Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Membaca merupakan aspek dalam keterampilan berbahasa yang
merupakan hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Banyak bahan bacaan seperti
surat kabar, majalah, dan tabloid yang dapat memberikan informasi. Dengan
membaca, kita memperoleh informasi atau berita-berita yang sedang terjadi di
seluruh dunia ini. Namun, kemampuan membaca seorang pembacalah yang
menentukan pemerolehannya dalam menerima informasi.
Demikian juga siswa, hal penentuan keberhasilan siswa adalah membaca.
Jika siswa banyak membaca tentu memiliki informasi atau wawasan yang luas.
Semakin banyak siswa membaca maka semakin banyak pula informasi yang
didapatnya. Hal ini senada dengan Tampubolon (1987) dan Anwar (2012)
menyatakan bahwa membaca sebagai alat dalam pembelajaran umum melebarkan
pilihan-pilihan potensial individu yang menuntut kemampuan pembaca membaca
maksimal untuk jalan besar pelajaran dan pekerjaan. Membaca menjadi landasan
penting belajar bagaimana belajar, yaitu sebagai alat pembelajaran, membuka
semua sumber informasi dan ide-ide tertulis pembelajar yang tersedia untuk
mereka. Kemampuan dimaksud sangat perlu dalam kehidupan dewasa ini dimana
informasi tentang berbagai pengetahuan mengalir dengan deras dan akan semakin
perlu lagi dalam abad ke-21 mendatang karena arus informasi akan lebih deras.
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari KTSP. Kurikulum 2013
telah menyuratkan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah berbasis teks.
Melalui berbasis teks bahasa Indonesia diharapkan dapat menjembatani
penggunaan bahasa dalam komunitasnya. Selain itu, Bahasa Indonesia tidak
dipandang sekadar mengajarkan berbahasa tetapi sebagai alat mengaktualisasikan
diri untuk menjawab fenomena yang terjadi di tatanan masyarakat. Kemudian
bahasa menjadi alat untuk mengonsumsi pengetahuan bahasa dan akhirnya
menuntut peserta didik untuk memproduksi teks bahasa.

1
2

Dalam kurikulum 2013 SMA, kompetensi Inti mata pelajaran bahasa


Indonesia merupakan memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah. Kompetensi inti ini merupakan langkah awal bagi siswa kelas X untuk
mengembangkan pengetahuan faktual dengan menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya dalam
memecahkan masalah.
Ada dua faktor utama penyebab rendahnya kemampuan membaca siswa.
Pertama, faktor siswa yang terdiri atas: (1) faktor internal antara lain: rendahnya
minat membaca, penguasaan bahasa yang rendah, dan intelegensi siswa, dan (2)
faktor eksternal antara lain: keadaan sosial ekonomi siswa, lingkungan yang
kurang kondusif untuk meningkatkan kemahiran membaca. Kedua, faktor guru
antara lain: kemampuan guru dalam memotivasi siswa dan kemampuan guru
mengelola kelas untuk pembelajaran membaca masih kurang.
Oleh karena itu, untuk menunjang kemampuan membaca siswa dipilihlah
teknik pembelajaran Tri Fokus Steve Snyder (TFSS). Dengan teknik pembelajaran
TFSS siswa diajarkan untuk dapat membagi titik konsentrasi pandangan mata
menjadi tiga fokus (tiga bagian) setiap barisnya, sebagian dipusatkan disebelah
kiri, sebagian di tengah, dan sebagian lagi di kanan
Teknik pembelajaran TFSS bisa dijadikan pilihan sebagai salah satu teknik
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Disamping teknik pembelajaran, yang tidak kalah pentingnya guru juga
harus memperhatikan perbedaan siswa. Pada dasarnya siswa berbeda satu dengan
yang lainnya, baik dalam hal kemampuan maupun cara belajarnya. Ini berarti
setiap siswa mempunyai ciri-ciri khas yang berbeda satu dengan lainnya.
Perbedaan ini menyebabkan adanya kebutuhan yang berbeda hampir bagi setiap
3

anak. Dalam pembelajaran klasikal perbedaan individu jarang mendapat


perhatian, semua siswa dalam satu kelas dianggap mempunyai kebutuhan
kemampuan dan kecepatan yang sama karena itu diperlakukan dengan cara yang
sama. Bahkan jarang terpikir ataupun tersedia kesempatan yang berbeda bagi
setiap siswa yang jelas-jelas menunjukkan perbedaan yang menonjol. Perbedaan
individu tidak hanya belajar dengan kecepatan yang berbeda tetapi juga
memproses informasi dengan cara yang berbeda. Cara memproses informasi yang
diperoleh dikenal dengan istilah gaya belajar. Menurut DePorter (2008), gaya
belajar adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi.
DePorter (2008), mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan
modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi (perceptual
modality). Ketiga gaya belajar tersebut adalah gaya belajar visual (belajar dengan
cara melihat), auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan kinestetik (belajar
dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh). Setiap individu menggunakan
semua indera dalam menyerap informasi. Tetapi, secara umum, individu
mempunyai kecenderungan lebih kuat pada salah satu gaya belajar. Sebagian
individu mudah menangkap informasi dalam bentuk visual, sebagian yang lain
menyukai informasi bentuk verbal dan sebagian yang lain lebih nyaman dengan
cara aktif dan interaktif. Rendahnya gaya belajar siswa juga dapat mempengaruhi
ketidakberhasilan pembelajaran keterampilan membaca. Siswa yang memiliki
gaya belajar rendah dalam pembelajaran membaca, tentu sangat pasif mengikuti
proses belajar.
Selain teknik pembelajaran dan gaya belajar, guru juga perlu
memperhatikan rendahnya minat belajar siswa yang kini menjadi masalah besar di
Indonesia. Sesuai pernyataan Kusmana (http://suherlicentre.blogspot.com/2009/
01/minat-baca-siswarendah.html), berdasarkan hasil penelitian Programme for
International Student Assessment, diketahui minat belajar siswa kita rendah. Jika
dibandingkan dengan negara-negara di Asia Timur, siswa Indonesia termasuk
paling rendah. Dari 42 negara yang disurvey, siswa Indonesia menduduki
peringkat ke-39, sedikit di atas Albania dan Peru. Kemampuan siswa kita itu
masih di bawah siswa Thailand yang menduduki peringkat ke-32. Demikian pula
4

dengan penguasaan materi dari bacaan, siswa kita hanya mampu menyerap 30%
dari materi bacaan yang tersaji dalam bahan bacaan.
Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya
untuk mencapai/ memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Minat belajar
siswa selama ini kurang mendapat perhatian dari guru. Hal ini dapat dilihat dalam
proses pembelajaran, setelah menyampaikan pendahuluan guru langsung
menyajikan materi pelajaran kepada siswa sehingga terkesan bahwa siswa dituntut
untuk menerima materi pelajaran yang dianggap penting bagi guru ke siswa.
Seharusnya minat belajar siswa harus mendapat perhatian sebelum memulai
pembelajaran agar seorang guru dapat menentukan teknik pembelajaran yang
tepat bagi setiap siswa. Kesesuain teknik pembelajaran yang digunakan kepada
siswa baik yang berminat belajar tinggi maupun yang berminat belajar rendah
diharapkan dapat menciptakan hasil belajar yang lebih baik.
Namun, apakah teknik pembelajaran TFSS, gaya belajar, dan minat
belajar mempengaruhi kemampuan membaca siswa? Untuk memperoleh
jawaban itulah maka perlu dilaksanakan penelitian ini. Berdasarkan uraian di
atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Teknik Pembelajaran Tri Fokus Steve Snyder (TFSS), Gaya Belajar, dan Minat
Belajar siswa terhadap Kemampuan Membaca Siswa Kelas X Semester 1 SMA
Negeri 1 Talawi Kabupaten Batu Bara Tahun Pembelajaran 2015/2016.”

1.2. Identifikasi Masalah


Sesuai dengan latar belakang masalah penelitian ini, maka masalah yang
dapat diidentifikasi sebagai berikut ini.
1. Pengajaran membaca di sekolah kurang diminati.
2. Kemampuan membaca siswa masih sangat rendah.
3. Cara atau teknik yang digunakan dalam membaca kurang tepat.
4. Gaya belajar siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.
5. Minat belajar siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.

1.3. Pembatasan Masalah


5

Berdasarkan uraian di atas, dibatasi masalah pada pengaruh teknik


pembelajaran Tri Fokus Steve Snyder (TFSS), gaya belajar, dan minat belajar
siswa terhadap kemampuan membaca siswa kelas X semester 1 SMA Negeri 1
Talawi Kabupaten Batu Bara tahun pembelajaran 2015/2016.

1.4. Perumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Apakah terdapat pengaruh teknik pembelajaran TFSS terhadap kemampuan
membaca siswa kelas X SMA Negeri 1 Talawi?
2. Apakah terdapat pengaruh gaya belajar siswa terhadap kemampuan membaca
siswa kelas X SMA Negeri 1 Talawi?
3. Apakah terdapat pengaruh minat belajar siswa terhadap kemampuan membaca
siswa kelas X SMA Negeri 1 Talawi?
4. Apakah terdapat pengaruh antara teknik pembelajaran TFSS, gaya belajar, dan
minat belajar siswa secara bersama-sama terhadap kemampuan membaca siswa
kelas X SMA Negeri 1 Talawi?

1.5. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Untuk mengetahui pengaruh teknik pembelajaran TFSS terhadap kemampuan
membaca siswa kelas X SMA Negeri 1 Talawi.
2. Untuk mengetahui pengaruh gaya belajar siswa terhadap kemampuan membaca
siswa kelas X SMA Negeri 1 Talawi .
3. Untuk mengetahui pengaruh minat belajar siswa terhadap kemampuan
membaca siswa kelas X SMA Negeri 1 Talawi.
4. Untuk mengetahui pengaruh antara teknik pembelajaran TFSS, gaya belajar,
dan minat belajar siswa secara bersama-sama terhadap kemampuan membaca
siswa kelas X SMA Negeri 1 Talawi.

1.6. Manfaat Penelitian


6

Adapun manfaat yang dirumuskan dari penelitian ini adalah sebagai


berikut ini.
1. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi sekolah untuk mengetahui tingkat
kemampuan membaca siswa.
2. Sebagai bahan masukan bagi para guru dalam upaya meningkatkan
kemampuan membaca siswa dengan menggunakan teknik pembelajaran TFSS,
gaya belajar, dan minat belajar siswa.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti sebagai acuan untuk dapat menerapkan
teknik pembelajaran yang efektif dan juga sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya.
7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoretis


Dari rumusan masalah dapat diketahui bahwa penelitian ini mempunyai
empat variabel, yaitu teknik pembelajaran TFSS, gaya belajar, minat belajar, dan
peningkatan kemampuan membaca siswa. Pada bagian ini keempat variabel
tersebut dijelaskan dengan menggunakan teori-teori yang relevan. Oleh karena itu,
pokok-pokok bahasan yang dikemukakan bagian ini adalah teknik pembelajaran
TFSS, gaya belajar, minat belajar, dan kemampuan membaca siswa.

2.1.1. Teknik Pembelajaran TFSS


2.1.1.1. Pengertian Teknik Pembelajaran TFSS
Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha suatu pihak yang dapat
menghidupkan, merangsang, dan mempercepat proses prilaku belajar. Tujuan
pembelajaran yang kognitif, afektif, dan psikomotorik merupakan tujuan yang
ingin dicapai dalam proses belajar mengajar.
Teknik pembelajaran itu sendiri merupakan suatu cara untuk menciptakan
kondisi dengan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat dipermudah dalam
pencapaiannya. Dalam hal ini teknik pembelajaraan TFSS dilakukan agar tujuan
pembelajaran nantinya dapat tercapai.
Teknik TFSS adalah teknik pembelajaran yang diciptakan oleh Steve
Snyder. Ia adalah instruktur membaca yang pernah membaca empat belas buku
dalam suatu penerbangan antara Los Angeles dan Sidney, Australia. Teknik TFSS
diajarkannya di Super Camp yaitu sekolah untuk para remaja yang dibuka pada
tahun 1982 di San Diego, California. Teknik pembelajaran TFSS sangat cocok
untuk pembelajaran membaca, Teknik pembelajaran ini menerapkan pembaca
akan dapat membaca lebih efisien dan efektif. Pembaca akan dapat lebih
menghemat waktu baca sebab cara baca tidak lagi berhenti pada satuan-satuan
frase atau kata tetapi pada setiap akhir kalimat.

7
8

Teknik Tri Fokus Steve Snyder juga dapat mengoptimalkan sinkronisasi


kinerja mata dan otak sehingga lebih bersinergi. Latihan teknik dengan
mempercepat gerakan mata ini dirasakan sangat penting karena secara umum
orang melakukan aktivitas membaca dengan indra mata yang dipakai untuk
mengenali huruf, kata, frasa, kalimat, dan wacana yang kompleks. Apabila mata
mampu menyampaikan informasi secara cepat ke otak, maka semakin cepat pula
pengetahuan diperoleh sehingga akan terjadi proses membaca cepat yang efektif
dan efisien dalam pembelajaran siswa, (Artawati, 2014).
Dalam hal ini, peran teknik pembelajaran TFSS ini digunakan sebagai
pencipta suasana sugestif, stimulus, sekaligus menjadi jembatan bagi siswa untuk
mengikuti pembelajaran membaca menjadi lebih menarik. Respon yang
diharapkan muncul dari para siswa dengan menggunakan teknik pembelajaran
TFSS dalam membaca berupa peningkatan kemampuan siswa dalam membaca
untuk menyimpulkan suatu bacaan dengan menggunakan teknik pembelajaran
TFSS, (Karsono, 2014). Selanjutnya Badko (http://badkopendidikan.blogspot.
com) mengatakan bahwa pengajaran latihan “tri fokus” yaitu menghilangkan
kebiasaan membaca satu demi satu kata secara terpisah. Dia membagi tiga bagian
fokus penglihatan yaitu bagian kiri, bagian tengah, bagian kanan pada setiap
barisnya.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan teknik TFSS
adalah teknik pembelajaran yang mengajarkan kepada para siswa untuk membagi
titik konsentrasi pandangan mata terpusat pada tiga fokus setiap barisnya,
sebagian dipusatkan di kiri, sebagian di tengah, dan sebagian lagi di kanan.

2.1.1.2. Manfaat Teknik Pembelajaran TFSS


Wastuni (http://biologi-staincrb.web.Id/blog/peningkatan-kemampuan-
membaca-cepat-dan-memahami-bacaan-dengan-teknik-tri-fokus-Steve-Snyder)
menyatakan manfaat teknik pembelajaran TFSS adalah bagi siswa dapat
mengetahui kelemahan-kelemahan pada cara membaca dan memahami bacaan
yang biasa mereka lakukan dan dapat mengubahnya menjadi kekuatan yang
bermakna, sehingga upaya peningkatan membaca dan memahami teks bacaan
9

dengan cepat dan benar-benar terwujud pada diri siswa. Sejalan dengan pendapat
di atas Sarwono (http://pakguruonline.pendidikan.net) berpendapat bahwa
manfaat teknik pembelajaran TFSS adalah agar siswa dapat mengetahui
kelemahannya dalam membaca cepat dan dapat mengubahnya menjadi kekuatan
dalam meningkatkn kecepatan membaca.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat yang dapat
dicapai dari teknik pembelajaran TFSS adalah agar para siswa dapat mengetahui
kelemahannya dalam membaca cepat dan dapat mengubahnya menjadi kekuatan,
sehingga upaya peningkatan membaca dapat terwujud.

2.1.1.3. Langkah-langkah Teknik Pembelajaran TFSS


Menurut DePorter (2008), untuk mencapai suatu proses yang lebih efektif,
maka perlu mempertimbangkan langkah-langkah sebagai berikut ini.
a. Anda dikenalkan dan dilatih pengembangan periferal. Latihan ini berupa tes
sederhana yaitu: (1) lihatlah secara langsung sebuah objek, (2) rentangkanlah
kedua tangan Anda ke depan dengan jari telunjuk mengarah ke atas, (3)
gerakkan tangan Anda secara perlahan ke dalam hingga Anda dapat melihat
jari-jari Anda, (4) perhatikan cakupan penglihatan Anda ketika melihat lurus
ke depan.
b. Setelah latihan tersebut, Anda diberi lembaran yang berisi simbol-simbol tri
fokus Steve Snyder seperti gambar di bawah ini. Untuk membaca simbol-
simbol tersebut lihatlah secara sekilas sepertiga bagian kiri, sepertiga bagian
tengah, dan sepertiga bagian kanan dengan pusat perhatian pada tanda bintang.
Hal ini dilakukan berulang-ulang beberapa menit. Saat Anda menggerakkan
mata Anda, aspek yang paling penting dari latihan ini adalah membayangkan
betapa hebatnya buku ini dan betapa menyenangkan membaca lebih cepat
dengan pemahaman yang lebih besar. Hitunglah dengan berirama, 1,2,3; 1,2,3,
….

----------*----- -----*----- -----*----------

----------*----- -----*----- -----*----------

----------*----- -----*----- -----*----------

----------*----- -----*----- -----*----------


10

Gambar 2.1. Simbol Teknik Pembelajaran TFSS

2.1.2. Gaya Belajar


DePorter (2008) mengatakan gaya belajar merupakan cara yang cenderung
dimiliki seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses
informasi tersebut. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan
dan kekerungan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu, dalam
dunia pendidikan dikenal sebagai teknik yang dapat dipergunakan guru untuk
dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Guru membutuhkan desain
pembelajaran untuk menjembatani hubungan antara siswa dengan guru sesuai
dengan gaya belajarnya. Gaya belajar atau learning style adalah kombinasi dari
bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi, (De
Porter, 2008).
Di dalam kelas biasanya terdiri atas bermacam-macam karakteristik
membuat seorang guru sulit memilih teknik pembelajaran yang efektif dan efisien.
Gaya belajar adalah salah satu karakteristik yang dimiliki siswa. Gaya belajar
adalah cara yang lebih kita sukai dan membuat kita nyaman dalam melakukan
kegiatan berpikir, memproses, dan mengerti suatu informasi
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar
merupakan kombinasi dari bagaimana ia menyerap, kemudian mengatur serta
mengolah informasi. Gaya belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi
informasi, melihat, mendengar, menulis, dan berkata tetapi juga aspek memproses
informasi sekunsial, analitik, global, atau otak kiri dan otak kanan, aspek lain
adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar (diserap secara abstrak
dan konkret).
Selanjutnya, jika seseorang telah akrab dengan gaya belajarnya sendiri,
maka dia dapat membantu dirinya sendiri dalam belajar lebih cepat dan lebih
mudah. Dan juga, dengan mempelajari bagaimana memahami cara belajar orang
11

lan, seperti teman-teman, rekan kerja, suami/istri, anak-anak dan orang tua, dapat
membantu seseorang tersebut memperkuat hubungan dengan orang-orang di
sekitarnya. Menurut DePorter (2008), Uno (2008), dan Priyatni (2013) ada tiga
gaya belajar yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Beberapa gaya belajar
mungkin terdapat pada peserta didik yakni gaya belajar auditorial, kinestetik, dan
visual. Berikut ini akan dipaparkan tiga gaya belajar tersebut yaitu sebagai
berikut.

2.1.2.1. Gaya Belajar Auditorial


Seseorang yang cenderung menggunakan pendengarnya dalam menerima
dan memasukkan informasi ke dalam otak, dikategorikan sebagai seorang tipe
auditorial. Tipe belajar auditorial dengan menggunakan pendengaran dan
cenderung inter-independen. Tipe belajar auditorial cenderung banyak
menggunakan kecerdasan interpersonal. Saat belajar, mereka lebih suka
lingkungan yang tenang. Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial dapat
belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa
yang dikatakan gurunya. Mereka dapat mencerna makna yang disampaikan
melalui tone suara, pitch (tinggi rendah), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori
lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna minim bagi siswa yang
mempunyai gaya belajar auditorial. Mereka dapat menghapal lebih cepa dengan
membaca teks keras dan mendengarkan kaset.
Gaya belajar auditory learners adalah gaya belajar yang mengandalkan
pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Gaya belajar
auditorial mempunyai kemampuan dalam hal menyerap informasi dari
pendengaran. Metode pembelajaran yang tepat untuk pembelajar model seperti ini
harus memperhatikan kondisi fisik dari pembelajar. Anak yang mempunyai gaya
belajar auditorial dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal
dan mendengarkan apa yang guru katakana.
Ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belaar auditorial diantaranya: (1)
Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja; (2) Mudah terganggu oleh keributan;
(3) menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca; (4) senang membaca dengan keras dan mendengarkan; (5) Dapat
mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara; (6) merasa
12

kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita; (7) Berbicara dalam irama
berpola; (8) Biasanya pembicara yang pasih; (9) Lebih suka musik daripada seni;
(10) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada
yang dilihat; (11) Suka berbicara, berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang
lebar; (12) Mempunyai masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi,
seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain; (13) Lebih pandai
mengeja dengan keras daripada menuliskannya; (14) Lebih suka gurauan lisan
daripada membaca komik, (DePorter, 2008).
Secara sederhana kita dapat menyesuaikan cara mengajar kita dengan gaya
belajar peserta didik, diantaranya untuk peserta didik auditorial: (1) Variasikan
vokal saat memberikan penjelasan, seperti intonasi, volume suara, ataupun
kecepatannya; (2) Gunakan pengulangan-pengulangan konsep yang sudah
diberikan; (3) Tutor sebaya; (4) Ubahlah konsep ke dalam bentuk irama/ lagu; (5)
Selingi dengan musik.

2.1.2.2. Gaya Belajar Kinestetik


Siswa yang bergaya belajar kinestetik dapat dilihat dari ciri-ciri utama
yaitu menggunakan modalitas belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan
langsung. De Porter (2008) menjelaskan bahwa orang bergaya belajar kinestetik
lebih dekat dengan ciri seperti saat berpikir lebih baik ketika bergerak atau
berjalan, lebih menggerakkan anggota tubuh ketika bicara dan merasa sulit untuk
duduk diam. Umumnya orang bergaya belajar kinestetik dalam menyerap
informasi menerapkan strategi fisikal dan ekspresi yang berciri fisik. Implikasi
mengenal ciri dan strategi kinestetik bagi siswa-siswa di kelas memberikan
pedoman bagi guru memilih pendekatan pembelajaran yang memberikan variaasi
yang bersifat fisikal.
Dalam pembelajaran fisikal, guru dapat membantu siswa membuat paket-
paket informasi yang berasal dari input auditorial menjadi bentuk fisik seperti:
membuat catatan pada kartu-kartu indeks berukuran postcard (kartu pos), belajar
dalam kelompok seperti melakukan praktikum fisika guna memahami konsep,
prinsip, dan prosedur fisika, serta mengolah paket-paket informasi dalam majalah
dinding kelas melalui kegiatan periksa dan baca ulang.
13

Ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belaar kinestetik diantaranya: (1)


Berbicara dengan perlahan; (2) Menanggapi perhatian fisik; (3) Menyentuh orang
untuk mendapatkan perhatian mereka; (4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan
orang; (5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak; (6) Mempunyai
perkembangan awal otot-otot yang besar; (7) Belajar melalui memanipulasi dan
praktik; (8) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat; (9) Menggunakan jari
sebagai penunjuk ketika membaca; (10) Banyak menggunakan isyarat tubuh; (11)
Tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, (DePorter, 2008).
Secara sederhana kita dapat menyesuaikan cara mengajar kita dengan gaya
belajar peserta didik, diantaranya untuk peserta didik kinestetik: (1) Gunakan
selalu alat bantu saat mengajar agar timbul rasa ingin tahu peserta didik; (2) Saat
membimbing secara perorangan biasakan berdiri/ duduk di samping peserta didik;
(3) Buat aturan main agar peserta didik boleh melakukan banyak gerak di dalam
kelas; (4) Peragakan konsep, sambil siswa memahaminya secara bertahap; (5)
Biasakan berbicara kepada setiap peserta didik secara pribadi saat di dalam kelas.

2.1.2.3. Gaya Belajar Visual


Gaya belajar visual mengakses citra visual yang diciptakan maupun
diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental, gambar menonjol dalam modalitas
ini. Seseorang yang sangat visual dapat dicirikan sebagai berikut: (1) Rapi dan
teratur; (2) Berbicara dengan cepat; (3) Perencana dan pengatur jangka panjang
yang baik; (4) Teliti terhadap detail; (5) Mementingkan penampilan, baik dalam
hal pakaian maupun prestasi; (6) Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata
yang sebenarnya dalam pikiran mereka; (7) Mengingat apa yang dilihat daripada
yang didengar; (8) Mengingat dengan asosiasi visual; (9) Biasanya tidak
terganggu oleh keributan; (10) Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi
verbal kecuali ditulis dan sering kali minta bantuan orang untuk mengulanginya;
(11) Pembaca cepat dan tekun; (12) Lebih suka membaca daripada dibacakan;
(13) Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada
sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah; (14) Mencoret-coret
tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat; (15) Lupa menyampaikan
14

pesan verbal kepada orang lain; (16) Sering menjawab pertanyaan dengan
jawaban singkat ya atau tidak; (17) Lebih suka melakukan demonstrasi daripada
berpidato; (18) Lebih suka seni daripada musik, (19) Sering kali mengetahui apa
yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata; (20) Kadang-kadang
kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan, (DePorter, 2008)
Bagi peserta didik yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan
penting adalah mata/ penglihatan (visual). Dalam hal ini teknik pengajaran yang
digunakan guru sebaiknya lebih banyak menitikberatkan pada peragaan, ajak
mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan
cara menunjukkan alat peraganya langsung pada peserta didik atau
menggambarkannya di papan tulis. Anak yang bergaya belajar visual harus
melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi
pelajaran. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan
belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti
diagram, buku pelajaran bergambar, dan vidio.
Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai
gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/
pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya; Kedua adalah
memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna; Ketiga adalah memiliki
pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik; Keempat adalah memiliki
kesulitan dalam berdialog secara langsung; Kelima adalah terlalu reaktif terhadap
suara; Keenam adalah sulit mengikuti anjuran secara lisan; Ketujuh adalah
seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Secara sederhana kita dapat menyesuaikan cara mengajar kita dengan gaya
belajar peserta didik, diantaranya untuk peserta didik visual: (1) Gunakan materi
visual seperti: gambar-gambar, diagram, dan peta; (2) Gunakan warna untuk
menandai hal-hal penting; (3) Ajak peserta didik untuk membaca buku-buku
berilustrasi; (4) Gunakan multi-teknik seperti: komputer dan vidio; (5) Ajak
peserta didik untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
Dalam penelitian ini gaya belajar dibatasi pada gaya belajar visual karena diduga
gaya belajar ini sesuai dengan teknik pembelajaran yang digunakan.

2.1.3. Minat Belajar


15

2.1.3.1. Pengertian Minat


Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat
besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan
melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak
mungkin melakukan sesuatu. Sedangkan para ahli telah banyak mengemukakan
pengertian minat, diantaranya yang dikemukakan oleh Djaali (2008) menyatakan
minat adalah rasa lebih suka dan keterkaitan pada suatu hal, tanpa disuruh yang
hubungannya antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
Susanto (2013) mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Bernard (dalam Susanto, 2013) menyatakan bahwa
minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat
partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.
Hal ini menggambarkan bahwa seseorang tidak akan mencapai tujuan
yang dicita-citakan apabila di dalam diri orang tersebut tidak terdapat minat atau
keinginan jiwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya itu. Dalam
hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor penggerak untuk
dapat mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa dengan minat, tujuan belajar tidak
akan tercapai.
Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa minat adalah
kecenderungan seseorang terhadap objek atau sesuatu kegiatan yang digemari
yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, keaktifan berbuat, dan
kepuasan kepadanya.
2.1.3.2. Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut beberapa ahli, diantaranya oleh Hamalik
(2013) yang mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses untuk mencapai
tujuan. Selanjutnya Syah (2003) mengatakan bahwa belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.
Makmun (2003) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Dari
16

beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu dari
hasil pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku tersebut, baik dalam aspek
pengetahuannya (kognitif), keterampilannya (psikomotorik), maupun sikapnya
(afektif).
Dari pengertian minat dan pengertian belajar seperti yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah
perhatian dan kesukaan terhadap sesuatu sehingga menimbulkan keingintahuan,
ketertarikan, serta keinginan untuk ikut serta dalam belajar, dalam hal ini adalah
belajar pelajaran bahasa Indonesia.

2.1.3.3. Menumbuhkan Minat Belajar


Ekomadyo (2009) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh guru dalam menciptakan keamanan dan kebebasan psikologi guna
membentuk minat belajar pseserta didik yaitu sebagai berikut.
a. Membangun Empati. Empati berarti kemampuan untuk mengetahui perasaan
orang lain yang dalam konteks ini guru bisa memahami apa yang dirasakan
peserta didik, mendengar apa yang diutarakannya, serta menjalin kedekatan.
b. Menjalin Kebersamaan. Adanya rasa kebersamaan antara guru dan peserta
didik dan mau saling bertoleransi adalah hal yang penting untuk menciptakan
iklim yang menyenangkan dalam belajar.
c. Membangun rasa memiliki. Rasa memiliki ini diwujudkan sebanyak mungkin
melibatkan partisipasi peserta didik dalam proses pengajaran. Rasa memiliki
bisa ditumbuhkan juga dengan membangun kebebasan berekspresi peserta
didik.
d. Mendorong kebebasan berekspresi. Hal ini mendukung berkembangnya
kreativitas anak. Misalnya, guru memberikan pertanyaan dengan berbagai
kemungkinan jawaban akan merangsang peserta didik untuk berpikir dan
mencari-cari apa yang pernah dilihat dan diketahuinya.
e. Pendampingan. Hal ini akan membuat anak merasa lebih nyaman belajar dan
beraktivitas karena ada orang dewasa yang siap melindungi, tempat ia
17

bersandar jika menemui kesulitan, dan tempat ia bertanya untuk menjawab


rasa ingin tahunya.
f. Mengembangkan komunikasi efektif. Hal ini mensyaratkan bahwa guru harus
berupaya agar pesan yang diutarakannya benar-benar mengena dan membuat
peserta didik tertarik. Ketertarikan ini akan menumbuhkan minat anak untuk
belajar dan mengembangkan potensi pribadinya.

2.1.3.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar dalam


Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu
sebagai berikut.
a. Faktor intern yaitu kondisi fisik/ jasmani siswa saat mengikuti pelajaran
bahasa Indonesia dan pengalaman belajar bahasa Indonesia di jenjang
pendidikan sebelumnya.
b. Faktor ektern yaitu metode dan gaya mengajar guru bahasa Indonesia,
tersedianya fasilitas dan alat penunjang pelajaran bahasa Indonesia, dan
situasi dan kondisi lingkungan sekolah.

2.1.3.5. Skala Minat Belajar Bahasa Indonesia


Item-item dalam skala ini disusun berdasarkan aspek minat menurut Silvia
(dalam Astuti, 2010) yang dihubungkan dengan belajar bahasa Indonesia yaitu
sebagai berikut.
a. Keinginantahuan (coriosity). Keingintahuan siswa terhadap kegiatan belajar
bahasa Indonesia adalah keinginan siswa untuk lebih mengenal pelajaran
bahasa Indonesia. Keingintahuan tersebut mendorong siswa untuk mencari
tahu informasi dan pengalaman baru tentang bahasa Indonesia yang belum
siswa ketahui.
b. Keterbukaan terhadap Pengalaman (openness to experience). Keterbukaan
terhadap pengalaman belajar bahasa Indonesia adalah siswa berpandangan
terbuka terhadap pengalaman dan ide baru yang belum diketahuinya.
18

Keterbukaan terhadap pengalaman yang dimiliki siswa, antara lain


diwujudkan dalam bentuk keinginan untuk mempelajari bahasa Indonesia
secara lebih lanjut.
c. Dorongan Mencari Sensasi (sensation seeking). Dorongan mencari sensasi
pada kegiatan belajar bahasa Indonesia adalah siswa terlibat pada pengalaman
belajar bahasa Indonesia yang lebih bervariasi. Siswa yang memilikin
sensation seeking yang tinggi, berani meluangkan waktu yang lebih untuk
terlibat pada kegiatan tersebut. Siswa juga berani mengambil resiko secara
fisik dan sosial untuk mengikuti pengalaman baru tersebut.
d. Kecenderungan Bosan (boredom propeness). Kecenderungan bosan dalam
belajar bahasa Indonesia adalah siswa tetap menampilkan kemampuan terbaik
meskipun sedang mengalami kebosanan. Siswa tetap memperhatikan materi
yang diajarkan, mengerjakan tugas dengan baik, dan memperhatikan
konsentrasinya dalam mengikuti kegiatan belajar bahasa Indonesia.
e. Keluasan Minat (breadth of interest). Keluasan minat dalam belajar bahasa
Indonesia adalah siswa mencari pengalaman yang bervariasi dan tidak hanya
mempelajari materi yang disukainya saja. Siswa yang memiliki keluasan
minat belajar akan mempelajari dengan sungguh-sungguh semua materi yang
berkaitan dengan bahasa Indonesia.

2.1.4. Kemampuan Membaca


2.1.4.1. Pengertian Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata dasar “mampu”. Dalam bahasa Inggris
kemampuan adalah ability. Menurut Semi (1988) menyatakan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan untuk menghasilkan atau melakukan sesuatu. Selanjutnya
Moeliono (2004) menyatakan bahwa kemampuan diartikan sebagai kesanggupan
atau kecakapan.
Tarigan (1979) mengemukakan bahwa kompetensi/ kemampuan diartikan
sebagai pengetahuan yang dipunyai pemakai bahasa tentang bahasanya, dan nilai-
nilai yang merupakan objek penting. Kemampuan ialah pengetahuan yang asli
19

yang dimulai individu secara tidak sadar, secara diam-diam, secara intrinsik,
implisit, intuisit, dan terbatas. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut,
kemampuan diartikan sebagai kesanggupan untuk menghasilkan atau melakukan
sesuatu berdasarkan apa yang dimiliki individu yang dimulai secara tidak sadar,
diam-diam, intrinsik, implisit, intuisit, dan terbatas.

2.1.4.2. Pengertian Membaca


Secara umum membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007),
adalah (a) Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan
atau hanya dalam hati), (b) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, (c)
mengucapkan, (d) mengetahui, (e) memperhitungkan; memahami.
Sementara itu, Soedarso (2005) membatasi bahwa membaca adalah
aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang
terpisah-pisah. Meliputi: orang harus menggunakan pengertian dan khayalan,
mengamati, dan mengingat-ingat. Dalam penegasan lain, Tarigan (1979)
mengungkapkan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan
oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Selanjutnya Aulina (2012)
mengatakan bahwa membaca mencakup aktivitas proses penerjemahan tanda dan
lambang-lambang ke dalam maknanya, pengenalan kata, pemahaman literal,
interpretasi dan pemahaman makna bacaan dan mengaitkan pengalaman pembaca
dengan teks yang dibaca.
Merujuk dari batasan-batasan tersebut, dapat dipahami bahwa membaca
adalah suatu aktivitas melihat serta memahmi isi dari apa yang tertulis untuk
memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
membaca adalah proses, cara, usaha meningkatkan kecepatan suatu aktivitas
melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis untuk memperoleh pesan yang
ingin disampaikan oleh penulis menuju kemajuan dari sebelumnya.

2.1.4.3. Cara Meningkatkan Kemampuan Membaca


20

Soedarso (2005) menguraikan cara meningkatkan kemampuan membaca


antara lain: (a) melihat dengan otak karena otak menyerap apa yang dilihat mata
serta persepsi dan interpretasi otak terhadap tulisan yang dilihat oleh mata dapat
mempengaruhi pemahaman terhadap bacaan, (b) menggerakkan mata terarah
(fixed) pada suatu sasaran (kata) dan melompat ke sasaran berikutnya, (c)
melebarkan jangkauan mata dan lompatan mata yaitu satu fiksasi meliputi dua
atau tiga kata, (d) membaca satu fiksasai untuk satu unit pengertian, dan (e)
meningkatkan konsentrasi karena dengan konsentrasi, pembaca menjadi cepat
mengerti dan memahami bacaan.
Selanjutnya Wainwwright (2007) beberapa cara untuk meningkatkan
kemampuan membaca antara lain: (a) menghilangkan regresi karena regresi dapat
memperlambat kecepatan membaca, (b) mengembangkan ritme, cara ini
dilakukan untuk menghindari regresi, (c) meningkatkan daya jangkauan
pandangan mata dapat dilakukan dengan melihat kata-kata sekaligus, mengenali
kumpulan kata, dan mengubah cara kerja otak dalam menerima informasi, (d)
latihan tachistoscopic atau sering disebut fashing, latihan ini menggunakan
perangkat antiregresi.
Fry (2008) mengatakan, cara meningkatkan kemampuan membaca: (a)
fokuskan perhatian dan konsentrasi Anda, (b) kurangi gangguan yang berasal dari
luar, (c) ciptakan lingkungan belajar yang teratur dan nyaman, (d) jangan sampai
terpaku pada satu kata atau kalimat, (e) cobalah memahami keseluruhan konsep,
jangan hanya berusaha memahami setiap detail, (f) jika Anda mendapati diri Anda
menggerakkan bibir saat membaca (membaca dengan bersuara), latihlah membaca
dengan menaruh pensil atau benda lainya (yang tidak beracun dan tidak
mengandung gula) di mulut Anda. Jika benda tersebut terjatuh ketika Anda
membaca, berusahalah lagi, (g) perbanyaklah kosakata Anda; (h) perbanyak
membaca dan lebih sering lagi, (i) hindari membaca ulang sebuah kata atau frasa.
Secara teoretis, kemampuan membaca dapat ditingkatkan menjadi dua
sampai tiga kali lipat dari kemampuan semula. Dengan mengetahui metode dan
teknik mengembangkan kemampuan membaca, diikuti latihan yang intensif,
menghilangkan kebiasaan buruk ketika membaca, mengurangi gangguan yang
21

berasal dari luar, dan membiasakan diri membaca dengan cepat maka dalam
beberapa minggu kemampuan membaca dapat meningkat.

2.1.4.4. Pengukuran Kemampuan Membaca


Membaca merupakan suatu keterampilan. Setiap orang mempunyai
kemampuan membaca yang berbeda-beda, namun kemampuan membaca itu dapat
ditingkatkan. Soedarso (2005) menyatakan bahwa kemampuan membaca dapat
diukur dengan rumus sebagai berikut ini.
jumlah kata yang dibaca
jumlah detik untuk membaca
x 60 = jumlah kpm (kata per menit)

Sebagai contoh, apabila seseorang membaca 1.600 kata dalam 3 menit dan
20 detik atau total 200 detik, maka kemampuan membacanya:
1600
 60  8  60 atau 480 kpm
200
Selanjutnya Nurhadi (1987) menguraikan cara yang lebih akurat untuk
menghitung kemampuan membaca antara lain: (1) tandailah dimana memulai
membaca; (2) bacalah teks tersebut dengan kecepatan yang memadai; (3) tandai
lokasi akhir membaca; (4) catat waktu mulai membaca (jam…, menit…,
detik….); (5) catat waktu akhir membaca (jam…, menit…, detik….); (6) hitung
berapa waktu yang diperlukan (dalam detik); (7) hitung jumlah kata dalam teks
yang di baca; (8) kalikan jumlah kata dengan bilangan 60 (1 menit = 60 detik); (9)
bagi hasil perkalian tersebut dengan jumlah kata per menit. Proses tersebut bila
digambarkan sebagai berikut.
I Saat akhir membaca = jam…, menit…, detik…
Saat mulai membaca = jam…, menit…, detik…
Waktu yang diperlukan = …detik
II Jumlah kata x 60 detik = jumlah total kata
III Jumlah total kata : waktu yang diperlukan = jumlah kata per menit.

Menurut Rosidi (http://guru-umarbakri.blogspot.com/2009/06/artikel-


ilmiah.html), rumus yang digunakan untuk menghitung kemampuan membaca
siswa adalah sebagai berikut ini.
22

Rumus :
(1) K x B = ……. kpm (kata permenit)
Wm Si
(2) K. (60) x B = ……. kpm (kata perdetik)
Wd Si
Keterangan:
K : jumlah kata yang dibaca
Wm : waktu tempuh baca dalam satuan menit
Wd : waktu tempuh dalam satuan detik
B : skor bobot perolehen tes yang dapat dibaca dengan benar
Si : skor ideal atau skor maksimal
Kpm : kata permenit

Dari beberapa pendapat di atas, peneliti berpatokan pada rumus yang


dikemukakan oleh Imron Rosidi (http://guru-umar bakri.blogspot.Com/2009/06
/artikel-ilmiah.html) yaitu:

Rumus :
(1) K x B = ……. kpm (kata permenit)
Wm Si

(2) K. (60) x B = ……. kpm (kata perdetik)


Wd Si

Keterangan:
K : jumlah kata yang dibaca
Wm : waktu tempuh baca dalam satuan menit
Wd : waktu tempuh dalam satuan detik
B : skor bobot perolehen tes yang dapat dibaca dengan benar
Si : skor ideal atau skor maksimal
Kpm : kata permenit
23

2.2. Penelitian yang Relevan


Penelitian mengenai teknik pembelajaran Tri Fokus Steve Snyder
dikemukakan oleh Karsono (2014) menyimpulkan bahwa teknik membaca yang
memadukan kemampuan gerak motorik (gerakan mata) atau kemampuan visual
dengan kemampuan kognitif dalam membaca namun tidak mengesampingkan
pemahaman terhadap isi bacaan. Siswa diajarkan menggunakan teknik Tri Fokus
Steve Snyder mengalami perubahan drastis. Nilai rata-rata siswa menunjukkan
dari pra siklus rata-rata hasil tes siswa memperoleh nilai 54.2 meningkat menjadi
62.3 pada siklus I, dan kembali mengalami peningkatan pada siklus II yaitu
dengan rata-rata perolehan nilai 79.
Selanjutnya penelitian Artawati (2014) mengenai teknik pembelajaran Tri
Fokus Steve Snyder dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan teknik Tri Fokus
Steve Snyder dalam pembelajaran membaca cepat dapat meningkatkan KEM
siswa. Dari hasil tes diketahui bahwa skor rata-rata KEM pratindakan sebesar
78,42 kpm termasuk kategori rendah. Pada siklus I, skor rata-rata KEM meningkat
sebesar 23,26 menjadi 101,68 kpm termasuk kategori sedang dan siklus II
meningkat sebesar 19,27 menjadi 120,95 kpm termasuk kategori tinggi.
Persentase rata-rata KEM pratindakan mencapai 56,01% termasuk kategori
rendah. Pada siklus I, persentase rata-rata KEM meningkat sebesar 14,52%
menjadi 70,53% termasuk kategori sedang. Pada siklus II, persentase rata-rata
KEM meningkat sebesar 15,86% menjadi 86,39% termasuk kategori tinggi.
Penerapan teknik Tri Fokus Steve Snyder juga mampu memberikan motivasi dan
kesenangan dalam proses pembelajaran membaca cepat. Siswa terlihat lebih aktif
dan lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.
Penelitian mengenai gaya belajar dikemukakan oleh Tanta (2010)
menyimpulkan bahwa gaya belajar secara signifikan berpengaruh terhadap hasil
belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi pada mata kuliah Biologi
Umum . Hal ini ditunjukkan dengan p-value t statistic sebesar 0,000 (< 0,05) dan
nilai t statistic untuk variable bebas gaya belajar sebesar 8,850 pada taraf nyata 5
%. Model persamaan regresinya adalah Y = 18,292 + 0,892X. Selanjutnya hasil
24

validasi uji statistik F menunjukkan nilai p-value sebesar 0,000 (< 0,05) dan
koefisien determinasi atau R-square sebesar 0,730. Ini berarti bahwa 73 % hasil
belajar mahasiswa ditentukan oleh gaya belajar mahasiswa.
Penelitian Jumardi (2014) menyimpulkan bahwa hasil pembelajaran siswa
dengan gaya belajar visual lebih tinggi dari gaya belajar auditori. Ada interaksi
antara pendekatan pembelajaran dengan gaya belajar. Hasil pembelajaran siswa
yang diberi pendekatan pembelajaran CTL dan memiliki gaya belajar visual yang
lebih tinggi dari hasil belajar sejarah siswa yang diberi pendekatan pembelajaran
konvensional dan memiliki gaya belajar visual.
Penelitian Aliffah (2013) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh gaya
belajar terhadap prestasi belajar siswa (baik kognitif maupun afektif) pada materi
pokok Hidrolisis Garam kelas XI SMA Negeri 4 Surakarta tahun pelajaran
2012/2013, yaitu siswa yang memiliki gaya belajar visual akan sama prestasinya
dengan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, dan keduanya mempunyai
prestasi belajar kognitif dan afektif yang lebih baik daripada siswa yang
mempunyai gaya belajar auditorial dengan dengan rata-rata prestasi kognitif
berturut-turut 86,68; 83,14; dan 70,45 serta afektif berturut-turut 120,86; 121,07;
dan 109,40.
Selanjutnya penelitian Halim (2012) menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar fisika siswa yang mempunyai kecenderungan gaya belajar
visual, auditorial, dan kinestetik. Rata-rata hasil belajar fisika siswa yang memiliki
kecenderungan gaya belajar auditorial lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar
fisika siswa yang mempunyai kecenderungan gaya belajar kinestetik dan visual,
serta terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap
hasil belajar fisika.
Penelitian mengenai minat belajar dikemukakan oleh Arisma (2012)
menyimpulkan bahwa peningkatan hasil kemampuan membaca melalui penerapan
program jam baca dapat dilihat dari nilai hasil jurnal membaca 25 siswa sesuai
kualifikasi. Siswa yang berkualifikasi sangat baik meningkat dari 12% (siklus 1)
menjadi 36% (siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi baik meningkat dari 20%
(siklus 1) menjadi 40% (siklus 2). Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa
25

terjadi peningkatan kemampuan membaca melalui penerapan program jam baca.


Peningkatan kualitas hasil minat membaca melalui penerapan program jam baca
dapat dilihat dari peningkatan frekuensi membaca dan variasi bahan bacaan.
Ditinjau dari frekuensi membacanya, siswa yang berkualifikasi sedang meningkat
dari 12% (siklus 1) menjadi 56% (siklus 2) dan siswa yang berkualifikasi tinggi
meningkat dari 0% (siklus 1) menjadi 16% (siklus 2). Jika ditinjau dari variasi
bahan bacaan, siswa yang memiliki 2 variasi bacaan meningkat dari 1 siswa
(siklus 1) menjadi 21 siswa (siklus 2) dan siswa yang memiliki 3 variasi bacaan
dari tidak ada siswa (siklus 1) menjadi 1 siswa (siklus 2).

2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian


2.3.1. Kerangka Konseptual
Hal-hal yang menjadi pokok dalam penelitian ini telah dijabarkan dalam
landasan teoretis. Materi permasalahan dalam penelitian ini terfokus pada
pengaruh penerapan teknik pembelajaran TFSS, gaya belajar, dan minat belajar
terhadap kemampuan membaca. Pada proses pembelajaran, keberhasilan siswa
dalam belajar terdapat pada sejauh mana pengajaran tersebut memberikan peluang
untuk berkarya dan memelihara keaktifan siswa dalam mengembangkan pelajaran
tersebut.
Kemampuan membaca adalah proses, cara, usaha meningkatkan membaca
bacaan untuk memahami isi-isi bacaan dengan cepat berdasarkan apa yang
dimiliki individu yang dimulai secara tidak sadar, diam-diam, intrinsik, implisit,
intuisit, dan terbatas.
Untuk itu dalam meningkatkan kemampuan membaca, pembelajaran
dengan teknik TFSS, gaya belajar, dan minat belajar merupakan salah satu
alternatif teknik pembelajaran yang efektif digunakan guru dalam proses
pembelajaran. Teknik TFSS adalah teknik pembelajaran yang mengajarkan
kepada para siswa untuk membagi titik konsentrasi pandangan mata terpusat pada
tiga fokus setiap barisnya, sebagian dipusatkan di kiri, sebagian di tengah, dan
sebagian lagi di kanan. Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana ia
menyerap, kemudian mengatur serta mengolah informasi. Berdasarkan
26

modalitasnya, gaya belajar dibagi tiga bagian yaitu gaya belajar auditorial,
kinestetik, dan visual. Dalam penelitian ini dipakai gaya belajar visual yaitu gaya
belajar yang mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat. Sedangkan
minat belajar adalah perhatian dan kesukaan terhadap sesuatu sehingga
menimbulkan keingintahuan, ketertarikan, serta keinginan untuk ikut serta dalam
belajar, dalam hal ini adalah belajar pelajaran bahasa Indonesia.
Dengan demikian, diharapkan dengan teknik TFSS, gaya belajar, dan
minat belajar ini akan tercipta proses pembelajaran yang lebih efektif membantu
peserta didik dalam mengembangkan kemampuan membacanya.

2.3.2. Hipotesis Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah penelitian, kerangka teoretis, dan kerangka
berpikir, maka hipotesis penelitian ini dapat diajukan sebagai berikut:
1. Ha : terdapat pengaruh teknik pembelajaran TFSS terhadap kemampuan
membaca siswa.
2. Ha : terdapat pengaruh gaya belajar siswa terhadap kemampuan membaca
siswa.
3. Ha : terdapat pengaruh minat belajar siswa terhadap kemampuan membaca
siswa.
4. Ha : terdapat pengaruh antara teknik pembelajaran TFSS, gaya belajar, dan
minat belajar secara bersama-sama terhadap kemampuan membaca
siswa.
27

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Talawi Kabupaten Batu
Bara Tahun Pelajaran 2015/2016 yang terletak di Desa Pahang Kecamatan
Talawi Kabupaten Batu Bara. Penentuan lokasi ini tentunya berdasarkan
pertimbangan antara lain di Sekolah tersebut cukup mewakili untuk
pengambilan data.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian


3.2.1. Populasi Penelitian
Menurut Arikunto (2006) menyatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian apabila seseorang ingin meneliti semua elemen
yang ada dalam wilayah penelitian yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Talawi Kabupaten Batu Bara
tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 224 orang. Populasi ditunjukkan
pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1. Perincian Keadaan Kelas X SMA Negeri 1 Talawi


Kabupaten Batu Bara Tahun Pembelajaran 2015/2016.
No. KELAS JUMLAH
1. X IPA-1 32 orang
2. X IPA-2 32 orang
3. X IPA-3 32 orang
4. X IPA-4 32 orang
5 X IPS-1 32 orang
6 X IPS-2 32 orang
7 X IPS-3 32 orang
JUMLAH 224 orang

28
28

3.2.2. Sampel Penelitian


Sugiyono (2013) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pernarikan sampel secara cluster
sampling yaitu teknik penarikan sampel dimana setiap anggota populasi diberikan
kesempatan yang sama untuk diikutsertakan atau dipilih ke dalam sampel. Unit
sampling mengambil 2 kelas yang ditentukan secara Cluster sampling berjumlah
64 orang yaitu kelas X IPA-2 sebagai kelas eksperimen dan X IPA-4 sebagai kelas
kontrol.

3.3. Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan quasi eksperiment (eksperimen semu) yang
bertujuan untuk membantu peneliti melihat hubungan kausal dari berbagai macam
situasi yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Paradigma penelitian menggunakan paradigma ganda dengan tiga variabel
indenpenden dan satu dependen. Variabel independen X1 teknik pembelajaran
TFSS, variabel independen X2 gaya belajar, variabel independen X3 minat belajar
dan variabel dependen Y kemampuan membaca. Paradigma penelitian sesuai
pada gambar 3.1. berikut ini:

Teknik Pembelajaran
TFSS
(X 1)

Gaya Belajar Kemampuan Membaca


(X 2) (Y)

Minat Belajar
(X 3)

Gambar 3.1. Paradigma Penelitian.


29

Desain penelitian ini berupa Two Group Pretest-Postes Design. Penelitian

ini melibatkan dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen yang diberi

perlakukan berbeda. Pada kelas eksperimen diberi perlakuan teknik pembelajaran

Tri Fokus Steve Snyder dan pada kelas kontrol diberi perlakuan teknik

pembelajaran Ekspositori. Desain penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.2 berikut

ini:

Tabel 3.2. Desain Penelitian


Kelas Pretest Treatment Postest
Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y1 X2 Y2

Keterangan :
Y1 = Pemberian Tes Awal (pretes)
Y2 = Pemberian Tes akhir (postes)
X1 = Teknik pembelajaran TFSS
X2 = Teknik pembelajaran Ekspositori

3.4. Definisi Operasional


Penelitian ini memiliki empat variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas X1 adalah
teknik pembelajaran TFSS, variabel bebas X2 adalah gaya belajar, dan variabel
bebas X3 adalah minat belajar sedangkan yang menjadi varibel terikat (Y)
adalah kemampuan membaca. Untuk menghindari kesalahpahaman maka
penelitian merumuskan defenisi operasional setiap variabel itu sebagai
berikut :
1) Teknik pembelajaran TFSS adalah teknik pembelajaran yang mengajarkan
peserta didik untuk membagi titik konsentrasi pandangan mata menjadi tiga
bagian yaitu satu bagian difokuskan di sebelah kiri, satu bagian difokuskan di
tengah, dan satu bagian lagi difokuskan di sebelah kanan.
2) Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, kemudian
mengatur serta mengolah informasi. Berdasarkan modalitasnya, gaya belajar
30

dibagi tiga bagian yaitu gaya belajar auditorial, kinestetik, dan visual. Dalam
penelitian ini dipakai gaya belajar visual yaitu gaya belajar yang mengakses
citra visual yang diciptakan maupun diingat.
3) Minat belajar adalah perhatian dan kesukaan terhadap sesuatu sehingga
menimbulkan keingintahuan, ketertarikan, serta keinginan untuk ikut serta
dalam belajar, dalam hal ini adalah belajar pelajaran bahasa Indonesia.
4) Kemampuan membaca adalah proses, cara, usaha meningkatkan kecepatan
suatu aktivitas melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis untuk
memperoleh pesan yang ingin disampaikan oleh penulis menuju kemajuan dari
sebelumnya.

3.5. Teknik Pengumpulan Data


3.5.1. Teknik Pengumpulan
Teknik pengambilan data dilakukan melalui tes. Teknik tes gaya belajar,
minat belajar dan kemampuan membaca digunakan untuk mendapatkan data
kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan teknik
pembelajaran TFSS. Tes gaya belajar, minat belajar dan tes kemampuan membaca
berbentuk tes objektif pilihan berganda.

3.5.2. Instrumen Penelitian


Arikunto (2006) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

3.5.2.1. Tes Kemampuan Membaca


Data untuk kemampuan membaca dijaring dengan menggunakan tes
objektif pilihan berganda dengan lima opsi dengan jumlah item 20. Untuk
memperjelas instrumen tersebut berikut ini dicantumkan kisi-kisi untuk tes
kemampuan membaca.

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes dan Butir Soal Kemampuan Membaca


31

No Indikator/Aspek yang diuji Nomor Soal Jumlah Soal


1. Kaidah teks eksposisi 1,8,12,20 4
2. Makna kata dalam teks eksposisi 5,9,11,21,22, 23 6
3. Makna istilah dalam teks eksposisi 15,16,17,19 4
4. Makna ungkapan dalam teks eksposisi 4,6,7,10,13,14 6
5. Menginterpretasi teks eksposisi 2,3,18,24,25 5
Penskoran untuk penilaian tes kemampuan membaca berdasarkan rubrik
skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Pemberian skor total
setiap butir soal tergantung banyaknya langkah penyelesaian, kesukaran
pertanyaan dan soal.. Skor yang diperoleh masing-masing siswa dari masing-
masing tes diubah ke dalam nilai maksimum 100. Butir soal dalam penelitian
sebanyak 20 soal.

3.5.2.2. Tes Gaya Belajar


Kuesioner gaya belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini sesuai
dengan kisi-kisi instrument seperti tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Gaya Belajar Siswa

No. Indikator Butir Angket Jlh


1 Harapan untuk berhasil dalam belajar 1, 9, 17, 23, 24 5
2 Usaha keras dalam belajar 5, 18, 19, 21, 29 5
3 Tanggung jawab dalam belajar 2, 8, 10, 16, 20 5
4 Solusi meraih hasil yang terbaik 11, 13, 15, 25, 26 5
5 Kekhawatiran akan kegagalan 3, 12, 22 3
Berusaha mencari cara baru dalam 4, 6, 7, 14, 27, 28,
6 7
pemecahan masalah 30
Total 30

Teknik pengukuran untuk angket jenis tertutup dilakukan untuk


pernyataan: 4 = selalu, 3 = sering, 2 = jarang, 1 = tidak pernah. Sehingga jumlah
skor tertinggi untuk 30 butir kuesioner sebanyak 30 x 4 = 120 dan skor terendah
30 x 1 = 30.
32

3.5.2.3. Tes Minat Belajar


Kuesioner minat belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini sesuai
dengan kisi-kisi instrument seperti tercantum dalam tabel berikut.
Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar Siswa

No. Indikator Butir Angket Jlh


1 Harapan untuk berhasil dalam belajar 1, 9, 23, 24 4
2 Usaha keras dalam belajar 5, 18, 19, 21, 29 5
3 Tanggung jawab dalam belajar 8, 10, 16, 20 4
2, 11, 13, 15, 25,
4 Solusi meraih hasil yang terbaik 6
26
5 Kekhawatiran akan kegagalan 3, 12, 17, 22 4
Berusaha mencari cara baru dalam 4, 6, 7, 14, 27, 28,
6 7
pemecahan masalah 30
Total 30

Teknik pengukuran untuk angket jenis tertutup dilakukan untuk


pernyataan: 4 = selalu, 3 = sering, 2 = jarang, 1 = tidak pernah. Sehingga jumlah
skor tertinggi untuk 30 butir kuesioner sebanyak 30 x 4 = 120 dan skor terendah
30 x 1 = 30.

3.5.3. Uji Coba Instrumen


3.5.3.1. Validitas Butir Soal
Sugiyono (2013) uji validitas instrument bertujuan untuk mengetahui
tingkat kesesuaian soal agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji
validitas menyangkut validitas konstruksi, validitas isi, dan validitas kriteria
dilakukan oleh para ahli (pembimbing). Uji lapangan yang merupakan validitas
empirik sebagai uji validitas butir. Selanjutnya, dikatakan bahwa untuk
menghitung koefisien validitas internal untuk skor butir pengusaan kosakata dan
kemampuan menyimak digunakan korelasi point biserial dengan rumus:

Keterangan:
33

rpbs = koefisien korelasi antara skor butir ke i dengan skor total.

= rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir ke i.

= rata-rata skor total semua responden.

St = standar deviasi skor total semua responden.


p = proporsi jawaban yang benar untuk butir ke i.
q = proporsi jawaban yang salah untuk butir ke i.

3.5.3.2. Indeks Tingkat Kesukaran Soal


Siburian (2013) mengatakan bahwa tes yang baik harus mengandung item-
item yang baik. Item-item yang baik di samping harus dapat mengungkapkan atau
menggambarkan aspek-aspek yang hendak diukur. Nurgiyantoro (2010)
mengatakan bahwa taraf kesulitan soal (item difficulty) adalah pernyataan tentang
seberapa mudah atau sulit butir soal bagi peserta didik yang dikenai pengukuran.
Indeks kesukaran dilambangkan dengan ITK, dimana rumus yang digunakan
untuk mencari besar ITK adalah sebagai berikut :

Keterangan :
ITK = Indeks Tingkat kesukaran yang dicari.
FKT = Jumlah jawaban benar kelompok tinggi.
FKR = Jumlah jawaban benar kelompok rendah.
N = Jumlah peserta tes kedua kelompok.

Adapun pengklasifikasian kategori Indeks tingkat kesukarannya dilihat


pada Tabel 5 berikut ini:
Tabel 3.6. Kategori Indeks Tingkat Kesukaran.
Nilai ITK Kategori
0,20 - 0,40 Sulit.
34

0,41- 0,60 Sedang.


0,61- 0,80 Mudah.

3.5.3.3. Indeks Daya Beda


Nurgiyantoro (2012) mengatakan bahwa daya beda butir soal (item
descrimination) merupakan suatu pernyataan tentang seberapa besar daya beda
sebuah butir soal dapat membedakan kemampuan antara peserta kelompok tinggi
dan kelompok rendah. Daya pembeda suatu soal dimaksudkan untuk dapat
membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Sebuah
soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik apabila siswa yang pandai dapat
menjawab soal dengan baik, dan siswa yang kurang pandai tidak dapat menjawab
soal dengan baik. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal
adalah:
FKT  FKR
IDB 
n

Keteranagan :

IDB = Indeks Daya Beda yang dicari.


FKT = Jumlah jawaban benar kelompok tinggi.
FKR = Jumlah jawaban benar kelompok rendah.
n = Jumlah peserta kelompok tinggi atau rendah.
Adapun pengklasifikasian kategori indeks daya beda ditunjukkan pada
Tabel 3.7. berikut ini:

Tabel 3.7. Pengklasifikasian Kategori Indeks Daya Beda.


Indeks Daya Beda
Klasifikasi Interpretasi
(D)
35

Butir item yang bersangkutan daya


0,00 - 0,20 Poor pembedanya lemah sekali (jelek), dianggap
tidak memiliki daya pembeda yang baik
Butir item yang bersangkutan telah memiliki
0,20 – 0,40 Satisfactory
daya pembeda yang cukup (sedang)
Butir item yang bersangkutan telah memiliki
0,40 – 0,70 Good
daya pembeda yang baik
Butir item yang bersangkutan telah memiliki
0,70 – 1,00 Excellent
daya pembeda yang baik sekali
Butir item yang bersangkutan daya
Bertanda negatif (-) -
pembedanya negative sekali (jelek sekali)

3.5.3.4. Indeks Pengecoh


Pada soal bentuk pilihan berganda ada alternatif jawaban (opsi) yang
merupakan pengecoh. Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara
merata oleh peserta didik yang menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang
kurang baik. Pengecohnya akan dipilih secara tidak merata. Indeks pengecoh
dihitung dengan rumus :
p
IP  x100%
( N  B) /(n  1)

Keteranagan :

IP = Indeks pengecoh yang dicari.


P = Jumlah peserta didik yang memilih pengecoh.
N = Jumlah peserta didik yang ikut tes.
B = Jumlah peserta didik yang menjawab benar padasetiap soal.
n = Jumlah alternatif jawaban (opsi).
1 = bilangan tetap

Adapun pengklasifikasian kategori indeks pengecoh ditunjukkan pada


Tabel 3.8. berikut ini.

Tabel 3.8. Pengklasifikasian Kategori Indeks Pengecoh.

Indeks Daya Beda (D) Interpretasi


36

> 200% Sangat Jelek


0%-25% atau 176%-200% Jelek
26%-50% atau 175%-151% Kurang Baik

51%-75% atau 150%-126% Baik

76%-125% Sangat baik

3.5.3.5. Reliabilitas
Arikunto (2006) menyatakan bahwa reliabilitas menunjukkan pada satu
pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpulan data. Nurgiyantoro (2012) mengatakan bahwa koefisien
reliabilitas konsistensi gabungan butir untuk skor butir dikotomi dapat dihitung
dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson yang dikenal dengan nama KR-20
dengan rumus:

Keterangan:
k = butir soal.

= Jumlah hasil perkalian antara skor p dan skor q

p = proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i.

Rumus

q = proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i.


Rumus (q = 1- p)
Vt = varians skor total responden.

Arikunto (2010) Untuk menentukan varians digunakan rumus :

V= .

Keterangan:
37

V = varian

= Jumlah kuadrat dari nilai setiap butir soal

= Jumlah nilai setiap butir soal dikuadratkan

N = Jumlah peserta tes

3.6. Prosedur Penelitian


Penelitian ini terdiri dari 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan
dan tahap analisis data. Tahap persiapan diawali dengan pendahuluan untuk
mendapatkan identifikasi masalah, rumusan masalah dan literatur yang
dibutuhkan. Sehingga dapat ditentukan perangkat penelitian digunakan.
Perangkat penelitian terdiri dari 1) Pendekatan pembelajaran, 2) Perangkat
pembelajaran seperti RPP, bahan ajar, 3) Instrumen penelitian. Selanjutnya
dilakukan pemilihan kelas sebagai subyek penelitian.
Adapun rincian prosedur pelaksanaan penelitian adalah: 1) Menentukan
kelas yang akan dijadikan subjek penelitian secara acak pada siswa Kelas X SMA
; 2) Tes kemampuan awal (pretest) tentang kemampuan membaca; 3) Perlakuan
diberikan kepada responden yang dijadikan subjek penelitian pada pembahasan
membaca, meliputi perlakuan penggunaan teknik pembelajaran TFSS dan
perlakuaan teknik pembelajaran Ekspositori. Lamanya waktu dalam satu kali
pertemuan adalah 2 x 45 menit; 4) Tes Akhir Pembelajaran (postest) diberikan
kepada responden dengan cara membagikan tes kemampuan membaca ke masing-
masing peserta didik dengan jumlah dan soal yang sama dengan soal pretest; (5)
Data penelitian diuji dengan menggunkan normalitas. linearitas dan homogenitas;
dan 6) Data dianalisis dengan teknik analisis Anava untuk melakukan uji hipotesis
dan membuat kesimpulan.
38

3.6.1. Prosedur Perlakuan Kelompok Eksperimen yang Memperoleh


Pembelajaran dengan Teknik Pembelajaran Ekspositori
Prosedur perlakuan kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran
dengan teknik pembelajaran TFSS yaitu sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran disiapkan oleh peneliti yang diperlukan untuk
kegiatan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.
2. Guru membuka pelajaran, menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar
dan tujuan pembelajaran kepada siswa. Siswa mendengarkan guru, dan
mencatat hal-hal yang dianggap perlu.
3. Bertanya jawab tentang topik bacaan yang disukai siswa
4. Siswa membaca teks eksposisisi dan mencermati uraian yang berkaitan
dengan struktur teks eksposisi (pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan
penegasan ulang).
5. Siswa secara kelompok mempertanyakan struktur teks eksposisi (pernyataan
pendapat atau tesis, argumen, dan penegasan ulang).
6. Siswa secara kelompok mempertanyakan ciri-ciri teks eksposisi berdasarkan
isi dan strukturnya.
7. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk menemukan strukturteks eksposisi
(pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan penegasan ulang).
8. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk menemukan ciri teks eksposisi
berdasarkan isi dan strukturnya.
9. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk menyimpulkan hasil temuan terkait
dengan struktur (pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan penegasan
ulang) dan ciri teks eksposisi dalam diskusi kelas dengan saling menghargai,
bekerja sama, dan bertanggung jawab.
10. Siswa secara kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok terkait
dengan struktur (pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan penegasan
ulang) dan ciri bahasa teks eksposisi .
11. Siswa lain menanggapi presentasi teman/ kelompok lain secara santun, kritis,
dan bertanggung jawab.
12. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran terkait dengan teks
39

eksposisi.
13. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.

3.6.2. Prosedur Perlakuan Kelompok Kontrol yang Memperoleh


Pembelajaran dengan Teknik Pembelajaran TFSS
Prosedur perlakuan kelompok eksperimen yang memperoleh pembelajaran
dengan teknik pembelajaran Ekspositori yaitu sebagai berikut.
1. Perangkat pembelajaran disiapkan oleh peneliti yang diperlukan untuk
kegiatan pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan.
2. Guru membuka pelajaran, menjelaskan standar kompetensi, kompetensi dasar
dan tujuan pembelajaran kepada siswa. Siswa mendengarkan guru, dan
mencatat hal-hal yang dianggap perlu.
3. Bertanya jawab tentang topik bacaan yang disukai siswa
4. Siswa membaca teks eksposisisi dengan teknik pembelajaran TFSS (melatih
peserta didik pengembangan periferal, melatih peserta didik melihat dengan
simbol tri fokus, melatih peserta didik membaca teks berpedoman simbol tri
fokus) serta gaya belajar dan minat belajar yang tinggi, lalu mencermati
uraian yang berkaitan dengan struktur teks eksposisi (pernyataan pendapat
atau tesis, argumen, dan penegasan ulang).
5. Siswa secara kelompok mempertanyakan struktur teks eksposisi (pernyataan
pendapat atau tesis, argumen, dan penegasan ulang).
6. Siswa secara kelompok mempertanyakan ciri-ciri teks eksposisi berdasarkan
isi dan strukturnya.
7. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk menemukan strukturteks eksposisi
(pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan penegasan ulang).
8. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk menemukan ciri teks eksposisi
berdasarkan isi dan strukturnya.
9. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk menyimpulkan hasil temuan terkait
dengan struktur (pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan penegasan
ulang) dan ciri teks eksposisi dalam diskusi kelas dengan saling menghargai,
bekerja sama, dan bertanggung jawab.
40

10. Siswa secara kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok terkait


dengan struktur (pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan penegasan
ulang) dan ciri bahasa teks eksposisi .
11. Siswa lain menanggapi presentasi teman/ kelompok lain secara santun, kritis,
dan bertanggung jawab.
12. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran terkait dengan teks
eksposisi.
13. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.

Secara garis besar prosedur penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.2..
Studi pendahuluan, identifikasi masalah,
Rumusan Masalah, study literatur, dan lain-lain

Pembuatan, Uji coba & analisa instrument,


Rancangan pembelajaran

Penentuan
Sampel
Penelitian
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre test Pre test

Teknik Pembelajaran Observasi Teknik Pembelajaran


TFSS Ekspositori

Postest

Data

Analisa
data

Hasil
Penelitian

Penulisan Laporan
(simpulan,implikasi dan saran)

Gambar 3.2. Bagan Alur Prosedur Penelitian


41

3.7. Teknik Analisis Data


3.7.1. Analisis Data Deskriptif
Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Sugiyono (2013) statistik
deskriftif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi. statistik deskriftif diperlukan untuk mencari mean, standar deviasi,
varian, modus, median, range, panjang kelas, distribusi frekuensi data, grafik
data, dan persentase. Hal ini akan dilakukan dengan cara mendistribusikan data
baik pretest-postest kelas tersebut kedalam program SPSS 20.0 pada kolom
descriptive. Dari proses tersebut maka akan menghasilkan tabel output berupa
diskriptif data, tabel frekuensi dan juga gambar chart tiap-tiap kelompok.

3.7.2. Analisis Data Inferensial


3.7.2.1. Uji Korelasi Product Moment
Analisis data inferensial digunakan untuk menguji hipotesis atau
menarik kesimpulan. Analisis data inferensial menggunakan teknik regresi
dan korelasi sederhana
Sugiyono (2013) Untuk menguji korelasi X1 dan Y, X2 dan Y, dan X3 dan
Y menggunakan angka kasar korelasi product moment dari person dengan rumus :

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang

dikorelasikan.
= Jumlah hasil perkalian antara skor Y dan skor X.

= Jumlah seluruh skor X.

= Jumlah seluruh skor Y.

N = Banyaknya peserta didik


42

Pengujian kriteria adalah Jika maka ditolak dan diterima.

Sebaliknya Jika ≤ maka diterima dan ditolak.

Sugiyono (2013) Interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi pada


tabel 3.9. berikut ini:

Tabel 3.9. Interpretasi Korelasi Product Momen.


Nilai koefisien
korelasi
Interprestasi
Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat lemah
0,00 - 0,20 sehingga korelasi tersebut dapat diabaikan (dianggap tidak ada
korelasi antara variabel X dan Y).
0,20 - 0,40 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang lemah.
0,40 - 0,60 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sedang.
0,60 - 0,80 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang kuat.
0,80 - 1,00 Antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat kuat.

Untuk mengetahui apakah harga tersebut signifikan atau tidak maka


perlu diuji signifaknsinya dengan rumus t berikut atau membandingkan
dengan tabel korelasi.
rxy N 2
t hitung 
1  rxy2
Keterangan :
N = jumlah data.
rxy = koefisien korelasi.
Pengujian kriteria adalah Jika maka ditolak dan

diterima. Sebaliknya Jika < maka diterima dan ditolak.

3.7.2.2. Uji Persyaratan analisis


Uji persyaratan analisis yang dilakukan adalah untuk mengetahui apakah
data penelitian sudah mempunyai sebaran normal, linearitas, dan homogen. Untuk
itu dilakukan uji normalitas dan homogen.
43

3.7.2.3. Uji Normalitas


Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi
berdistribusikan normal atau tidak. Sudjana (2005) mengatakan bahwa uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan uji lilliefors dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Data X1, X2, …. Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2, ...Zn dengan rumus :
x x
Zi = 1
s
Keterangan:
X = Rata-rata.
S = Simpangan baku.
2) Untuk tiap bilangan baku dihitung dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian dihitung peluang dengan rumus :
F (Zi) = P (Z ≤ Zi)
3) Menghitung proporsi Z1, Z2, …Zn yang lebih kecil atau sama dengan dari
Zi, jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi) = P(Z-Zi).
Banyak Z1 , Z 2 ,........Z n yang  Z i
Maka S(Zi) =
n
4) Menghitung selisih F(Zi) – S (Zi), kemudian menentukan harga mutlaknya
5) Selanjutnya dibandingkan dengan

atau ,dengan α = 0.05 dan k = banyak kelas pada tabel frekuensi. Pengujian

normalitas dilakukan dengan kriteria, Ha diterima  2 hitung ˃  2 tabel dan

ditolak Ho jika  2 hitung <  2 tabel yang menyatakan bahwa sampel berasal
dari populasi yang berdistribusi normal.

3.7.2.4. Uji Linieritas dan Keberartian


Sudjana (2005) mengatakan bahwa uji linieritas dilakukan untuk
mengetahui apakah populasi berdistribusikan linier atau tidak. Uji linieritas
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menghitung bobot regresi dengan rumus :
44

Maka bobot regresi

Koefisien arah regresi Y atas dengan rumus :

2) Menghitung JK galat dengan rumus :

3) Menghitung JK total dengan rumus :

4) Menghitung JK a dengan rumus :

5) Menghitung JK (b)(a) dengan rumus :

6) Menghitung JK (sisa) dengan rumus :

7) Menghitung tuna cocok dengan rumus :

Tabel 3.10. Daftar Analisis Varians (ANAVA) Regresi Linier


45

Sumber Variasi Dk JK KT F
Total N
Koefesien (a) 1
Regresi (b)(a) 1
n-2
Sisa
k-2
Tuna cocok

n-k
Galat
Pengujian linieritas dilakukan dengan kriteria, Ha diterima

dan ditolak Ho jika Fhitung ˃ Ftabel yang menyatakan bahwa

sampel berasal dari populasi yang berarti berdistribusi linier.

3.7.2.5. Uji Homogenitas


Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil
memiliki varian yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan
langkah sebagai berikut :
1) Mengitung varians gabungan dengan rumus :

2) Menghitung nilai B dengan rumus :

Dengan uji barlet

Pengujian homogenitas dilakukan dengan kriteria, Ha diterima jika

dan ditolak Ho jika yang menyatakan bahwa

sampel berasal dari populasi yang homogen.


46

3.7.2.6. Pengujian Hipotesis


Langkah-langkah perhitungan Analisis Regresi Ganda (Sudjana, 2005)
adalah sebagai berikut:
1) Pengujian Hipotesis X1 dan Y, serta X2 dan Y
(1) Membuat tabel belanja statistik dengan mencari JK dan JP
Jumlah Kuadrat (JK) :

Jumlah Produk (JP) :

(2) Mencari persamaan garis regresi

Persamaan garis regresi adalah :

(3) Menguji signifikansi R melalui analisis regresi Ganda


47

(4) Menguji Hipotesis dengan uji F :

Tabel 3.11. Rangkuman Data Analisis Regresi Ganda dengan Persamaan

Ftabe
Sumbe
l
r Dk Jk RJK F
P=
Variasi
0,05
Regresi M=1

Residu

Total - - -
Kriteria pengujiannya adalah Jika pada taraf signifikan α

dengan db yang sesuai, maka H0 ditolak, sedang jika Fhitung  Ftabel maka H0
diterima.
2) Pengujian hipotesis X1, X2 dan Y
(1) Membuat tabel belanja statistik dengan mencari JK dan JP
Jumlah Kuadrat (JK) :

Jumlah Produk (JP) :

(2) Mencari persamaan garis regresi

Persamaan garis regresi adalah :


48

Koefesien garis regresi dicari melalui persamaan simultan skor deviasi

Persamaan garis regresi adalah


dimana

(3) Koefesien korelasi Ganda

(4) Menguji signifikansi R melalui analisis regresi Ganda

(5) Menguji Hipotesis dengan uji F :

Tabel 3.12. Rangkuman Data Analisis Regresi Ganda dengan persamaan

Sumber Ftabel
Dk Jk RJK F
Variasi P= 0,05
M=2
Regresi

Residu

Total - - -
49

Kriteria pengujiannya adalah Jika pada taraf signifikan

dengan db yang sesuai, maka H0 ditolak, sedang jika Fhitung  Ftabel maka H0
diterima.
1) Mencari perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan Efektif
Sumbangan relatif (SR) dalam %

(1) Perhitungan Sumbangan Relatif (SR) :

(2) Perhitungan Sumbangan Efektif (SE) :

Tabel 3.13. Bobot Sumbangan Masing-masing Prediktor


Predikator
SR(%) SE(%)
(variabel Bebas)

Total
50

DAFTAR PUSTAKA

Aliffah, Nur dkk. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran TGT dan Gaya Belajar
terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Hidrolisis Garam
Kelas XI Semester 2 SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.
Jurnal: Pendidikan Kimia (JPK) Universitas Sebelas Maret Vol.2 No. 4.

Anwar, Khairil. 2012. Kemampuan Membaca Pemahaman dalam Pengembangan


Anak. Jurnal: Pendidikan Dasar Vol. 3 No. 5.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arisma, Olynda Ade. 2012. Peningkatan Minat dan Kemampuan Membaca


melalui Penerapan Program Jam Baca Sekolah di Kelas VII SMP Negeri
1 Puri. Skipsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas
Negeri Malang.

Artawati, Ni Komang dkk. 2014. Penerapan Teknik Tri Fokus Steve Snyder pada
Peningkatan Kecepatan Membaca (KEM) Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Siswa Kelas 4 SD Negeri 2 Rendang Tahun Pelajaran
2012/2013. Jurnal: PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Vol. 2 No. 1.

Astuti dkk. 2010. Hubungan antara Persepsi terhadap Pembelajarn Kontekstual


dengan Minat Belajar Matematika pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 18
Semarang. Jurnal: Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Aulina, Choirun Nisak. 2012. Pengaruh Permainan dan Penguasaan Kosakata


terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal:
Pedagogia Unibersitas Muhammadiyah Sidoarjo Vol. 1 No. 2.

DePorter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2008. Quantum Learning: Membiasakan


Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta:


Balai Pustaka.

Djaali, H. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ekomadyo, Ike Junita. 2009. 22 Prinsip Komunikasi Efektif untuk Meningkatkan


Minat Belajar Anak. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Fry, Ron. 2008. Belajar Lebih Cerdas, Bukan Lebih Keras. Jakarta: PT Bhuana
Ilmu Populer.

51
51

Halim, Abdul. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar


terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten
Langkat. Jurnal: Tabularasa PPs Unimed Vol.9 No.2.

Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Jumardi. 2014. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap


Hasil Belajar Sejarah Siswa. Jurnal: Pendidikan Sejarah Vol.3 No.1.

Karsono dkk. 2014. Upaya Meningkatkan Keterampilan Menyimpulkan Isi


Bacaan dengan Membaca Cepat 250 Kata Per Menit (KPM)
Menggunakan Metode Tri Fokus Steve Snyder pada Siswa Kelas VIII SMP
YPAC Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal: Teknologi
Pendidikan dan Pembelajaran Vol.2, No.1.

Kusmana, Suherli. 2009. Minat Baca Siswa Rendah. (http://suherlicentre.


blogspot.com/2009/01/minat-baca-siswarendah.html), diakses 22 Juni
2015.

Makmun, Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan: Perangkat Sistem


Pengajaran Modul. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.Tampubolon, DP.
1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien.
Bandung: Angkasa

Moeliono, Anton M. dkk. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka

Nurgiantoro, Burhan. 2012. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.


Yogyakarta : BPFE.

Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: CV. Sinar Baru.

Priyatna, Andri. 2013. Pahami Gaya Belajar Anak: Memaksimalkan Potensi Anak
dengan Modifikasi Gaya Belajar. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.

Rosidi, Imron. 2009. Berlatih Membaca Cepat. (http://guru-uamarbakri


blogspot.com/2009/05/membaca-cepat.html/ diakses 22 Juni 2015).

Sarwono, Muhammad. 2003. Peningkatan Kecepatan Efektif Membaca (KEM)


dengan Teknik Tri Fokus Steve Snyder. (http://pakguruonline.
pendidikan.net/ diakses 22 Juni 2015).

Semi, M. Atar. 1988. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya.

Siburian,Tiur Asi, 2013. Evaluasi Belajar. Jakarta : Halaman Moeka.


52

Soedarso. 2005. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

Sudjana.2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan (R&D). Bandung : Alfabeta

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana.

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Tampubolon, DP. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan


Efisien. Bandung: Angkasa

Tanta. 2010. Pengaruh Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Mahasiswa pada
Mata Kuliah Biologi Umum Program Studi Pendidikan Biologi
Universitas Cenderawasih. Jurnal: Kependidikan Dasar Universitas
Cenderawasih Vol.1 No.1.

Tarigan, Hendry Guntur. 1979. Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan


Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:


Bumi Aksara.

Wainwright, Gordon. 2007. Speed Reading Better Recalling: Memanfaatkan


Teknik-teknik Teruji Untuk Membaca Lebih Cepat dan Mengingat Secara
Maksimal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wastuni. 2009. Peningkatan Kemampuan MembacaCepat dan Memahami


Bacaan dengan Teknik Tri Fokus Steve Snyder. (http://biologistaicrb.
web.id/blog/peningkatan-kemampuan-membaca-cepat-dan-memahami-
bacaan-dengan-teknik-tri-fokus-Steve-Snyder/ diakses 22 Juni 2015).
53

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(Pretest)

Nama Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1Talawi


Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : X/1
Materi : Memahami Struktur dan Kaidah Teks
Eksposisi
Jumlah pertemuan : 2 Pertemuan

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar
No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1 1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan
bangsa.
2 2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat teks eksposisi mengenai
permasalahan sosial, ingkungan, dan kebijakan.
3 3.1 Memahami struktur dan kaidah 3.1.1 Memahami isi teks eksposisi.
teks teks eksposisi baik melalui 3.1.2 Memahami struktur teks eksposisi.
lisan maupun tulisan. 3.1.3 Memahami kaidah teks eksposisi
4 4.1 Menginterpretasi teks eksposisi
baik secara lisan maupun tulisan.

4.1.1 Menginterpretasi makna kata

54
54

dalam teks eksposisi.


4.1.2 Menginterpretasi makna
istilah dalam teks eksposisi.
4.1.3 Menginterpretasi makna
ungkapan dalam teks
eksposisi.
4.1.4 Menginterpretasi makna teks
eksposisi

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca beberapa contoh teks eksposisi, mendiskusikannya, dan
berlatih siswa dapat :
a. Menjelaskankan kaidah teks eksposisi.
b. Menentukan isi teks eksposisi
c. Menentukan makna kata dalam teks eksposisi.
d. Menentukan makna istilah dalam teks eksposisi.
e. Menentukan makna ungkapan dalam teks eksposisi.
f. Menginterpretasi makna teks eksposisi.

D. Materi Pembelajaran
a. Fakta : Pengenalan teks eksposisi dan pemahaman isinya.
b. Konsep : Pemahaman struktur teks eksposisi
c. Prinsip : Pemahaman kaidah teks eksposisi.
d. Prosedur : Interpretasi makna kata dalam teks eksposisi
Interpretasi makna istilah dalam teks prosedur kompleks.
Interpretasi makna ungkapan dalam teks eksposisi.
Interpretasi makna teks eksposisi.
E. Alokasi Waktu
4x45 menit

F. Metode Pembelajaran
 Pendekatan : Saintifik, Discovery
 Metode : Diskusi dan penugasan
Sumber Belajar:
 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Siswa Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik kelas X. Jakarta: Politeknik Negeri Media
Kreatif.
 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Guru Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik kelas X. Jakarta: Politeknik Negeri Media
Kreatif.
 Media Elektronik (internet).

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Tahapan Kegiatan Waktu
55

Pendahuluan 10’
1. Salah satu siswa memimpin berdoa sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-
masing
2. Siswa menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan Inti 70’
Mengamati
3. Siswa membaca contoh teks eksposisi.
4. Siswa secara kelompok mencermati uraian
yang berkaitan dengan struktur teks eksposisi
(pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan
penegasan ulang).
Mempertanyakan
5. Siswa secara kelompok mempertanyakan
struktur teks eksposisi (pernyataan pendapat
atau tesis, argumen, dan penegasan ulang).
6. Siswa secara kelompok mempertanyakan ciri-
ciri teks eksposisi berdasarkan isi dan
strukturnya.
Mengeksplorasi
7. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk
menemukan strukturteks eksposisi
(pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan
penegasan ulang)
8. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk
menemukan ciri teks eksposisi berdasarkan isi
dan strukturnya.
Mengasosiasikan
9. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk
menyimpulkan hasil temuan terkait dengan
struktur (pernyataan pendapat atau tesis,
argumen, dan penegasan ulang) dan ciri teks
eksposisi dalam diskusi kelas dengan saling
menghargai, bekerja sama, dan bertanggung
jawab.
Mengomunikasikan
10. Siswa secara kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompok terkait dengan struktur
(pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan
penegasan ulang) dan ciri bahasa teks
eksposisi
56

11. Siswa lain menanggapi presentasi teman/


kelompok lain secara santun, kritis, dan
bertanggung jawab.
Penutup
12. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran terkait dengan teks eksposisi.
13. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilakukan.
Pertemuan Kedua
Tahapan Kegiatan Waktu
Pendahuluan 10’
1. Salah satu siswa memimpin berdoa sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-
masing
2. Siswa menerima informasi kompetensi,
materi, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3. Siswa menerima pengarahan bahwa melalui
tema pembelajaran ini agar dapat
mengembangkan sikap santun, jujur,
kerjasama, tanggung jawab, dan cinta damai.
Kegiatan Inti 70’
Mengamati
4. Siswa secara berkelompok mencermati
kaidah teks eksposisi
5. Siswa secara kelompok mencermati ciri-ciri
teks eksposisi berdasarkan isi dan
strukturnya.
Mempertanyakan
6. Siswa secara kelompok membuat
pertanyaan yang berhubungan dengan isi
teks eksposisi.
Mengeksplorasi
7. Siswa secara berkelompok mendiskusikan
isi teks eksposisi
8. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk
menjelaskan makna kata, istilah, ungkapan
dalam teks eksposisi.
Mengasosiasikan
9. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk
menyimpulkan hasil temuan terkait makna
kata, istilah, dan ungkapan dalam teks
eksposisi, dalam diskusi kelas dengan
saling menghargai, bekerja sama, dan
bertanggung jawab.
57

Mengomunikasikan
10. Siswasecara kelompok
mempresentasikanhasil diskusi kelompok
terkait dengan makna kata, istilah, ungkapan
dalam teks eksposisi dengan rasa percaya
diri.
11. Siswa lain menanggapi presentasi teman/
kelompok lain secara santun, kritis, dan
bertanggung jawab.
Penutup
12. Siswa menjawab pertanyaan tentang teks
eksposisi yang diberikan oleh guru.
13. Siswa mengerjakan tugas-tugas tambahan
terkait dengan teks eksposisi yang
diberikan oleh guru. (Pekerjaan Rumah)
14. Siswa menyimak informasi mengenai
rencana tindak lanjut pembelajaran.

H. Penilaian

1. Penilaian Proses
Lembar Pengamatan Sikap
Perilaku yang diamayi pada proses pembelajaran
No. Nama Tanggun Menghargai
Kerjasama Santun Disiplin
g jawab orang lain
1
2
3
4
5
6
7

Pedoman penilaian

Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s/d 5


Penafsiran angka : 1. sangat kurang, 2. kurang, 3. cukup, 4. baik, 5. amat baik

Nilai Akhir Siswa

2. Penilaian Hasil
Indikator Teknik Bentuk Instrumen
Penilaian Penilaian
58

Struktur teks Tertulis Laporan 1. Bacalah teks eksposisi yang berjudul


eksposisi (tulis) “ Cara Mengurus SIM” dalam Buku
Paket Bahasa Indonesia kelas X,
kemudian tentukan struktur teks
tersebut!
2. Tulis ulanglah teks eksposisi“Cara
Mengurus SIM” tersebut dalam
bentuk uraian monolog dengan
mengubah semua kalimat tidak
langsung pada dialog menjadi
kalimat langsung!
3. Bandingkan teks yang kalian buat
dengan milik teman kalian . Setelah
itu, perbaikilah pekerjaan kalian agar
menjadi sempurna dalam hal struktur
dan ragam bahasa yang diisyaratkan.
Struktur teks Unjuk Keterampil 4. Presentasikan di depan kelas, hasil
eksposisi (lisan) kerja an diskusi kelompok terkait ciri dan
berbicara struktur teks eksposisi!
5. Komentarilah hasil penampilan
temanmu secara santun, kritis, dan
bertanggung jawab!
Menginterpretasi Tertulis Menulis 6. Jelaskan makna kata, istilah, dan
makna teks ungkapan bercetak miring dalam
(tulis) teks eksposisi yang berjudul “Cara
Mengurus SIM” di Buku Paket
Bahasa Indonesia kelas X!
7. Bandingkan penjelasan yang kalian
buat dengan milik teman kalian .
Setelah itu, perbaikilah pekerjaan
kalian agar menjadi sempurna
dalam hal interpretasi makna kata,
istilah, dan ungkapan dalam teks
eksposisi!
Menginterpretasi Unjuk Keterampil 8. Presentasikan di depan kelas, hasil
makna teks kerja an diskusi kelompok terkait dengan
(lisan) berbicara makna kata, istilah, dan ungkapan
dalam teks eksposisi teks eksposisi!
9. Komentarilah hasil penampilan
temanmu secara santun, kritis, dan
bertanggung jawab!

3. Pedoman Penilaian
Nama :
Kelas :
Judul : “Cara Mengurus SIM”
59

Skor Kriteria Komentar


Isi 27-30 Sangat baik-sempurna:menguasai topik tulisan;
substantif; pernyataan pendapat (tesis),argumentasi
1, 2, dst, penegasan ulang relevan dengan topik
yang dibahas
22-26 Cukup-baik:cukup menguasai permasalahan; cukup
memadai;pengembangan tesis terbatas;relevan
dengan topik, tetapi kurang terperinci

17-21 Sedang-cukup: penguasaan permasalahan terbatas;


substansi kurang; pengembangan topik tidak
memadai
13- 16 Sangat kurang-kurang:tidak menguasai
permasalahan; tidak ada substansi; tidak relevan;
tidak layak dinilai
Struktur Teks

27-30 Sangat baik-sempurna: ekspresi lancar; gagasan


terungkap padat, dengan jelas; tertata dengan baik;
uritan logis pernyataan pendapat (tesis),argumentasi
1, 2, dst, penegasan ulang kohesif
22-26 Cukup-baik:kurang lancar; kurang terorganisasi,
tetapi ide utama ternyatakan; pendukung terbatas;
logis; tetapi tidak lengkap
17-21 Sedang-cukup:tidak lancar; gagasan kacau atau
ytidak terkait; urutan dan pengembangan kurang
logis
13- 16 Sangat kurang-kurang: tidak komunikatif; tidak
terorganisasi; tidak layak dinilai
KosaKata

18-20 Sangat baik-sempurna: penguasaan kata


canggih;pilihan kata dan ungkapan efektif;
menguasai pembentukan kata; penggunaan register
tepat
14-17 Cukup-baik: penguasaan kata memadai;pilihan,
bentuk,dan penggunaan kata /ungkapan kadang-
kadang salah; tetapi tidak mengganggu
10-13 Sedang-cukup: penguasaannkata terbatas sering
terjadi kesalahan bentuk pilihan dan penggunaan
kosa kata/ungkapan makna membingungkan atau
tidaj jelas
7-9 Sangat kurang-kurang:pengetahuan tentang
kosakata/ungkapan dan pembentukan kata rendah;
tidak layak dinilai
18-20 Sangat baik-sempurna:menguasai aturan penulisan;
terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf
60

Mekanik
14-17 Cukup-baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan,
tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan
paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna
10-13 Sedang-cukup:sering terjadi kesalahan ejaan, tanda
baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan
paragraf; tulisan tangan tidak jelas; makna
membingungkan atau kabur
7-9 Sangat kurang-kurang:tidak menguasai aturan
penulisan; terdapat banyak kesalahan ejaan; tanda
baca; penggunaan huruf kapital, dan penataan
paragraf; tulisan tidak terbaca; tidak layak dinilai

Nilai Akhir Siswa

Presentasi Kelompok

Skor Kriteria Komentar


Argumen

27-30 Sangat baik-sempurna:menguasai topik tulisan;


substantif; pernyataan pendapat (tesis),argumentasi
1, 2, dst, penegasan ulang pendapat yang relevan
dengan topik yang dibahas.
22-26 Cukup-baik: cukup menguasai permasalahan; cukup
memadai;pengembangan tesis terbatas;relevan
dengan topik, tetapi kurang terperinci.

17-21 Sedang-cukup: penguasaan permasalahan terbatas;


substansi kurang; pengembangan topik tidak
memadai.
13-16 Sangat kurang-kurang: tidak menguasai
permasalahan; tidak ada substansi; tidak relevan;
tidak layak dinilai.
Penampilan

27-30 Sangat baik-sempurna: ekspresi lancar; gagasan


terungkap padat, dengan jelas; tertata dengan baik;
uritan logis(abstraksi^orientasi^krisis ^reaksi^koda)
kohesif.
22-26 Cukup-baik: cukup lancar; kurang terorganisasi,
tetapi ide utama ternyatakan; pendukung terbatas;
logis; tetapi tidak lengkap
17-21 Sedang-cukup: tidak lancar; gagasan kacau atau
tidak terkait; urutan dan pengembangan kurang
logis
13-16 Sangat kurang-kurang: tidak komunikatif; tidak
terorganisasi; tidak layak dinilai
61

Bahasa 18-20 Sangat baik-sempurna: penguasaan kata


canggih;pilihan kata dan ungkapan efektif;
menguasai pembentukan kata; penggunaan diksi
tepat.
14-17 Cukup-baik: penguasaan kata memadai;pilihan,
bentuk,dan penggunaan kata /ungkapan kadang-
kadang salah tetapi tidak mengganggu, cukup
cermat dalam memilih diksi dan kosa kata.
10-13 Sedang-cukup: penguasaan kata terbatas sering
terjadi kesalahan bentuk pilihan dan penggunaan
kosa kata/ungkapan makna membingungkan atau
tidak jelas, kurang cermat memilih diksi dan kosa
kata.
7-9 Sangat kurang-kurang: pengetahuan tentang
kosakata/ungkapan dan pembentukan kata rendah;
tidak cermat memilih diksi dan kosa kata.
Isi

18-20 Sangat baik-sempurna: sangat menguasai materi


penulisan; sudah menunjukkan kemampuan berpikir
logis yang baik, sudah mencantumkan pendapat
narasumber secara benar, terhindar cari unsur
plagiat.
14-17 Cukup-baik: cukup menguasai materi penulisan;
sudah menunjukkan kemampuan berpikir logis,
sudah mencantumkan pendapat narasumber,
terhindar cari unsur plagiat.
10-13 Sedang-cukup: kurang menguasai materi penulisan;
terdapat kesalahan berpikir, sumber bacaan kurang
lengkap, logika kadang-kadang kurang dapat
dipertanggungjawabkan.
7-9 Sangat kurang-kurang: tidak menguasai materi
penulisan; terdapat banyak kesalahan berpikir, tidak
mencantumkan sumber bacaan, logika
membingungkan.

Nilai Akhir Siswa

Diketahui oleh, Batu Bara, Juli 2015


Kepala SMA Negeri 1 Talawi Pendidik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
62

Basaruddin, M.Si. Rizka Maya Sari, S. Pd.


63

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(Postest)

Nama Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1Talawi


Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : X/1
Materi : Memahami Struktur dan Kaidah Teks
Eksposisi
Jumlah pertemuan : 2 Pertemuan

A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan
B. Kompetensi Dasar
No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1 1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan
bangsa.
2 2.2 Menunjukkan sikap tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk membuat teks eksposisi mengenai
permasalahan sosial, ingkungan, dan kebijakan.
3 3.2 Memahami struktur dan kaidah 3.2.1 Memahami isi teks eksposisi.
teks teks eksposisi baik melalui 3.2.2 Memahami struktur teks eksposisi.
lisan maupun tulisan. 3.2.3 Memahami kaidah teks eksposisi
4 4.2 Menginterpretasi teks eksposisi
baik secara lisan maupun tulisan.

4.2.1 Menginterpretasi makna kata


dalam teks eksposisi.
4.2.2 Menginterpretasi makna
istilah dalam teks eksposisi.

63
64

4.2.3 Menginterpretasi makna


ungkapan dalam teks
eksposisi.
4.2.4 Menginterpretasi makna teks
eksposisi
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca beberapa contoh teks eksposisi, mendiskusikannya, dan
berlatih siswa dapat :
a. Menjelaskankan kaidah teks eksposisi.
b. Menentukan isi teks eksposisi
c. Menentukan makna kata dalam teks eksposisi.
d. Menentukan makna istilah dalam teks eksposisi.
e. Menentukan makna ungkapan dalam teks eksposisi.
f. Menginterpretasi makna teks eksposisi.

D. Materi Pembelajaran
a. Fakta : Pengenalan teks eksposisi dan pemahaman isinya.
b. Konsep : Pemahaman struktur teks eksposisi
c. Prinsip : Pemahaman kaidah teks eksposisi.
d. Prosedur : Interpretasi makna kata dalam teks eksposisi
Interpretasi makna istilah dalam teks prosedur kompleks.
Interpretasi makna ungkapan dalam teks eksposisi.
Interpretasi makna teks eksposisi.

E. Alokasi Waktu
4x45 menit

F. Metode Pembelajaran
 Pendekatan : Saintifik, Discovery
 Metode : Diskusi dan penugasan
Sumber Belajar:
 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Siswa Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik kelas X. Jakarta: Politeknik Negeri Media
Kreatif.
 Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Guru Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik kelas X. Jakarta: Politeknik Negeri Media
Kreatif.
 Media Elektronik (internet).

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Tahapan Kegiatan Waktu
Pendahuluan 10’
1. Salah satu siswa memimpin berdoa sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-
masing
65

2. Siswa menerima informasi tentang


keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan Inti 70’
Mengamati
3. Siswa membaca contoh teks eksposisi
dengan teknik pembelajaran TFSS (melatih
peserta didik pengembangan periferal, melatih
peserta didik melihat dengan simbol tri fokus,
melatih peserta didik membaca teks
berpedoman simbol tri fokus), serta gaya
belajar dan minat belajar yang tinggi.
4. Siswa secara kelompok mencermati uraian
yang berkaitan dengan struktur teks eksposisi
(pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan
penegasan ulang).
Mempertanyakan
5. Siswa secara kelompok mempertanyakan
struktur teks eksposisi (pernyataan pendapat
atau tesis, argumen, dan penegasan ulang).
6. Siswa secara kelompok mempertanyakan ciri-
ciri teks eksposisi berdasarkan isi dan
strukturnya.
Mengeksplorasi
7. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk
menemukan strukturteks eksposisi
(pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan
penegasan ulang)
8. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk
menemukan ciri teks eksposisi berdasarkan isi
dan strukturnya.
Mengasosiasikan
9. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk
menyimpulkan hasil temuan terkait dengan
struktur (pernyataan pendapat atau tesis,
argumen, dan penegasan ulang) dan ciri teks
eksposisi dalam diskusi kelas dengan saling
menghargai, bekerja sama, dan bertanggung
jawab.
Mengomunikasikan
10. Siswa secara kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompok terkait dengan struktur
(pernyataan pendapat atau tesis, argumen, dan
penegasan ulang) dan ciri bahasa teks
eksposisi
66

11. Siswa lain menanggapi presentasi teman/


kelompok lain secara santun, kritis, dan
bertanggung jawab.
Penutup
12. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil
pembelajaran terkait dengan teks eksposisi.
13. Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan
yang sudah dilakukan.
Pertemuan Kedua
Tahapan Kegiatan Waktu
Pendahuluan 10’
1. Salah satu siswa memimpin berdoa sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-
masing
2. Siswa menerima informasi kompetensi,
materi, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3. Siswa menerima pengarahan bahwa melalui
tema pembelajaran ini agar dapat
mengembangkan sikap santun, jujur,
kerjasama, tanggung jawab, dan cinta damai.
Kegiatan Inti 70’
Mengamati
4. Siswa secara berkelompok mencermati
kaidah teks eksposisi dengan teknik
pembelajaran TFSS, serta gaya belajar dan
minat belajar yang baik.
5. Siswa secara kelompok mencermati ciri-ciri
teks eksposisi berdasarkan isi dan
strukturnya.
Mempertanyakan
6. Siswa secara kelompok membuat
pertanyaan yang berhubungan dengan isi
teks eksposisi.
Mengeksplorasi
7. Siswa secara berkelompok mendiskusikan
isi teks eksposisi
8. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk
menjelaskan makna kata, istilah, ungkapan
dalam teks eksposisi.
Mengasosiasikan
67

9. Siswa secara kelompok berdiskusi untuk


menyimpulkan hasil temuan terkait makna
kata, istilah, dan ungkapan dalam teks
eksposisi, dalam diskusi kelas dengan
saling menghargai, bekerja sama, dan
bertanggung jawab.
Mengomunikasikan
10. Siswasecara kelompok
mempresentasikanhasil diskusi kelompok
terkait dengan makna kata, istilah, ungkapan
dalam teks eksposisi dengan rasa percaya
diri.
11. Siswa lain menanggapi presentasi teman/
kelompok lain secara santun, kritis, dan
bertanggung jawab.
Penutup
12. Siswa menjawab pertanyaan tentang teks
eksposisi yang diberikan oleh guru.
13. Siswa mengerjakan tugas-tugas tambahan
terkait dengan teks eksposisi yang
diberikan oleh guru. (Pekerjaan Rumah)
14. Siswa menyimak informasi mengenai
rencana tindak lanjut pembelajaran.

H. Penilaian
1. Penilaian Proses
Lembar Pengamatan Sikap
Perilaku yang diamayi pada proses pembelajaran
No. Nama Tanggun Menghargai
Kerjasama Santun Disiplin
g jawab orang lain
1
2
3
4
5
6
7

Pedoman penilaian

Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s/d 5


Penafsiran angka : 1. sangat kurang, 2. kurang, 3. cukup, 4. baik, 5. amat baik
68

Nilai Akhir Siswa

2. Penilaian Hasil
Indikator Teknik Bentuk Instrumen
Penilaian Penilaian
Struktur teks Tertulis Laporan 1. Bacalah teks eksposisi yang berjudul “
eksposisi (tulis) Cara Mengurus SIM” dalam Buku Paket
Bahasa Indonesia kelas X, kemudian
tentukan struktur teks tersebut!
2. Tulis ulanglah teks eksposisi“Cara
Mengurus SIM” tersebut dalam bentuk
uraian monolog dengan mengubah
semua kalimat tidak langsung pada
dialog menjadi kalimat langsung!
3. Bandingkan teks yang kalian buat
dengan milik teman kalian . Setelah itu,
perbaikilah pekerjaan kalian agar
menjadi sempurna dalam hal struktur
dan ragam bahasa yang diisyaratkan.
Struktur teks Unjuk kerja Keterampila 4. Presentasikan di depan kelas, hasil
eksposisi (lisan) n berbicara diskusi kelompok terkait ciri dan
struktur teks eksposisi!
5. Komentarilah hasil penampilan
temanmu secara santun, kritis, dan
bertanggung jawab!
Menginterpretasi Tertulis Menulis 6. Jelaskan makna kata, istilah, dan
makna teks (tulis) ungkapan bercetak miring dalam teks
eksposisi yang berjudul “Cara Mengurus
SIM” di Buku Paket Bahasa Indonesia
kelas X!
7. Bandingkan penjelasan yang kalian buat
dengan milik teman kalian . Setelah itu,
perbaikilah pekerjaan kalian agar
menjadi sempurna dalam hal interpretasi
makna kata, istilah, dan ungkapan dalam
teks eksposisi!
Menginterpretasi Unjuk kerja Keterampila 8. Presentasikan di depan kelas, hasil
makna teks (lisan) n berbicara diskusi kelompok terkait dengan makna
kata, istilah, dan ungkapan dalam teks
eksposisi teks eksposisi!
9. Komentarilah hasil penampilan
temanmu secara santun, kritis, dan
bertanggung jawab!

3. Pedoman Penilaian
Nama :
Kelas :
Judul : “Cara Mengurus SIM”
69

Skor Kriteria Komentar


Isi 27-30 Sangat baik-sempurna:menguasai topik tulisan;
substantif; pernyataan pendapat (tesis),argumentasi 1, 2,
dst, penegasan ulang relevan dengan topik yang dibahas

22-26 Cukup-baik:cukup menguasai permasalahan; cukup


memadai;pengembangan tesis terbatas;relevan dengan
topik, tetapi kurang terperinci

17-21 Sedang-cukup: penguasaan permasalahan terbatas;


substansi kurang; pengembangan topik tidak memadai
13- 16 Sangat kurang-kurang:tidak menguasai permasalahan;
tidak ada substansi; tidak relevan; tidak layak dinilai
Struktur Teks

27-30 Sangat baik-sempurna: ekspresi lancar; gagasan


terungkap padat, dengan jelas; tertata dengan baik; uritan
logis pernyataan pendapat (tesis),argumentasi 1, 2, dst,
penegasan ulang kohesif
22-26 Cukup-baik:kurang lancar; kurang terorganisasi, tetapi
ide utama ternyatakan; pendukung terbatas; logis; tetapi
tidak lengkap
17-21 Sedang-cukup:tidak lancar; gagasan kacau atau ytidak
terkait; urutan dan pengembangan kurang logis
13- 16 Sangat kurang-kurang: tidak komunikatif; tidak
terorganisasi; tidak layak dinilai
KosaKata

18-20 Sangat baik-sempurna: penguasaan kata canggih;pilihan


kata dan ungkapan efektif; menguasai pembentukan
kata; penggunaan register tepat
14-17 Cukup-baik: penguasaan kata memadai;pilihan,
bentuk,dan penggunaan kata /ungkapan kadang-kadang
salah; tetapi tidak mengganggu
10-13 Sedang-cukup: penguasaannkata terbatas sering terjadi
kesalahan bentuk pilihan dan penggunaan kosa
kata/ungkapan makna membingungkan atau tidaj jelas
7-9 Sangat kurang-kurang:pengetahuan tentang
kosakata/ungkapan dan pembentukan kata rendah; tidak
layak dinilai
Mekanik

18-20 Sangat baik-sempurna:menguasai aturan penulisan;


terdapat sedikit kesalahan ejaan, tanda baca, penggunaan
huruf kapital, dan penataan paragraf
14-17 Cukup-baik: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan,
tanda baca, penggunaan huruf kapital, dan penataan
paragraf, tetapi tidak mengaburkan makna
10-13 Sedang-cukup:sering terjadi kesalahan ejaan, tanda baca,
penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan
tangan tidak jelas; makna membingungkan atau kabur
7-9 Sangat kurang-kurang:tidak menguasai aturan penulisan;
terdapat banyak kesalahan ejaan; tanda baca;
penggunaan huruf kapital, dan penataan paragraf; tulisan
tidak terbaca; tidak layak dinilai
70

Nilai Akhir Siswa

Presentasi Kelompok

Skor Kriteria Komentar


Argumen

27-30 Sangat baik-sempurna:menguasai topik tulisan;


substantif; pernyataan pendapat (tesis),argumentasi 1, 2,
dst, penegasan ulang pendapat yang relevan dengan
topik yang dibahas.
22-26 Cukup-baik: cukup menguasai permasalahan; cukup
memadai;pengembangan tesis terbatas;relevan dengan
topik, tetapi kurang terperinci.

17-21 Sedang-cukup: penguasaan permasalahan terbatas;


substansi kurang; pengembangan topik tidak memadai.
13-16 Sangat kurang-kurang: tidak menguasai permasalahan;
tidak ada substansi; tidak relevan; tidak layak dinilai.
Penampilan

27-30 Sangat baik-sempurna: ekspresi lancar; gagasan


terungkap padat, dengan jelas; tertata dengan baik; uritan
logis(abstraksi^orientasi^krisis ^reaksi^koda) kohesif.
22-26 Cukup-baik: cukup lancar; kurang terorganisasi, tetapi
ide utama ternyatakan; pendukung terbatas; logis; tetapi
tidak lengkap
17-21 Sedang-cukup: tidak lancar; gagasan kacau atau tidak
terkait; urutan dan pengembangan kurang logis
13-16 Sangat kurang-kurang: tidak komunikatif; tidak
terorganisasi; tidak layak dinilai
Bahasa

18-20 Sangat baik-sempurna: penguasaan kata canggih;pilihan


kata dan ungkapan efektif; menguasai pembentukan
kata; penggunaan diksi tepat.
14-17 Cukup-baik: penguasaan kata memadai;pilihan,
bentuk,dan penggunaan kata /ungkapan kadang-kadang
salah tetapi tidak mengganggu, cukup cermat dalam
memilih diksi dan kosa kata.
71

10-13 Sedang-cukup: penguasaan kata terbatas sering terjadi


kesalahan bentuk pilihan dan penggunaan kosa
kata/ungkapan makna membingungkan atau tidak jelas,
kurang cermat memilih diksi dan kosa kata.
7-9 Sangat kurang-kurang: pengetahuan tentang
kosakata/ungkapan dan pembentukan kata rendah; tidak
cermat memilih diksi dan kosa kata.
Isi

18-20 Sangat baik-sempurna: sangat menguasai materi


penulisan; sudah menunjukkan kemampuan berpikir
logis yang baik, sudah mencantumkan pendapat
narasumber secara benar, terhindar cari unsur plagiat.
14-17 Cukup-baik: cukup menguasai materi penulisan; sudah
menunjukkan kemampuan berpikir logis, sudah
mencantumkan pendapat narasumber, terhindar cari
unsur plagiat.
10-13 Sedang-cukup: kurang menguasai materi penulisan;
terdapat kesalahan berpikir, sumber bacaan kurang
lengkap, logika kadang-kadang kurang dapat
dipertanggungjawabkan.
7-9 Sangat kurang-kurang: tidak menguasai materi
penulisan; terdapat banyak kesalahan berpikir, tidak
mencantumkan sumber bacaan, logika membingungkan.

Nilai Akhir Siswa

Diketahui oleh, Batu Bara, Juli 2015


Kepala SMA Negeri 1 Talawi Pendidik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Basaruddin, M.Si. Rizka Maya Sari, S. Pd.

Anda mungkin juga menyukai