Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PEMBEDAHAN LOBEKTOMI

PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU

OLEH KELOMPOK 2:

1. Daniel Datu Manga (17D10010)


2. Dhiemas Praja Saputra (17D10011)
3. Gusti Hamdani (17D10015)
4. Khairul Anam Dirman (17D10030)
5. Komang Wisnu Negara (17D10031)
6. Luh Ade Dwiana Darma Putri (17D10033)
7. Luh Putu Wanda Desi Savitri (17D10034)
8. Muh. Nur Ihsan Rasyid (17D10042)
9. Nyoman Bagus Swa Saguna (17D10048)
10. Putu Rama Pratama Karma (17D10052)
11. Ritha Maria Rumaikeuw (17D10053)

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI


D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
KELAS A
TAHUN AJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pembedahan Lobektomi Pada Pasien Dengan Kanker Paru” dengan
sebaik baiknya.

Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang asuhan
keperawatan pada pembedahan paru. Pada penulisan makalah ini, berbagai permasalahan telah
kami alami, namun makalah ini tentu saja dapat terselesaikan berkat kerjasama kelompok kami.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami dengan ketulusan hati mengucapkan terimakasih kepada
dosen pengampu mata kuliah asuhan keperawatan yang telah senantiasa membimbing kami
dalam menyelesaikan makalah ini.

Dalam menyusun makalah ini, kami sebagai penulis sangat menyadari banyaknya
kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini. Oleh karena itu, kelompok kami sebagai penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik lagi dan
bisa bermanfaat untuk banyak orang.

Denpasar, 29 april 2019

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................................. i


Kata Pengantar ................................................................................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................................................1
A. Latar Belakang ...........................................................................................................................1
B. Tujuan .......................................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah ......................................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................3
A. Defenisi .......................................................................................................................................3
B. Jenis Ca Paru ...............................................................................................................................3
C. Etiologi ........................................................................................................................................4
D. Manifestasi Klinis .........................................................................................................................
2.6. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................................6
2.8. Penatalaksanaan ........................................................................................................................7
BAB 3 WOC ...................................................................................................................................5
BAB 4 LOBEKTOMI ....................................................................................................................7
BAB 5 TINJAUAN KASUS ..........................................................................................................8
BAB 6 PENUTUP ........................................................................................................................20
A. Kesimpulan ...............................................................................................................................20
B. Saran ..........................................................................................................................................20
Daftar Pustaka ................................................................................................................................21

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker
paru sebagai salah satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah
keganasan lainnya. Peningkatan angka kesakitan penyakit keganasan, seperti
penyakit kanker dapat dilihat dari hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) yang pada 1972 memperlihatkan angka kematian karena kanker masih
sekitar 1,01 % menjadi 4,5 % pada 1991 . Data yang dibuat WHO menunjukan
bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan yang menjadi penyebab
kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada
laki laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya prognosis penyakit ini mungkin
berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya
masih berada dalam stadium awal penyakit. Hasil penelitian pada penderita
kanker paru pascabedah menunjukkan bahwa, rerata angka tahan hidup tahunan
stage I sangat jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II, apalagi
jika dibandingkan dengan staging lanjut yang diobati adalah 9 bulan (Landis SH,
dkk, 1998).
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan
penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Pengobatan atau penatalaksaan
penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan tenaga kesehatan untuk
mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan
sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih
cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik
dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan
terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru
terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita
kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti
belum dapat ditegakkan. Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit
keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun

1
keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru). Dalam pedoman
penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru
primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma
bronkus (bronchogenic carcinoma). Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker
apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen
dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah
sel.Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi
onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan
sel tumbuh dan berkembang tak terkendali. Perubahan ini berjalan dalam
beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses multistep carcinogenesis.
Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti kromosom
atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel
pada sel kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen
yang berperan dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc,
gen k-ras sedangkan kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb.
Sedangkan perubahan kromosom pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan
pada sel kanker paru (Stover DE, 1998).
Oleh karena itu, penulis ingin membuat asuhan keperawatan
pembedahan umum pada pasien dengan kanker paru. Hal ini berguna untuk
membantu penata anestesi dalam memberikan pelayanan yang benar kepada
pasien penderita kanker paru dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup pasien.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan pembedahan umum pada pasien penderita kanker
paru dalam meningkatkan kualitas hidup?

C. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pembedahan umum pada pasien penderita
kanker paru dalam meningkatkan kualitas hidup.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Kanker merupakan suatu pertumbuhan selosel abnormal yang cenderung
menginvasi jaringan disekitarnya dan meyebar ke organ lain yang letaknya jauh.
Kanker terjadi karena adanya profilerasi sel tak terkontrol yang terjadi tanpa
batas dan tanpa tujuan bagi pejamu. Meskipun kanker memiliki ciri unik,
kanker muncul melalui beberapa proses yang sama yang pada akhirnya
bergantung pada perubahan genetic secara krusial (Elisabeth, 2008).
Kanker paru merupakan pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali
dalam jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen,
lingkungan, asap rokok (Suryo,2010).
B. Jenis-Jenis Ca Paru
1. Karsinoma sel skuamosa sebanyak 30% dari sel kanker paru : kanker ini
berkaitan dengan asap rokok dan pajanan toksik-toksik lingkungan seperti
polusi udara. Tumor ini terletak di bronkus pada sisi tempat bronkus masuk
ke paru yang disebut hilus, sehingga menyebabkan bronkus mengalami
obstruksi, atelektasis, pneumonia dan penurunan kapasitas ventilasi.
2. Adenomakarsinoma sekitar 30% dari sel kanker : jenis kanker yang berasal
dari kelenjar paru dan biasanya terjadi dibagian perifer paru termasuk
bronkiolus dan alveolus.
3. Kanker sel besar takberdiferensial sangat anaplastik dan cepat bermetastasis
sekitar 10-15% dari semua sel kanker paru. Kanker ini sering terjadi
dibagian perifer dan meluas kearah pusat paru. Tumor ini berkaitan dengan
merokok dan menyebabkan nyeri dada.
4. Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari semua sel kanker paru. Sering dijumpai
pada para perokok sehingga menyebabkan obstruksi aliran udara.
C. Etiologi
1. Merokok
2. Perokok Aktif dan Pasif

3
3. Radon Gas
4. Kecenderungan keluarga
5. Penyakit-penyakit paru
6. Polusi udara
7. Kekurangan vit A dan C
D. Manifestasi Klinis
1. Gejala awal : stridor local dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi pada bronkus.
2. Gejala umum : batuk, hemoptisis, anoreksia, lelah, berkurangnya berat
badan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi : foto thorak PA dan lateral serta tomografi dada, bronkhografi
2. Laboratorium : sitologi (sputum, pleural), pemeriksaan fungsi paru dan GDA
3. Histopatologi : bronkoskopi, biopsy trans torakal, torakoskopi,
mediastinosopi
F. Penatalaksanaan
1. Kuratif
2. Paliatif
3. Hospice Care
4. Suportif
5. Toraktomi eksplorasi
6. Lobektomi
7. kemoterapi

4
BAB 3
WOC

Asap tembakau Radiasi Perokok Pasif Pemajanan Okupasi Polusi Udara

Ca Paru

Gejala awal : stridor local dan Gejala umum : batuk, hemoptisis,


dispnea ringan yang mungkin anoreksia, lelah, berkurangnya
disebabkan oleh obstruksi pada berat badan.
bronkus.

Lobektomy :
1. Jenis anestesi yang digunakan pada pembedahan ini adalah General anestesi dengan ETT.
2. Jenis obat premedikasi atropin sulfat
3. Obat inhalasi menggunakan sevofluran
4. Jenis induksi TIVA dengan menggunakan propofol.
5. Maintenance dengan menggunakan TIVA

5
Pre-Operasi Durante-Operasi Post-Operasi

Pasien mengatakan sesak Pasien puasa 6 jam Napas belum adekuat, RR


napas, batuk berdahak, susah Terjadi perdarahan 150 cc 10X/m, SPO2 : 85%, akral
mengeluarkan dahak dan rasa
sesak saat berbaring. dingin, terpasang ventilator

Resiko cairan kekurangan cairan Gangguan ventilasi spontan


Bersihan jalan napas tidak
efektif

Pasien mengatakan takut Pasien dianestesi dengan


akan dioperasi, bertanya general anestesi ETT no pasien belum sadar, GCS 4,
sakit tidaknya tindakan 6,5. Alderete score 4, kesadaran
operasi dan lamanya Pasien tiba-tiba apnea stupor, Terpasang ventilator
operasi berlangsung, Nadi 62x/m halus, RR
apakah saya bisa selamat 8x/m, suhu 35°C , RR
12x/m, SaO2 80%.
saat akan dilakukan Gangguan Perfusi
operasi. Jaringan Serbral
Ketidakefektifan pola napas

Cemas

Pasien mengatakan rasa


meriang dan demam .

Hipertermi

6
BAB 4

LOBEKTOMI

A. Pengertian Lobektomi
Lobektomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk mengambil atau
mengangkat salah satu lobus dari suatu organ. Bila lobus yang diangkat adalah lobus paru
paru maka disebut lobektomi pulmoner. Sebuah lobektomi paling sering mengacu pada
lobektomi paru-paru.
Prosedur ini dilakukan saat ditemukan adanya kelainan pada bagian tertentu dari
paru paru. Bila kelainan itu hanya mengenai satu lobus maka dapat dilakukan lobektomi
sementara jaringan paru lainnya yang masih sehat tetap berfungsi secara normal.
Lobektomi umumnya dilakukan bersamaan dengan operasi thorakotomi (pembedahan
pada rongga dada)1.Sebuah lobektomi adalah operasi besar dengan risiko serius dan
komplikasi potensial. Sebelum dilakukan lobektomi ada beberapa pilihan perlakuan yang
kurang invasif. Pertimbangkan pilihan pengobatan lain sebelum dilakukan lobektomi.

B. Jenis Anestesi
6. Jenis anestesi yang digunakan pada pembedahan ini adalah General anestesi dengan
ETT.
7. Jenis obat premedikasi atropin sulfat
8. Obat inhalasi menggunakan sevofluran
9. Jenis induksi TIVA dengan menggunakan propofol.
10. Maintenance dengan menggunakan TIVA

7
BAB 5
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LOBEKTOMI

A. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Jumat, 21 April 2019
Tempat : IBS
Jam : 09.30 WIB
Metode : Anamnesa, observasi dan dokumentasi RM
Sumber : Tn. M
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 48 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pamijen – Sokaraja
Pekerjaan : PNS
Diagnosa Medis : Ca Paru Dextra
No. RM : 870000
Tanggal masuk : 20 April 2019
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. T
Umur : 46 tahun
Alamat : Pamijen – Sokaraja
Hubungan dg klien : Istri
c. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak napas, tidak nyaman dan sesak napas saat
berbaring
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan sesak napas, tidak nyaman dan rasa sesak napas
saat berbaring, rasa demam, takut akan operasi, sempat bertanya sakit
tidaknya tindakan operasi dan lama operasi berlangsung, apakah saya
bisa selamat saat akan dilakukan operasi ? Penyakit ini sudah diderita

8
sejak 5 tahun yang lalu. Pasien sempat dirawat di rumah sakit sejak 2
tahun lalu, kondisi sempat membaik namun 3 bulan yang lalu kondisi
sempat kambuh lagi sehingga berobat ke puskesmas. Sampai saat ini
kondisi semakin memburuk sehingga keluarga mengambil
kesimpulan untuk membawa pasien ke rumah sakit. Pasien tiba di
UGD pada tanggal 20 april 2019 pukul 18.00 lalu pasien ditangani
oleh dokter SpPD dan perawat yang bertugas, didapatkan hasil TTV :
tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 88x/menit, RR 10x/menit, Suhu
39⁰C. Terapi yang diberikan oksigen masker 6 lpm, dexametacon 3x2
ampul, pct drips 1 gr/IV, dan terpasang infuse RL 14 tpm +
aminophilin 1 ampul. Dilakukan pemeriksaan radiologi PA,
Bronkhografi, mediastinosopi, dan laboratorium (sitologi). Setelah 3
jam observasi di UGD pada pukul 09.30 pasien tiba di ruangan
bedah.
3. Riwayat penyakit dulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat merokok sejak 20 tahun yang
lalu dimana frekuensinya 15 batang/hari.
4. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita seperti penyakit yang diderita
pasien sekarang.
d. SistemTubuh
1. Pernafasan (B1 : Breathing)
Frekuensi 10x/m, irama tidak teratur, terlihat gerakan cuping hidung,
tidak sianosis, terlihat keringat pada dahi, pasien merasa sesak dan
mengeluarkan sputum dari mulut dengan warna merah kecoklatan.
Didapatkan suara napas bronchial, SPO2 92%
2. Kardiovaskukler (B2 : Bleeding)
TD 100/60 mmHg. Nadi 88x/m. suhu 39OC. Cor S1 S2 tunggal
regular, ekstra systole/murmur tidak ada.
3. Persyarafan (B3 : Brain)
Tingkat kesadaran (GCS) Membukamata: Spontan (4)

9
Verbal : Orientasi baik (5)
Motorik : Menurut perintah (6)
Compos Mentis : Pasien sadar baik (15)
4. Perkemihan-Eliminasi Uri (B4 : Bladder)
Jumlah urine 700 cc/24 jam, warna air jernih kekuningan.
5. Pencernaan-EliminasiAlvi (B5 : Bowel)
Peristaltik 8x/m (normal), tidak kembung, tidak terdapat obstipasi
maupun diare, klien buang air besar 1 x/hari, dan mengeluarkan
lender dari mulut.
6. Tulang-Otot-Integumen (B6 : Bone)
Tidak terdapat kontraktur maupun dekubitus.
e. Keadaan Umum
Kesadaran umum : Baik, Pasien terpasang oksigen 6lpm masker,
wajah gramace, nampak ketakutan, gelisah.
Kesadaran : Composmentis (GCS = 15)
Status gizi : BB 40 dari 58 Kg
Tanda-tanda vital
Di Bangsal : TD 100/60 mmHg. Nadi 88x/m. RR 30x/m. Suhu 39OC
Di Ruang Pre Op : TD 110/70 mmHg. Nadi 98x/m. RR 28x/m. Suhu
37,8OC
f. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
a. Kepala
Rambut pasien lurus, beruban, kulit kepala bersih
b. Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
c. Telinga
Bentuk daun telinga simetris, pendengaran baik
d. Hidung
Cukup bersih, terdapat rambut hidung, tidak terdapat polip, terlihat
napas cuping hidung dan rasa sesak.
e. Mulut

10
Bibir atas dan bawah warna kehitaman dan pecah-pecah dan mukosa
mulut kering, pasien batuk serta mengeluarkan sputum merah
kecoklatan, mulut terasa bau.
f. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan nodul limfe pada kedua sisi
leher, tidak terdapat peningkatan vena jugularis pressure (JVP).
g. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada benjolan tulang costa saat
pasien bernafas,
Palpasi : pasien mengalami nyeri tekan
Perkusi : suara paru pekak
Auskultasi : suara nafas bronchial
h. Abdomen
Tidak terdapat acites, hepar tidak membesar, tidak ada distensi
abdomen,terdapat benjolan 2 jari diatas simfisis, tidak ada nyeri
tekan.
i. Genetalia
Bersih tidak ada penyakit kulit di area tersebut.
j. Ekstremitas
Atas : Turgor kulit elastis, tidak ada edema
Bawah : Simetris, tidak ada kelemahan dan tidak terdapat edema.
Kekuatan Otot
5 5

5 5

g. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto thorax PA menunjukkan adanya kanker pada ketiga lobus
2. Bronkhografi menunjukkan adanya tumor pada bronkus
3. Mediastinosopi menunjukkan adanya tumor metestase pada kelenjar getah
bening
4. Labotorium sitologi (sputum) adanya sel kanker

11
h. Persiapan Operasi
1. Pasien puasa 6 jam sebelum operasi, mulai jam 03.00 WIB
2. Mencocokkan identitas pasien( nama, nomor medical record), gelang pasien.
3. Cek hasil pemeriksaan penunjang (Laboratorium, Rontgen dsb).
4. Pastikan inform consent dengan baik, persetujuan operasi dan persetujuan
anestesi lengkap.
5. Diruang persiapan pasien terpasang infus RL 14tpm ditangan kiri
6. Pasien terpasang kateterisasi
7. Persiapan Ventilator lengkap
8. Informed Consent : Sudah
9. Gelang Identitas : Sudah

i. Data Fokus
1. Pre Operasi
1. Pasien mengatakan sesak napas, batuk berdahak rasa sesak saat
berbaring
2. Pasien mengatakan takut akan dioperasi, bertanya sakit tidaknya
tindakan operasi dan lamanya operasi berlangsung, apakah saya
bisa selamat saat akan dilakukan operasi.
3. Pasien mengatakan rasa meriang dan demam .
Tanda-tanda vital:

Di Bangsal: TD 100/60 mmHg, Nadi 88x/m, RR 10x/m, Suhu 39 °C , SPO2


92%
Di ruang pre op: TD 110/70 mmHg, Nadi 98x/m, RR 12x/m, Suhu 37,8°C,
SPO2 92%
2. Durante Operasi
Operasi dilakukan pada tanggal 21 April 2019 di OK X IBS RS
Margono Soekardjo Purwekerto, pasien dibawa keruang op
dibaringkan dimeja op pada jam 10.00 WIB dengan posisi supinasi
dan diberikan premedikasi SA iv, induksi propofol/iv dan obat
inhalasi(sevofluran) selanjutnya Pasien di general anestesi dengan
menggunakan ETT no 6,5.

12
TTV: Nadi 110x/m, RR 12x/m, suhu 36°C
A : (Airway) :terpasang ETT no 6,5, O2 8lpm
B : (Breathing) : RR 12x/m, SaO2 90%
C : (Circulation) :Wajah tidak pucat, CRT 3, Nadi 110x/m, RR 12x/m, suhu
36 °C
Cairan: Input  RL 300 cc
Output  urine 150 cc
Perdarahan +- 150cc

3. Post Operasi
Tn. M dipindahkan dari ruang operasi ke RR jam 11.15 wib
dengan posisi supine

a. Status Sirkulasi
TD: 90/50 mmHg
Nadi: 100x/m
Suhu : 36
Respirasi: 10x/menit
Tidak tampak sianosis, turgor baik, akral dingin.
b. Status Respirasi
Pernapasan pasien tidak adekuat sehingga Pasien terpasang
ventilasi mekanik
c. Status Neurologis
Kesadaran pasien Stupor, GCS 4, E :1, V:1,M:2,
Penilaian Aldrete Score

No Aldrete Score Penialain Nilai


1 Warna kulit kemerahan 2
2 Pernapasan Napas tidak adekuat 0
3 TD 20-50% 1
4 Kesadaran Belum ada respon 0
5 Motorik 2 ektremitas dapat bergerak 1
Total score : 4

13
Analisa Data

No Tanggal Data Fokus Masalah Penyebab


1 21 Des Pre OP
2018 DS :
09.30 a. Pasien mengatakan sesak
WIB napas, batuk berdahak dan Bersihan jalan tidak Peningkatan
rasa sesak saat berbaring efektik sputum
b. Pasien mengatakan takut
akan dioperasi, bertanya Cemas Proses penyakit
sakit tidaknya tindakan
operasi dan lamanya operasi
berlangsung, apakah saya
bisa selamat saat akan
dilakukan operasi
c. Pasien mengatakan rasa Hipertermi Proses penyakit
meriang dan demam .

DO :
a) Frekuensi 10x/m, irama
tidak teratur, terlihat gerakan
cuping hidung, tidak
sianosis, terlihat keringat
pada dahi, pasien merasa
sesak dan mengeluarkan
sputum dari mulut dengan
warna merah kecoklatan.
Didapatkan suara napas
bronchial. SPO2 92%
b) wajah gramace, nampak
ketakutan, gelisah.
c) Akral hangat, suhu 39

2. 10.00 Intra OP
WIB DS:-
DO:. Resiko kekurangan Efek
a) Pasien puasa 6 jam, cairan metabolisme
Terjadi perdarahan 150 tubuh
cc
a) Pasien dianestesi dengan
general anestesi ETT no Ketidakefektifan pola Obstruksi jalan
6,5. nafas napas
Pasien tiba-tiba apnea
Nadi 62x/m halus, RR
8x/m, suhu 35°C , RR
12x/m, SaO2 80%.

14
3. 11.15 Post Op Gangguan ventilasi Kelelahan otot
WIB Ds:- spontan otot pernapasan
DO: napas belum adekuat, RR 10X/m, (efek obat
SPO2 : 85%, akral dingin, terpasang anestesi)
ventilator

11.20 DS: - Gangguan


WIB DO: pasien belum sadar, GCS 4, Alderete Gangguan perfusi transpor oksigen
score 4, kesadaran stupor, terpasang jaringan cerebral melalui alveolus
ventilator dan membrane
kapiler (Efek
obat anestesi )

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
1) Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sputum
2) Hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit
3) Cemas berhubungan dengan Proses penyakit

2. Intra Operasi
1) Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan efek metabolism tubuh
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan napas

3. Post Operasi
1) Gangguan ventilasi spontan berhubungan dengan kelelahan otot otot pernapasan
(efek obat anestesi)
2) Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan Gangguan transpor
oksigen melalui alveolus dan membrane kapiler (Efek obat anestesi )

15
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnose Tujuan dan criteria NIC Rasional


keperawatan hasil (NOC)
Bersihan jalan tidak efektif Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui
berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Mengatur posisi perkembangan pasien
peningkatan sputum yang selama 1x 12 jam pasien head up 45° 2. Posisi head up 45°
ditandai dengan : masalah jalan napas 3. Memberikan oksigen membantu pasien
DS : teratasi dengan KH : masker 6 lpm bernapas dengan baik
Pasien mengatakan sesak 1. Pasien tidak sesak, 4. Lakukan tindakan 3. Untuk mengurangi
napas, batuk berdahak rasa pasien nyaman saat suction terjadinya sesak dan
sesak saat berbaring berbaring 5. Edukasi pasien dan menghindari sianosis
DO : 2. TTV dalam batas keluarga mengenai 4. Untuk mengeluarkan
Frekuensi 10x/m, irama tidak normal ( RR 14- kondisi penyakit sputum
teratur, terlihat gerakan 18x/m SPO2 95- 6. Kolaborasi dengan 5. Agar pasien dan
cuping hidung, tidak sianosis, 100%) dokter dalam keluarga menerima
terlihat keringat pada dahi, 3. Tidak terjadi pemberian terapi kondisi yang dialami
pasien merasa sesak dan penumpukan bronkodilator dan pasien
mengeluarkan sputum dari sputum terapi cairan 6. Dengan pemberian
mulut dengan warna merah 4. Suara napas brokodilator jalan napas
kecoklatan. Didapatkan suara vesikuler berdilatasi sehingga
napas bronchial. SPO2 92% 5. Pasien bernapas sputum mudah di
dengan spontan keluarkan

Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui


dengan Proses penyakit tindakan keperawatan terutama suhu perkembangan kondisi
ditandai dengan : selam 1x12 jam 2. Kompres hangat pasien
DS : masalah hipertermi 3. Kolaborasi dengan 2. Dengan kompres hangat
Pasien mengatakan rasa teratasi dengan KH : dokter dalam dapat mengontrol
meriang dan demam 1. Pasien tidak demam pemberian terapi thermoregulasi
DO : 2. Suhu normal antipiretik dan cairan 3. Pemberian terapi dan
Akral hangat, suhu 39 36,5°C-37,5° cairan dan menurunan
suhu pasien

16
Cemasa berhubungan dengan Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 4. Untuk mengetahui
Proses penyakit ditandai tindakan keperawatan 2. Lakukan pendekatan perkembangan pasien
dengan : selama 35 menit pasien pada keluarga dan 5. Dengan melibatkan
DS : tidak cemas lagi dengan pasien diruangan keluarga untuk
Pasien mengatakan takut akan KH : khusus membinah hubungan
dioperasi, bertanya sakit 1. Pasien tidak cemas 3. Edukasi pasien dan saling percaya
tidaknya tindakan operasi dan 2. Wajah tidak keluarga mengenai 6. Menjelaskan pada
lamanya operasi berlangsung, grimace tindakan oprasi yang pasien dan keluarga
apakah saya bisa selamat saat 3. Pasien tenang akan berlangsung mengenai tindakan
akan dilakukan operasi 4. Pasien dan keluarga besok oprasi dan anestesi serta
DO : menerima kondisi komplikasi yang
wajah gramace, nampak pasien ditemukan
ketakutan, gelisah.

Resiko kekurangan Setalah dilakukan 1. Observasi KU pasien 1. Untuk mengetahui


cairan berhubungan tindakan keperawatan 2. Pantau tanda-tanda perkembangan pasien
efek selama 20 menit tidak syok 2. agar mengantisipasi
metabolismetubuh ditemukan cedera pada 3. Pantau perdarahan terjadinya syok
ditandai dengan : saluran pernapasan 4. Pantau tanda-tanda 3. agar mengantisipasi
DS : - dengan KH : dehidrasi terjadinya perdarahan
1. Tidak terjadi syok hebat dan penanganan
DO: 2. Tidak terjadi 4. agar tidak terjadi
Puasa 6 jam, terjadi perdarahan masif perdarahan yang
perdarahan 50 cc 3. Tidak terjadi tanda- berkelanjutan
tanda dehidrasi

Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilalukan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui


berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Berikan oksigen perkembangan pasien
obstruksi jalan napas ditandai selama 30 menit, pola 100% via mask 2. Pemberian oksigen
dengan : napas membaik. 3. Pantau selang ETT 100% via mask napas
DS: - Dengan KH : 4. Pantau efek obat pasien terkendali
DO: 1. Pola napas anestesi yang 3. Uktuk mengetahui
Pasien tiba-tiba apnea efektif mendepresi system kepatenan jalan napas

17
Nadi 62x/m halus, RR 8x/m, 2. Selang ETT pernapasan dan 4. Dengan cara
suhu 35°C , RR 12x/m, SaO2 tidak obstruksi kardiovaskular pemantauan efek obat
80%. 3. TTV dalam (hipotensi) anestesi tidak
batas normal 5. Kolaborasi dengan mengakibatkan fatal
(nadi 60-80, RR dokter anestesi pada pasien
14-18, suhu mengenai kondisi 5. Kolaborasi dengan
36,5-37,5) pasien dokter anestesi dalam
4. SPO2 95-100% pemilihan tindakan

Gangguan ventilasi spontan Setelah dilakukan 1. Observasi TTV 1. Untuk mengetahui


berhubungan dengan tindakan keperawatan 2. Edukasi keluarga perkembangan pasien
kelemahan otot otot selama 120 menit napas mengenai kondisi 2. Edukasi dengan
pernapasan (efek obat pasien adekuat dengan pasien keluarga pasien
anestesi) ditandai dengan : KH : 3. Pasang ventilator mengenai tindakan
DS: - 1. Napas pasien mekanik pemasangan ventilator
DO: adekuat 4. Kolaborasi 3. Ventilator mekanik
napas belum adekuat, RR 2. Pasien bernapas dengan dokter dapat mengendalikan
10X/m, SPO2 : 85%, akral dengan baik tanpa anestesi dalam napas pasien
dingin, terpasang ventilator menggunakan alat hal pemberian 4. Kolaborasi dengan
alat bantu terapi reverse dokter pemberian terapi
3. TTV dalam batas reverse dapat
normal (nadi 60-80, memulihkan kondisi
RR 14-18, suhu pasien
36,5-37,5)
4. SPO2 95-100%

18
Gangguan perfusi jaringan Setelah dilakukan 1. Observasi tanda tanda 1. Penurunan perfusi
cerebral berhubungan dengan tindakan keperawatan penurunan perfusi jaringan kardiopulmonal
Gangguan transpor oksigen selama 30 menit tidak jaringan dan cerebral dapat
melalui alveolus dan terjadi gangguan pada kardiopulmonal dan mengakibatkan fatal
membrane kapiler (Efek obat cerebral dengan KH : cerebral pada pasien
anestesi ) ditandai dengan : 1. Pasien sadar 2. Berikan oksigen 2. Pemberian oksigen
DS: - 2. GCS 15 masker masker pasien bernapas
DO: 3. Alderete score 3. Kolaborasi dengan dengan spontan
pasien belum sadar, GCS 4, lebih dari 8 dokter anestesi dalam 3. Pemberian reverse dapat
Alderete score 4, kesadaran 4. Kesadaran pemberian reverse mengembalikan fungsi
stupor, terpasang ventilator compos mentis kardiopulmonal dan
cerebral stabil

19
BAB 6
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker paru adalah penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru).
Kasus penderita kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis
pasti belum dapat ditegakkan. Pembuatan asuhan keperawatan dengan pembedahan
lobectomy pada penderita kanker paru.

B. Saran

Dalam pelaksanaan tindakan perioperatif maupun perianestesi diharapkan memantau


komplikasi yang sering di jumpai agar tidak menimbulkan kefatalan pada pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun
1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995.
Elisabeth, J. Corwin. 2008. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta :EGC
Landis SH, Mliiray T, Bolden S, Wingo PA. Cancer 1998. Ca Cancer J Clin 1998; 48:6-29.
Suryo, joko. 2010. Herbal Penyembahan Gangguan Sistem Pernapasan. Jogjakarta: B
First
Stover DE. Women, smoking and lung cancer. Chest 1998; 113:1-2.

21

Anda mungkin juga menyukai