Anda di halaman 1dari 15

PENTINGNYA GEOGEBRA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN GEOMETRI

MELALUI MODEL TEORI VAN HIELE

Rahmatika Nurjanah
Pendidikan Matematika, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Abstrak

Media pembelajaran merupakan suatu sarana yang dapat digunakan untuk mempermudah
proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran.
Geometri merupakan ilmu pendidikan matematika yang mempelajari titik, bidang, dan
ruang. Sering terjadi kurangnya siswa dalam memahami pembelajaran dan siswa
mengantuk saat mempelajari geometri. Maka dibutuhkan media pembelajaran untuk
mempermudah siswa dapat belajar dengan nyaman dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran. Media ini dapat digunakan guru untuk menjelaskan titik, bidang, dan ruang
pada pembelajaran geometri. Karena sulit bagi siswa untuk memahami materi jika hanya
dibacakan melalui buku saja. Oleh karena itu diperlukan strategi yang tepat yang disusun
berdasarkan tingkat perkembangan berpikir dalam geometri. Salah satu media
pembelajaran disini, program komputer yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran
matematika adalah GeoGebra. Pembelajaran berbasis teori van Hiele merupakan
pembelajaran yang disesuaikan dengan tahapan berpikir siswa, sehingga pembelajaran ini
tepat jika diterapkan dalam pembelajaran geometri.

Kata kunci : media pembelajaran, GeoGebra, teori Van Hiele

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Geometri merupakan cabang matematika yang diajarkan pada setiap jenjang
pendidikan, baik pada jenjang pendidikan sekolah dasar hingga di perguruan tinggi.
Menurut Budiarto, pembelajaran geometri bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir logis, mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan
pengetahuan untuk menunjang materi yang lain, dan dapat membaca serta
menginterpretasikan argumen-argumen matematik (Abdussakir, 2010). Salah satu
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa agar siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran geometri adalah kemampuan pemahaman geometri. Untuk melihat
sejauh mana kemampuan siswa dapat memahami materi geometri, maka ditetapkanlah
suatu hal yang menjadi tolak ukur yaitu indikator kemampuan pemahaman geometri.
Adapun indikator kemampuan pemahaman geometri yang akan digunakan dalam
penelitian ini yang diadopsi berdasarkan pernyataan Killpatrick dan Findell
(Nurokhmatillah, 2010:16-17), diantaranya sebagai berikut:
a) Dapat menyatakan ulang konsep geometri yang telah dipelajari.
b) Dapat mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau
tidaknya persyaratan yang membentuk konsep geometri tersebut;
c) Dapat menerapkan konsep geometri secara algoritma;
d) Dapat memberikan contoh dan contoh penyangkal/bukan contoh
(counter example) dari konsep geometri yang telah dipelajari;
e) Dapat menyajikan konsep geometri dalam berbagai macam bentuk
representasi matematika;
f) Dapat mengaitkan beberapa konsep (internal dan eksternal)
matematika.
Untuk membantu siswa dalam mengembangkan tingkatan berpikir geometri,
diperlukanlah suatu tahap-tahap pembelajaran geometri. Tahap-tahap pembelajaran
inilah yang menjadi model pembelajaran, Model Van Hiele terdiri dari lima tahap
pembelajaran. Model pembelajaran Van Hiele dipilih dalam rangka meningkatkan
kemampuan pemahaman geometri siswa, karena di dalam model ini ada
tingkatan/level berpikir siswa dalam pembelajaran geometri (Nur’aeni, 2010).

Penggunaan media pembelajaran sangatlah penting dalam pembelajaran geometri.


Salah satu media yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan teknologi berupa
software GeoGebra. Software ini diharapkan mampu membantu siswa dalam
memahami materi geometri. Pada kesempatan kali ini, peneliti memilih menggunakan
GeoGebra karena software ini dapat memungkinkan keaktifan siswa dalam
membangun pemahaman geometri (Wess dalam Siregar, 2012:9). GeoGebra juga
dapat memberikan visualisasi konsep-konsep geometri. Menurut Putz, siswa yang
menggunakan GeoGebra akan memahami geometri lebih mendalam karena adanya
representasi visual yang jelas pada objek geometri dan keterlibatan siswa untuk
mengkonstruksi sehingga pemahaman geometri siswa lebih mendalam (Siregar,
2012:9).
Berdasarkan uraian di atas maka diduga pembelajaran geometri dengan menggunakan
model Van Hiele yang berbantuan software GeoGebra dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman geometri siswa atau mahasiswa.
Untuk itu, berbagai upaya terus dilakukan untuk dapat meningkatkan minat terhadap
materi matematika ini. Misalkan dengan memberikan kesempatan pada siswa lebih
bereksplorasi dan berdiskusi. Demikian pula dengan memberikan dialog yang lebih
antar pengajar dan siswa diharapkan menumbuhkan cara berpikir matematis (Yoon et al,
2017). Dengan memanfaatkan grafik fungsi ataupun persamaan dalam bentuk berbagai
media seperti sebagai souvenirs, dilakukan untuk memberikan inovasi atau media dalam
mempopulerkan matematika (Parhusip, 2015).

B. Rumusan Masalah
Adanya rumusan masalah adalah untuk memperjelas permasalahan yang akan
diteliti. Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman geometri siswa yang


mendapatkan model pembelajaran Van Hiele berbantuan GeoGebra lebih
tinggi dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional?

2. Bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran Van Hiele dengan


bantuan media software GeoGebra?
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penulisan ini, yaitu :
1. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media software
GeoGebra sebagai alat atau medium yang digunakan sebagai perantara
dalam proses pembelajaran matematika;

2. Materi yang dibahas dalam penulisan ini adalah titik, bidang, dan ruang
D. Tujuan
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemahaman geometri siswa


yang mendapatkan model pembelajaran Van Hiele dengan bantuan media
software GeoGebra lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
mendapatkan pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran Van Hiele dengan


bantuan media software GeoGebra.
E. Manfaat
Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut.
1) Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
berarti guna meningkatkan mutu pembelajaran matematika di sekolah.
2) Bagi guru, sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan berbagai variasi
model pembelajaran geometri khususnya dan memberikan motivasi dalam
memanfaatkan teknologi berupa penggunaan GeoGebra sebagai media
pembelajaran di sekolah.
3) Bagi siswa, dapat menunjang proses pembelajaran yang mendukung
berkembangnya kemampuan pemahaman geometri siswa.
4) Bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya, tulisan ini dapat
menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan wawasan.

PEMBAHASAN
1. Pengertian
A. Teori Van Hiele

Teori Van Hiele merupakan salah satu teori yang dapat mengukur kemampuan
geometri siswa. Seperti nama teori ini, maka teori dikemukan oleh Dina dan Pierre
Van Hiele pada tahun 1986. Mereka melakukan penelitian mengenai berpikir
geometri di sekolah. Menurut teori ini terdapat lima level yang dilalui siswa dalam
belajar geometri. Penggunaan level disini bukan untuk mengakategorikan siswa
tetapi untuk mengetahui sudah sampai dimana kemampuan berpikir geometri
siswa. Siswa secara bertahap melalui kelima level tersebut. Berdasarakan
penelitian biasanya berada pada level 0, siswa SMP berada pada level 0 dan 1,
sedangkan siswa SMA sudah berada pada level 2.
Pembelajaran geometri (Euclides) di berbagai jenjang pendidikan sejalan juga
dengan perkembangan berpikir geometru menurut model Van Hiele (Soemaadi,
1994: 10). Van Hiele adalah seorang guru matematika kebangsaan Belanda yang
pada tahun 1954 menulis disertasi tentang pembelajaran geometri. Disertasi
tersebut ditulis berdasarkan hasil penelitian di lapangan melalui observasi dan
tanya jawab. Kesimpulan yang diperoleh oleh Van Hiele adalah bahwa terdapat
lima tingkat berpikir geometri secara urut yaitu : secara visual, analysis, informal-
deduction, deduction, ke rigor.
National Council of Theachers of Mathematics (NCTM) 1989 merekomendasikan
pengajaran geometri di sekolah-sekolah di Amerika dikonsentrasikan pada tingkat
0 dan tingkat 1, dan beberapa kegiatan di rancang untuk tingkat 2, model Van
Hiele (Holmes, 1995; 333).
Menurut Keyes & Anne (Abdussakir, 2010) setiap level pada teori Van Hiele
harus dilalui dengan berurutan. Ketika siswa berada pada level yang lebih tinggi
maka level dibawahnya pasti sudah dikuasai. Dalam Burger & Shaughnessy
(1986: 31) dan Mason & Wilder (2004: 309) terdapat 5 level berpikir geometri
berdasarkan teori Van Hiele:
1. Level 0 (Visualisasi)
Pada level ini siswa hanya memperhatikan bangun secara visual saja tanpa
mengetahui sifat-sifat bangun tersebut. Misalnya, dengan melihat saja diketahui
bahawa dua segitiga adalah sama, tanpa mengetahui alasannya. Tingkat ini sering
disebut tingkat pengenalan. Namun bentuk-bentuk geometri yang dikenal anak
semata-mata didasarkan pada karakteristik visual atau penampakan bentuknya
secara keseluruhan, bukan perbagian. Dalam mengidentifikasi bangun, mereka
seringkali menggunakan prototipe visual. Sebagai contoh, mereka mengatakan
bahwa bangun yang diketahui adalah balok, karena seperti kotak. Anak belum
menyadari adanya sifat-sifat dari bangun geometri.

2. Level 1 (Analisis)
Pada level ini kemampuan berpikir siswa berkembang dengan mendeskripsikan
suatu bangun menggunakan bahasa sendiri sesuai level sebelumnya. Konsep
geometri mulai tertanam dalam benak siswa dengan mulai memperhatikan bagian-
bagian dan sifat-sifat suatu bangun. Sebagai contoh, dua balok dapat dikatakan
sama dengan mengenali sifat-sifatnya. Melalui pengamatan, eksperimen,
mengukur, menggambar, dan memodel, siswa dapat mengenali dan membedakan
karakteristik suatu bangun. Anak-anak melihat bahwa suatu bangun mempunyai
bagian-bagian tertentu yang dapat dikenali. Namun demikian anak-anak belum
sepenuhnya dapat menjelaskan hubungan antara sifat yang satu dengan sifat yang
lain, anak-anak sama sekali belum bisa melihat hubungan antara beberapa bangun,
dan definisi abstrak belum atau tidak dapat dimengerti.
3. Level 2 (Abstraksi)
Pada level ini siswa menggunakan bahasa untuk mengetahui perbedaan dari setiap
bangun sesuai dengan level sebelumnya. Siswa secara logis menggolongkan sifat-
sifat berdasarkan konsep, membentuk definisi abstrak, dan dapat membedakan
antara keperluan dan kecukupan dari kumpulan sifat-sifat untuk menentukan
konsep. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu untuk melakukan penarikan
kesimpulan secara deduktif, tetapi masih pada tahap awal artinya belum
berkembang baik.
4. Level 3 (Deduksi Informal)
Pada tingkat ini berpikir deduksi siswa sudah mulai berkembang dan penalaran
deduksi sebagai cara untuk membangun struktur geometri dalam sistem
aksiomatik telah dipahami. Hal ini telah ditunjukkan siswa dengan membuktikan
suatu pernyataan tentang geometri dengan menggunakan alasan yang logis dan
deduktif. Struktur deduktif aksiomatik yang lengkap dengan pengertian pangkal,
postulat/aksioma, definisi, teorema, dan akibat yang secara implisit ada pada
tingkat deduksi informal, menjadi objek yang eksplisit dalam pemikiran anak pada
tingkat ini.
5. Level 4 (Deduksi Formal)
Pada tingkat ini siswa dapat bekerja dalam berbagai struktur deduksi aksiomatik.
Siswa dapat menemukan perbedaan antara dua struktur. Siswa memahami
perbedaan antara geometri Euclides dan geometri non-Euclides. Siswa memahami
aksioma-aksioma yang mendasari terbentuknya geometri non-Euclides.
Selanjutnya untuk meningkatkan level kemampuan berpikir geometeri Van Hiele
mengajukan beberapa fase untuk dilalui.
1. Informasi

Pada fase ini siswa telah mendapatkan informasi mengenai suatu bentuk geometri.
Informasi yang diperoleh siswa bisa berasal dari pembelajaran sebelumnya maupun
informasi dari kehidupan sehari-hari. Dengan adanya informasi tersebut siswa dapat
mengenali domain kerja. Ketika siswa mengetahui objek tersebut secara visual maka
ia dapat membedakan suatu objek dengan objek yang lain (diskriminasi visual).
Dalam pembelajaran gometri hal ini ditunjukkan dengan mengetahui yang contoh dan
bukan contoh (visual clousier). Untuk mengetahui informasi yang dimiliki siswa
maka seorang guru harus mengetahui kemampan awal mereka. Ketika ada siswa yang
tidak tau maka dengan adanya apersepsi maka siswa tersebut akan mengetahunya
terutama tau bentuk secara visual dan namanya.
2. Orientasi langsung

Pada fase ini siswa berorientasi secara langsung pada objek geometri yang akan
dipelajari. Siswa menyelesaikan tugas yang melibatkan hubungan berbeda dari sistem
yang dibentuk (contoh: melipat, mengukur, menemukan simetri (figure-ground
discrimination)). Agar siswa dapat berorientasi langsung maka guru harus
menyediakan sarana. Sarana yang dibutuhkan siswa adalah berupa media
pembelajaran salah satunya program GeoGebra. Dengan ketersediaan media ini,
maka siswa dapat menemukan sendiri sifat pada suatu objek geometri. Pemilihan
media harus melibatkan siswa dalam menemukan sifat-sifat dari bentuk geometri
yaitu GeoGebra. Terkadang guru memang menggunakan media, tetapi hanya untuk
guru sendiri bukan ditemukan siswa. Banyak sekali media yang dapat digunakan baik
modern berbasi komputer maupun tradisional yang paling tepat disini adalah program
GeoGebra. Anak merupakan bagian dari dunia fisik, sehingga pengalaman langsung
dengan benda-benda sangat penting dalam belajar. Ini merupakan dasar dari tahapan
berpikir konkret-operasional yaitu pada masa usia sekolah (Copeland: 1979). Anak
harus dirangsang untuk membandingkan objek dalam memahami relasi yang ada
diantara karakteristik- karakteristik atau sifat-sifat benda tertentu dengan benda
lainnya.
3. Penjelasan

Dengan penemuan tersebut maka siswa menjadi ingin tahu mengenai hubungan,
mencoba untuk menjelaskannya dengan kata-kata, dan mempelajari cara
menyampaikan yang tepat dengan materi subjek (contoh: menjelaskan ide-ide
mengenai sifat-sifat dari bangun). Siswa menyatakan pandangan yang muncul
mengenai struktur yang diobservasi. Siswa dapat mengetahui posisi berbagai objek
dalam ruang (hubungan keruangan). Di samping itu untuk guru membantu siswa
menggunakan bahasa yang tepat dan akurat untuk menjelaskan mengenai apa yang
baru diamati. Ketika siswa menemukan sendiri sifat pada objek geometri maka
mereka akan memahami konsep dan hubungan antar sifat yang ditemukan (mengenal
objek). Tetapi ketika guru yang menjelaskan maka siswa hanya menghafal saja.
4. Orientasi bebas

Siswa belajar, dengan menyelesaikan tugas-tugas yang lebih kompleks, untuk


menemukan cara mereka sendiri dalam mengubungkan hubungan yang ada. (contoh:
mengetahui sifat- sifat dari semacam bentuk, menginvestigasi sifat-sifat tersebut
apakah bangun baru atau bangun yang sudah diketahui misalnya layang-layang). Soal-
soal yang biasa diselesaikan adalah berupa open-ended.

5. Integrasi
Siswa menyimpulkan seluruh hal yang dipelajari mengenai subjek, lalu
merefleksikannya dengan tindakan dan memperoleh sebuah pandangan baru terhadap
hubungan subjek. (contoh: sifat-sifat dari suatu bangun disimpulkan).
Dengan menerapkan fase di atas, maka kemampuan berpikir geometri siswa akan
meningkat. Peningkatan kemampuan geometri dapat dilihat dari peningkatan nilai hasil
belajar siswa. Fase tersebut telah dibuat secara terstruktur dan melibatkan semua
kemampuan spasial. Sehingga dapat melatih kemampuan visual spasial. Setiap fase sangat
penting dilakukan untuk diterapkan untuk meningkatkan level kemampuan berpikir
geometri.
B. Program Geogebra
Program Geogebra adalah program yang dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran matematika untuk lebih mudah mendemonstrasikan atau
memvisualisasikan konsep-konsep matematis serta sebagai alat bantu untuk
mengkonstruksi konsep-konsep matematis.

Berbagai manfaat program komputer dalam pembelajaran matematika


dikemukakan oleh Kusumah (2003). Menurutnya, program-program komputer
sangat ideal untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran konsep-konsep matematika
yang menuntut ketelitian tinggi, konsep atau prinsip yang repetitif, penyelesaian
grafik secara tepat, cepat, dan akurat. Lebih lanjut Kusumah (2003) juga
mengemukakan bahwa inovasi pembelajaran dengan bantuan komputer sangat
baik untuk diintegrasikan dalam pembelajaran konsep-konsep matematika,
terutama yang menyangkut transformasi geometri, kalkulus, statistika, dan grafik
fungsi.
Salah satu program komputer yang dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran matematika adalah program GeoGebra. GeoGebra dikembangkan
oleh Markus Hohenwarter pada tahun 2001. Menurut Hohenwarter (2008),
GeoGebra adalah prgram komputer untuk membelajarkan matematika khususnya
geometri dan aljabar. Program ini dapat dimanfaatkan secara bebas yang dapat
diunduh dari www.geogebra.com. Website ini rata-rata dikunjungi sekira 300.000
orang tiap bulan. Hingga saat ini, program ini telah digunakan oleh ribuan siswa
maupun guru dari sekira 192 negara.
Program GeoGebra melengkapi berbagai program komputer untuk pembelajaran
aljabar yang sudah ada, seperti Derive, Maple, MuPad, maupun program
komputer untuk pembelajaran geometri, seperti Geometry’s Sketchpad atau
CABRI. Menurut Hohenwarter (2008), bila program-program komputer tersebut
digunakan secara spesifik untuk membelajarkan aljabar atau geometri secara
terpisah, maka GeoGebra dirancang untuk membelajarkan geometri sekaligus
aljabar secara simultan.
Menurut Hohenwarter (2008), program GeoGebra sangat bermanfaat bagi guru
maupun siswa. Tidak sebagaimana pada penggunaan software komersial yang
biasanya hanya bisa dimanfaatkan di sekolah, Geogebra dapat diinstal pada
komputer pribadi dan dimanfaatkan kapan dan di manapun oleh siswa maupun
guru. Bagi guru, GeoGebra menawarkan kesempatan yang efektif untuk
mengkreasi lingkungan belajar online interaktif yang memungkinkan siswa
mengeksplorasi berbagai konsep-konsep matematis. Menurut Lavicza
(Hohenwarter, 2010), sejumlah penelitian menunjukkan bahwa GeoGebra dapat
mendorong proses penemuan dan eksperimentasi siswa di kelas. Fitur-fitur
visualisasinya dapat secara efektif membantu siswa dalam mengajukan berbagai
konjektur matematis.
Beberapa pemanfaatan program GeoGebra dalam pembelajaran matematika
adalah sebagai berikut.
a. Dapat menghasilkan lukisan-lukisan geometri dengan cepat dan teliti
dibandingkan dengan menggunakan pensil, penggaris, atau jangka.
b. Adanya fasilitas animasi dan gerakan-gerakan manipulasi (dragging)
pada program GeoGebra dapat memberikan pengalaman visual yang
lebih jelas kepada siswa dalam memahami konsep geometri.
c. Dapat dimanfaatkan sebagai balikan/evaluasi untuk memastikan bahwa
lukisan yang telah dibuat benar.
d. Mempermudah guru/siswa untuk menyelidiki atau menunjukkan sifat-
sifat yang berlaku pada suatu objek geometri.
Berdasarkan penelitian Embacher (Hohenwarter, 2008), siswa memperoleh
manfaat lebih dari program GeoGebra. Beberapa siswa memberikan komentar-
komentar sebagai berikut.
a. Program ini sangat membantu untuk melihat apa yang berubah ketika
saya mengubah sesuatu yang lain
b. Ketika mempelajari konsep turunan, jika kita menggerakkan suatu titik
menuju suatu titik yang lain, kita akan menyadari bahwa garis potong
berubah menjadi garis singgung.
c. Dengan menggambar pada kertas, kita tidak mampu
memvisualisasikan apa yang akan terjadi

Dengan program ini, kita dapat berkesperimen secara luas dan bebas serta
mencoba banyak hal untuk menemukan solusi sendiri terhadap suatu masalah
Menurut Hohenwarter & Fuchs (2004), GeoGebra sangat bermanfaat sebagai
media pembelajaran matematika dengan beragam aktivitas sebagai berikut.
a. Sebagai media demonstrasi dan visualisasi
Dalam hal ini, dalam pembelajaran yang bersifat tradisional, guru
memanfaatkan GeoGebra untuk mendemonstrasikan dan
memvisualisasikan konsep-konsep matematika tertentu.
b. Sebagai alat bantu konstruksi
Dalam hal ini GeoGebra digunakan untuk memvisualisasikan konstruksi
konsep matematika tertentu, misalnya mengkonstruksi lingkaran dalam
maupun lingkaran luar segitiga, atau garis singgung.
c. Sebagai alat bantu proses penemuan
Dalam hal ini GeoGebra digunakan sebagai alat bantu bagi siswa untuk
menemukan suatu konsep matematis, misalnya tempat kedudukan titik-
titik atau karakteristik parabola.
Menu utama GeoGebra adalah: File, Edit, View, Option, Tools, Windows, dan
Help untuk menggambar objek-objek geometri. Menu File digunakan untuk
membuat, membuka, menyimpan, dan mengekspor file, serta keluar program.
Menu Edit digunakan untuk mengedit lukisan. Menu View digunakan untuk
mengatur tampilan. Menu Option untuk mengatur berbagai fitur tampilan,
seperti pengaturan ukuran huruf, pengaturan jenis (style) objek-objek geometri,
dan sebagainya. Sedangkan menun Help menyediakan petunjuk teknis
penggunaan program GeoGebra.

KESIMPULAN
Geometri merupakan salah satu bidang matematika yang mempelajari titik, garis,
bidang, dan ruang serta sifat-sifat, ukuran-ukuran, dan keterkaitannya satu dengan
yang lain. Menggambarkan dan menganalisis geometri dalam Matematika mudah
dilakukan dengan aplikasi GeoGebra. Peningkatan kemampuan pemahaman geometri
peserta didik yang mendapatkan model pembelajaran Van Hiele dengan bantuan media
software GeoGebra lebih tinggi daripada siswa yang mendapat pembelajaran
konvensional. Secara keseluruhan, sikap siswa memberikan respon yang positif untuk
setiap tahap pembelajaran Van Hiele dengan bantuan media software GeoGebra.
SARAN
Guru dapat menerapkan pembelajaran Kooperatif berbasis teori Van Hiele dalam
mengajarkan materi geometri agar kemampuan pemecahan masalah geometri dapat
meningkat. Dalam pembelajaran menggunakan komputer, sebaiknya dalam melukis
suatu bangun geometri tidak hanya menggunakan software tetapi juga ada baiknya
diselingi dengan menggambar secara manual (penggunaan jangka, busur, dan
penggaris). Hal ini dimaksudkan agar hasil yang diperoleh nantinya peserta didik dapat
melukis bangun geometri menggunakan kedua cara tersebut (manual dan software).
Selain itu, adanya pemberian waktu tambahan agar peserta didik dapat mengeksplorasi
lebih banyak lagi terkait software GeoGebra. Bahan ajar yang dibuat sebaiknya lebih
banyak lagi mengeksplorasi soal-soal untuk meningkatkan kemampuan pemahaman
geometri peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir (2010). Pembelajaran Geometri Sesuai Teori van Hiele. El-Hikmah: Jurnal
Kependidikan dan Keagamaan, Vol VII Nomor 2, Januari 2010, ISSN 1693-1499.
Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang. [Online].
Tersedia:https://abdussakir.wordpress.com/2011/02/09/ . Diakses tanggal 17 April 2019.

Bruner, JS. 1999. The Process of Education . England: Harvard University Press. ISBN
0-674-71001-0

Budiarto, M.T. (2000). Pembelajaran Geometri dan Berpikir Geometri. Seminar


Nasional Matematika “Peran Matematika Memasuki Milenium III” Jurusan
Matematika FMIPA ITS Surabaya. Hlm 440

Everina, Deslyn. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele dengan Bantuan
Media Software GeoGebra untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Geometri
Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI Bandung. Tersedia:
https://id.scribd.com/document/371444369/123dok-Penerapan-Model-Pembelajaran-
Van-Hiele-Dengan-Bantuan-Media-Software-Geogebra-Untuk-Meningkatkan-Kem.
Diakses tanggal 17April 2019.

Hohenwarter, M., et al. (2008). Teaching and Learning Calculus with Free Dynamic
Mathematics Software GeoGebra. Tersedia:
https://www.publications.uni.lu/record/2718/files/ICME11-TSG16.pdf. Diakses
tanggal 18 April 2019.

Khotimah, Husnul. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Geometri Dengan Teori Van
Hiele.Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY
Yogyakarta. ISBN 978-979-16353-9-4. Tersedia: https://eprints.uny.ac.id.

Mahmudi, Ali. (2017). Pemanfaatan GeoGebra dalam Pembelajaran Matematika.


Tersedia:https://www.academia.edu/2137476/Pemanfaatan_GeoGebra_dalam_Pembel
ajaran_Matematika. Diakses tanggal 17 April 2019.

NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston,
VA: NCTM
Romadhoni Asngari, Dian. (2018). Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik dalam
Pembelajaran Berbantuan GeoGebra Untuk Memfasilitasi Kemampuan Visual
Thinking. Tesis Program Magister Pendidikan Matematika Universitas Lampung.
Tersedia: http://digilib.unila.ac.id/29905/. Diakses tanggal 18 April 2019.

Suherman, Erman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontenpore, rev ed.
Bandung: JICA.

Wikipidea. 2011. Van Hiele Model. http://en.wikipedia.org/wiki/Van_Hiele_model.


Diakses tanggal 18 2019.

Anda mungkin juga menyukai