Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal mungkin saja dialami oleh
manusia, dari pertumbuhan jaringan itu dapat mengakibatkan terciptannya suatu kanker
dalam tubuh. Dan dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian
tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Layaknya kangker leher Rahim
(serviks), berdasarkan penelitian yang dirilis WHO pada tahun 2014, lebih dari 92 ribu
kasus kematian pada wanita di Indonesia disebabkan oleh penyakit kanker. Dari jumlah
tersebut, 10% terjadi karena kanker serviks. Sedangkan menurut data Kementerian
Kesehatan RI, setidaknya terjadi 15000 kasus kanker serviks setiap tahunnya di
Indonesia. Sehingga kanker serviks adalah hal yang sangat perlu ditangani dengan
seksama. Kanker sendiri dapat disembuhkan dengan metode radioterapi, dimana metode
penyembuhannya menggunakan radiasi bahan radioaktif. Namun, ketika dilakukan
penyinaran radiasi radioaktif, sel – sel tubuh terkena radiasi secara acak sehingga tidak
efektif karena tidak hanya sel kanker yang terkena radiasi namun sel – sel yang sehat juga
terkena. Karena itulah diperlukan metode dimana radiasi dari bahan radioaktif ini hanya
akan difokuskan pada satu titik yakni pada sel kanker itu saja, sehingga tak perlu untuk
takut akibat dari pengobatan mampu merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Metode
ini dinamakan brakiterapi dengan system TPS(Treatment Planning System), metode ini
dapat dirasa optimal bagi pasien karena merupakan metode internal yang dilakukan
dengan memberikan pengobatan langsung kepada sumber kangker dalam jangka pendek.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan Kanker dan Kanker Serviks?


 Apa yang dimaksud dengan Radioterapi?
 Apa yang dimaksud dengan Metode Brakiterapi?
 RadioIsotop apa yang digunakan pada Brakiterapi?
 Apa hubungan Ir-192 dengan metode Brakiterapi?
 Apa yang dimaksud dengan sistem TPS-BRACHYTERAPI RCAL-1?
 Bagaimana Arsitektur TPS RCAL-1?
1.3 Tujuan

1
 Dapat mengetahui definisi kanker dan kanker serviks.
 Dapat mengetahui definisi Radioterapi.
 Dapat mengetahui metode Brakiterapi.
 Dapat mengetahui jenis radioisotop yang digunakan dalam Brakiterapi.
 Dapat mengetahui hubungan Ir-192 dengan metode Brakiterapi.
 Dapat mengetahui sistem TPS-BRACHYTERAPI RCAL-1.
 Dapat mengetahui Arsitektur TPS RCAL-1.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi kanker

Kanker adalah istilah yang digunakan untuk penyakit di mana sel-sel abnormal
membelah tanpa kontrol dan mampu menyerang jaringan lain. Sel-sel kanker dapat
menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui darah dan sistem limfe. Sifat-sifat kanker
seperti:
 umbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal)
 menyerang jaringan biologis di dekatnya.
 bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik,
disebut metastasis.a
Kanker bukan hanya satu penyakit tapi banyak penyakit. Ada lebih dari 100
berbagai jenis kanker. Sebagian besar kanker diberi nama untuk organ atau jenis sel di
mana mereka mulai – misalnya, kanker yang dimulai di usus besar disebut kanker usus
besar; kanker yang berawal di sel-sel basal kulit disebut karsinoma sel basal dan kanker
yang timbul pada rahim disebut kanker rahim atau kanker serviks.
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim.
Umumnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru
muncul saat kanker sudah mulai menyebar. Dalam banyak kasus, kanker serviks terkait
dengan infeksi menular seksual.
Serviks adalah bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina. Salah satu fungsi
serviks adalah memproduksi lendir atau mukus. Lendir membantu menyalurkan sperma
dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual. Selain itu, serviks juga akan menutup saat
kehamilan untuk menjaga janin tetap di rahim, dan akan melebar atau membuka saat
proses persalinan berlangsung. Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker yang paling
mematikan pada wanita, selain kanker payudara. Berdasarkan penelitian yang dirilis
WHO pada tahun 2014, lebih dari 92 ribu kasus kematian pada wanita di Indonesia
disebabkan oleh penyakit kanker. Dari jumlah tersebut, 10% terjadi karena kanker
serviks. Sedangkan menurut data Kementerian Kesehatan RI, setidaknya terjadi 15000
kasus kanker serviks setiap tahunnya di Indonesia.

2.2 Definisi Radioterapi

3
Radioterapi atau disebut juga terapi radiasi adalah terapi menggunakan radiasi
yang bersumber dari energi radioaktif. Cukup banyak dari penderita kanker yang berobat
ke rumah sakit menerima terapi radiasi. Kadang radiasi yang diterima merupakan terapi
tunggal, kadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan/atau operasi pembedahan. Tidak
jarang pula seorang penderita kanker menerima lebih dari satu jenis radiasi. Terapi radiasi
yang juga disebut radioterapi, irradiasi, terapi sinar-x, atau istilah populernya "dibestral"
ini bertujuan untuk menghancurkan jaringan kanker. Paling tidak untuk mengurangi
ukurannya atau menghilangkan gejala dan gangguan yang menyertainya. Terkadang
malah digunakan untuk pencegahan (profilaktik). Radiasi menghancurkan material
genetik sel sehingga sel tidak dapat membelah dan tumbuh lagi.

Tidak hanya sel kanker yang hancur oleh radiasi tapi juga sel normal. Karena itu
dalam terapi radiasi dokter selalu berusaha menghancurkan sel kanker sebanyak mungkin,
sambil sebisa mungkin menghindari sel sehat di sekitarnya. Tetapi sekalipun terkena,
kebanyakan sel normal dan sehat mampu memulihkan diri dari efek radiasi. Radiasi bisa
digunakan untuk mengobati hampir semua jenis tumor padat termasuk kanker otak,
payudara, leher rahim, tenggorokan, paru-paru, pankreas, prostat, kulit, dan sebagainya,
bahkan juga leukemia dan limfoma. Cara dan dosisnya tergantung banyak hal, antara lain
jenis kanker, lokasinya, apakah jaringan di sekitarnya rawan rusak, kesehatan umum dan
riwayat medis penderita, apakah penderita menjalani pengobatan lain, dan sebagainya.

Terapi radiasi banyak jenisnya. Secara garis besar terbagi atas radiasi eksternal
(menggunakan mesin di luar tubuh), radiasi internal (susuk/implant), serta radiasi
sistemik yang mengikuti aliran darah ke seluruh tubuh. Yang paling banyak digunakan
adalah radiasi eksternal. Sebagian merupakan perpaduan antara radiasi eksternal dan
internal atau sistemik. Kedua jenis radiasi kadang diberikan bergantian, kadang
bersamaan.

2.3 Metode dalam Radioterapi (Brakiterapi)


Berdasarkan jarak sumber radiasi ke kanker maka radioterapi dibagi atas
teleterapi dan brakiterapi. Teleterapi merupakan radioterapi yang menggunakan sumber
radionuklida tertutup pada jarak tertentu seperti pesawat linac dan Co-60. Pengobatan
dengan menggunakan sumber radionuklida tertutup pada jarak dekat, dikenal dengan
brakiterapi. Brakiterapi dapat dikelompokkan berdasarkan laju dosis radiasi yang
diberikan pada kanker. LDR (Low Dose Rate ) berkisar (0,4 – 2) Gy/jam, MDR (Medium
Dose Rate ) sekitar (2 – 12) Gy/jam dan HDR (High Dose Rate ) sekitar (12 – 150)
Gy/jam (Deehan dan Donoghue, 1994). Pada awalnya brakiterapi menggunakan sumber

4
radionuklida alami radium sehingga pada saat itu brakiterapi disebut sebagai radium
terapi. Penggunaan radium telah dilarang karena energi yang terlalu tinggi dan
menghasilkan gas radon yang berbahaya bagi kesehatan. Seiring perkembangan ilmu
Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 2, April 2015 ISSN 2302-8491 130 pengetahuan dan
teknologi, saat ini banyak sumber radionuklida buatan yang digunakan dalam brakiterapi
seperti Cs-137, Co-60 dan Ir-192 (Nasuha, 2003). Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) telah berhasil membuat prototip sumber Ir192 untuk memenuhi kebutuhan
sumber Ir-192 dalam brakiterapi. Pembuatan sumber radionuklida Ir-192 dilakukan di
Pusat Radionuklida dan Radiofarmaka BATAN (PRRBATAN) serta pengembangan
menjadi pesawat brakiterapi dilakukan oleh Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir BATAN
(PRPN-BATAN), dan diharapkan akan menjadi solusi pengobatan kanker yang lebih
murah dan praktis untuk rakyat Indonesia. Sebelum digunakan secara masal sumber dan
peralatan tersebut harus menjalani proses verifikasi dan karakterisasi. Andrian (2010)
telah melakukan Dosimetri Sumber Iridium-192 LDR Brakiterapi pada medium air dan
udara menggunakan film gafchromic EBT 2 dengan Protokol (AAPM-43) di Pusat
Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN (PTKMR-BATAN).

Hasil penelitian menunjukkan distribusi dosis di medium air dan udara pada
sumbu horizontal dan vertikal turun secara signifikan antara 0 cm sampai 1 cm dari pusat
sumber radiasi. Pengujian ini dilakukan pada sumber Ir-192 buatan BATAN yang akan
dijadikan sumber radiasi untuk pesawat brakiterapi. Karakterisasi dosimetri sumber
brakiterapi harus dilakukan secara berkala sebelum sumber tersebut digunakan pada
pasien. Penentuan dosimetri sumber brakiterapi akan sangat menentukan dalam
perencanaan pemberian dosis radiasi kepada pasien. Jika tidak dilakukan karakterisasi
akan menyebabkan kesalahan penyinaran sehingga menyebabkan terjadi kerusakan yang
berlebihan terhadap jaringan sehat disekitar kanker. Proses karakterisasi sumber
dilakukan dengan mengukur dua parameter utama yaitu laju kerma dan kuat kerma. Pada
penelitian ini pengukuran laju kerma dan kuat kerma dilakukan menggunakan detektor
absolute extrapolation chamber dan detektor farmer.

2.4 Iridium-192
Iridium-192 (simbol 192Ir) adalah isotop radioaktif iridium, dengan paruh 73,83
hari. Ini meluruh dengan memancarkan partikel beta (β) dan radiasi gamma (γ). Sekitar
96% dari peluruhan 192Ir terjadi melalui emisi radiasi β dan γ, yang mengarah ke 192Pt.
Beberapa partikel β ditangkap oleh inti 192Ir lainnya, yang kemudian dikonversi menjadi
192Os. Penangkapan elektron bertanggung jawab atas 4% sisanya dari peluruhan 192Ir.

5
Iridium-192 biasanya diproduksi oleh aktivasi neutron dari logam iridium yang berlimpah
alami.

Iridium-192 adalah penghasil sinar gamma yang sangat kuat, dengan konstanta
dosis gamma sekitar 0,591 Rem / jam pada satu meter, dan aktivitas spesifik 9,22 kCi / g.
Ada tujuh paket energi utama yang dihasilkan selama proses disintegrasi mulai dari lebih
dari 0,2 hingga sekitar 0,6 MeV. Iridium-192 umumnya digunakan sebagai sumber sinar
gamma dalam radiografi industri untuk menemukan kelemahan pada komponen logam.
Itu juga digunakan dalam radioterapi sebagai sumber radiasi, khususnya dalam
brachytherapy. Iridium-192 telah menyumbang sebagian besar kasus yang dilacak oleh
Komisi Pengaturan Nuklir AS di mana bahan radioaktif hilang dalam jumlah yang cukup
besar untuk membuat bom kotor.

2.5 Hubungan antara Ir-192 dan metode Brakiterapi


Brakiterapi kanker servik telah lama dikembangkan oleh PRPN. Hingga tahun
2009, telah dihasilkan perangkat brakiterapi dosis rendah. Namun perangkat ini
memberikan efek kurang nyaman terhadap pasien karena waktu yang diperlukan untuk
proses iradiasi lebihdari 5 jam. Mulai tahun 2010, brakiterapi dosis sedang dikembangkan
dengan memanfaatkan sumber isotop Iridium-92 yang berdaya pancar antara 5 hingga 10
Curie. Dengan dosis kekuatan seperti ini, lama terapi hanya dalam hitungan menit.
Namun sebagai konsekuensinya, baik pasien maupun operator medis harus terhindar dari
efek samping berupa paparan radioaktif berlebihan. Hal ini mensyaratkan gerakan sumber
isotop secepat mungkin. Kegiatan pengembangan brakiterapi pada tahun 2010 ini masih
terfokus pada desain rinci. Tahap selanjutnya berupa konstruksi dan pengujian akan
dilaksanakan pada tahun 2011.
Sumber isotop yang digunakan berupa Iridium-192 yang dibungkus dalam kapsul
stainless steel SS-316. Kapsul ini dirangkai dengan seling atau kawat SS-316 berdiameter
sekitar 1 mm dan panjang 1800 mm.Ketika terapi kanker servik dilaksanakan, catheter
atau aplikator dimasukkan ke dalam tubuh pasien dan kemudian sumber isotop
dimasukkan ke dalam lubang aplikator tersebut. Posisi dan kecepatan gerakan sumber
isotop dikendalikan melalui pemrograman sesuai dengan kondisi penyakit pasien. Sistem
penggerak sumber inilah yang menjadi fokus dalam pengembangan perangkat brakiterapi.
Oalam makalah ini, pembahasan difokuskan pad a desain sistem penggerak mekanik
seling sumber isotope Iridium-192.
Sumber Iridium berbentuk sHinder kecil dibungkus dalam kapsul SS 316L
berdiameter luar sekitar 1 mm dan panjang 4 mm. Kapsul ini dilengkapi dengan kawat
seling stainless steel berdiameter hampir sama dengan kapsul sumber dan panjang sekitar

6
1800 mm. Seling checker mempunyai dimensi yang sama dengan seling sumber dengan
kegunaan untuk memeriksa apakah gerakan sumber akan bergerak seperti yang telah
diprogram. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum terapi dengan sumber dilakukan. Pada
waktu belum atau tidak digunakan, paparan radioaktif dari sumber harus dapat dilokalisir
di dalam kontainer pengaman sebagai perisai radiasi. Sistem penggerak sumber mengatur
pergerakan posisi sumber sejak dari kontainer pengaman hingga aplikator dan kembali ke
kontainer. Aplikator terdiri dari 3 batang dan menjadi pembimbing gerakan sumber di
dalam tubuh pasien. Pada awalnya sumber digerakkan maju hingga berada pad a salah
satu ujung aplikator. Kemudian sesuai dengan dosis paparan, sumber ditarik sedikit demi
sedikit dan kemudian dipindahkan ke lubang aplikator berikutnya. pengaturan lubang
aplikator mana yang dituju dilakukan oleh distributor pengarah. Bentuk aplikator dan
gerakan sumber akan menentukan profil distribusi radiasi sesuai dengan penyakit pasien.
Beberapa contoh distribusi dosis sesuai dengan variasi gerakan sumber isotope
ditunjukkan dalam Gambar 1. Gambar distribusi dosis paling kiri diperoleh ketika sumber
digerakkan seeara eepat dan berhenti di beberapa posisi. Gambar distribusi dosis ke dua
diperoleh ketika sumber digerakkan dengan keeepatan konstan. Gambar distribusi dosis
ke tiga diperoleh dengan menempatkan sumber pad a posisi ujung dan dibiarkan beberapa
saat. Sumber ditarik mundur beberapa em dan kembali dibiarkan beberapa saat. Distribusi
dosis paling kanan diperoleh bila sumber berada di ujung dan ditarik mundur semakin
lama semakin cepat.

Gambar 1. Contoh distribusi dosis iradiasi dengan variasi gerakan sumber isotope

2.6 Program Komputer TPS-BRACHYTERAPI RCAL-1


Program komputer TPS RCAL-1, yaitu sebuah program komputer untuk TPS
brachyterapi dengan sumber Cs-137 yang sengaja disesuaikan dengan kondisi praktis
berdasarkan pengalaman para dokter di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Pada dasarnya
program ini dibuat untuk mempermudah pekerjaan para dokter dalam melakukan terapi,
karena teknik-teknik perhitungan yang digunakan ditetapkan sesuai seperti apa yang telah
dilakukan atau ditetapkan oleh para dokter ketika menggunakan alat ini secara manual di

7
RSU Dr. Sardjito. Ada tiga cara terapi menggunakan brachyterapi, yaitu sistem
Stockholm, sistem Paris, dan sistem Manchester. Team dokter RSUP Dr. Sardjito
menetapkan untuk menggunakan sistem Manchester pada TPS RCAL-1 ini. Pada system
Manchester ini, didefinisikan dua jenis titik referensi pada organ tubuh disekitar leher
rahim, yaitu titik A dan B. Titik referensi lain sebagai tambahan adalah UV, dan rectum.
Gambar 1 adalah definisi koordinat titik-titik A dan B, sedang koordinat UV dan rectum
ditentukan secara interaktif oleh dokter yang bertugas (dalam aplikasi TPS) berdasarkan
foto sinar-X pasien.

Gambar 2. Brachyterapi sistem Manchester

Laju dosis yang diterima pada titik referensi A, B, UV, dan rectum merupakan
pertimbangan dokter dalam terapi untuk menentukan berapa lama terapi harus dilakukan.
Dari pengalaman terapi terkadang diperlukan informasi laju dosis yang diterima pada
titik-titik tertentu yang koordinatnya ditentukan sangat situasional dalam proses terapi
yang sedang berjalan. Untuk itu dalam program TPS RCAL-1 ini informasi tersebut
disediakan.

2.7 ARSITEKTUR TPS RCAL-1

a. Koordinasi kerja

8
Gambar 3. Koordinasi kerja untuk program TPS brachyterapi RCAL-1

Pada dasarnya ada tiga cabang disiplin ilmu yang terlibat dalam pembuatan TPS ini, yaitu
ilmu fisika medis, ilmu kedokteran, dan ilmu komputer. Oleh karena itu koordinasi kerja
harus dibentuk untuk memudahkan dalam perunutan penyelesaian masalah jika terjadi
konflik. Gambar 3 adalah bentuk koordinasi kerja yang dibentuk untuk RCAL-1 ini. Pola
ini ditempuh dalam rangka menuju pembuatan program komputer yang mengikuti suatu
prosedur baku dalam program jaminan kwalitas yang dipersyaratkan. Hasil dari diskusi
antara team system analis, team fisika medis dan team dokter rumah sakit menghasilkan
dokumen Spesifikasi-disain dan Kriteriadisain.

b. Arsitektur Perangkat Lunak RCAL-1


Bentuk dasar perangkat lunak TPS brachyterapi RCAL-1 ini terdiri dari tiga
kelompok pemrograman: masukan, proses, dan keluaran. Gambar 3 adalah bagan
arsitektur perangkat lunak TPS RACL-1 tsb.

9
Gambar 4. Arsitektur Perangkat Lunak TPS RCAL-1
Ada empat kelompok masukan dalam disain arsitektur program TPS RCAL-1 ini yaitu :
 variabel pasien,
 variabel terapi,
 variabel sumber, dan
 variabel display.
Variabel pasien berupa masukan koordinat dari foto sinar-X, yaitu koordinat titik-
titik referensi dan koordinat aplikator, disamping data diri pasien. Variabel sumber berupa
masukan jumlah sumber yang akan dipakai, besar aktifitas nya, dan koordinat aplikator.
Sertifikat sumber menjadi acuan utama dalam variabel ini. Variabel terapi berasal dari
dokter yang bertugas berkaitan dengan prosedur pengobatan yang diterapkan, seperti
besarnya dosis yang akan diberikan serta proses interaktif berkenaan dengan laju dosis
pada titik-titik tertentu. Variabel display berkaitan dengan ukuran atau jenis luaran
(output) yang nantinya akan digunakan untuk menampilkan hasil perhitungan program
TPS. Ukuran layar kaca (display komputer) dan jenis printer yang akan digunakan
merupakan masukan dalam dimensi ini. Data yang berasal dari foto sinar-X tidak bisa
langsung diproses karena adanya faktor perbesaran film. Oleh karena itu diperlukan

10
konversi nilai ke ukuran yang sebenarnya. Besaran dengan ukuran sebenarnya ini
dikategorikan menggunakan koordinat alam sehingga untuk dapat ditampilkan pada layar
kaca dan printer diperlukan konversi kebentuk koordinat pengguna. Koordinat pengguna
sangat tergantung pada jenis luaran yang akan menampung koordinat alam tersebut.
Perhitungan isodosis menggunakan cara menyaring laju dosis yang sama dari distribusi
laju dosis disekitar daerah sumber. Untuk itu harus diciptakan terlebih dahulu matrik
bidang didaerah sumber. Tiap elemen dalam matrik tersebut mewakili laju dosis titik
tertentu yang bersesuaian dengan lokasi di daerah sekitar sumber tersebut. Cara ini
digunakan karena persamaan matematis untuk isodosis mempunyai bentuk yang tidak
sederhana dan implementasinya jauh lebih mudah jika digunakan teknik penyaringan ini.
Diakui bahwa teknik penyaringan ini akan memerlukan waktu pelaksanaan (computer-
time) jauh lebih besar, namun dengan menggunakan PC yang telah banyak beredar di
pasaran maka hal ini tidak menjadi hambatan. Luaran dari TPS ini berupa informasi
numerik dan grafis. Informasi numeric berupa lamanya waktu terapi, dosis pada titik-titik
referensi A, B, UV dan rektum, serta titik tertentu sesuai dengan yang ditunjuk oleh
pengguna. Informasi grafis berupa kurva isodosis dua dimensi serta pola distribusi laju
dosis disekitar sumber. Program TPS ini dibuat untuk beroperasi menggunakan sebuah
PC yang menggunakan processor (minimum) setara dengan Pentium II. Program
computer dibuat menggunakan bahasa komputer Visual C++ versi 6.0. Tidak ada ke
khususan dari komputer yang harus digunakan, selama komputer tersebut beroperasi
normal menggunakan operating system Windows 98 keatas dan memiliki RAM diatas 32
KB maka program TPS ini dapat dioperasikan dengan baik. Program ini memerlukan
memory pada hard-disk dibawah 300 KB.

c. ALGORITMA

11
Gambar 5. Peta alir utama TPS RCAL-1 brachyterapi

Gambar 5 adalah peta-alir utama dari RCAL-1. Dosis terapi untuk titik-titik
referensi dan waktu terapi merupakan kunci penyelesaian program TPS ini. Untuk
mendapatkan nilai-nilai tersebut dengan tepat, maka proses interaktive dilakukan dengan
merubah nilai waktu terapi dan mengamati dosis titik referensi.

d. Kalibrasi Aktifitas
Untuk mengetahui aktifitas sumber Cs-137 pada saat terapi digunakan persamaan
sebagai berikut.

Di mana: Ao = Aktifitas awal (berdasarkan sertifikat sumber)


At = Aktifitas saat terapi (setelah waktu t)
T1/2 = Waktu paruh (untuk Cs-137: 30 thn)
t = tenggang waktu antara tanggal pada sertifikat sumber dengan tanggal terapi.

e. Bentuk Aplikator

12
Gambar 6. Bentuk aplikator

Aplikator yang digunakan mempunyai sudut β = 80˚ tetap. Panjang L, M, dan sudut α
bervariasi tergantung bentuk dan dimensi vagina penderita. Sudut α bervariasi dengan
ukuran sudut yang tersedia: 15˚, 30˚, dan 45˚. Pada batang intra uterine aplikator dapat
berisi sumber: tiga batang sumber, dua batang sumber, satu batang sumber, dan tanpa
sumber. Sedang pada batang intra vagina berisi masing-masing satu batang sumber.
Gambar 6 adalah bagan dari aplikator tersebut.

f. Bentuk Sumber

Gambar 7. Dimensi model sumber

Bentuk sumber sebenarnya yang akan digunakan belum diketahui (seharusnya dilakukan
pengujian radiography untuk melihat bentuk dan dimensi sesungguhnya dari sumber
tersebut – namun belum dilakukan). Oleh karena itu dalam program TPS RCAL-1 ini,

13
bentuk sumber didekati dengan bentuk bola dengan jari-jari 0.775 mm. Pendekatan ini
didasarkan pada sumber-sumber Curitron yang berbentuk demikian, dimana satu kapsul
sumber akan berisi tiga buah bola sumber dengan jarak-jarak tertentu. Gambar 6
merupakan model bentuk dari sumber yang akan digunakan. Dengan pendekatan model
sumber tersebut, maka untuk sumber pada intra vagina dan intra uterine mempunyai
dimensi ukuran jarak seperti pada Tabel 1, dimana Nomor adalah nomor urut sumber bola
dimulai dari salah satu titik ujung sumber secara menyeluruh, dan K adalah jarak sumber
bola ke titik ujung tersebut.

g. Koordinat Sumber

Gambar 8. Koordinat sumber pada aplikator

 P1 dan Pn adalah sumber bola dalam model.


 L1 jarak titik ujung aplikator dengan garis sumbu koordinat X.
 L2 jarak bagian ujung aplikator.
 L3 jarak spasi antara sumber dengan titik ujung aplikator.
 K1 dan K2 jarak sumber bola model dengan titik ujung batang sumber.
 α adalah sudut sonde uterine.

Tabel 1. Lokasi sumber relatif terhadap titik ujung aplikator.

14
Algoritma titik belok T pada Gambar 7 ditentukan dengan persamaan sbb:
Tx = 0
Ty = L1 – L2 cos(α)
Tz = 0

dan koordinat titik ujung aplikator U ditentukan dengan persamaan sbb:

15
Dari dimensi hubungan aplikator dan model sumber-bola (Gambar 8 dan Tabel 1) dapat
ditentukan koordinat tiap-tiap sumber bola pada intra uterine, yang merupakan fungsi dari
α, L1, L2, L3, dan Kn. Algoritma penentuan koordinat tiap sumber dilakukan sbb:

Untuk intra vagina mempunyai dua batang sumber yang paralel R dan S (Gambar 5).
Penentuan koordinat sumber bola pada batang R dan S menggunakan algoritma berikut
(jumlah sumber-bola ada enam buah, berarti n = 6), di mana sudut β bernilai tetap 80˚.
Untuk koordinat sumber-bola pada batang S dilakukan serupa hanya pada koordinat Sx
nya bernilai – M/2.

h. Kurva Isodosis
Kurva isodosis dibentuk dengan menyaring laju dosis semua titik pada bidang disekitar
aplikator yang mempunyai nilai sama. Kurva isodosis diberi nilai 100% jika kurva
tersebut menyinggung titik referensi A.

Laju dosis tiap titik pada bidang tsb dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut[6]:

16
di mana β= faktor gamma yang besarnya 3.32 untuk sumber Cs 137.
f = faktor konversi rad ke rontgen besarnya 0.966 untuk air.
A(i) = aktifitas sumber pada lokasi i.
ri = jarak titik sumber.
αs = koefisien peredaman baja 0.047.
dsi = panjang jejak radiasi didalam kapsul.
g(dti) = A + B dti + C (dti)2 + C (dti)3 ialah polinom dari Meisberger.
A = 1.0091
B = - 9.015 x 10-3
C = - 3.459 x 10-4
D = - 2.817 x 10-5

2.8 Alat yang digunakan


Brakiterapi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pengobatan
kanker terutama pada kanker serviks dan kanker anorektal. Metode ini menggabungkan
anatara kegiatan penyinaran x-ray yang dikombinasikan dengan sistem komputer,
sehingga pesawat x ray yang digunakan merupakan pesawat x ray biasa. Namun sinar x
yang dipancarkan oleh pesawat tersebut hanya akan digunakan untuk memicu agar isotop
yang ditembakkan pada sel kanker mampu bekerja lebih optimal dan digunakan sebagai
pemantai pada bagian yang telah di lakukan x ray sebelumnya. Karena sistem kerja dari
metode tersebut adalah dengan menembakkan isotop (Ir-192) langung kepada bagian
jaringan kanker.

Gambar 9, contoh alat x-ray

17
Sebenarnya metode brakiterapi tidak hanya bida dilakukan pada seseorang yang
menderita kanke serviks ataupun kanker anorektal saja. Seperti contoh yang dapat di
ambil dari jurnal “Radioterapi dan Onkologi Indonesia” yang ditulis oleh Rima
Novirianthy, M.Djakaria dengan judul Brakiterapi Implan pada Oral Tongue Carcinoma,
dan yang ditulis oleh Yoke Surpri Marlina dan Sri Mutia Sekarutami dengan judul
Brakiterapi Intraoperative pada Soft Tissue Sarcoma, menunjukkan bahwa metode ini
bisa digunakan pada jaringan kecil dan lidah atau sekitar jaringan mulut. Karena metode
ini prinsipnya adalah memasukkan bahan radioisotop sebagai sumber radiasi bagi kanker,
maka metode ini disesuaikan dengan jenis penyakit yang dialami oleh pasien.
Cara penggunaan alat menggunakan metode ini sama halnya seperti menggunkan alat x
ray biasa, yang membedakan hanya saat sebelum x ray ditembakkan aplikator terlebih
dahulu menembakkan bahan radioisotop pada jaringan, karena memang radiasi yang
digunakan untuk pengobatan hanya radiasi dari bahan radioisotop tersebut bukanlah
radiasi dari pancaran pesawat sinar x. radiasi dari pesawat sinar x hanya digunakan untuk
melihan dan memantau kondisi dari jarigan yang telah ditembakkan bahan radioisotope
sebelumnya. Dan karenanya metode ini pun tetap bisa digunakan meski tidak dilakukan
penyinaran sinar x lagi secara eksternal.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Brakiterapi adalah metode terapi untuk kanker yang menggunakan bahan radioaktif
seperti radioisotope yang ditembakkan langsung ke jaringan kanker. Radioisotop inilah
yang digunakan sebagai sumber radiasi terapi bagi pasien, dan pancaran sinar x secara
eksternal hanya digunakan untuk memantau bagaimana keadaan pada jaringan setelah
dilakukannya terapi ini. Terapi ini menyesuaikan tergantung dengan penyakit yang
dialami pasien, baik dosis dan ukuran aplikator untuk menembakkan bahan radioaktif ini
mempunyai ketentuan yang dapat diperhitungkan terlebih dahulu menggunakan rumus
yang telah ditetapkan sebelum dilakukannya pengobatan.

3.2 Saran
Penulis selaku makhluk tuhan yang tidak sempurna tentu mungkin melakukan kesalahan
dalam melakukan pebulusan makalah ini, oleh karena itu diharapkan agar pembaca dapat
memberi kritikan dan seran yang nantikan pati akan berguna bagi penulis untuk membuat
makalah selanjutnya, atau mungkin bila masih ada materi yang kurang atau malah tidak
tersampaikan dengan baik, pembaca dapat membuat dan menambahkan atau
membenarkan hal yang pebulis tidak lakukan.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://yayasankankerindonesia.org/apa-itu-kanker

https://www.alodokter.com/kanker-serviks

https://id.wikipedia.org/wiki/kanker

Tri Harjanto, Indarzah M, Ari Satmoko. 2014. Uji Fungsi Prototip Perangkat Mekanik
Brakiterapi MDR-Ir192-IB10. Junal Forum Nuklir (JFN). 8(1): 60.

Achmad Suntoro. Program Komputer TPS-Brachyterapi RCAL-1.


Diakses tanggal 23 Maret 2019.

Mahmudi Rio Putra, Dian Milvita, Heru Prasetio. 2015. KARAKTERISASI


DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE
ABSOLUT. Jurnal Fisika Unand. 4(2): 130.

DINALLO, A M, et.al., Dosimetry in Radiography Vol.1., Proceedings of an


International Symposium on Dosimetry in Radioterapy., IAEA., Vienna., (1988). Diakses
tanggal 24 Maret 2019.

SUNTORO A., Petunjuk Operasi Program Komputer RCAL-1 TPS Brachyterapi.,


Pusat Manajemen dan Bina Industri BATAN., Divisi TPS / Program., Revisi
0., (2000). Diakses tanggal 24 Maret 2019.

SUNTORO A., Spesifikasi Disain. Pusat Manajemen dan Bina Industri BATAN.,
Divisi TPS / Program., Revisi 0., (2000). Diakses tanggal 24 Maret 2019.

20

Anda mungkin juga menyukai