Anda di halaman 1dari 16

Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J.

Damanik, MS

EFEK JARAK TANAM TERHADAP INTERAKSI HARA


DAN MIKROBA PADA PERTUMBUHAN PADI SAWAH
(Oryza sativa L.)

PAPER

Oleh

Rini Sulistiani
087001021

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan tulisan tentang
Efek Jarak Tanam terhadap Interaksi Hara dan Mikroba pada Padi Sawah yang
merupakan tugas dari mata kuliah Ekologi Tanaman Lanjut. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Bapak Prof. B. Sengli J. Damanik selaku pembimbing dalam mata
kuliah Ekologi Tanaman Lanjut.
Jarak Tanam mempengaruhi komponen biotik sawah dan interaksi hara oleh
tanaman dan mikroba sehingga membentuk hubungan yang saling mempengaruhi
antara yang satu dengan lainnya.
Dalam penulisan paper ini tentunya masih banyak hal yang perlu diperbaiki,
oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran demi
perbaikan kualitas tulisan.

Medan, 31 Maret 2009


penulis

ekofisiologi tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
• Latar Belakang ........................................................................................ 1
• Tujuan ..................................................................................................... 1

KARAKTERISTIK PADI DAN LAHAN SAWAH ........................................... 2


• Botani Tanaman Padi .............................................................................. 2
• Komponen Tanaman ............................................................................... 2
• Kondisi Lahan Sawah .............................................................................. 4
• Neraca Hara Sawah ................................................................................. 5

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP INTERAKSI


HARA DAN MIKROBA PADA PERTANAMAN PADI ................................... 6
• Jarak Tanam ............................................................................................ 6
• Peranan Mikroba Tanah........................................................................... 6
• Pola Interaksi Hara Antara Mikroba dan Padi .......................................... 8

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 12


• Kesimpulan ............................................................................................. 12
• Saran ....................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 13

ekofisiologi tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS ii


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman padi termasuk dalam tanaman pangan yang dibudidayakan oleh
petani setiap musim tanam. Pola tanam dalam satu tahun bisa padi-padi-palawija atau
padi-palawija-padi. Kebutuhan masyarakat Indonesia semakin meningkat, karena
meningkatnya jumlah penduduk dan beras merupakan makanan pokok. Dalam usaha
budidaya padi harus diperhatikan kesuburan tanah dan produksi yang dihasilkan.
Pemupukan perlu dilakukan untuk mengembalikan kesuburan dan kandungan
hara sawah sehingga pertanaman padi dapat terus berlangsung dengan hasil seperti
yang diharapkan. Pemberian unsur hara makro dan mikro yang seimbang sesuai
kebutuhan tanaman merupakan hal utama yang harus dilakukan mengingat usur-unsur
tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman padi disamping hara
makro dan mikro lainnya yang harus terpenuhi. Dalam pertumbuhan tanaman padi
terdapat interaksi antara unsur hara dengan tanah dan tanaman. Untuk mengetahui
interaksi tersebut harus diketahui tentang jumlah hara pada tiap fase, gerakan hara
dari satu fase ke fase lain, faktor-faktor apa yang mempengaruhi tiap gerakan hara
dan ada tidaknya interaksi dan dimana interaksi itu terjadi.
Jarak tanam mempengaruhi interaksi hara antara tanaman dan mikroba dalam
tanah. Semakin sempit jarak tanam persaingan antara tanaman dan mikroba dalam
tanah semakin besar dalam hal pemanfaatan hara. Oleh karena itu pemilihan jarak
tanam harus diperhatikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman dan
kehidupan mikroba yang kelak akan menentukan kesuburan sawah pada musim
berikutnya. Dengan jarak tanam padi yang cukup longgar akan memberi keleluasaan
pertumbuhan anakan padi, sinar matahari maksimal diterima semua daun untuk
berfotosintesis dan memproduksi gabah.

Tujuan
Untuk mengetahui pola interaksi hara dan mikroba dalam tanah sawah akibat
pengaruh jarak tanam padi dan mengetahui berbagai organisme yang mempengaruhi
pertumbuhannya.

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 1
KARAKTERISTIK PADI DAN LAHAN SAWAH

Botani Tanaman Padi


Di dunia ini terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan seperti yang
disebutkan dalam Wikipedia (2009), terdapat dua spesies padi yang dibudidayakan
manusia: Oryza sativa yang berasal dari daerah hulu sungai di kaki Pegunungan
Himalaya (India dan Tibet/Tiongkok) dan O. glaberrima yang berasal
dari Afrika Barat (hulu Sungai Niger). Oryza sativa terdiri dari dua varietas, indica
dan japonica (sinonim sinica). Varietas japonica umumnya berumur panjang, postur
tinggi namun mudah rebah, paleanya memiliki "bulu" (Ing. awn), bijinya cenderung
panjang. Varietas indica, sebaliknya, berumur lebih pendek, postur lebih kecil,
paleanya tidak ber-"bulu" atau hanya pendek saja, dan biji cenderung oval. Walaupun
kedua varietas dapat saling membuahi, persentase keberhasilannya tidak tinggi.
Padi termasuk dalam suku padi-padian atau Poaceae (sinonim Graminae atau
Glumiflorae). Sejumlah ciri suku (familia) ini juga menjadi ciri padi, misalnya :
berakar serabut, daun berbentuk lanset (sempit memanjang), urat daun sejajar,
memiliki pelepah daun, bunga tersusun sebagai bunga majemuk dengan satuan bunga
berupa floret, floret tersusun dalam spikelet. Khusus untuk padi satu spikelet hanya
memiliki satu floret, buah dan biji sulit dibedakan karena merupakan bulir (grain)
atau kariopsis.

Padi tersebar luas di seluruh dunia dan tumbuh di hampir semua bagian dunia
yang memiliki cukup air dan suhu udara cukup hangat. Padi menyukai tanah yang
lembab dan becek. Kebutuhan air tinggi pada sebagian tahap kehidupannya dan
adanya pembuluh khusus di bagian akar padi berfungsi mengalirkan oksigen ke
bagian akar (aerenchym).

Komponen Tanaman
Semua tanaman memiliki karakteristik umum yang sama, yaitu dapat tumbuh
dan memiliki batang, daun, akar dan sebagainya. Tetapi mereka mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda, ada yang berdaun lebar, ada yang berdaun sempit,

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 2
ada yang merambat, ada yang tumbuh tegak lurus; ada yang merontokkan daunnya
selama musim kemarau dan ada pula yang hijau sepanjang tahun. Distribusi daun
dalam tajukpun berbeda-beda. Perbedaan morfologis ini mengakibatkan kebutuhan
air, hara dan cahaya berbeda, baik ditinjau dari jumlah, jenis dan waktu
membutuhkannya.
Dengan demikian, interaksi antar tanaman dapat diduga dengan
memanfaatkan pengetahuan pada (1) besarnya biomasa tanaman, yang dapat diduga
melalui pengembangan persamaan allometrik berdasarkan pengukuran diameter
batang dan tinggi tanaman; (2) arsitektur tanaman, baik bagian bawah tanah (akar)
maupun bagian atas tanah, misalnya distribusi daun secara spasial dalam tajuk yang
ditopang oleh batang dan cabang; (3) fisiologi tanaman, yang berhubungan dengan
respon tanaman terhadap cekaman internal maupun eksternal; alokasi karbohidrat
dalam tanaman; (4) fenologi, yang berhubungan dengan respon pertumbuhan
tanaman terhadap perubahan lingkungan external dan internal (Noordwijk dan
Lusiana, 2008).
Gambar berikut ini melukiskan tentang hubungan pertumbuhan tanaman
dengan lingkungan biotik dan abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan

Gambar 1. Hubungan pertumbuhan tanaman dengan lingkungan biotik dan abiotik


yang mempengaruhi pertumbuhan

Masih pendapat yang sama, semua sistem pertanian mempunyai tujuan yang
sama yaitu memperoleh produksi tanaman yang optimum. Namun cara pengelolaan
sistem pertanian sangat bervariasi. Perbedaan pengelolaan itu meliputi perbedaan

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 3
teknik penyediaan lahan, sifat tanaman yang ditanam, posisi/pengaturannya di dalam
petak, pemupukan, pemangkasan dan kalender tanamnya, dan lain-lain.

Kondisi Lahan Sawah


Semua tanah tersusun atas air, mineral, bahan organik dan udara. Yang
membedakan suatu tanah dengan tanah yang lain adalah jumlah dan komposisi
keempat penyusun tersebut. Untuk memahami fungsi tanah sebagai media tumbuh
tanaman beberapa pengetahuan dasar yang dibutuhkan antara lain: 1) kandungan air
tanah, C, N dan P tersedia; 2) dinamika bahan organik tanah (BOT), hubungan
transformasi BO dengan kandungan liat tanah; 3) sifat-sifat kimia tanah, misalnya
ketersedian hara dalam larutan tanah, adsorpsi dan desorpsi hara oleh mineral liat, 4)
sifat-sifat fisika tanah, misalnya distribusi air ke arah horisontal maupun vertikal di
dalam profil tanah setelah hujan dan dan serapan air oleh akar tanaman (Noordwijk
dan Lusiana, 2008)

Gambar 2. Peranan tanah sebagai media tanam yang berhubungan dengan kesuburan
tanah, komponen organsme tanah dan bahan organik

Menurut Sumarno ( 2006), pelumpuran tanah sawah mengakibatkan


terjadinya reaksi reduksi pada lapisan olah tanah, sedangkan lapisan tanah di
bawahnya tetap bersifat oksidatif. Pelumpuran menjadikan kondisi lapisan air-tanah
menjadi seolah- olah dangkal (pseudogleys) yang mengakibatkan hara tanah menjadi
stabil, tetapi tetap terjadi drainase internal yang dapat menghilangkan senyawa toksik.

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 4
Pelumpuran juga mengurangi perkolasi air sehingga kebutuhan air dapat dikurangi,
dan dengan mudah genangan dapat dipertahankan sedalam 2-10 cm secara stabil.
Hal-hal tersebut tidak dijumpai pada lahan kering yang tidak memiliki
mekanisme pelestarian kesuburan tanah secara alamiah, bahkan peka erosi, dan
mudah terinfestasi oleh gulma. Lahan sawah memang merupakan teknik pengelolaan
tanah yang sangat ideal bagi lahan di wilayah tropika basah.

Neraca Hara Sawah


Dalam Sumarno (2006) juga disebutkan, keseimbangan antara pemasukan
hara ke dalam tanah sawah dengan “pengeluaran” hara dalam bentuk hasil panen,
kehilangan hara oleh pelindihan (leaching), volatilisasi dan lain-lain merupakan kunci
kelestarian kesuburan lahan sawah. Para penyuluh pertanian perlu memahami bahwa
tanaman padi tidak saja memerlukan hara yang cukup banyak dan seimbang guna
mendukung pertumbuhan tanaman yang optimal dan hasil panen yang maksimal,
tetapi tanaman juga mengambil atau menguras hara dari dalam tanah guna
membentuk hasil panen maupun jerami.
Pengambilan hara dari dalam tanah sering diistilahkan sebagai “penambangan
hara tanah oleh tanaman”. Banyaknya hara tanah yang terangkut oleh hasil panen
tanaman bergantung pada jenis tanaman, bentuk dan volume hasil panen. Hara tanah
yang terangkut oleh hasil panen dan tidak kembali ke dalam tanah untuk nitrogen
berkisar antara 32-114 kg N/ha, untuk fosfor 3-17 kg P/ha, dan untuk kalium 5-159
kg K/ha. Pemanenan secara terus-menerus selama puluhan, ratusan, dan bahkan
ribuan tahun tentu akan mengakibatkan kurusnya tanah, apabila tidak dilakukan
pemupukan.
Dengan demikian, tindakan pemupukan di samping menyediakan hara
bagi tanaman juga berfungsi memelihara kesuburan tanah agar hara tidak habis
terkuras oleh hasil panen. Apabila jerami tidak dikembalikan ke tanah, jumlah hara
yang terangkut oleh tanaman padi menjadi lebih banyak. Sebelum penerapan
revolusi hijau, hasil padi cukup rendah, 2.5-3.0 t/ha gabah kering, dan jerami
dibiarkan membusuk di tanah.

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 5
PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP INTERAKSI HARA DAN
MIKROBA PADA PERTANAMAN PADI

Jarak Tanam
Jarak tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman padi karena
berhubungan dengan persaingan sistem perakaran dalam hal penyerapan pupuk.
Selain itu jarak tanam juga mempengaruhi populasi mikroba dalam tanah, semakin
sempit jarak tanam maka jumlah mikroba semakin sedikit karena persaingan dalam
memanfaatkan unsur hara semakin tinggi, dimana hara yang diserap tanaman
sebagian juga dimanfaatkan untuk perkembangbiakan mikroba tanah .
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Masdar (2007) penggunaan jarak tanam
yang lebih rapat dapat diperoleh beberapa keuntungan yaitu : 1) relatif kecil energi
awal yang diperlukan untuk elongasi akar, 2) akar yang dibutuhkan relatif pendek, 3)
lebih cepat mencapai sumber nitrogen dan 4) jalur hara menuju daun lebih singkat.
Namun beberapa petani secara intensif menanam bibit muda dengan jarak
tanam 40 cm x 30 cm. Total populasi di lahan 1 ha mencapai 83 ribu tanaman.
Sementara pada sistem konvensional, berjarak tanam 20 cm x 20 cm atau total terdiri
atas 250 ribu tanaman. Dengan jarak tanam longgar, 40 cm x 30 cm, sinar matahari
menembus sela-sela tanaman. Tanaman memerlukan sinar matahari untuk proses
fotosintesis sehingga pasokan makanan tercukupi. Dalam umur 30 hari, dari 1 bibit
sudah menghasilkan 65 anakan. Itu jauh lebih banyak dari pada sistem konvensional
yang hanya menghasilkan 29 anakan (Trubus online, 2008). Pendapat tersebut
diperkuat oleh Mutakin (2005) dengan melakukan penanaman bibit satu tanaman
perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau lebih jarang akan menghemat jumlah
benih sampai 1/5 kali.

Peranan Mikroba Tanah


Banyak faktor yang harus diperhitungkan dalam upaya memenuhi
kebutuhan pangan pada jumlah dan kualitas yang cukup serta berkesinambungan.
Pengelolaan lahan merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencapai hasil yang
optimal dan berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaan lahan (tanah) harus

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 6
diupayakan tanpa menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan maupun
menurunkan kualitas sumber daya lahan dan sebaiknya diarahkan pada perbaikan
struktur fisik, komposisi kimia dan aktivitas biota tanah yang optimum bagi
tanaman. Dengan demikian, interaksi antara komponen-komponen biotik dan
abiotik tanah pada lahan memberikan keseimbangan yang optimal bagi ketersediaan
hara dalam tanah yang selanjutnya menjamin keberlangsungan produktivitas lahan
dan keberhasilan usaha tani. Melalui sistem tersebut diharapkan akan terbentuk
agroekosistem yang stabil dengan masukan dari luar yang minimum, tetapi dapat
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman tanpa menurunkan kualitas
lingkungan.
Di dalam tanah terdapat berbagai jenis biota tanah, antara lain mikroba
(bakteri, fungi, aktinomisetes, mikroflora, dan protozoa) serta fauna tanah. Masing-
masing biota tanah mempunyai fungsi yang khusus. Dalam kaitannya dengan
tanaman, mikroba sangat berperan dalam membantu pertumbuhan tanaman melalui
penyediaan hara (mikroba penambat N, pelarut P), membantu penyerapan hara
(cendawan mikoriza arbuskula), memacu pertumbuhan tanaman (penghasil hormon),
dan pengendali hama-penyakit (penghasil antibiotik, antipatogen). Demikian pula
fauna tanah, setiap grup fauna mempunyai fungsi ekologis yang khusus.
Keanekaragaman biota dalam tanah dapat digunakan sebagai indikator biologis
kualitas tanah.
Setiap hektar lahan kering umumnya dihuni lebih dari 20 grup fauna tanah,
dan aktivitas setiap grup fauna memberikan pengaruh yang khas terhadap
lingkungan lahan/tanah. Aktivitas beberapa grup fauna tanah menguntungkan bagi
tanaman, tetapi beberapa grup fauna tanah lainnya dapat merugikan tanaman. Secara
keseluruhan, aktivitas berbagai grup biota tanah menciptakan agroekosistem lahan.
Grup-grup fauna tanah yang menguntungkan antara lain yang berperan sebagai:
(1) saprofagus, yaitu fauna pemakan sisa-sisa organik sehingga mempercepat proses
dekomposisi dan mineralisasi serta meningkatkan populasi mikroba tanah; (2)
geofagus, yaitu fauna pemakan campuran tanah dan sisa organik, yang secara

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 7
tidak langsung dapat meningkatkan porositas, membantu penyebaran hara,
memperbaiki proses hidrologi tanah, dan meningkatkan pertukaran udara di dalam
tanah; dan (3) predator, yaitu fauna pemakan organisme pengganggu sehingga
berperan sebagai pengendali populasi hama-penyakit tanaman.
Biota tanah merupakan salah satu komponen ekosistem lahan/tanah yang
berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis, me-
ningkatkan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air, dekomposisi
sisa organik, pencampuran partikel tanah, penyebaran mikroba, dan perbaikan
struktur agregat tanah. Walaupun pengaruhnya terhadap pembentukan tanah dan
dekomposisi bahan organik bersifat tidak langsung, secara umum biota tanah dapat
dipandang sebagai pengatur proses fisik, kimia maupun biokimia dalam tanah.
(Tim Sintesis Kebijakan, 2008).

Pola Interaksi Hara Antara Mikroba dan Tanaman Padi


Sumber hara pada lahan sawah dapat berasal dari pupuk yang diberikan atau
hara terlarut dalam tanah ataupun yang terikat dengan partikel tanah dan bahan
organik. Tanaman akan menyerap pupuk yang diberikan melalui daun dan akar
tanaman dengan menyerap hara terlarut dalam tanah yang berada di dekat akar.
Secara umum interaksi antara hara dengan tanah dan tanaman dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 3. interaksi antara hara dengan tanah dan tanaman

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 8
Hara di dalam tanah dan tanaman selalu dalam keadaan bergerak, sehingga untuk
mengetahui tentang interaksi yang terjadi perlu diketahui :
• Jumlah hara pada masing-masing fase
• Laju gerakan hara dari satu fase ke fase lainnya
• Faktor yang mempengaruhi maing-masing gerakan tersebut
• Kemungkinan interaksi yang terjadi
Larutan hara dengan bebas dapat menuju ke permukaan akar dengan cara difusi atau
aliran masa. Hara bahkan dapat masuk dengan bebas ke dalam dinding sel, rongga
antara sel korteks dan akar yang berisi air secara pasif.
Ada keterkaitan yang erat antara tanaman padi dan mikroba dalam
pemanfaatan unsur hara yang dipengaruhi oleh jarak tanam. Jarak tanam selain
mempengaruhi jumlah populasi mikroba, juga mempengaruhi kemampuan tanaman
membentuk anakan pada rumpun. Semakin besar jarak tanam, jumlah anakan padi
semakin banyak dan jenis biota dalam tanah semakin meningkat, karena kondisi
lingkungan, seperti ketersediaan hara, kandungan O2 tanah dan sinar matahari yang
cukup, memungkinkan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan tanaman dan
mikroba. Hal ini menunjukkan adanya interaksi penyerapan hara dalam pertumbuhan
tanaman dan perkembangbiakan mikroba dalam tanah sawah.
Menurut Tim Sintesis Kebijakan (2008), biota tanah memegang peranan
penting dalam siklus hara di dalam tanah, sehingga dalam jangka panjang
sangat mempengaruhi keberlanjutan produktivitas lahan. Salah satu biota tanah yang
berperan sebagai saprofagus maupun geofagus adalah cacing tanah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui
perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologis tanah. Kascing (pupuk organik bekas
cacing atau campuran bahan organik sisa makanan cacing dan kotoran cacing)
mempunyai kadar hara N, P dan K 2,5 kali kadar hara bahan organik semula, serta
meningkatkan porositas tanah (pori total dan pori drainase cepat meningkat 1,15
kali).
Berbagai aktivitas mikroorganisme tanah, mikroflora dan fauna saling
mendukung keberlangsungan proses siklus hara, membentuk biogenic soil

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 9
structure yang mengatur proses fisik, kimia, dan hayati tanah. Pemanfaatan biota
tanah sebagai agens hayati yang menguntungkan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dalam membantu pertumbuhan tanaman merupakan peluang yang sangat
besar dalam melestarikan kesuburan dan produktivitas tanah.
Berbagai mikroorganisme dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui
produksi berbagai senyawa penting seperti zat organik pelarut hara, fitohormon,
antipatogen, dan penambat N. Beberapa mikroba diazotorop endofit dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman dan melindungi tanaman melalui metabolisme
zat tumbuh alami, meningkatkan ketersediaan hara dan bahan organik, serta sekresi
senyawa antimikroba dan hama.
Biota tanah seperti Oligochaeta, Collembola, dan Acarina berperan dalam
dekomposisi bahan organik, distribusi hara, pencampuran tanah, dan
pembentukan agregat tanah. Cacing tanah yang dalam siklus hidupnya dapat
membuat lobang dalam tanah dapat mencegah pemadatan tanah, mempertebal
tanah lapisan atas, dan meningkatkan ketersediaan hara. Kepadatan tanah dapat
menurunkan secara nyata berat, volume, kerapatan, panjang akar, dan nisbah akar dan
batang. Untuk memperbaiki dan mempertahankan kesuburan tanah tropika dapat
dilakukan dengan memanipulasi populasi hayati tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian inokulan cacing tanah
dapat meningkatkan P tersedia tanah dan jumlah kation, menurunkan C/N,
mengeliminir Al dalam tanah, meningkatkan ruang pori total, menurunkan bulk
density, serta meningkatkan pori drainase dan permeabilitas tanah. Walaupun
pengaruhnya terhadap pembentukan tanah dan dekomposisi bahan organik bersifat
tidak langsung, secara umum biota tanah dapat dipandang sebagai pengatur proses
fisik, kimia maupun biokimia dalam tanah.
Bakteri penambat N yang hidup bebas seperti Azotobacter, Azospirillum,
dan Beijerinckia dapat digunakan pada tanaman dari famili Gramineae (rumput-
rumputan) seperti padi, jagung, dan sorgum. Mikroba pelarut fosfat. Telah banyak
dihasilkan pupuk hayati yang mengandung mikroba pelarut fosfat. Mikroba ini ada
yang hidup bebas di dalam tanah atau hidup di daerah perakaran (rhizobakteri).

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 10
Mikroba tersebut dapat menghasilkan senyawa organik yang dapat melarutkan P-
tanah, sehingga ketersediaan P bagi tanaman meningkat dan mengurangi takaran
penggunaan pupuk P. Cendawan mikoriza arbuskula (CMA).
CMA merupakan suatu bentuk asosiasi cendawan dengan akar tanaman
tingkat tinggi. Kemampuan asosiasi tanaman CMA ini memungkinkan tanaman
memperoleh hara dan air yang cukup pada kondisi lingkungan yang miskin
unsur hara dan kering, perlindungan terhadap patogen tanah maupun unsur
beracun, dan secara tidak langsung melalui perbaikan struktur tanah. Hal ini
dimungkinkan karena CMA mempunyai kemampuan menyerap hara dan air lebih
tinggi dibanding akar tanaman.
Keunggulan kemampuan CMA dalam pengambilan hara, terutama hara yang
bersifat tidak mobil seperti P, Zn, dan Cu, disebabkan CMA memiliki struktur hifa
yang mampu menjelajah daerah di antara partikel tanah, melampaui jarak yang
dapat dicapai akar (rambut akar), kecepatan translokasi hara enam kali kecepatan
rambut akar, dan nilai ambang batas konsentrasi hara yang dapat diserap CMA
lebih rendah (setengah ambang batas konsentrasi hara yang dapat diserap akar).
CMA secara tidak langsung juga dapat meningkatkan ketersediaan P-tanah melalui
produksi enzim fosfatase oleh akar tanaman. CMA juga berperan dalam membantu
pemenuhan kebutuhan air pada saat kekeringan karena bertambahnya luas
permukaan penyerapan air oleh hifa eksternal.

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 11
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
• Jarak tanam mempengaruhi jumlah anakan padi dan keanekaragaman hayati pada
lahan sawah
• Berbagai mikroba tanah dapat memperbaiki kesuburan dan produktivitas lahan
sawah serta pertumbuhan tanaman padi.

Saran
Pemilihan jarak tanam yang longgar dapat meningkatkan produksi tanaman
padi dan biodiversitas flora dan fauna dalam tanah karena sumber hara dan kondisi
lingkungan mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya.

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 12
DAFTAR PUSTAKA

Masdar, 2007. Interaksi Jarak Tanam dan Jumlah Bibit per Titik Tanam pada Sistem
Intensifikasi Padi terhadap Pertumbuhan Vegetatif Tanaman. Planting
Distances and Seedling Numbers Interactions in the System of Rice
Intensification on Respons of Vegetative Growth. Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Jurnal Akta Agrosia Edisi
Khusus No. 1 hlm 92 – 98. ISSN 1410-3354

Mutakin, J., 2005. Budidaya dan Keunggulan Padi Organik Metode Sri (System of
Rice Intensification). www.garutkab.go.id/download_files/article/ARTIKEL%
20SRI.pdf. Diakses 10 April 2009.

Noordwijk, M.V. dan Lusiana, B., 2008 . Model Simulasi Komputer Untuk
Mengelola Interaksi Pohon-Tanah-Tanaman Semusim. www.world
agroforestry.org/SEA/Products/AFModels/wanulcas/downloadg.htm. Diakses
10 April 2009.

Sumarno, 2006. Sistem Produksi Padi Berkelanjutan. Iptek Tanaman Pangan No. 1.
www.puslittan.bogor.net/index.php?bawaan=publikasi/isi_informasi&kod=IT
01/01&kd=2&id_menu Diakses 10 April 2009.

Tim Sintesis Kebijakan (TSK), 2008. Pemanfaatan Biota Tanah Untuk Keberlanjutan
Produktivitas Pertanian Lahan Kering Masam. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Pengembangan Inovasi
Pertanian 1(2), 2008: 157-163.

Trubus online, 2008. Tingkatkan Produksi ala Madagaskar. www.trubus-


online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=vi. Diakses tanggal 11 Maret 2009.

Wikipedia, 2009. Padi. www.id.wikipedia.org/wiki/Padi . Diakses 03 Maret 2009.

Interaksi Hara dan Tanaman/ Tugas dari Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MS 13

Anda mungkin juga menyukai