Artikel PDF
Artikel PDF
HASIL
SIKLUS I
Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti berdiskusi dengan guru mata pelajaran
matematika mengenai kegiatan yang akan dilakukan, menyusun RPP
pembelajaran dengan Problem Based Learning (PBL), Menyusun dan
merumuskan rancangan tindakan yang meliputi RPP dan perangkat pembelajaran
lainnya, soal tes akhir yang akan divalidasi oleh dosen ahli, instrumen penelitian
(lembar observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan).
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,
yaitu pada tanggal 11 April, dan 15 april 2013. Pelaksanaan pembelajaran dalam
setiap pertemuan disesuaikan dengan RPP pembelajaran dengan Problem Based
Learning (PBL). Pada pelaksanaannya, peneliti bertindak sebagai guru dengan
dibantu oleh 2 observer, yaitu 1 guru mata pelajaran matematika dan 1 teman
sejawat.
SIKLUS II
Perencanaan
Tindakan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Materi yang
dibahas sama dengan materi pada siklus I yaitu mengenai Luas dan keliling
segiempat. Tindakan yang direncanakan, yaitu menyusun RPP pembelajaran
dengan Problem Based Learning (PBL), Menyusun dan merumuskan rancangan
tindakan yang meliputi RPP dan perangkat pembelajaran lainnya, soal tes akhir
yangakan divalidasi oleh dosen ahli, instrumen penelitian (lembar observasi,
pedoman wawancara dan catatan lapangan).
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,
yaitu pada hari Selasa, tanggal 18 dan 29 April 2013. Pelaksanaan pembelajaran
dalam setiap pertemuan disesuaikan dengan RPP yang menggunakan
pembelajaran dengan Problem Based Learning (PBL). Pada pelaksanaannya,
peneliti bertindak sebagai guru dengan dibantu oleh 2 observer, yaitu 1 guru mata
pelajaran matematika dan 1 teman sejawat.
Observasi Hasil Belajar Siswa
Tes akhir siklus II diadakan pada hari Senin, 29 April 2013 dikerjakan
dalam waktu 35 menit. Berikut hasil ketuntasan materi berdasarkan hasil tes II.
Tabel 2. Hasil Ketuntasan Materi Berdasarkan Nilai Tes II
Nilai Tes II Banyak Siswa
Siswa yang tuntas (y ≥ 75) 36
Siswa yang belum tuntas (y < 75) 9
Ket. : y ≡ Nilai Tes II
Dari tabel 2, presentase ketuntasan siswa kelas VII-A dalam
mengerjakan tes II adalah 80,00 % dengan nilai rata-rata kelas 76,58.
Berdasarkan hasil observasi siklus II diketahui bahwa kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa tergolong baik dan sesuai
dengan RPP. Kegiatan siswa yang baik ini terlihat dari semua siswa telah lebih
aktif berdiskusi bersama kelompoknya tanpa banyak bimbingan dari guru dan
siswa berani mengajukan pertanyaan kepada guru atau siswa lain jika belum
memahami materi. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan Problem
Based Learning (PBL) di kelas yang mendukung pelaksanaan pembelajaran
adalah yang digunakan pada siklus II.
Berikut adalah tabel Perbedaan Siklus I dan Siklus II berdasarkan tahapan
–tahapan PBL.
Tabel 3. Perbedaan Siklus I dan Siklus II berdasarkan tahapan –tahapan PBL
Tahapan PBL Siklus I Siklus II
1. Orientasi Siswa Dalam Ketika beberapa siswa masih Guru menegaskan kepada siswa
Menghadapi Masalah ramai di dalam kelas saat untuk tidak membicarakan hal
kegiatan berlangsung lain selain materi yang yang
(membicarakan hal lain diluar dibahas dan menggunakan
materi), guru hanya menegur sistem pengurangan nilai kepada
siswa. siswa yang ramai di kelas agar
siswa sedikit merasa termotivasi
untuk belajar sehingga siswa
memperhatikan guru di depan
kelas maupun LKS yang
diberikan guru.
2. Pengorganisasian Siswa Ketika Pengorganisasian Guru menyampaikan agar pada
Dalam Melakukan kelompok di kelas, guru hanya pertemuan selanjutnya agar
Pengamatan Atau Studi membagi kelompok tanpa sebelum pelajaran di mulai
memperhatikan waktu sehingga siswa sudah berkumpul dengan
banyak waktu yang terbuang. kelompoknya masing –masing.
agar dapat memaksimalkan
waktu belajar.
Tidak adanya ketua kelompok Adanya ketua kelompok
3. Siswa Melakukan Siswa belum terbiasa belajar Pada kegiatan kerja kelompok,
Penelahan dan secara berkelompok, maupun guru selalu menekankan bahwa
Investigasi berdiskusi dalam pembelajaran penyelesaian LKS yang
di kelas karena guru kurang diberikan harus diselesaikan
menegaskan manfaat pentingnya secara berkelompok/berdiskusi.
bekerja kelompok. Selain, itu selama proses kerja
Selain itu, belum adanya kelompok berlangsung, guru
sosialisasi tentang pembelajaran ikut terjun dalam langsung
dengan PBL. (berkeliling) dari kelompok satu
ke kelompok yang lainnya untuk
membimbing dengan cara
memberi pertanyaan pancingan
agar mereka mau memberikan
pendapatnya.
Beberapa siswa yang kesulitan Sebagai tambahan motivasi
masih malu bertanya pada guru. untuk siswa, jika ada siswa yang
Sehingga mereka meminta bertanya maka akan mendapat
teman yang lain untuk tambahan nilai
menanyakan hal yang sulit
tersebut pada guru.
Guru hanya menjawab
pertanyaan siswa tanpa ada
usaha untuk membuat siswa
yang malu tersebut untuk berani
bertanya.
4. Mengembangkan dan Siswa belum terbiasa Pada saat presentasi akan
Mempresentasikan Hasil berpresentasi di depan kelas dan dimulai, guru menawarkan
Karya di depan teman –temannya. kepada semua kelompok untuk
Belum adanya pemberian maju ke depan kelas. Kelompok
penghargaan atau sesuatu yang yang bersedia
membuat siswa meningkatkan mempresentasikan hasil
keberaniannya untuk kerjanya dan benar akan
berpresentasi di depan kelas. diberikan penghargaan agar
siswa lebih semangat.
5. Melakukan Analisa dan Beberapa siswa yang kesulitan Dari awal pembelajaran
Proses Evaluasi masih malu bertanya pada guru (sebelum dilakukannya kerja
Terhadap Pemecahan atau pun menanggapi hasil kelompok), guru menegaskan
Masalah pekerjaan temannya dalam kepada siswa untuk bertanya
diskusi kelas. Sehingga mereka pada teman yang lain atau guru
meminta teman yang lain untuk ketika menemui kesulitan.
menanyakan hal yang sulit Sebagai tambahan motivasi
tersebut pada guru. untuk siswa, jika ada siswa yang
Guru hanya menjawab bertanya maka akan mendapat
pertanyaan siswa tanpa ada tambahan nilai
usaha untuk membuat siswa
yang malu tersebut untuk berani
bertanya ataupun menanggapi
hasil pekerjaan temannya di
depan kelas.
PEMBAHASAN
Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Based Learning (PBL)
Penerapan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning
(PBL) mengalami hambatan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran
tersebut. Hai ini dikarenakan siswa masih merasa asing dengan pendekatan yang
diterapkan. Akan tetapi seiring berjalannya proses pembelajaran siswa mulai
beradaptasi sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
Masalah yang diberikan pada Problem Based Learning (PBL)
merupakan masalah yang berhubungan dengan dunia nyata. Melalui permasalahan
yang diberikan, siswa akan berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut
berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga akan terdorong
untuk berpikir kritis dan menemukan informasi yang lebih banyak.
Pelaksanaan penelitian menerapkan Problem Based Learning (PBL) yang
terdiri dari 5 tahap menurut Arends (2007), yaitu sebagai berikut :
1. Orientasi Siswa Dalam Menghadapi Masalah
Pada tahapan ini, peneliti menjelaskan tentang materi yang dibahas,
kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, mengingat kembali materi –materi
yang berhubungan dengan materi yang sedang di bahas dengan melakukan tanya
jawab dengan siswa dan memberikan motivasi melalui masalah –masalah yang
ada di kehidupan sehari –hari yang berhubungan dengan materi pembelajaran
serta informasi bahwa kegiatan selanjutnya adalah berkelompok. Pada penelitian
ini, ketika guru menjelaskan masih banyak siswa yang gaduh sendiri dan sibuk
membicarakan hal lain diluar pelajaran. Pada siklus I, guru hanya menegur siswa
tanpa membuat siswa merasa termotivasi pada pembelajaran yang berlangsung.
Sedangkan pada siklus II, guru mulai menetapkan suatu tindakan untuk
mengurangi rasa gaduh siswa ini. Selain, guru menegaskan kepada siswa untuk
tidak membicarakan hal lain selain materi yang yang dibahas, guru juga
menggunakan sistem pengurangan nilai kepada siswa yang ramai di kelas agar
siswa sedikit merasa termotivasi untuk belajar sehingga siswa memperhatikan
guru di depan kelas maupun LKS yang diberikan guru.
2. Pengorganisasian Siswa Dalam Melakukan Pengamatan Atau Studi
Pada tahap ini, peneliti membagi siswa di kelas ke dalam 11 kelompok
yang beranggotakan 4 − 5 siswa. Setelah itu, siswa diharapkan berkumpul dengan
kelompoknya masing –masing, kemudian peneliti membagikan LKS untuk
didiskusikan dan diselesaikan secara berkelompok. Pada siklus I ketika
pengorganisasian kelompok di kelas, guru hanya membagi kelompok tanpa
memperhatikan waktu sehingga banyak waktu yang terbuang. Sedangkan pada
siklus II, agar memaksimalkan waktu guru menyampaikan agar pada pertemuan
selanjutnya agar sebelum pelajaran di mulai siswa sudah berkumpul dengan
kelompoknya masing –masing. Selain itu, dengan adanya ketua kelompok dapat
membantu dalam pengorganisasian siswa dalam kelompok.
3. Siswa melakukan penelahan dan investigasi
Pada tahap ini, peneliti membimbing siswa dalam mengerjakan LKS
dengan mendorong siswa untuk mengaitkan permasalahan yang dibahas dengan
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Siswa diharapkan mengerjakan LKS
secara berkelompok sehingga tidak menggantungkan kepada salah satu anggota
kelompoknya. Hal ini dikarenakan pada nantinya setiap siswa akan diminta
memprsentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas secara acak. Sehingga terjadi
saling interaksi, bertukar pikiran dan kerja sama diantara siswa dalam kelompok
untuk mencari pemecahan masalah.
Ketika siklus I, siswa belum terbiasa belajar secara berkelompok,
maupun berdiskusi dalam pembelajaran di kelas karena guru kurang menegaskan
manfaat pentingnya bekerja kelompok dan belum adanya sosialisasi tentang
pembelajaran dengan PBL.Selain itu, beberapa siswa yang kesulitan masih malu
bertanya pada guru. Sehingga mereka meminta teman yang lain untuk
menanyakan hal yang sulit tersebut pada guru. Guru hanya menjawab pertanyaan
siswa tanpa ada usaha untuk membuat siswa yang malu tersebut untuk berani
bertanya. Sedangkan pada siklus II, pada kegiatan kerja kelompok, guru selalu
menekankan bahwa penyelesaian LKS yang diberikan harus diselesaikan secara
berkelompok/berdiskusi. Selain, itu selama proses kerja kelompok berlangsung,
guru ikut terjun dalam langsung (berkeliling) dari kelompok satu ke kelompok
yang lainnya untuk membimbing dengan cara memberi pertanyaan pancingan agar
mereka mau memberikan pendapatnya. Untuk mendukung proses belajar di kelas,
guru juga memberikan nilai tambahan jika ada siswa yang berani bertanya.
4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya
Pada tahap ini, peneliti meminta siswa untuk melaporkan hasil diskusi
kelompoknya melalui presentasi sebagai bukti bahwa siswa mampu
menyelesaikan masalah yang diberikan pada LKS. Pada siklus I, karena belum
adanya sosialisasi tentang pembelajaran yang dilakukan, siswa belum berani
berpresentasi di depan kelas dan di depan teman –temannya. Sedangkan pada
siklus II karena siswa sudah mempunyai pengalaman pada pembelajaran pada
siklus sebelumnya beberapa siswa sudah ada yang berani mengajukan diri untuk
presentasi di depan kelas. Hali ini, juga didukung guru dengan memberikan
penghargaan bagi kelompok yang mau presentasi dan menjawab dengan benar.
5. Melakukan analisa dan proses evaluasi terhadap pemecahan masalah
Pada tahap ini, peneliti bersama siswa mendiskusikan jawaban yang
tepat terhadap masalah yang diberikan pada LKS, selanjutnya peneliti membantu
siswa dalam membuat kesimpulan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Pada
tahap penelitian ini, siswa melakukan refleksi mengenai apa yang diajarkan, misal
dalam hal ini tanya jawab dengan guru. Pada siklus I ini, Beberapa siswa yang
kesulitan masih malu bertanya pada guru ataupun menanggapi hasil pekerjaan
temannya dalam diskusi kelas ataupun individu. Sehingga mereka meminta teman
yang lain untuk menanyakan hal yang sulit tersebut pada guru. Guru hanya
menjawab pertanyaan siswa tanpa ada usaha untuk membuat siswa yang malu
tersebut untuk berani bertanya. Sedangkan pada siklus II, ketika ada penjelasan
yang tidak dimengerti siswa dipersilahkan untuk bertanya, dan guru
mempersilahkan siswa untuk bertanya pada teman yang lain atau guru. Sebagai
tambahan motivasi untuk siswa, jika ada siswa yang bertanya maka akan
mendapat tambahan nilai.
Hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses belajar siswa yang
melibatkan evaluasi guru sebagai suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada
penelitian ini, hasil belajar ditinjau secara kuantitatif. Secara kuantitatif, hasil
belajar dapat diwujudkan dalam bentuk angka melalui tes tulis. Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL),
hasil tes siswa siklus I pada materi luas dan keliling persegi, peresgi panjang dan
jajar genjang yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 31 siswa dari 45 siswa
dengan persentase ketuntasan 68,89 %. Persentase belajar secara klasikal tersebut
belum dapat dikatakan tuntas karena mencapai 75 %. Jadi, siklus berlanjut. Pada
siklus II ini dengan materi luas dan keliling belah ketupat, layang –layang, dan
trapesium. Persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 80 % karena 36 siswa
mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM.
Dari data yang didapat, menunjukkan bahwa dengan menggunakan
pendekatan Problem Based Learning (PBL) di kelas, terjadi peningkatan hasil
belajar yang terlihat dari nilai tes I ke nilai tes II. Peningkatan hasil belajar siswa
kelas VII-A dapat dilihat dari sebelum dan sesudah tindakan dilakukan.
Peningkatan hasil belajar siswa tersebut terlihat melalui gambar berikut
80 %
68,89 %
64 %
Daftar Rujukan
Arends, Richard. 2007. Learning to Teach Seventh Editions. New York: The MC
Graw-Hill Companies, Inc.
Arikunto, Suharsimi. 2006a. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2006b. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Standart Nasional Pendidikan (BNSP). 2006. Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: BNSP.
Dasna, I Wayan dan Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah. [Online].
tersedia di http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-
berbasis-masalah/ diakses pada tanggal 15 Juli 2013
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran
Matematika. Surabaya: Usaha Nasional.
Ghofur, Abd., 2010. Pembelajaran sastra berbasis masalah – problem based
learning pada pembelajaran puisi. [Online]. tersedia di
http://kampungtadris.wordpress.com/2010/01/09/ pembelajaran-sastra-
berbasis-masalah-problem-based-learning-pada-pembelajaran-puisi/
diakses pada tanggal 20 April 2013
Miles, Matthew B. and Huberman A. Michael (alih bahasa Tjetjep Rohendi
Rohidi). 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Saryantono, Buang. 2013. Pengaruh Model Problem Based Learning (Pbl)
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. [online]. tersedia di
http://lenterastkippgribl.blogspot.com/2013/02/pengaruh-model-problem-
based-learning.html. diakses tanggal 20 April 2013.
Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran (Teori dan Praktek). Malang:
Elang Mas.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung:
JICA.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisius.
Syadzili, As’ad Furqon, dkk. 2012. Makalah Penerapan Pendekatan
Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran Fisika Pada Konsep Arus
Listrik. [online]. tersedia di http://kumpulanmakalah474.blogspot.com/ di
akses tanggal 20 April 2013.
Wiyono, Bambang Budi. 2007. Metodologi Penelitian (Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan Action Research). Malang: FIP UM.
Artikel ilmiah oleh Yunita Selviana Tany ini
telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.
Mahasiswa