Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi yang sehat, lahir dengan membawa cukup cairan dalam tubuhnya.
Dan cairan dalam tubuh akan terjaga apabila diberikan ASI secara
eksklusif . tapi sayangnya pemberian asi tidak banyak dilakukan yang
berakibat buruk pada kesehatan maupun gizi bayi. Yang menjadi ancaman
bagi tumbuh dan kembang anak.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukaan


pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatikan. Presentasi bayi
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Hal ini
disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan
pemberian ASI masih relatif rendah. Terutama ibu bekerja, sering
mengabaikan pemberian ASI dengan alasan kesibukan kerja. Padahal tidak
ada yang bisa menandingi kualitas ASI, bahkan susu formula sekalipun.

Pada tahun 2012 telah diterbitkan Peraturan Pemerintah tentang Pemberian


Air Susu Ibu Eksklusif (PP Nomor 33 Tahun 2012). Dalam PP tersebut
diatur tugas dan tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam
pengembangan program ASI, diantaranya menetapkan kebijakan nasional
dan daerah, melaksanakan advokasi dan sosialisasi serta melakukan
pengawasan terkait program pemberian ASI eksklusif. Menindaklanjuti PP
tersebut, telah diterbitkan Permenkes Nomor 15 Tahun 2013 tanggal 18
Februari 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui
dan/atau Memerah ASI dan Permenkes Nomor 39 Tahun 2013 tanggal 17
Mei 2013 tentang Susu Formula Bayi dan Produk Lainnya. Dalam rangka
mendukung keberhasilan menyusui, sampai tahun 2013, telah dilatih

1
2

sebanyak 4.314 orang konselor menyusui dan 415 orang fasilitator


pelatihan konseling menyusui. (InfoDATIN Kemenkes RI, 2014)

Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan berfluktuatif. Hasil
survei demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menunjukan
cakupan ASI eksklusif bayi 0-6 bulan sebesar 32% yang menunjukkan
kenaikan yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012.

Terdapat 19 provinsi yang mempunyai presentase ASI eksklusif di atas


angka nasional (54,3%), dimana persentase tertinggi terdapat pada
Provinsi Nusa Tenggara Barat (79,7%) dan terendah pada Provinsi Maluku
(25,2%). Perlu dilakukan upaya agar provinsi yang masih dibawah angka
nasional agar dapat meningkatkan cakupan ASI eksklusif. Pemberian ASI
eksklusif untuk bayi yang berusia <6 bulan secara global dilaporkan
kurang dari 40%. Dengan demikian angka nasional ASI eksklusif
Indonesia masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka global.
(InfoDATIN Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan penelitian Damayanty Sri & dkk hubungan pengetahuan


terhadap pemberian ASI Eksklusif dari 64 responden hanya 41 responden
(64,1%) yang berpengetahuan rendah, 15 responden (23,4%) yang
memberikan ASI Eksklusif dan 26 responden (40,6%) tidak memberikan
ASI Eksklusif sedangkan untuk yang berpengetahuan tinggi berjumlah 23
responden (35,9%) dimana 17 responden (26,6%) memberikan ASI
Eksklusif dan hanya 9,4% responden yang tidak memberikan ASI
Eksklusif. Hubungan sikap terhadap pemberian ASI Eksklusif di dapatkan
sebanyak 38 responden (59,4%) bersikap tidak baik. Hanya 13 responden
(20,3%) yang memberikan ASI Eksklusif dan 25 responden (39,1%) tidak
memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan yang bersikap baik berjumlah 26
responden (40,6%) dimana 19 responden (29,7%) memberikan ASI
Eksklusif dan 7 responden (10,9%).
3

Sedangkan Berdasarkan penelitian Bahriyah Fitriyani di wilayah kerja


puskesmas Sipayung Rengat penelitian dilakukan pada bulan januari
sampai februari 2016 didapatkan hasil penelitian bahwa mayoritas ibu
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sebesar 50,7% lebih banyak
dibandingkan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 49,3%. Hal
ini berarti cakupan pemberian ASI Eksklusif di wilayah puskesmas
Sipayung masih dibawah target nasional yang 80%. menurut Mohanis
(2014) menyebutkna bahwa memberikan ASI eksklusif kepada bayi sangat
menguntungkan untuk tumbuh dan kembang bayi. Namun masih banyak
juga ibu yang berbagai alasan tidak memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya.

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan peraturan Nomer 33 Tahun 2012
adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam
bulan, tanpa menambahkan dan/ atau mengganti dengan makanan atau
minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral). (Kementrian
Kesehatan RI, 2015)

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung


protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi
sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi resiko kematian pada
bayi. Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama
sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung
immunoglobin, protein, dan laktosa dengan sedikit dibandingkan
kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna susu lebih
putih. Selain mengandung enzim sehingga penyerapan makanan
tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi.
4

Menurut Riskesdas 2013, proses mulai menyusui terbanyak terjadi pada 1-


6 jam setelah kelahiran (35,2%) dan kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui
dini) sebesar 34,5%. Sedangkan proses mulai menyusui terendah terjadi
pada 7-23 jam setelah kelahiran yaitu sebesar 3,7%.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka masalah yang
peneliti angkat adalah “adakah hubungan pengetahuan ibu dengan
pemberian ASI eksklusif di puskesmas Caringin?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan ibu dalam pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas Caringin

2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif
b. Mengetahui pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif bagi bayi
c. Mengetahui pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif bagi Ibu
d. Mengetahui pengetahuan ibu tentang kendala-kendala dalam
pemberian ASI
e. Mengetahui pengetahuan ibu tentang kendala-kendala dalam
pemberian ASI
5

D. Manfaat penelitian
1. Bagi puskesmas
hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi pada bagian
program KIA puskesmas Caringin khususnya mengenai tingkat
pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif sehingga dapat
dijadikan pertimbangan dalam upaya meningkatkan pengetahuan
masyarakat dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

2. Bagi Perawat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
perawat sebagai dasar pengambilan kebijakan dalam pemberian asuhan
keperawatan untuk menggalakkan program ASI eksklusif di wilayah
Caringin. Dan dapat dijadikan bahan informasi untuk masyarakat
Caringin khususnya mengenai pemberian ASI eksklusif.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Hasil penelitian ini akan memberikan informasi sebagai data awal bagi
peneliti selanjutnya dan acuan untuk penelitian selanjutnya untuk
meneliti.

4. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat Khususnya perempuan tentang ASI eksklusif

Anda mungkin juga menyukai