Anda di halaman 1dari 4

Bella Nur R P

252016053

1. Jelaskan mengapa penyakit kulit akibat kerja (PKAK) peting!

Penyakit kulit akibat kerja terus menjadi kelompok penting dari penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan. Mereka menyebabkan persentase yang signifikan dari cacat
industri dan sejumlah besar hari kerja yang hilang.

PKAK merupakan jenis penyakit akibat kerja terbanyak yang kedua setelah penyakit
muskulo-skeletal, berjumlah sekitar 22 persen dari seluruh penyakit akibat kerja. Data di
Inggris menunjukkan 1.29 kasus per 1000 pekerja merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila
ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat kerja, maka lebih dari 95 persen merupakan dermatitis
kontak, sedangkan yang lain merupakan penyakit kulit lain seperti akne, urtikaria kontak, dan
tumor kulit.

Berdasarkan jenis organ tubuh yang dapat mengalami kelainan akibat pekerjaan
seseorang, maka kulit merupakan organ tubuh yang paling sering terkena, yakni 50 % dari
jumlah seluruh penderita Penyakit Akibat Kerja (PAK). Dari suatu penelitian epidemiologik
di luar negeri mengemuka, PAK dapat berdampak pada hilangnya hari kerja sebesar 25 %
dari jumlah hari kerja. Secara umum, tampaknya hingga kini kelengkapan data PAK masih
menjadi salah satu tantangan, karena PAK acapkali tidak teramati atau tidak teridentifikasi
dengan baik akibat banyaknya faktor yang harus dikaji dalam memastikan jenis penyakit ini.
Secara tidak disadari, sebenarnya di lingkungan kerja kita mungkin ada
bahan, barang atau unsur yang dapat bersifat melukai kulit, mengiritasi kulit, menyebabkan
alergi kulit, menyebabkan infeksi kulit, maupun menyebabkan perubahan pigmen kulit jika
menempel pada kulit. Bahkan, masih ada bahan atau unsur yang bersifat memicu terjadinya
keganasan pada kulit (kanker kulit).
Terjadinya PAK dipengaruhi oleh jenis PAK dan faktor individual pekerja, seperti kulit
terang, jenis kulit kering, kulit berminyak, mudah berkeringat, kebersihan diri yang kurang,
penyakit kulit yang sudah ada, serta kemungkinan trauma kulit yang sudah ada sebelumnya.
Sedang untuk kejadian luar biasa (KLB) PAK, jarang terjadi.

2. Uraikan jenis-jenis PKAK!

A. PKAK Noninfeksi

Salahsatu penyakit kulit akibat kerja noninfeksi terbanyak adalah Dermatis Kontak
(DK). Kelainan kulit yang dijumpai pada dermatik kontak umumnya berbentuk sesuai
dengan bentuk kontaknya/alergen-iritan, berbatas tegas, terdapat berbagai macam
kelainan klit (polimorfi, misalnya kemerahan-eritem,, bintil-papul, gelembung kecil
berisi cairan vesikel, sisik-skuma).

Dermatitis kontak akibat kerja dapat terjadi pada pekerja salon, pekerja bahan logam,
pekerja industri makanan, petugas kebersihan, dan petugas kesehatan akibat seringnya
terpapar bahan-bahan iritan di tempat kerja (Behroozy, 2014). Petugas
kesehatan termasuk berisiko tinggi terjadinya DKAK terutama perawat, akibat sering
kontak dengan bahan iritan dan pekerjaan basah. Perawat yang bertugas di ruang bedah
dan unit perawatan khusus, angka kejadian DKAK cukup tinggi yaitu 18% sampai 57%.
Dermatitis kontak akibat kerjapada perawat kesehatan karena banyak agent atau bahan
iritan di rumah sakit yang menyebabkan dermatitis kontak iritan seperti air, pekerjaan
basah, frekuensi mencuci tangan, cairan antiseptik dan sabun, mengeringkan kulit
menggunakan handuk kertas, menggunakan sarung tangan oklusif untuk waktu yang
lama dan bubuk sarung tangan (Ngajilo, 2014).
B. PKAK Infeksi

Salah satu penyakit kulit infeksi tersering terkait dengan pekerjaan adalah infeksi jamur.
Infeksi jamur yang mengenai kulit antara lain:

1. Dermatofitosis

Dermatofita adalah jamur yang hidup pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, yaitu kulit, kuku, dan rambut. Diagnosis tergantung pada daerah tubuh yang
terkena, misalnya Tinea korporis (infeksi pada tubuh), Tinea unguium (infeksi pada
kuku), Tinea kapitis (infeksi pada kulit kepala), dan Tinea kruris (infeksi pada lipat
paha).

Gambaran klinis infeksi dermatofitosis berupa erite, papul, vesikel (polimorfi),


berbatas tegas, tetapi lesi lebih aktif dibandingkan dengan bagian tengah lesi yang
seolah-olah menyembuh (central healing), disertai dengan skuma halus di atasnya.

Jenis pekerjaan yang sering beresiko untuk terjadinya dermatofitosis ialah


petani karena berkontak dengan tanah, peternak yang berkontak dengan hewan
piaraan, dan pekerjaan yang memerlukan pakaian tertutup rapat hingga sering
berkeringat, misalnya tentara yang memakai sepatu pelindung. Selain itu, pekerja di
semua intustri yang menggunakan bahan baku tumbuhan seperti pabrik kertas,
pabrik pengolahan/pengawetan kayu, pembuatan wol dari bulu domba, dan lain-lain.

Di samping pengobatan yang diberikan, dalam pelaksanaan dermatofitosis perlu


pula di perhatikan higine perseorangan dan menghindari pengeluaran keringat yang
berlebuhan.

2. Kandida

Kandidosis Kutis merupakan infeksi jamur yang disebabkan Candida albicans,


suatu jamur nondermatofita yang dapat diisolasi dari kulit, mukosa, dan tinja.
Berbagai faktor pada diri, misalya umur dan daerah kulit ttertentu-lipatan kulit, serta
faktor lingkungan (peningkatan suhu dan pemakaian obat-obatan) dapat
mempermudah terjadinya infeksi.

Gambaran klinis menunjukkan kulit berwarna kemerahan, basah, disertai


dengan lesi satelit di sekitarnya sehingga memberi gambarahn menyerupai induk
ayam dengan anak-anaknya (“hen and chicken appearance”) disertai selaput
berwarna putih yang lekat dengan kulit.

Jenis pekerjaan yang beresiko untuk mendapat infeksi kandidosis kutis antara
lain juru masak, petugas kebersihan yang berhubungan dengan air dan menggunakan
pakaian/sarung tangan/sepatu oklusif, serta pekerja di lingkungan kerja panas dan
lembap.

C. PKAK Luka Bakar Kulit

Penyakit kulit berbentuk luka bakar terjadi karena kontak dengan berbagai zat
berikut:

1. Zat kimia yang konsentrasinya pekat;

2. Temperatur ekstrim tinggi dengan lama kontak yang cukup; dan

3. Industri yang menggunakan material ataupun proses yang mudah


terbakar/meledak.
Gambaran klinis saa saja dengan luka bakar akibat api dan berdasarkan
keparahannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Tingkat pertama: tampak kulit yang memerah, panas, gatal, sakit, dan rasa
terbakar;

2. Tingkat kedua: terasa sangat sakit, kulit mulai melepuh, merah, basah (terbakar
lebih dalam) sehingga mudah terkena infeksi; dan

3. Tingkat ketiga: kulit dan jaringan bawahkulit habis terbakar.

PKAK luka bakar akan menyebabkan tubuh kekurangan cairan/dehidrasi


dan apabila kekurangan cairan semakin banyak akan terjadi shock, penderita
akan merasa sangat kesakitan dan menjadi pingsa. Luka bakar juga mudah
terkena infeksi.

3. Jelaskan perbedaan antara DKI dan DKA!

 Dermatitis Kontak Iritan (DKI)

Dermatitis Kontak Iritan (DKI) dapat diderita oleh semua orang dari berbagai
golongan umur, ras dan jenis kelamin. Jumlah penderita DKI diperkirakan cukup
banyak, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan, namun angkanya secara
tepat sulit diketahui.Penyebab munculnya dermatitis jenis iritan ini adalah bahan
yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam,
alkali dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran
milekul, daya larut, konsentrasi, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain
misalnya lama kontak, kekerapan terkena dermatitis kontak, adanya oklusi
menyebabkan kulit permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan
kelembapan lingkungan juga ikut berperan. Faktor individu juga ikut berpengaruh
pada DKI, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan
perbedaan permeabilitas; usia misalnya anak di bwah 8 tahun dan usia lanjut lebih
mudah teriritasi; ras (kulit hitam lebih tahan daripada kulit putih; jenis kelamin
(DKI lebih banyak terjadi pada wanita); penyakit kulit yang pernah atau sedang di
alami misalnya dermatitis atopik.

Klasifikasi DKI berdasarkan penyebab dan pengaruh yaitu : DKI akut, lambat
akut/acute delayed ICD, reaksi iritan, kumulatif, traumateratif, eksikasi ekzematik,
pustular dan akneformis, noneritematosa dan subjektif.

Dermatitis Kontak Iritan :

- Penyebab : iritan primer

- Permulaan : pada kontak pertama

- Penderita : semua orang bisa terkena

- Lesi : batas lebih jelas, eritema jelas, monomorf

- Uji tempel : sesudah di tempel 24 jam, bila iritan diangkat, reaksi akan berhenti.

 Dermatitis Kontak Alergik (DKA)

Jumlah penderita DKA lebih sedikit jika dibandingkan dengan DKI, karena DKA
(Dermatitis Kontak Alergi) hanya mengenai orang yang keadaan kulitnya sangat
peka/hipersensitif.Etiologi/ penyebab DKA (Dermatitis Kontak Alergi) adalah bahan
kimia sederhana dengan berat molekul umumnya rendah, merupakan alergen yang
belum diproses disebut Hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus
stratum korneum sehingga mencapai sel epidermis di bawahnya (sel hidup).Berbagai
faktor berpengaruh dalam timbulnya DKA adalah : potensi sensitisasi alergen, dosis
per unit area, luas daerah yang terkena, lama pajanan, oklusi, suhu dan kelembapan
lingkungan, vehikulum serta pH. Selain itu juga faktor individu misalnya keadaan
kulit pada lokasi kontak (keadaan atratum korneum, ketebalan epidermis), status
imunologik misalnya sedang menderita sakit, terpajan sinar matahari.

Adapun gejala klinisnya yaitu penderita umumnya mengeluh gatal. Kelainan kulit
bergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada dermatitis kontak
yang akut gejalanya ditandai dengan bercak eritematosa yang berbatas jelas
kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat
pecah menimbulkan erosi dan eksudasi (basah). DKA akut di tempat tertentu,
misalnya kelopak mata, penis, skrotum, eritema dan edema lebih dominan daripada
vesikel. Pada dermatitis kontak yang kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul,
likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas. DKA dapat meluas ke
tempat lain, misalnya dengan cara autosensitisasi. Skalp, telapak tangan dan kaki
relatif resisten terhadap DKA.Berbagai lokasi terjadinya DKA : tangan, lengan,
wajah, telinga, leher, badan, genitalia, paha dan tungkai bawah.

Dermatitis Kontak Alergi (DKA) :

- Penyebab : alergen kontak S. sensitizer

- Permulaan : pada kontak ulang

- Penderita : hanya orang yang alergi

- Lesi : batas tidak begitu jelas, eritema tidak ada, polimorf

- Uji tempel : Bila sudah 24 jam, bahan alergen diangkat, reaksi menetap,meluas dan
akhirnya akan berhenti juga.

4. Uraikan pengendalian dan pencegahan PKAK!

1. Deteksi idni apabila ada PKAK dengan melakukan pemeriksaan kulit secara periodik
dan pekerja melapor diri bila ada kelainan kulit;

2. Melakukan supervisi perawatan yang dapat dilakukan oleh perawat;

3. Isolasi-subsitusi bahan/proses, membuat ventilasi setempat ataupun ventilasi umum;

4. Penggunakan APD seperti sarung tangan, baju, sepatu, serta kebersihannya; dan

5. Perlindungan diri juga dapat dilakukan dengan menggunakan krim pelindung terhadap
iritan sebagai sarung tangan tidak tampak, material dapat dibuat berbasis sabun, laurt
dalam air, repelen terlarut, dan atau dasar minyak/gum. Krim pelindung dapat efektif
terhadap pelarut. Krim pelindung dapat pula berbentuk repelen air, seperti lanolin,
petroleum jelly, etil cellulose, atau silikon yang memberi selaput tahan air. Ada pula
krim pelindung yang dibuat secara khusus tersendiri atas berbagai campuran zat dan
dibuat untuk mencegah dengan photosensitizer, pajanan sinar matahari, poison ivy,
insekta, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai