Anda di halaman 1dari 47

E-Book

Mengenal Fase:
TUMBUH KEMBANG
OTAK ANAK

www.sdi.id Sygma Daya Insani @sygmadayainsani


Daftar Isi
Pengantar 01
Kehadiran Anak dalam
Kehidupan Pernikahan 13

Pengaruh Lingkungan Anak 17


Sejak dalam Kandungan
Perkembangan Otak Anak 21
Ancaman dalam Kehidupan 26
Anak dan Solusinya
Pengantar

Otak di Antara Akal, Iman,


Akhlak, dan Adab

Menurut Marie Liu (penulis novel


berjudul Warcrosss) segenap indra dan
otak manusia dapat dimanipulasi
dengan realitas buatan yang terasa
lebih nyata dibandingkan kenyataannya
itu sendiri. Secara neurofisiologi,
sebuah sel neuron bekerja berdasarkan
karakter fisika-kimia dari agen penstim-
ulasinya. Tidak peduli stimulus itu di-
hasilkan oleh apa dan siapa. Selama

01
stimulus itu bisa mendorong ion natri-
um masuk ke dalam sel dan mengubah
fase polarisasi, akan tercipta me-
kanisme rangsang, yaitu konsep realitas
maya “menipu” otak.

Dari konsep itu, akan tercipta rang-


sangan virtual yang dapat dimaknai
oleh otak dan segenap jajarannya se-
bagai kondisi faktual. Selanjutnya, berb-
agai terpaan rangsang akan mendorong
terciptanya pola-pola habituasi yang
menjadi pemandu pembentukan sirkuit
fungsional. Di sanalah sirkuit sirkuit
yang dibangun, dipreservasi, bahkan
diperkuat akan menjadi pola yang

02
melekat, termasuk dalam bersikap dan
mengambil keputusan. Proses tersebut
merupakan bagian yang tidak terpisah-
kan dari mekanisme neuroplastisitas.

Kemampuan manusia beradaptasi,


berkembang berdasarkan bentuk-ben-
tuk interaksi dengan lingkungan internal
dan eksternal. Akibatnya, persoalan
akan bergeser bukan hanya pada kondi-
si masa depan saat bentuk realitas baru
menjadi ruang hidup primer bagi manu-
sia. Dalam buku berjudul Gence, saya
menamai jenis populasi baru ini sebagai
“hidup dan tinggal di Digitat (Digital Hab-
itat)”. Namun, masalah kita hari ini

03
adalah konsep pendidikan adaptif yang
harus mampu mengakomodasi peruba-
han pada era yang oleh sebagian pen-
gamat dinamai sebagai TUNA
(Turbulence, Uncertainty, Novelty, dan
Ambiguity).

Era ketidakpastian karena kebaruan


yang terus-menerus terjadi akan
menerpa peradaban hingga menimbul-
kan kegalauan kronis. Hal ini ditandai
dengan munculnya ambiguitas yang
menjadikan hidup semakin tidak jelas.
Padahal, Allah Swt. dalam Surah
An Nisa’ ayat 9 menegaskan bahwa kita
tidak boleh meninggalkan keturunan

04
yang lemah. Dalam konteks ini, lemah
bersifat komprehensif. Begitu juga,
lemah secara holistik yang berarti
penurunan kemampuan dalam berbagai
aspek kehidupan.

05
Dalam kurva knowledge management
dapat tumbuh menjadi ilmu dan ber-
muara pada wisdom atau kebijaksa-
naan/kewaskitaan. Ia berkembang
secara linier ke arah yang sama.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita


perlu kembali merenungkan konsep
pendidikan. Apa pun bentuknya: formal,
informal, semiformal, vokasional, dan
berbagai definisi operasional lainnya,
harus diupayakan solusi yang inovatif
dan dapat merevolusi konsep pendi-
dikan.

06
Untuk itu, saya menawarkan konsep
pendidikan berbasis fitrah yang bertu-
juan mencetak karakter yang berak-
ronim F.A.S.T (Fathanah, Amanah, Shid-
diq, dan Tabligh). Seseorang bukan
hanya dituntut menjadi pribadi yang
semata smart, melainkan juga andal
dalam berkomunikasi. Dia juga punya
integritas terhadap nilai moral, jujur,
dan peduli pada sesama.

Yang terpenting dari semua itu


adalah berorientasi pada ketauhidan
atau kebenaran yang hakiki. Untuk men-
capai hal tersebut, diperlukan pendekat-
an baru yang bersifat integratif, terma-

07
suk dalam media belajar dan bahan
bacaan. Bagaimana kiat praktisnya? Pe-
lajarilah cara kerja otak sebagai prose-
sor utama kehadiran atau eksistensi
manusia. Sebagai contoh, fungsi otak
pada manusia bukan sekadar meng-
hasilkan naluri untuk bertahan hidup,
melainkan juga dapat memagnifikasi
arti dan membangun persepsi. Proses
tersebut bertujuan memberi makna
bahwa ada nilai yang lebih daripada
sekadar hidup, yaitu menghidupi dan
menghidupkan kesadaran tentang
tujuan.

08
Contoh paling konkret dari fungsi
otak dalam memproduksi keluhuran
budi (akhlak) adalah bagaimana filtrasi,
valuasi, validasi, dan evaluasi terhadap
suatu kondisi (asupan data indrawi)
dilakukan oleh kompleks sistem yang
terdiri dari orbitofrontal cortex,
ventromedial prefrontal cortex, anterior
cortex singulata, sampai insula.

Secara bersama atau terpisah, di


dalam sistem itu dihasilkan persepsi
dan kesadaran terhadap situasi yang
dihadapi. Validasi dan valuasi membuat
kita penuh pertimbangan dan perhitun-
gan. Dengan hal tersebut, kita dapat

09
melakukan future thinking atau “berima-
jinasi”. Ada yang menyebutnya sebagai
hipotesis. Sebagian lagi menamainya
dengan skenario.

Kita punya modal untuk itu. Multi-


sensori, kapasitas berpikir plastis, cetak
biru DNA, dan gen-gennya yang adaptif
adalah human capital yang sesung-
guhnya. Bayangkan jika ada buku dan
alat belajar yang bersifat mix stimula-
tion dan dapat menghadirkan sensasi
mixed reality dengan pendekatan fitrah.
Alih-alih mencerabut kedekatan kita
dengan alam, ia justru akan mendekat-
kan kita dengan alam yang menjadi

10
bagian dari karunia Allah Swt. Betapa
indahnya jika kita dapat membelai saraf
opticus dan area asosiasi visual melalui
pantulan cahaya yang direfleksikan
dedaunan yang kita namakan hijau.
Demikian pula, saat garam menyentuh
mesra gema gustatoria dan saat suara
gesekan dedaunan bambu menggetar-
kan bulu-buku halus dalam kokhlea.
Indah dan terorkestrasi sempurna,
bukan?

11
Tidak hanya itu. Bagaimana jika itu
semua menjadi bagian dari zikir yang
sesungguhnya? Zikir yang menenang-
kan hati dan pikiran yang menjernihkan
otak? Bayangkan jika otak anak-anak
kita diasah dengan penuh asih dalam
konsep saling mengasuh yang mem-
buat mereka tumbuh dan berkembang
sesuai dengan fitrahnya?

Tauhid Nur Azhar

12
Kehadiran Anak dalam
Kehidupan Pernikahan
(Apakah Arti Anak Bagi Orangtuanya?)

Anak Adalah Anugerah


Allah Swt. memberikan kebahagiaan
tak terhingga kepada hamba-Nya atas
kehadiran anak-anak dalam ke-
hidupan suami-istri. Anak lahir bukan
sekadar untuk memenuhi salah satu
tujuan pernikahan. Tanpa kehadiran
anak, pernikahan akan terasa hampa.
Seiring dengan kelahiran anak, Allah
Swt. menanamkan rasa gembira dan
kasih sayang kepada orang tua terha-

13
dap anak-anaknya. Allah Swt.
melimpahkan anugerah kepada ham-
ba-Nya dalam bentuk kebahagiaan di
dunia dan berpeluang menjadi keba-
hagiaan di akhirat.

Anak Adalah Amanah


Kehadiran anak juga menjadi ajang
pembuktian tugas dan wewenang
setiap orang tua di hadapan Allah
Swt. Orang tua harus mempertanggu-
ngjawabkan segala hal yang terkait
dengan anak-anaknya. Ayah dan
Bunda akan disidang dalam sidang
khusus di hadapan para malaikat.
Tidak mungkin Ayah dan Bunda
berlaku curang. Ketika sidang

14
pertanggungjawaban kepemimpinan
atas anak-anak dapat dilalui dengan
lancar, kebahagiaan yang melebihi
segala kebahagiaan di dunia akan
menjadi milik orang tua tersebut.

Anak Adalah Ujian


Mengapa Allah Swt. menghadirkan
kebahagiaan tiada tara yang dengan-
nya juga ada pertanggungjawaban
yang tidak dapat diremehkan? Itulah
bentuk ujian dari Allah Swt. Anak
adalah ujian (fitnah) bagi orang
tuanya. Ketika ujian dapat dilalui
dengan baik, sunahnya kebahagiaan
dan keberuntungan akan semakin
bertambah. Dalam konteks ini,

15
Walaupun anak adalah darah daging
orang tuanya, mereka tetap adalah
titipan Allah Swt.

16
Pengaruh Lingkungan
Anak Sejak dalam
Kandungan
“Apakah Ayah dan Bunda mengetahui
bahwa sejak dalam kandungan, lingku-
ngan turut memengaruhi perkembangan
otak anak?”

17
Tahun-tahun pertama kehidupan anak,
khususnya 3 tahun pertama, sangat
memengaruhi perkembangan anak
hingga dia dewasa. Neuron di otak anak
tumbuh sebagai hasil pengalaman pen-
gasuhan dan berbagai stimulasi pada
tahun pertama kehidupannya. Selain
gen, lingkungan juga turut
memengaruhi perkembangan anak.

18
FAKTA PENTING!
Indra manusia yang pertama
berkembang adalah pendengaran.
Melalui pendengaranlah orang tua
dapat memengaruhi perkemban-
gan buah hatinya.

Organ koklea (penting untuk men-


dengar) pada janin mulai tumbuh
pada usia kehamilan 24 minggu.
Sensor pendengaran dan otak
mulai berkembang ketika janin
berusia 30 minggu.

19
Penelitian oleh Pacific Lutheran
University membuktikan bahwa
janin berusia 7 bulan dapat men-
dengar suara ibunya yang menga-
jak berbicara. Ketika lahir, bayi
dapat memberikan respons bahwa
selama di dalam kandungan, dia
mengerti dengan perkataan
ibunya.

Segala bentuk emosi, seperti


syukur dan kesal, yang disam-
paikan seorang ibu atau lingkun-
gan di sekitar anak dapat memen-
garuhi perkembangannya.

20
Perkembangan
Otak Anak
“Bagaimana tumbuh kembang otak pada
tahun-tahun pertama kehidupan anak?”

21
Usia 0 – 1 Tahun
Saat lahir, bayi memiliki 200 miliar
sel otak yang disebut neuron.

Otak tumbuh 1,7 gram per hari selama


tahun pertama kehidupan anak.

60% asupan energi dari makanan


digunakan untuk pertumbuhan otak.

Bayi membutuhkan interaksi yang


penuh kasih, sentuhan orang tua
yang sesuai dengan kebutuhan
mereka, sama seperti
mereka membutuhkan nutrisi.

22
Usia 1 – 2 Tahun
Perkembangan dan interaksi berbagai
bagian otak paling pesat selama dua
tahun pertama kehidupan.

Pada usia 2 tahun, otak anak menca-


pai sekitar 75% berat otak orang
dewasa.

DHA, asam lemak omega 3 dan kolin,


merupakan nutrisi penting untuk
perkembangan otak.

23
Usia 1 – 2 Tahun
Pada usia 18 bulan, terjadi ledakan
kosakata pada anak. Mereka dapat
memiliki 1 kata baru setiap 2 jam.

Pada usia ini, anak semakin mandiri


dan tertarik melakukan hal-hal baru.

24
Usia 2+
Anak memiliki lebih dari 100 triliun
koneksi sel (sinapsis) pada usia 2
tahun; Jumlah terbanyak yang
pernah mereka miliki dalam hidup.

Pada usia 2 tahun, struktur otak


sudah mirip otak orang dewasa.

Anak usia 2 tahun memiliki sekitar


300 kata. Mereka dapat menggu-
nakan kalimat sederhana yang terja-
di dari dua kata.

25
Ancaman Dalam
Kehidupan Anak
dan Solusinya
Menurut WHO, kekerasan adalah
penggunaan kekuatan fisik dan
kekuasaan; ancaman atau tindakan
terhadap diri sendiri, perorangan,
atau sekelompok orang (masyarakat)
yang mengakibatkan atau
kemungkinan besar mengakibatkan
memar atau trauma, kematian,
kerugian psikologis, kelainan
perkembangan, atau
perampasan hak.

26
Terry E. Lawson, seorang psikolog
dan penulis buku Parenting: What
We Need to Know to Make a
Difference membagi kekerasan
terhadap anak menjadi beberapa
jenis berikut:

1. Physical Abuse (Kekerasan Fisik)

2. Sexual Abuse (Kekerasan Seksual)

3. Emotional Abuse (Kekerasan Emosional)

4. Verbal Abuse (Kekerasan Verbal)

27
1. Physical Abuse
(Kekerasan Fisik)
Terjadi ketika orang tua atau penga-
suh memukul/menjewer/ mencubit
dan melakukan perbuatan yang
menyakitkan fisik lainnya. Biasanya,
dilakukan untuk mengondisikan
anak sesuai keinginan orang tua
atau saat anak ingin sesuatu.

Anak dapat mengingat kekerasan


fisik yang dilakukan terhadapnya.

28
Penelitian University of Wisconsin
menemukan bahwa anak yang
mengalami kekerasan fisik memiliki
amigdala dan hippocampus yang lebih
kecil pada usia 12 tahun daripada
anak-anak tanpa riwayat stres. Mereka
yang memiliki amigdala dan
hippocampus terkecil juga memiliki
masalah perilaku, seperti berkelahi atau
bolos sekolah.

29
Amigdala terlibat dalam pengatur-
an emosi, pengambilan keputusan,
juga pengaturan perilaku agresif.
Hippocampus juga terlibat dalam
pemprosesan emosi, juga penting
untuk pembentukan ingatan. Hippo-
campus yang lebih kecil pada
anak-anak yang mengalami pelece-
han bisa menghadirkan rintangan
untuk belajar dan menghambat
pembelajaran di sekolah.

30
2. Sexual Abuse
(Kekerasan Seksual)
Terjadi jika seseorang melibatkan,
membujuk, atau memaksa anak
dalam kegiatan seksual, termasuk
mendorong anak berperilaku
seksual yang tidak pantas.

Kekerasan dapat terjadi secara


langsung terhadap kemaluan dan
anggota tubuh anak dengan atau
tanpa pakaian.

Kekerasan seksual juga termasuk pa-


paran aktivitas seksual, pembuatan
film, dan prostitusi.

31
Studi neuroimaging membuktikan
kekerasan seksual masa kanak-kanak
memengaruhi perkembangan otak,
menyebabkan perbedaan anatomi otak
dan fungsi yang berdampak pada
kesehatan mental yang negatif
seumur hidup.
(Child Abuse Review Volume 27, Issue 3 Mei/
Juni 2018: 198–208)

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/-
full/10.1002/car.2514

32
Kekerasan seksual pada masa kanak-kanak
terkait dengan banyak konsekuensi psikol-
ogis jangka panjang, termasuk di
antaranya adalah bunuh diri, gangguan
stres pascatrauma (PTSD), depresi,
attention-deficit/ hyperactivity disorder,
gangguan perilaku (conduct disorder),
intergenerational effects, ketidakstabilan
afektif, dan penyalahgunaan narkotika.
(The Journal of Clinical Psychiatry, 69: 596 – 584 )

33
3. Emotional Abuse
(Kekerasan Emosional)
Terjadi ketika orang tua atau
pengasuh mengabaikan anak
setelah mengetahui dia meminta
perhatian. Misalnya, anak dibiarkan
lapar karena orang tua terlalu sibuk
atau tidak mau diganggu. Kebutu-
han anak untuk dipeluk dan dilind-
ungi terabaikan.

Anak dapat mengingat semua


kekerasan emosional yang dialami
sepanjang hidupnya tanpa dia
sadari.

34
Efek dari pelecehan emosional
jarang dipikirkan, tetapi cukup
merugikan kesehatan fisik dan
mental anak.

Anak-anak dan orang dewasa yang


telah mengalami pengabaian emo-
sional dapat merasa sulit untuk
membentuk hubungan yang sehat.
Mereka menjadi terlalu bergantung
pada satu orang atau terisolasi
secara sosial pada kemudian hari.

35
Anak-anak yang mengalami
tekanan emosional memiliki
masalah dengan emosi dan
ingatan.

(https://nypost.com/2017/11/02/
brain-scans-reveal-how-badly-
emotional-abuse-damages-kids/)

36
4. Verbal Abuse
(Kekerasan Verbal)
Terjadi ketika orang tua atau
pengasuh berkata kasar dan
menyakitkan.

Misalnya, menyuruh anak diam


atau tidak menangis setelah
mengetahui bahwa dia meminta
perhatian.

Saat anak mulai bicara untuk men-


gungkapkan perasaannya, orang
tua terus memarahinya.

37
Dari hasil percobaan Kurt Gray dan
Daniel Wegner, diketahui bahwa
kata-kata yang diucapkan dengan
maksud jahat untuk menyakiti atau
meremehkan memberikan lebih
banyak rasa sakit daripada yang
dikatakan tanpa pemikiran
sebelumnya atau niat yang
sebenarnya.

(Gray, Kurt, dan Daniel M. Wegner, The Sting of


Intentional Pain, Psychological Science [2008],
vol. 19, no. 12, 1260 – 1262)

38
Apabila ibu penuh kasih sayang
sedangkan ayah pelaku kekerasan
verbal yang kejam, kebaikan ibu
tidak akan mengurangi kerusakan
yang dilakukan ayah sedikit pun.
(https://www.psychologytoday.
com/us/blog/tech-support/201602/5-things-
everyone-must-understand-about-
verbal-abuse)

Penelitian dengan cara pemindaian


MRI pada sejumlah partisipan
menunjukkan rasa sakit emosional
dan fisik sangat mirip.
(Kross, Ethan, Marc G. Berman, dkk. Social
Rejection Shares Somatosensory
Representations With Physical Pain. 2011. PNAS,
vol,. 108, no. 5, 6270– 6275)

39
Solusi dalam Menghadapi Ancaman?

Membentuk Generasi
Unggul melalui Pendidikan
Nasional dan Neurosains
Mengacu pada Undang-Undang
No. 20/2003 tentang sistem pendidikan
nasional, pendidikan nasional bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang:

1. Beriman & bertakwa 5. Cakap,


kepada Tuhan Yang
Maha Esa, 6. Kreatif,
2. Berakhlak mulia, 8. Demokratis,
3. Sehat, 9. Bertanggung
4. Berilmu, jawab

40
Adakah Metode Pembelajaran
Atau Pendidikan Yang Sesuai Dengan
Perkembangan Dan Cara Kerja
Otak Manusia?

NEUROSAINS
MENAWARKAN KONSEP
PENDIDIKAN MENYELURUH
YANG DIHARAPKAN
SELURUH ORANGTUA
Neurosains mempelajari sistem kerja saraf.
Neurosains juga disebut sebagai ilmu yang
mempelajari otak dan seluruh fungsi saraf
belakang. Neurosains disebut juga ilmu yang
menghubungkan antara otak dan pikiran
(brain-mind connection) atau jiwa dan badan,
termasuk hati dan akal.

41
Pendidik, baik guru maupun orang tua,
dapat menyatukan tiga elemen
(otak-pikiran, jiwa-badan, dan akal-hati) saat
mengajar dan belajar bersama anak.

Pikiran

Jiwa-
Otak
Badan

Akal-
Hati

Hakikat pendidikan adalah untuk mem-


bentuk manusia sempurna atau insan kamil
yang dapat mengembangkan seluruh po-
tensi atau kecerdasannya, baik potensi jas-
mani, ruhani, maupun akal yang diupayakan
melalui neurosains.

42
Tujuan utama dari neurosains adalah
mempelajari dasar-dasar biologis dari setiap
perilaku. Hasil penelitian mutakhir di bidang
neurosains membuktikan bahwa hubungan
antara otak dan perilaku (karakter) manusia
tidak terpisahkan.

Melalui instrumen Positron Emission


Tomography (PET) diketahui bahwa ter-
dapat enam sistem otak (brain system) yang
secara terpadu meregulasi semua perilaku
manusia. Keenam sistem otak tersebut
adalah cortex prefrontalis, sistem limbik,
gyros cingulatus, ganglia basalis, lobus
temporalis, dan cerebellum.

43
Keenam sistem otak tersebut mempunyai
peranan penting dalam pengaturan kognisi,
afeksi, dan psikomotorik, termasuk IQ
(Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quo-
tient), dan SQ (Spiritual Quotient).

Pemisahan jasmani, ruhani, dan akal akan


berimplikasi pada pengembangan ketigan-
ya (IQ, EQ, dan SQ) yang secara otomatis
melanggengkan ketidakseimbangan pada
ranah kognisi, afektif, dan psikomotorik
dalam pembelajaran.

44
Pendidikan karakter sama halnya dengan
mengembangkan potensi otak. Semua
sistem dalam otak bekerja secara padu
untuk membangun sikap dan perilaku ma-
nusia. Kinerja otak yang normal akan meng-
hasilkan fungsi yang optimal. Perilaku pun
dapat dikendalikan secara sadar dengan
melibatkan dimensi emosional dan spiritual.

45

Anda mungkin juga menyukai