaga dan keadaan normal memang sangat berbeda,

sehingga perawat harus mampu secara skill dan teknik dalam menghadapi kondisi

seperti ini.

Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana

dapat dilakukan oleh profesi keperawatan. Berbekal pengetahuan dan kemampuan

yang dimiliki seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga bencana dalam

berbagai bentuk.

Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan pentingnya peran perawat

dalam situasi tanggap bencana, bentuk dan peran yang bisa dilakukan perawat

dalam keadaan tanggap bencana.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa

masalah, yaitu:

3
1.2.1. Bagaimana Bencana?

1.2.2. Bagaimana Fase-fase bencana?

1.2.3. Bagaimana Kelompok rentan Bencana?

1.2.4. Bagaimana Paradigma penanggulangan Bencana?

1.2.5. Bagaimana Pengurangan Risiko Bencana?

1.2.6. Bagaimana Peran perawat Dalam tanggap Bencana?

1.2.7. Bagaimana Jenis Kegiatan siaga Bencana?

1.2.8. Bagaimana Managemen Bencana?

1.2.9. Bagaimana peran perawat dalam managemen Bencana?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Mahasiswa dapat mengetahui Bencana.

1.3.2. Mahasiswa dapat mengetahui Fase-fase bencana.

1.3.3. Mahasiswa dapat mengetahui Kelompok rentan Bencana.

1.3.4. Mahasiswa dapat mengetahui Paradigma penanggulangan Bencana.

1.3.5. Mahasiswa dapat mengetahui Pengurangan Risiko Bencana.

1.3.6. Mahasiswa dapat mengetahui Peran perawat Dalam tanggap Bencana.

1.3.7. Mahasiswa dapat mengetahui Jenis Kegiatan siaga Bencana.

1.3.8. Mahasiswa dapat mengetahui Managemen Bencana.

1.3.9. Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat dalam managemen Bencana.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Bencana

Definisi Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang

menyebabkan kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau

memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan dalam skala tertentu

yang memerlukan respon dari luar masyarakat dan wilayah yang terkena.

Bencana dapat juga didefinisikan sebagai situasi dan kondisi yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat.

Jenis-jenis bencana:

2.1.1. Bencana alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti

banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya.

2.1.2. Bencana ulah manusia (man-made disaster), yaiut kejadian-kejadian

karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan,

kebakaran, ledakan, sabotase dan lainnya.

Bencana berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri atas:

2.1.1. Bencana Lokal, bencana ini memberikan dampak pada wilayah

sekitarnya yang berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran

kimia dan lainnya.

5
2.1.2. Bencana regional, jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh

pada area geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan leh faktor

alam seperti alam, banjir, letusan gunung dan lainnya.

2.2. Komponen komponen dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat

Terpadu Akses dan Komunikasi

Masyarakat harus mengetahui kemana mereka harus meminta bantuan baik

yang umum maupun yang khusus. Pada Pelayanan Pra Rumah Sakit Secara

Umum semua orang boleh memberikan pertolongan, penolong akan

diklasifikasikan sebagai berikut :

2.2.1. Orang Awam, Tidak terlatih atau memiliki sedikit pengetahuan

pertolongan pertama

2.2.2. Penolong pertama, Kualifikasi ini yang dicapai oleh KSR PMI

2.2.3. Tenaga khusus / terlatih, Tenaga yang dilatih secara khusus untuk

menanggulangi kedaruratan di lapangan

Selain penolong peran lain yang tak kalah pentingnya adalah tenaga

transportasi dan evakuasi yang mana tugasnya adalah mempersiapkan korban

untuk dievakuasi dan ditranportasikan ke tempat aman dan benjauhi titik bencana

untuk mendapatkan pertolongan pada prosedur selanjutnya

2.3. Fase-fase bencana

Menurut Barbara santamaria (1995),ada tiga fase dapat terjadinya suatu

bencana yaitu fase pre impact,impact,dan post impact :

6
2.3.1. Fase pre impac merupakan warning phase,tahap awal dari

bencana.Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi

cuaca.Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan dengan

baik oleh pemerintah,lembaga dan masyarakat.

2.3.2. Fase impact merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat

dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup.fase

impact ini terus berlanjut hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan

yang darurat dilakukan.

2.3.3. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan

penyembuhan dari fase darurat.Juga tahap dimana masyarakat mulai

berusaha kembali pada fungsi kualitas normal.Secara umum pada fase

post impact para korban akan mengalami tahap respons fisiologi mulai

dari penolakan (denial),marah (angry),tawar –menawar

(bargaing),depresi (depression),hingga penerimaan (acceptance).

2.4. Permasalahan dalam penanggulangan bencana

Secara umum masyarakat Indonesia termasuk aparat pemerintah didaerah

memiliki keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti berikut :

2.4.1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya

2.4.2. Sikap atau prilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA

2.4.3. Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan

ketidaksiapan

2.4.4. Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman

bahaya

2.4.5. Dan lain sebagainya

7
2.5. Kelompok rentan bencana

Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau

masyarakat yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau

ancaman dari potensi bencana untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan

dan menanggapi dampak bahaya tertentu.

Kerentanan terbagi atas:

2.5.1. Kerentanan fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam

menghadapi ancaman bahaya tertentu, misalnya kekuatan rumah bagi

masyarakat yang tinggal di daerah rawan gempa.

2.5.2. Kerentanan ekonomi, kemampuan ekonomi individu atau masyarakat

dalam pengalokasian sumber daya untuk pencegahan serta

penanggulangan bencana.

2.5.3. Kerentanan social, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek

pendidikan, pengetahuan tentang ancaman bahaya dan rsiko bencana.

2.5.4. Kerentanan lingkungan, keadaan disekitar masyarakat tinggal. Misalnya

masyarakat yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap

ancaman bencana tanah longsor.

2.6. Paradigma Penanggulanngan Bencana

Konsep penanggulangan bencana telah mengalami pergeseran

paradigma dari konfensional yakni anggapan bahwa bencana merupakan kejadian

yang tak terelakan dan korban harus segera mendapatkan pertolongan, ke

paradigm pendekatan holistic yakni menampakkan bencana dalam tatak rangka

menejerial yang dikenali dari bahaya, kerentanan serta kemampuan masyarakat.

8
Pada konsep ini dipersepsikan bahwa bencana merupakan kejadian yang tak dapat

dihindari, namun resiko atau akibat kejadian bencana dapat diminimalisasi dengan

mengurangi kerentanan masyarakat yang ada dilokasi rawan bencan serta

meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pencegahan dan penangan bencana

2.7. Pengurangan Risiko Bencana

Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:

2.7.1. Pra bencana

Pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan

penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan,

pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis risiko

bencana, penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan peletahihan serta

penentuan persyaratan standar teknis penanggulangan bencana

(kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana).

2.7.2. Tanggap darurat

Pada tahapan ini mencakup pengkajian terhadap loksi, kerusakan dan

sumber daya; penentuan status keadan darurat; penyelamatan dan evakuasi

korban, pemenuhan kebutuhan dasar; pelayanan psikososial dan kesehatan.

2.7.3. Paska bencana

Pada tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan daerah

bencana, prasaranan dan saran umum, bantuan perbaikan rumah, social,

psikologis, pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi

9
(pembangunan, pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana termasuk

fungsi pelayanan kesehatan.

2.8. Perawat sebagai profesi

Perawat adalah salah satu profesi di bidang kesehatan , sesuai dengan makna

dari profesi maka seseorang yang telah mengikuti pendidikan profesi keperawatan

seyogyanya mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang etikal

dan sesuai standar profesi serta sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya

baik melalui pendidikan formal maupun informal, serta mempunyai komitmen

yang tinggi terhadap pekerjaan yang dilakukannya (Nurachmah, E 2004)

Perry & Potter (2001), mendifinisikan bahwa seorang perawat dalam

tugasnya harus berperan sebagai:kolaborator, pendidik, konselor,change agent dan

peneliti. Keperawatan mempunyai karakteristik profesi yaitu memiliki body of

knowledge yang berbeda dengan profesi lain, altruistik, memiliki wadah profesi,

mempunyai standar dan etika profesi, akontabilitas, otonomi dan kesejawatan

(Leddy & Pepper, 1993 dalam Nurachmah, E, 2004).

Berdasarkan karakteristik di atas maka pelayanan keperawatan merupakan

pelayanan profesional yang manusiawi untuk memenuhi kebutuhan klien yang

unik dan individualistik diberikan oleh tenaga keperawatan yang telah

dipersiapkan melalui pendidikan lama dan pengalaman klinik yang memadai.

“Perawat harus memiliki karakteristik sikap caring yaitu competence,confidence,

compassion, conscience and commitment” (ANA, 1995 dalam Nurachmah, 2004).

Pelayanan keperawatan yang optimal dapat dicapai jika perawat sudah

profesional.

10
2.9. Peran perawat

Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang

berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap

individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu.

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

kedudukannya dalam sistem ( Zaidin Ali , 2002,).

Menurut Gaffar (1995) peran perawat adalah segenap kewenangan yang

dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan

kompetensi yang dimiliki.

2.10. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi

pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan

tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.

Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar

praktek keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga

sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi

perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi bencana.

Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih

banyak melihat tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan lebih

dahulu dibandingkan dengan perawat, walaupun ada itu sudah terkesan lambat.

2.11. Jenis Kegiatan Siaga Bencana

Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan

pertolongan medis dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi

11
perhatian penting. Berikut beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat

dalam situasi tanggap bencana:

2.11.1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik

Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan

korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka,

kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akan menyebabkan

isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para relawan. Hal yang paling

urgen dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan dari tenaga

kesehatan. Perawat bisa turut andil dalam aksi ini, baik berkolaborasi

dengan tenaga perawat atau pun tenaga kesehatan profesional, ataupun

juga melakukan pengobatan bersama perawat lainnya secara cepat,

menyeluruh dan merata di tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan

pun bisa beragam, mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan

lainnya sesuai dengan profesi keperawatan.

2.11.2. Pemberian bantuan

Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban

bencana, dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam

berbagai bentuk, seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain

sebagainya. Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh

perawat secara langsung di lokasi bencana dengan memdirikan posko

bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan dalam kegiatan ini adalah

pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang di butuhkan

oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi para korban yang

12
tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk

ataupun tidak tepat sasaran.

2.11.3. Pemulihan kesehatan mental

Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma

psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa

berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidak

sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang sedang

dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus berkelanjutan

maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan mental bagi para

korban bencana. Hal yang dibutukan dalam penanganan situasi seperti ini

adalah pemulihan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh perawat.

Pada orang dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan

mendengarkan segala keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya

diberikan sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk tetap bangkit.

Sedangkan pada anak anak, cara yang efektif adalah dengan

mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah

anak anak yang berada pada masa bermain. Perawat dapat mendirikan

sebuah taman bermain, dimana anak anak tersebut akan mendapatkan

permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehinnga kepercayaan diri

mereka akan kembali seperti sedia kala.

2.11.4. Pemberdayaan masyarakat

Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca

bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat

memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta benda

13
yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang patah arah

dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong

membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan

masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat

menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat melakukan pelatihan

pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi

ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan

masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu membangun

kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia miliki.

Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang

harus dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya:

2.11.4.1. Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.

Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam

penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan

bekal tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis

yang baik dan maksimal.

2.11.4.2. Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian

Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap

elemen masyarakat termasuk perawat, kepedulian tersebut

tercemin dari rasa empati dan mau berkontribusi secara

maksimal dalam segala situasi bencana. Sehingga dengan jiwa dan

14
semangat kepedulian tersebut akan mampu meringankan beban

penderitaan korban bencana.

2.11.4.3. Perawatan harus memahami managemen siaga bencana

Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda,

segal hal yang terkait harus didasarkan pada managemen yang baik,

mengingat bencana datang secara tak terduga banyak hal yang harus

dipersiapkan dengan matang, jangan sampai tindakan yang dilakukan

salah dan sia sia. Dalam melakukan tindakan di daerah bencana,

perawat dituntut untuk mampu memilki kesiapan dalam situasi apapun

jika terjadi bencana alam. Segala hal yang berhubungan dengan

peralatan bantuan dan pertolongan medis harus bisa dikoordinir

dengan baik dalam waktu yang mendesak. Oleh karena itu, perawat

harus mengerti konsep siaga bencana

2.12. Managemen Bencana

Ada tiga aspek mendasar dalam management bencana, yaitu:

2.12.1. Respons terhadap bencana

2.12.2. Kesiapsiagaan menghadapi bencana

2.12.3. Mitigasi efek bencana

Managemen siaga bencana membutuhkan kajian yang matang dalam setiap

tindakan yang akan dilakukan sebelum dan setelah terjun kelapangan. Ada

beberapa hal yang bisa dijadikan pedoman, yaitu:

2.12.1. Mempersiapkan bentuk kegiatan yang akan dilakukan

15
Setelah mengetahui sebuah kejadian bencana alam beserta situasi di

tempat kejadian, hal yang terlebih dahulu dilakukan adalah memilih

bentuk kegiatan yang akan diangkatkan, seperti melakukan pertolongan

medis, pemberian bantuan kebutuhan korban, atau menjadi tenaga

relawan. Setelah ditentukan, kemudian baru dilakukan persiapan mengenai

alat alat, tenaga, dan juga keperluan yang akan dibawa disesuaikan dengan

alur dan kondisi masyarakat serta medan yang akan ditempuh.

2.12.2. Melakukan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.

Hal ini merupakan pokok kegiatan siaga bencana yang dilakukan,

segala hal yang dipersiapkan sebelumnya, dilakukan dalam tahap ini,

sampai jangka waktu yang disepakati.

2.12.3. Evaluasi kegiatan

Setiap selesai melakukan kegiatan, perlu adanya suatu evaluasi

kegiatan yang dilakukan, evaluasi bisa dijadikan acuan, introspeksi, dan

pedoman melakukan kegiatan selanjutnya. Alhasil setiap kegiatan yang

dilakukan akan berjalan lebih baik lagi dari sebelumnya.

2.13. Peran perawat dalam managemen bencana

2.13.1. Peran perawat dalam fase pre-impect

2.13.1.1. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga

kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana.

2.13.1.2. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan,

organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun

16
lembaga-lembaga pemasyarakatan dalam memberikan

penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman

bencana.

2.13.1.3. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk

meningkatkan kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.

2.13.2. Peran perawat dalam fase impact - Bertindak cepat

2.13.2.1. Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun

dengan pasti dengan maksud memberikan harapan yang besar

pada korban yang selamat.

2.13.2.2. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan - Kordinasi dan

menciptakan kepemimpinan. Untuk jangka panjang, bersama-

sama pihak yang tarkait dapat mendiskusikan dan merancang

master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30

bulan pertama.

2.13.3. Peran perawat dalam fase post impact

Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi

korban.

Stress Psikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi

post traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3

kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu

tersebut mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun

peristiwa-peristiwa yang memacuhnya. Ketiga, individu akan menunjukan

gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan

konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.

17
Perawat didalam tim kesehatan bersama profesi lain dan masyarakat

yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani maslah

kesehatan masyarakat paska gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan

(recovery) menuju keadaan sehat dan aman.

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bencana alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi

kapan datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan menimbulkan

kerugian dan kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan melalui tindakan

tanggap bencana yang dapat dilakukan oleh perawat.

3.2. Saran

Sebagai seorang Perawat diharapkan bisa turut andil dalam melakukan

kegiatan tanggap bencana.

3.2.1. Segera mempersiapkan diri dengan skill yang diperlukan dalam situasi

bencana

3.2.2. Sebisa mungkin untuk tetap berpikir kritis, objektif, profesional,

berorientasi pada keamanan dan keselamatan

3.2.3. Kendalikan emosi dalam penanganan bencana, pengendalian diri

terutama psikologi dapat mempengaruhi seorang perawat dalam

menyelesaikan tugasnya dilapangan

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Efendi,Ferry.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik dalam

keperawatan.Jakarta.Penerbit Salemba Medika,2009.

2. Mepsa,Putra.2012.Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap

Bencana.20

3. http://fkep.unand.ac.id/images/peran_mahasiswa_keperawatan_dalam_tan

ggap_bencana.d ocx. Diakses tanggal 15 November 2012

4. Kholid, Ahmad S.Kep, Ns. Prosedur Tetap Pelayanan Medik

Penanggulangan Bencana.

5. http://dc126.4shared,com/doc/ZPBNsmp/preview.html Diakses tanggal 15

November 2012

6. Mursalin.2011.Peran Perawat Dalam Kaitannya Mengatasi Bencana.

http://catatanrifki.blogspot.com/2012/12/peran-perawat-dalam-bencana-

alam.html

20

Anda mungkin juga menyukai