Anda di halaman 1dari 20

PRE PLANNING KEGIATAN TERAPI SUPPORTIF

“TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESSIF”


DI RT 22 KELURAHAN PASIR PUTIH
TAHUN 2019

Disusun Oleh :

KELOMPOK RUFAIDAH

1. Andri Setiawan
2. Eva Lamtiurma
3. Eva Sari
4. Ghea Primasiwi
5. Ingga Hafacenta
6. Maria Sialagan
7. Teti Isfrueni
8. Rika Safitri
9. Winda Kalpataria

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN 2018/2019

RINGKASAN
Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir
disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang berlebihan.
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tak berdaya, keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini dialami secara
subyektif dan dikomunkasikan dalam hubungan interpersonal (Videbeck, 2008).
Salah satu cara mengatasi kecemasan adalah dengan terapi relaksasi otot
progresif. Relakasi otot progresif adalah suatu teknik relaksasi yang menggunakan
serangkaian gerakan tubuh yang bertujuan untuk melemaskan dan memberi efek
nyaman pada seluruh tubuh. Manfaat terapi ini adalah dapat menurunkan
ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, dan sebagainya.
Kegiatan terapi relaksasi otot progresif akan dilaksanakan pada hari Senin
22 April 2019 jam di Langgar Nur Jama’iyah RT.22 Kelurahan Pasir Putih.
Sasaran kegiatan ini adalah seluruh warga RT 22 Kelurahan pasir Putih, target
kegiatan adalah ibu-ibu berusia 30-60 tahun sebanyak 10 orang.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ansietas adalah kebingungan atau kekhawatiran, ketidakberdayaan dan
ketidakamanan pada sesuatu yang terjadi dengan penyebab tidak jelas dan
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Struat &
Laraia, 2009). Ansietas merupakan suatu keresahan atau perasaan
ketidaknyamanan yang tidak mudah yang disertai dengan respon autonomis,
sumbernya sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu
(Videbeck, 2008). Sedangkan menurut NANDA (2012) ansietas merupakan
perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons
autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh
individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Ansietas mempengaruhi lebih dari 5 juta penduduk dan gangguan panik
mempengaruhi 1,5% sampai 3% penduduk dunia (WHO, 2012). Di Indonesia
prevalensinya secara pasti belum diketahui, namun diperkirakan berkisar
antara 9 hingga 12 persen populasi umum (Mudjadid, 2010). Data yang
diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan
angka prevalensi nasional untuk kasus gangguan jiwa berat usia > 15 tahun
sebesar 0,17%, gangguan mental emosional usia > 15 tahun 6,0 %, sehingga
jika persentasi tersebut dikalkulasi menjadi angka mencapai 340 ribu jiwa
penderita gangguan jiwa berat dan 12 juta jiwa penderita gangguan mental
emosional dan selebihnya adalah masyarakat yang sehat jiwa (Depkes RI,
2013).
Berdasarkan hasil studi WHO-PPGHC (World Health Organization
-Psychiatric Prevalence in General Health Care) menunjukkan bahwa
gangguan Ansietas memiliki prevalensi tertinggi pada pasien dengan
gangguan fisik yaitu sebesar 10,2 % dari masalah mental emosional lainnya
(Dirjen Med, 2012). Hal ini berarti, dari seluruh pasien yang mengalami
keluhan fisik, ternyata 10,2 % mengalami ansietas. Berdasarkan data dari
WHO tahun 2014 di seluruh dunia penyakit kronik seperti penyakit jantung,
stroke, kanker penyakit pernapasan kronik dan diabetes merupakan penyakit
kronik penyebab utama sekitar 60% kematian di seluruh dunia dan pada
umumunya terjadi di negara negara dengan pendapatan rendah dan sedang
berkembang. Di Indonesia sendiri didapatkan penyakit kronik seperti
penyakit hipertensi 25,8 %, stroke 12,1 %, Diabetes Mellitus 2,1 %, kanker
1,7 % per mil (Riskesdes, 2013). Data tersebut menunjukan bahwa penyakit
kronis menduduki peringkat pertama yang dapat menyebabkan ansietas dari
tingkat ringan sampai berat. Penyakit kronis yang diderita klien seperti,
diabetes melitus, hipertensi, kanker, tuberkolosis, jantung dan stroke,
seringkali mengakibatkan munculnya masalah psikososial yaitu ansietas,
gangguan citra tubuh, gangguan harga diri rendah, ketidakberdayaan dan
keputusasaan. (Keliat, dkk, 2007). Terdapat beberapa penatalaksanaan
kecemasan yaitu dengan meningkatkan kekebalan terhadap stress dengan cara
menjaga asuhan nutrisi, tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan
cukup olahraga, kemudian dapat juga dilakukan dengan terapi psikofarmaka
dengan menggunakan obat-obatan, terapi somatic, psikoterapi, terapi
psikoreligius dan Terapi keperawatan spesialis pada ansietas yang telah
terbukti efektif berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu terapi relaksasi otot
progresif (relaxation progressive) dan penghentian pikiran atau thought
stopping .
Terapi Relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan yang
dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
ketegangan sehingga menimbulkan rasa nyaman tanpa tergantung pada
hal/subjek di luar dirinya. Relaksasi progresif dipandang cukup praktis dan
ekonomis karena tidak memerlukan imajinasi yang rumit, tidak ada efek
samping, mudah dilakukan, serta dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi
tenang, rileks dan lebih mudah untuk tidur. Efektifitas dari terapi relaksasi
otot progresif telah banyak dibuktikan dengan penelitian seperti pada
penelitian yang dilakukan oleh Tobing, Keliat dan Wardhani (2012) yang
menemukan adanya penurunan ansietas dan depresi serta peningkatan
kemampuan relaksasi dan kemampuan memaknai hidup klien kanker yang
mendapatkan terapi relaksasi otot progressif, senada dengan penelitian
tersebut, Gitanjali dan Sreehari (2014) menemukan bahwa pasien pasien yang
melakukan relaksasi otot progresif secara kontinu selama 3 hari dapat
membantu klien menurunkan rasa khawatir dan lebih rileks. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terapi relaksasi otot
progresif dapat digunakan sebagai terapi dalam mengatasi masalah ansietas.
Upaya pelayanan kesehatan yang diberikan untuk ansietas di tahapan
komunitas khususnya di Wilayah Puskesmas masih terbatas pada upaya
penatalaksanaan medis yang berupa pemeriksaan tanda tanda vital yang
masih berfokus pada kondisi penyakit fisik pasien, sedangkan tindakan
keperawatan masih terbatas pada tindakan generalis yang berupa penanganan
untuk ansietas ringan dengan tarik napas dalam, sehingga pada umumnya
pasien menyatakan pelayanan untuk masalah ansietas tidak memenuhi
harapan mereka. Oleh karena itu, kelompok ingin memberikan tindakan
spesialis berupa terapi relaksasi otot progressif untuk mengatasi kecemasan.
Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk melakukan kegiatan terapi
supportif teknik relaksasi otot progresif pada klien ansietas di RT.22
kelurahan Pasir putih.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang Terapi Supportif
mengatasi kecemasan dan penatalaksanaan teknik relaksasi otot progresif
ini di harapkan warga mengetahui dan memahami mengenai tentang cara
terapi relaksasi otot progresif untuk mengatasi kecemasan.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan teknik relaksasi otot progesif
diharapkan :
a. Warga mengetahui pengertian kecemasan
b. Warga mengetahui penyebab kecemasan
c. Warga mengetahui tanda dan gejala kecemasan
d. Warga mengetahui cara mengatasi kecemasan
e. Warga mengetahui pengertian terapi relaksasi otot progresif
f. Warga mengetahui tujuan terapi relaksasi otot progresif.
g. Warga mengetahui kontraindikasi terapi relaksasi otot progresif
h. Warga mampu melakukan teknik terapi relaksasi otot progresif

BAB II
TARGET DAN LUARAN YANG DICAPAI
a. Target
1. Evaluasi Struktural
a. 75% dari peserta dapat hadir dan mengikuti kegiatan
b. Tempat dan alat tersedia sesuai rencana
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai perencanaan
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Klien hadir mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
2. 75% Warga mengetahui pengertian kecemasan
3. 75% Warga mengetahui penyebab kecemasan
4. 75% Warga mengetahui tanda dan gejala kecemasan
5. 75% Warga mengetahui cara mengatasi kecemasan
6. 75% Warga mengetahui pengertian terapi relaksasi otot progresif
7. 75% Warga mengetahui tujuan terapi relaksasi otot progresif.
8. 75% Warga mengetahui kontraindikasi terapi relaksasi otot
progresif
9. 75% Warga mampu melakukan teknik terapi relaksasi otot
progresif

b. Luaran yang dicapai


1. Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan Darah Pada
Lansia Dengan Hipertensi Di Desa Karangbendo Banguntapan Bantul
Yogyakarta
2. Varcarolis’ Foundation of Psychiatric Mental Health Nursing

BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Topik
Kegiatan terapi supportif teknik relaksasi otot progresif.
b. Sasaran/Target
Sasaran : warga RT. 22 kelurahan pasir putih.
Target : ibu-ibu dengan usia 30-60 tahun sebanyak 10 orang.
c. Metode
Metode yang digunakan dalam kegiatan terapi supportif ini adalah:
1) Diskusi
2) Ceramah
3) Tanya jawab
4) Demonstrasi
d. Media dan Alat
1) Laptop + Proyektor + kabel
2) Leaflet
3) Speaker + Mikrofon
4) Absensi
b. Rencana Pelaksanaan
Hari/tanggal : Selasa, 23 April 2019
Waktu : 10.00 wib s/d 10.30 wib
Tempat : Langgar Nur Jama’iyah RT. 22 Pasir Putih
c. Pengorganisasian :
Setting tempat pemaparan materi

Setting tempat Terapi supportif teknik relaksasi otot progesif

Keterangan:
:Kursi/Peserta : Dosen/Pembimbing
a. : Layar : Fasilitator
: Moderator : Pemateri
: Meja LCD : Laptop
: Observer

b. Strategi Pelaksanaan
No. Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens Waktu
1. Persiapan 5 menit
a. Mengucapkan Salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri dan b. Memperhatikan
anggota kelompok dan tim dan
pembimbing. mendengarkan
c. Menjelaskan tema, waktu, c. Memperhatikan
tujuan dan manfaat kegiatan dan
terapi supportif terapi mendengarkan
relaksasi otot progresif.
d. Menjawab
d. Memvalidasi kesehatan klien
2. Pelaksanaan : 20 menit
a. Mengikuti kegiatan
a. Melakukan presentasi terapi
relaksasi otot progresif 1. Memberikan respon
1. Menggali pengetahuan
dan menjawab
klien tentang terapi
pertanyaan
relaksasi otot progresif 2. Mendengarkan dan
2. Menjelaskan pengertian memperhatikan
3. Mendengarkan dan
kecemasan
memperhatikan
3. Menjelaskan penyebab
4. Mendengarkan dan
kecemasan
memperhatikan
4. Menjelaskan tanda dan 5. Mendengarkan dan
gejala kecemasan memperhatikan
6. Mendengarkan dan
5. Menjelaskan cara
memperhatikan
mengatasi kecemasan
6. Menjelaskan pengertian 7. Mendengarkan dan
terapi relaksasi otot memperhatikan
progresif
8. Mendengarkan dan
7. Menjelaskan tujuan
memperhatikan
terapi relaksasi otot
9. Mendengarkan dan
progresif.
memperhatikan
8. Menjelaskan
kontraindikasi terapi
relaksasi otot progresif
9. Melakukan teknik terapi
relaksasi otot progresif
3. Penutup 5 menit
a. Memberikan jawaban
a. Mengevaluasi
kemampuan pemahaman b. Mendengar dan
audiens memperhatikan
b. Memberi reinforsemen c. Mendengarkan dan
positif memperhatikan
c. Kesimpulan d. Mendengarkan dan
memperhatikan
d. Menutup pertemuan
e. Menjawab salam
e. Mengucapkan salam
4. URAIAN TUGAS
a. Moderator : Ingga Hafacenta
Tugas : 1. Membuka acara
2. Menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan
3. Memimpin jalannya pemeriksaan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan
4. Menutup acara
b. Presenter : Rika Safitri
Tugas : Menyampaikan materi kegiatan terapi teknik
relaksasi otot progresif
c. Fasilitator :1. Andri Setiawan
2. Eva Lamtiurma
4. Teti Isfrueni
5. Maria Sialagan
Tugas :1.Membantu presenter dalam menyampaikan
materi
2.Memotivasi peserta unttuk berperan aktif selama
berjalan nya kegiatan.
3.Memfasilitasi peserta untuk berperan aktif selama
pertemuan.
d. Observer : 1. Ghea Primasiwi
2. Winda Kalpataria
3. Evasari
Tugas : mengamati jalannya seluruh kegiatan

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Terapi Relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan yang dapat
dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan
sehingga menimbulkan rasa nyaman tanpa tergantung pada hal/subjek di luar
dirinya. Relaksasi progresif dipandang cukup praktis dan ekonomis karena
tidak memerlukan imajinasi yang rumit, tidak ada efek samping, mudah
dilakukan, serta dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang, rileks dan
lebih mudah untuk tidur.
Tujuan terapi ini dilakukan agar warga RT.22 Kelurahan Pasir Putih
mengetahui dan memahami tentang teknik relaksasi otot progresif. Kegiatan
ini dilakukan pada hari Selasa, 23 April 2019 di langgar NurJami’yah.
b. Saran
Diharapkan kepada warga RT. 22 Kelurahan pasir Putih dapat memahami
dan menerapkan teknik relaksasi otot progresif untuk mengurangi kecemasan.

MATERI KEGIATAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF

KECEMASAN
A. Definisi Kecemasan
Ansietas atau kecemasan adalah keadaan mood yang beriorentasi dan
berkenaan akan persiapan untuk menghadapi kemungkinan peristiwa buruk
yang akan terjadi dimasa depan atau perasaan umun yang biasanya
digambarkan sebagai kegelisahan atau ketakutan, dan setiap orang dapat
mengalami kecemasan (Schab, 2008)
Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir
disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang
berlebihan. Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tak
berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik dan kondisi ini
dialami secara subyektif dan dikomunikasin dalam hubungan interpersonal
(Videbeck, 2008)
B. Etiologi Ansietas
Menurut Stuart (2013) terdapat tiga faktor penyebab terjadinya ansietas,
yaitu :
i. Faktor biologis/ fisiologis, berupa ancaman yang mengancam akan
kebutuhan sehari-hari seperti kekurangan makanan, minuman,
perlindungan dan keamanan. Otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi
asam gamaaminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam
mekanisme terjadinya ansietas. Selain itu riwayat keluarga mengalami
ansietas memiliki efek sebagai faktor predisposisi ansietas.
ii. Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan
benda/ orang berharga, dan perubahan status sosial/ ekonomi.
iii. Faktor perkembangan, ancaman yang menghadapi sesuai usia
perkembangan, yaitu masa bayi, masa remaja dan masa dewasa.
Selain tiga hal di atas, Jiwo (2012) menambahkan bahwa individu
yang menderita penyakit kronik seperti diabetes melitus, kanker, penyakit
jantung dapat menyebabkan terjadinya ansietas. Penyakit kronik dapat
menimbulkan kekhawatiran akan masa depan, selain itu biaya pengobatan
dan perawatan yang dilakukan juga akan menambah beban pikiran.

c. Klasifikasi kecemasan
Menurut Halter (2014) ada 4 klasifikasi tingkat ansietas yaitu ansietas
ringan, ansietas sedang, ansietas berat, dan panik.
a. Ansietas Ringan
Penyebab dari ansietas ringan biasanya karena pengalaman
kehidupan sehari-hari dan memungkinkan individu menjadi lebih fokus
pada realitas. Individu akan mengalami ketidaknyamanan, mudah marah,
gelisah, atau adanya kebiasaan untuk mengurangi ketegangan (seperti
menggigit kuku, menekan jari-jari kaki atau tangan).
b. Ansietas Sedang
Pada ansietas sedang, lapang pandang individu menyemit. Selain
itu individu mengalami penurunan pendengaran, penglihatan, kurang
menangkap informasi dan menunjukkan kurangnya perhatian pada
lingkungan. Terhambatnya kemampuan untuk berpikir jernih, tapi masih
ada kemampuan untuk belajar dan memecahkan masalah meskipun tidak
optimal. Respons fisiologis yang dialami yaitu jantung berdebar,
meningkatnya nadi dan respiratory rate, keringat dingin, dan gejala
somatik ringan (seperti gangguan lambung, sakit kepala, sering berkemih).
c. Ansietas Berat
Semakin tinggi level ansietas, maka lapang pandang seseorang
akan semakin menurun atau menyempit. Seseorang yang mengalami
ansietas berat hanya mampu fokus pada satu hal dan mengalami kesulitan
untuk memahami apa yang terjadi. Pada level ini individu tidak
memungkinkan untuk belajar dan memecahkan masalah, bahkan bisa jadi
individu tersebut linglung dan bingung. Gejala somatik meningkat,
gemetar, mengalami hiperventilasi, dan mengalami ketakutan yang besar.
d. Panik
Individu yang mengalami panik sulit untuk memahami kejadian di
lingkungan sekitar dan kehilangan rangsangan pada kenyataan. Kebiasaan
yang muncul yaitu mondarmandir, mengamuk, teriak, atau adanya
penarikan dari lingkungan sekitar

d. Manifestasi Klinis
Menurut Hawari (2008), gejala-gejala kecemasan yaitu:
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
6. Keluhan-keluhan somatik.

RELAKSASI OTOT PROGRESIF


e. Pengertian
Relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation) didefinisikan
sebagai suatu teknik relaksasi yang menggunakan serangkaian gerakan tubuh
yang bertujuan untuk melemaskan dan memberi efek nyaman pada seluruh
tubuh. Batasan lain menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif merupakan
teknik untuk mengurangi kecemasan dengan cara menegangkan otot dan
merilekkannya secara bergantian (Effendi. F. (2010).
Relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan yang dapat
dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan
sehingga menimbulkan rasa nyaman tanpa tergantung pada hal/subjek di luar
dirinya. Relaksasi progresif dipandang cukup praktis dan ekonomis karena
tidak memerlukan imajinasi yang rumit, tidak ada efek samping, mudah
dilakukan, serta dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang, rileks dan
lebih mudah untuk tidur. (Mahdiana. R. 2010).

f. Manfaat
Menurut (Adisucipto, 2014) Relaksasi otot progresif telah digunakan
dalam berbagai penelitian telah terbukti bermanfaat pada berbagai kondisi
subyek penelitian. Latihan relaksasi relaksasi otot progresif terbukti efektif
mengatasi ketegangan, kecemasan, stres dan depresi, membantu orang yang
mengalami insomnia, hingga meningkatkan kualitas hidup pasien pasca
operasi, menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial,
meredakan keluhan sakit kepala dan meningkatkan kualitas hidup.

g. Tujuan
Menurut Wijayaningsih, KS. (2013) tujuan relaksasi otot progresif
antara lain :

1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung,


tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik.
2. Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan
tidak memfokus perhatian seperti relaks.
4. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi.
5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.
6. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, fobia ringan, gagap ringan,

h. Tanda dan Gejala


Menurut Andarmoyo. S. (2013) persiapan untuk melakukan teknik ini
yaitu:

1. Persiapan
d. alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan
sunyi.
e. Pahami tujuan, manfaat, prosedur.

f. Posisikan tubuh secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup


menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi
dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri.

g. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu.

h. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat.

2. Prosedur
a. Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.
1. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
2. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan
yang terjadi.
3. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.
4. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat
membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks
yang dialami.
5. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.

b. Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.


1. Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan sehingga
otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang.
2. Jari-jari menghadap ke langit-langit.

c. Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada


bagian atas pangkal lengan).
1. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
2. Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot bisep
akan menjadi tegang.
Gambar 1.1

d. Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.


1. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga
menyentuh kedua telinga.
2. Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di
bahu punggung atas, dan leher.
Gambar 1.2
e. Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti
dahi, mata, rahang dan mulut).
1. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai
otot terasa kulitnya keriput.
2. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di
sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.
f. Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami
oleh otot rahang. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi
sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.
g. Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.
Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan
ketegangan di sekitar mulut.
Gambar 1.3

h. Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan


maupun belakang.
1. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian
otot leher bagian depan.
2. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
3. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa
sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
punggung atas

i. Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.


1. Gerakan membawa kepala ke muka.
2. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di
daerah leher bagian muka.
j. Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung
1. Angkat tubuh dari sandaran kursi.
2. Punggung dilengkungkan
3. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian
relaks.
4. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot
menjadi lurus.

k. Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.


1. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya.
2. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di
bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.
3. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. Ulangi
sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang
dan relaks.
Gambar 1.4

l. Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut


1. Tarik dengan kuat perut ke dalam.
2. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu
dilepaskan bebas.
3. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.

m. Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha


dan betis).
1. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
2. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga
ketegangan pindah ke otot betis.
3. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
4. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

Gambar 1.5

DAFTAR PUSTAKA
- Adisucipto. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Desa
Karangbendo Banguntapan Bantul Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta

- Andarmoyo. S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.


Cetakan Pertama. Yogyakarta : Ar-Ruz Media

- Effendi. F. (2010). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Teori dan


Praktek Dalam Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika

- Halter, M. J. (2014). Varcarolis’ Foundation of Psychiatric Mental


Health Nursing. Diakses pada laman
http://evolve.elsevier.com/Varcarolis’.

- Hawari. D, (2008) Manajemen Stress, Cemas, Dan Depresi, Jakarta :


Balai Penerbit FK UI

- Mahdiana. R. (2010). Mencegah Penyakit Kronis Sejak Dini.


Yogyakarta : Tora Book

- Schab, L,M. (2008) The Anxiety Workbook For Teens. Canada :


Oakland

- Struat. W. Gailc (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi %


revisi : Jakarta : EGC

- Tirto Jiwo. (2012) Depresi : Panduan Bagi Pasien, Keluarga dan


Teman Dekat, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Bagi Penderita
Gangguan Jiwa Desa Kalingongko : Purworejo

- Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta :


EGC

- Wijayaningsih, KS. (2013). Standar Asuhan Keperawatan. Cetakan


Pertama. Jakarta : Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai