Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fraktur Femur


2.1.1. Definisi
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak
dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak, dan dapat mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.15

2.1.2. Epidemiologi
Fraktur femur biasanya disebabkan oleh trauma akibat tekanan yang berlebihan pada
tulang melebihi kapasitas tulang tersebut. Secara epidemiologi, fraktur lebih sering terjadi
pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 3:1. Insiden fraktur femur di USA
diperkirakan 1 orang setiap 10.000 penduduk setiap tahunnya. Berdasarkan data yang
dikumpulkan oleh unit pelaksana teknis terpadu Imunoendokrinologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia pada tahun 2006 di Indonesia dari 1690 kasus kecelakaan lalu lintas,
249 kasus atau 14,7%-nya mengalami fraktur femur. 16

2.1.3. Anatomi dan Fisiologi


Femur adalah tulang terpanjang dan terkuat pada tubuh. Tulang femur
menghubungkan antara tubuh bagian panggul dan lutut. Kata “ femur” merupakan bahasa
latin untuk paha. Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major
dan minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga berbentuk seperti bola dan
berartikulasi dengan acetabulum dari tulang coxae membentuk articulation coxae. Pada pusat
caput terdapat lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum
dari caput. Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan
memasuki tulang pada fovea.17
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah,
belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat, pada wanita sedikit lebih
kecil dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat
berubah karena penyakit.17

Universitas Sumatera Utara


Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang.
Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista
intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum
quadratum.18
Bagian batang femur umumnya berbentuk cembung ke arah depan. Berbentuk licin
dan bulat pada permukaan anteriornya, pada bagian belakangnya terdapat linea aspera,
tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah. Tepian medial berlanjut ke bawah sebagai
crista supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus medialis.
Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan
postertior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis, yang ke
bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar kearah ujung distal dan
membentuk daerah segitiga datar pada permnukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.18

Gambar 2.1. Anatomi Tulang Femur

Ujung bawah femur memilki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior
dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh
permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulation genu. Di atas

Universitas Sumatera Utara


condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan
langsung dengan epicondylus medialis.17,18
Vaskularisasi femur berasal dari arteri iliaka komunis kanan dan kiri. Saat arteri ini memasuki
daerah femur maka disebut sebagai arteri femoralis. Tiap-tiap arteri femoralis
kanan dan kiri akan bercabang menjadi arteri profunda femoris, ramiarteria
sirkumfleksia femoris lateralis asenden, rami arteria sirkumfleksia femoris lateralis
desenden, arteri sirkumfleksia femoris medialis dan arteria perforantes. Perpanjangan dari
arteri femoralis akan membentuk arteri yang memperdarahi daerah genu dan
ekstremitas inferior yang lebih distal. Aliran balik darah menuju jantung dari bagian femur
dibawa oleh vena femoralis kanan dan kiri.18

Gambar 2.2. Struktur Vaskularisasi Femur

Universitas Sumatera Utara


2.1.4. Klasifikasi Fraktur Femur
Fraktur femur dapat dibagi dalam :
1. Fraktur Collum Femur :
Fraktur Collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya
penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur
dengan benda keras ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung yaitu karena gerakan
eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi dalam :
 Fraktur Intrakapsuler (Fraktur Collum femur)
 Fraktur Extrakapsuler (Fraktur Intertrochanter femur)
2. Fraktur Subtrochanter Femur
Adalah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi
dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah
klasifikasi Fielding dan Magliato, yaitu:
Tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
Tipe 2 : garis patah berada 1-2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
Tipe 3 : garis patah berada 2-3 inch di distal dari batas atas trochanter.
Fraktur ini dapat terjadi pada setiap umur dan biasanya akibat trauma yang hebat.
Gambaran klinisnya berupa anggota gerak bawah dalam keadaan rotasi eksterna, memendek,
dan ditemukan pembengkakan pada daerah proksimal femur disertai nyeri pada pergerakan.
Pada pemeriksaan radiologis dapat meninjukkan fraktur yang terjadi dibawah trokhanter
minor. Garis fraktur bisa bersifat transverse, oblik atau spiral, dan sering bersifat kominutif.
Fragmen proksimal dalam keadaan posisi fleksi sedangkan distal dalam keadaan posisi
abduksi dan bergeser ke proksimal. Pengobatan dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna
dengan menggunakan plate dan screw. Komplikasi yang sering timbul adalah nonunion dan
malunion. Komplikasi ini dapat dikoreksi dengan osteotomi atau bone grafting.
3. Fraktur Batang (midshaft) Femur
Fraktur batang femur merupakan fraktur yang sering terjadi pada orang dewasa
muda. Jika terjadi pada pasien manula, fraktur ini harus dianggap patologik sebelum terbukti
sebaliknya. Fraktur spiral biasanya disebabkan oleh jatuh dengan mekanisme terpuntir/
twisting injury. Fraktur transverse dan oblik biasanya akibat angulasi atau benturan langsung,
oleh karena itu sering ditemukan pada kecelakaan sepeda motor. Pada benturan keras, fraktur
mungkin bersifat kominutif atau tulang dapat patah lebih dari satu tempat.

Universitas Sumatera Utara


Femur diliputi oleh otot yang kuat dan merupakan proteksi untuk tulang femur, tetapi
juga dapat berakibat jelek karena dapat menarik fragmen fraktur sehingga bergeser. Femur
dapat pula mengalami fraktur patologis akibat metastasis tumor ganas. Fraktur femur sering
disertai dengan perdarahan masif yang harus selalu dipikirkan sebagai penyebab syok.
Klasifikasi fraktur femur dapat bersifat tertutup atau terbuka, simpel, komunitif, fraktur Z
atau segmental.
4. Fraktur Distal Femur
Dibagi menjadi 2 :
 Suprakondiler Femur
Daerah suprakondiler adalah daerah antara batas proksimal kondilus
femur dan batas metafisis dengan diafisis femur. Fraktur terjadi karena tekanan
varus atau valgus disertai kekuatan aksial dan putaran. Klasifikasi fraktur
suprakondiler femur terbagi atas : tidak bergeser, impaksi, bergeser, impaksi,
bergeser dan komunitif. Fragmen bagian distal selalu terjadi dislokasi ke
posterior, hasil ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan otot – otot
gastrocnemius, biasanya fraktur supracondylar ini disebabkan oleh trauma
langsung karena kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya axial dan stress valgus
atau varus dan disertai gaya rotasi.
 Interkondiler Femur
Fraktur intercondylar femur, adalah fraktur dimana, garis fraktur
diantara condylus medialis dan lateralis, umumnya terjadi bentuk T fraktur
atau Y fraktur.1,19
Mekanisme terjadinya fraktur femur dapat disebabkan oleh trauma langsung atau
tidak langsung. Menurut Swiontkowski dan Stovitz, trauma langsung, gaya atau energi
trauma akan mengenai sepanjang shaft femur atau di regio trokhanter, sedangkan trauma
tidak langsung oleh karena tarikan otot illiopsoas di trochanter minor dan otot adductor di
trochanter mayor.20

Universitas Sumatera Utara


2.1.5. Approach Femur
Approach Femur dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Lateral Approach
Lateral approach adalah insisi yang sering digunakan untuk memudahkan akses ke
sepertiga atas femur. Insisi ini dapat diperpanjang untuk melihat secara keseluruhan dari
tulang femur. Penyebab kehilangan banyak darah sewaktu operasi biasanya dikarenakan
cedera dari pembuluh darah kecil, baik vena ataupun areteri perforantes.
Insisi ini biasa digunakan untuk :
1. Open reduction and Internal Fixation (ORIF) pada fraktur Intertrochanter
2. Internal Fiksasi pada pengobatan Slipped Capital Femoral Epiphysis
3. Subtrochanter maupun Intertrochanter Osteotomy
4. Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) Femoral shaft fraktur, maupun
supracondylar fraktur femur.
5. Pengobatan Osteomielitis kronis femur
6. Biopsi dan pengobatan tumor tulang
Pasien dengan Intertrochanter maupun Subtrochanter dioperasi dalam posisi supine
maupun lateral, bisa dengan menggunakan meja traksi ataupun tidak.

Gambar 2.3. Lateral Approach Femur

Landmark pada lateral approach dimulai dari greater trochanter hingga lateral
epicondyle dari femur, luas insisi sesuai dengan kebutuhan dalam operasi. Tidak ada

Universitas Sumatera Utara


internervous plane ataupun intermuscular plane, insisi dilakukan dengan cara membelah otot
vastus lateralis.
2. Posterolateral Approach
Insisi ini biasa digunakan untuk fraktur dari Mid shaft femur, insisi juga dapat
diperpanjang ke proksimal maupun ke distal sesuai dengan kebutuhan operasi, perdarahan
biasanya lebih minimal karena tidak membelah otot.
Insisi ini biasa digunakan untuk :
1. Open Reduction and Internal Fixation (ORIF) terutama untuk fraktur mid shaft,
proksimal shaft ataupun distal shaft.
2. Open Intramedullary rod placement untuk femur shaft fraktur.
3. Pengobatan non union femur fraktur.
4. Osteotomi Femur.
5. Pengobatan dari kronis dan akut osteomyelitis.
6. Biopsi dan pengobatan tumor tulang.

Gambar 2.4. Posterolateral Approach Femur

Pasien dengan Intertrochanter maupun Subtrochanter dioperasi dalam posisi supine


maupun lateral, bisa dengan menggunakan meja traksi ataupun tidak.
Insisi longitudinal pada posterolateral dari femur, dimulai dari Greater Trochanter
hingga lateral epicondyle dari femur, luas insisi sesuai dengan kebutuhan dalam operasi.
Internervous plane ataupun Intermuscular plane melalui septum intermuscular otot vastus
lateralis.21

Universitas Sumatera Utara


1.6. Penatalaksanaan Fraktur Femur
Pengobatan dapat berupa terapi konservatif, yaitu :
 Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi definitif
untuk mengurangi spasme otot.
 Traksi tulang pada bagian distal femur maupun proksimal tibia. Indikasi traksi
terutama fraktur yang bersifat komunitif dan segmental.
 Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah terjadi union fraktur secara
klinis.
Terapi operatif yang dilakukan :
 Pemasangan plate dan screw terutama pada fraktur femur proksimal dan distal.
 Mempergunakan K-Nail atau jenis-jenis lain baik dengan operasi tertutup
ataupun terbuka. Indikasi K-Nail, terutama pada fraktur diaphysis/mid shaft.22

Gambar 2.5. Open Reduction Internal Fixation of Femoral Shaft

Komplikasi dini yang dapat terjadi adalah berupa : syok, emboli lemak, trauma
pembuluh darah besar,csindroma kompartemen trauma saraf, thromboemboli, penurunan
kadar hemoglobin/anemia dan infeksi.19,1
Komplikasi lanjut dapat berupa :
a. Delayed union, fraktur femur pada pada orang dewasa mengalami union dalam 4
bulan.

Universitas Sumatera Utara


b. Non union, apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik dicurigai adanya
non union dan diperlukan fiksasi interna dan bone graft.
c. Malunion, adalah suatu keadaan tulang patah yang telah mengalami penyatuan
dengan fragmen fraktur berada dalam posisi tidak normal (posisi buruk). Malunion
terjadi karena reduksi yang tidak akurat, atau imobilisasi yang tidak efektif dalam
masa penyembuhan.
d. Kaku sendi lutut, setelah operasi femur biasanya terjadi kesulitan pergerakan pada
sendi lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi periarticular atau adhesi
intramuscular. Hal ini dapat dihindari apabila fisioterapi yang intensif dan sistematis
dilakukan lebih awal.19,1

2.2. Hemoglobin
2.2.1. Definisi
Sebagaimana diketahui hemoglobin merupakan molekul yang terdiri dari kandungan
heme (zat besi) dan rantai polipeptida globulin (alfa, beta, gama dan delta), berada di dalam
eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar
hemoglobin. Struktur hemoglobin dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai
globulin yang ada terdapat 141 molekul asam amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam
amino pada rantai beta, gama dan delta. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen
pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah hemoglobin/100ml
darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.22
Kekurangan hemoglobin menyebabkan terjadinya anemia, yang ditandai dengan
gejala kelelahan, sesak napas, pucat dan pusing. Kelebihan hemoglobin akan menyebabkan
terjadinya kekentalan darah jika kadarnya sekitar 18-19 gr/ml, yang dapat mengakibatkan
stroke. Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal,
misalnya hemoglobin meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari
permukaan laut. Selain itu , hemoglobin juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri,
berbaring) dan variasi diurnal (tertinggi pagi hari).22

2.2.2. Kadar Hemoglobin


Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah
merah.24 Jumlah hemoglobin dalam darah normal kira-kira 15 gram setiap 100ml darah dan
jumlah ini biasanya “disebut 100 %”.24

Universitas Sumatera Utara


Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar
hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin juga
dapat dipengaruhi oleh peralatan pemeriksaan yang dipergunakan. Antara cara sahli yang
sederhana dengan cara yang lebih modern dengan alat fotometer tentu akan ada perbedaan
hasil yag ditampilkan. Namun demikian WHO dan DEPKES RI telah menetapkan batas
kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin.25,26

Tabel 2.1.1 Batas Kadar Hemoglobin25


Kelompok Umur Batas Nilai Hemoglobin
Anak 6 bulan - 6 tahun 11,0
Anak 6 bulan – 14 tahun 11,0
Pria dewasa 13,0
Ibu hamil 11,0
Wanita dewasa 12,0

Tabel 2.1.2 Batas Normal Kadar Hemoglobin Setiap Kelompok Umur26


Kelompok Umur Hemoglobin (gr/100ml)
Anak 1. 6 bulan sampai 6 tahun 11
2. 6 – 14 tahun 12
Dewasa 1. Laki-laki 13
2. Wanita 12

Universitas Sumatera Utara


2.2.3. Struktur Hemoglobin
Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan porifirin yang
menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan bagianl ikatan oksigen. Porifirin yang
mengandung besi disebut heme. Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan
globin, globin sebagai istilah genetic untuk protein globular. Ada beberapa protein
mengandung heme dan hemoglobin adalah yang paling dikenal dan banyak dipelajari.27
Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 submit protein),
yang terdiri dari masing-masing dua sub unit alfa dan beta yang terikat secara non kovalen.
Sub unitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat
molekul kurang lebih 16.000 Dalton. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme,
sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen.27

2.2.4. Manfaat Hemoglobin


Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan
dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan, dan
melepaskan oksigen didalam sel-sel otot, sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada
didalam hemoglobin.28
Menurut Depkes RI adapun manfaat hemoglobin antara lain :
1. Mengatur penukaran oksigen dengan karbondioksida didalam jaringan-jaringan
tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan
tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme
ke paru-paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan
darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin.
Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut
anemia.26

Universitas Sumatera Utara


2.2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin
Beberapa faktor-faktor yang memperngaruhi kadar hemoglobin adalah :
1. Kecukupan Besi dalam tubuh
Menurut Parakkasi, besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia
gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan
hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien yang penting dalam
memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar untuk dari paru-paru ke jaringan tubuh,
untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada system
enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam
sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004
% berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam
hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang.29
Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa
besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat
kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi
oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan
senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting
dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phospat (ATP) yang merupakan molekul
berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan
kemampuan bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada peningkatan absen sekolah dan
penurunan prestasi belajar.25
Menurut Kartono J dan Soekatri M, Kecukupan besi yang direkomendasikan adalah
jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk
setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia
kekurangan besi.30

2.3. Anemia
2.3.1. Definisi Anemia
Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah
sel darah merah di bawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. Anemia sebagai
keadaan dimana level hemoglobin rendah karena kondisi patologis. Defisiensi Ferum
merupakan salah satu penyebab anemia, tetapi bukanlah satu-satunya penyebab anemia.
Definisi lain dari Anemia adalah berkurangnya kadar eritrosit (sel darah merah) dan kadar

Universitas Sumatera Utara


hemoglobin dalam setiap millimeter kubik darah dalam tubuh manusia. Hampir semua
gangguan pada system peredaran darah disertai dengan anemia yang ditandai dengan warna
kepucatan pada tubuh, penurunan kerja fisik, penurunan daya tahan tubuh. Penyebab anemia
bermacam-macam diantaranya adalah anemia defisiensi zat besi.31

2.3.2. Penyebab Anemia


Ada tiga penyebab anemia yaitu :
1. Kehilangan darah secara kronis
Pada pria dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses
perdarahan akibat penyakit atau akibat pengobatan suatu penyakit/ maupun akibat
tindakan operasi.
2. Asupan dan serapan yang tidak adekuat
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan makanan yang berasal dari
daging hewan. Selain banyak mengandung zat besi, serapan zat besi dari sumber
makanan tersebut mempunyai angka keterserapan sebesar 20-30%. Sebagian besar
penduduk di negara yang sedang berkembang tidak mampu menghadirkan bahan
makanan tersebut.
3. Peningkatan kebutuhan
Asupan zat besi harian diperlukan untuk mengganti zat besi yang hilang melalui tinja,
air seni dan kulit. Berdasarkan jenis kelamin, kehilangan zat besi untuk pria dewasa
mendekati 0,9mg dan 0,8 untuk wanita.Sebagian peningkatan ini dapat terpenuhi dari
cadangan zat besi, serta peningkatan adaptif jumlah persentase zat besi yang terserap
melalui saluran cerna.31

2.4. Operasi
2.4.1. Definisi Operasi
Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh. Pembedahan atau
Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka
atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya
menggunakan sayatan, Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan
perbaikan yang di akhiri dengan penutupan dan penjahitan luika.33 Preoperatif adalah fase
dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir
ketika pasien dipindahkan ke meja operasi.11

Universitas Sumatera Utara


Tahap –tahap dalam pembedahan:
1. Tahap Pra Bedah (Pre Operasi)
2. Tahap Pembedahan (Intra Operasi)
3. Tahap Pasca Bedah (Post Operasi)
Tipe Pembedahan
Menurut fungsinya (tujuannya), Potter & Perry (2005) membagi menjadi :
1. Diagnostik : Biopsi, laparotomi dan eksplorasi
2. Kuratif (ablatif) : tumor, appendektomi
3. Reparatif : memperbaiki luka multipel
4. Rekonstruktif : mamoplasti, perbaikan wajah
5. Paliatif : menghilangkan nyeri/gejala penyakit pasien
6. Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau struktur tubuh
yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea).33
Berdasarkan Waktu tindakan operasi dibagi dua, yaitu operasi elektif dan operasi
emergency. Operasi elektif adalah operasi yang umumnya mengacu pada prosedur
pembedahan yang dapat dijadwalkan terlebih dahulu karena tidak melibatkan keadaan darurat
medis. Sedangkan operasi emergency adalah operasi yang harus segera dilakukan segera,
karena dapat mengancam jiwa pasien.34
Lama waktu operasi diukur dengan waktu yang tepat dari pertama kali insisi sampai
akhir jahitan kulit (lapis demi lapis).35

Universitas Sumatera Utara


2.5. Kerangka Teori

Trauma

Fraktur Femur di Rumah Sakit Haji Adam Malik

Stabil Tidak Stabil

Open Reduction and Internal

Lama Operasi

Penurunan Hemoglobin

Universitas Sumatera Utara


2.6. Kerangka Konsepsional

Fraktur Femur di Rumah Sakit Haji Adam Malik

Open Reduction and Internal

Lama operasi
Perdarahan
Operator

Infeksi Thromboemboli

Penurunan Hemoglobin

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai