Anda di halaman 1dari 7

CiE 3 (2) (2014)

Chemistry in Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PROCESS


ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING PADA HASIL BELAJAR

Maulidiawati, Soeprodjo

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang

Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran kooperatif
Diterima 30 Juni 2014 dengan Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) pada hasil belajar kimia
Disetujui 2 Juli 2014 materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Sampel diambil dengan teknik cluster
Dipublikasikan Oktober 2014 random sampling, diperoleh kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan desain
penelitian ini adalah post test only control design. Metode pengumpulan data yang
digunakan yaitu metode tes, observasi, angket, dan dokumentasi. Hasil analisis
data menunjukkan nilai rata-rata kelas eksperimen 79,36 dengan proporsi
ketuntasan klasikal 0,9 dan kelas kontrol 76,70 dengan proporsi ketuntasan
Keywords: klasikal 0,8. Berdasarkan hasil uji t proporsi ketuntasan belajar kedua kelas
Cooperation mencapai proporsi ketuntasan populasi. Pada uji perbedaan dua rata-rata satu
Effectiveness pihak diperoleh thitung sebesar 1,12 dan t(0,95)(58) sebesar 1,67, karena thitung kurang
Learning result dari t(0,95)(58) menunjukan bahwa rata-rata kelas eksperimen lebih baik dari kelas
POGIL kontrol. Keefektifan pembelajaran kooperatif dengan POGIL pada materi
kelarutan dan hasil kali kelarutan ditunjukan rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, hasil belajar, proporsi ketuntasan hasil
belajar kognitif telah mencapai proporsi ketuntasan klasikal, dan hasil belajar
afektif dan psikomotorik kelas eksperimen lebih besar dibanding kelas kontrol.

Abstract
The purpose of this study is to know the effectiveness of the cooperative learning of Process
Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) in the students’ achievement on the water­
soluble substance and the result of its product. The selection of the sample is by using
cluster random sampling technique. The design of this study is post test only control design.
Data collection method used is testing, observation, questionnaires, and documentation.
The result of this study shows that the mean score of the experiment group is 79,36
comparing the mastery classical learning score 0,9, while the mean score of the control
group is 76,70 comparing the mastery classical learning score 0.8. Based on the result of t­
test between both groups, they reach the objective of mastery proportion of the population.
In the test of the average difference between the two parties, it can be seen; tarithmetic is1,12
and t(0,95)(58) is 1,672, because tarithmetic less than t(0,95)(58), shows that the mean score of the
experiment group is better than the control one. The effectiveness of the cooperative learning
of POGIL in the water­soluble substance and the result of its product is shown by the mean
score of the experiment group is higher than the control one. The result of this study, the
mastery of the cognitive aspect has reached the mastery classical learning score. The results
of learning activity and psychomotor aspect has reached the mastery classical learning
score, and the results of the affective and psychomotor aspect of the experiment group is
higher than that of control one.
© 2014 Universitas Negeri Semarang
 Alamat korespondensi:
Email: mwtbgt@gmail.com ISSN NO 2252-6609
Telp. 085713507898
Maulidiawati/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
Pendahuluan Karena pada dasarnya belajar kimia, harus
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan dimulai dari mengerjakan masalah yang
yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Permasalahan tersebut dihubungkan dengan
Guru perlu membangun interaksi secara penuh pengetahuan kimia, diharapkan dapat
dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya membangun pengertian dan pemahaman
pada siswa untuk untuk berinteraksi agar proses konsep kimia lebih bermakna karena mereka
pembelajaran berjalan lancar. Dalam proses membentuk sendiri struktur pengetahuan
pembelajaran, guru harus menuntun siswa konsep kimia melalui bantuan atau bimbingan
untuk menemukan berbagai potensinya dan guru (Herawati, 2013). Model pembelajaran
membantu siswa dalam proses belajar. Hal ini, yang diterapkan oleh guru sebenarnya sudah
dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat baik. Tetapi siswa belum mampu
membantu siswa untuk menguasai kompetensi mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajari
yang diharapkan. Inilah tujuan utama dari sehingga proses pembelajaran belum mampu
pembelajaran, yaitu membelajarakan siswa. mendorong siswa untuk aktif dalam
Belajar ilmu kimia sampai saat ini pembelajaran.
masih dirasa sulit oleh siswa karena materi Menyikapi masalah tersebut, salah satu
pelajaran kimia SMA memuat konsep-konsep model pembelajaran yang dapat mengajak siswa
yang cukup sulit untuk dipahami siswa dan untuk aktif mengkontruksi pengetahuannya
melibatkan reaksi-reaksi kimia serta adalah model Process Oriented Guided Inquiry
perhitungan kimia. Siswa juga harus mampu Learning (POGIL). Menurut Hanson (2006)
memahami, mengaitkan, dan mengaplikasikan POGIL merupakan pembelajaran inquiry yang
konsep-konsep kimia dalam kehidupan sehari- berorientasi proses dan berpusat pada siswa
hari. Pada dasarnya belajar sains (kimia), sesuai dalam suatu pembelajaran aktif yang
dengan karakteristiknya, harus diupayakan menggunakan kelompok belajar, aktvitas guided
seoptimal mungkin dimulai dengan inquiry untuk mengembangkan pengetahuan,
mengerjakan masalah yang terkait langsung pertanyaan untuk meningkatkan kemampuan
dengan kehidupan siswa sehari-hari. berfikir kritis dan analitis, memecahkan
Menyelesaikan masalah dalam realita masalah, metakognisi, dan tanggung jawab
kehidupan yang nyata dengan menerapkan individu. Melalui pembelajaran kooperatif yang
pengetahuan kimia, membantu siswa dipadukan dengan aktivitas guided inquiry, dapat
membangun pengertian dan pemahaman kimia memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif
lebih bermakna (Laliyo, 2011). mengkonstruksi pemahaman mereka dalam
Kelarutan dan hasil kali kelarutan kelompok diskusi.
merupakan salah satu materi kimia yang Pembelajaran kooperatif dengan model
melibatkan reaksi-reaksi kimia serta POGIL, siswa yang semulanya kesulitan dalam
perhitungan kimia. Materi ini juga berkaitan belajar kimia karena melibatkan reaksi-reaksi
dengan materi-materi sebelumnya diantaranya kimia serta perhitungan kimia dapat
stoikiometri, persamaan reaksi, kesetimbangan mengkonstruksi pengetahuan yang ada dengan
kimia, dan pH larutan. Jika siswa masih lemah pengetahuan sebelumnya bersama dengan
dalam memahami materi sebelumnya maka anggota kelompoknya. Sesuai tahapan
siswa akan mengalami kesulitan untuk pembelajaran POGIL yaitu Engage, Elicit,
memahami materi selanjutnya. Sehingga Explore, Explain, Elaborate, Elaborate and extend,
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa Evaluate (7E) (Hanson, 2006). Sebelum
pada materi ini. Berdasarkan hasil studi memasuki materi guru menyajikan sebuah
observasi di SMA Negeri 8 Semarang diperoleh kasus yag berhubungan dengan sub materi yang
rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas XI dari akan menjadi pokok bahasan. Hal ini
tahun 2008/2009 sampai tahun 2012/2013 pada dimaksudkan agar siswa dapat mengaitkan
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan masih materi yang dipelajari dengan fenomena yang
kurang dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal ada dalam kehidupan dan membangkitkan rasa
(KKM). Dari perkembangan data hasil belajar keingintahuan siswa (Simon, 2013).
selama 5 tahun terakhir dapat dinyatakan Dalam kelas POGIL, setiap kelompok
bahwa pemahaman konsep kimia siswa pada akan mempersentasikan hasil diskusinya dan
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan masih guru berperan membimbing siswa dalam
rendah dan cukup sulit dipahami oleh siswa. meluruskan konsep yang masih dianggap sulit
164
Maulidiawati/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
oleh siswa sehingga siswa dapat memahami awal terdiri atas uji normalitas, uji homogenitas,
penyelesaian dari kesulitan yang dihadapi dan uji kesamaan dua rata-rata kelas
masing-masing kelompok. Pada diskusi kelas, eksperimen dan kontrol. Data analisis tahap
akan diminta mempersentasikan hasilnya awal menggunakan nilai ulangan akhir semester
sedangkan kelompok lainya dapat mengajukan gasal kelas XI IPA. Analisis data tahap akhir
pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terdiri atas uji normalitas, uji kesamaan dua
menuntut kesiapan kelompok untuk lebih aktif varians, uji hipotesis, uji perbedaan dua rata-
dalam mempelajari materi dan saling bekerja rata satu pihak, analisis deskriptif untuk data
sama untuk keberhasilan kelompoknya hasil belajar afekif dan psikomotorik, analisis
(Zawadzki, 2009). Hal ini sejalan seperti yang deskriptif angket tanggapan siswa.
diungkapkan oleh Sanjaya (2009) bahwa
keberhasilan seseorang ditentukan oleh
keberhasilan kelompoknya Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian ekperimen ini meliputi
Permasalahan yang diteliti adalah
hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan
seberapa besar tingkat keefektifan pembelajaran
psikomotorik. Hasil belajar pada ranah kognitif
kooperatif dengan POGIL pada hasil belajar
didapatkan dari hasil posttest, penilaian sikap
siswa materi kelarutan dan hasil kelarutan?
siswa selama pembelajaran berlangsung
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
digunakan untuk penilaian hasil belajar afektif.
tingkat keefektifan pembelajaran kooperatif
Sedangkan hasil belajar siswa pada ranah
dengan POGIL pada hasil belajar siswa materi
psikomotorik diperoleh saat siswa
kelarutan dan hasil kali kelarutan.
melaksanakan praktikum.
Berdasarkan hasil belajar ranah kognitif
Metode Penelitian pada kelas eksperimen yang menggunakan
Penelitian ini merupakan jenis model pembelajaran kooperatif dengan POGIL
penelitian eksperimen dengan menggunakan nilai rerata posttest sebesar 79,36 sedangkan
post test only control design (Noor, 2011). Materi kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kooperatif memperoleh rerata nilai posttest
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Populasi sebesar 76,70. Hasil posttest pada kedua kelas
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA yang diberi perlakuan berbeda menunjukan
SMA N 8 Semarang. Pengambilan sampel hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih
dilaksanakan menggunakan teknik cluster tinggi dibandingkan kelas kontrol. Siswa yang
random sampling (Sugiyono, 2006). Metode diberi model pembelajaran kooperatif dengan
pengumpulan data dilakukan dengan metode POGIL lebih dapat menguasai materi yang
dokumentasi, tes, observasi, dan angket. diajarkan melalui kerjasama tim dalam
Instrumen penelitian yang digunakan menyelesaikan soal maupun permasalahan yang
adalah silabus, rencana pelaksanaan diberikan oleh guru. Sesuai yang diungkapkan
pembelajaran, bahan ajar, lembar penilaian oleh Brown (2010) bahwa belajar dalam tim
kognitif, lembar penilaian psikomotorik, lembar memungkinkan siswa untuk lebih dapat
penilaian afektif, dan angket tanggapan belajar mengembangkan penalaran ke tingkat yang
siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena diskusi
adalah model pembelajaran. Model yang dilakukan pada kelas eksperimen terdapat
pembelajaran kooperatif dengan POGIL pembagian peran dalam kelompok yang
dilaksanakan di kelas XI IPA 1 sebagai kelas membuat pembelajaran lebih menarik dan
eksperimen dan pembelajaran kooperatif pada membantu terjadinya kerjasama antar anggota
kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Variabel sehingga menumbuhkan keaaktifan siswa dalam
terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar proses pembelajaran.
siswa. Data hasil belajar diperoleh melalui tes Banyaknya siswa yang tuntas pada kelas
tertulis di akhir proses pembelajaran. Variabel eksperimen adalah 27 dari 30 siswa, sedangkan
kontrol dalam penelitian ini adalah kurikulum, pada kelas kontrol adalah 24 dari 30 siswa,
materi, dan jumlah jam pelajaran yang sama. dengan batas KKM yang ditetapkan oleh
Analisis data penelitian ini sekolah yaitu 72. Nilai hasil posttest kelas
menggunakan analisis data tahap awal dan eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
analisis data tahap akhir. Analisis data tahap Tabel 1.

165
Maulidiawati/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
Tabel 1. Nilai Hasil Post­test Kelas Eksperimen dan Kontrol

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui proses belajar mengajar. Dengan demikian,


bahwa proporsi ketuntasan kelas eksperimen kedua kelas tersebut telah mencapai batas
sebesar 0,9 sedangkan kelas kontrol sebesar 0,8. proprsi ketuntasan belajar klasikal. Meski
Proporsi ketuntasan hasil belajar yang dimaksud demikian, proporsi ketuntasan hasil belajar yang
adalah jumlah siswa yang tuntas dibagi jumlah diperoleh kelas eskperimen lebih tinggi
siswa dalam kelas. Menurut Djamarah (2010) dibandingkan kelas kontrol. Hasil perhitungan
tingkat proporsi ketuntasan belajar klasikal uji ketuntasan klasikal disajikan pada Tabel 2.
sebesar 0,75 dari jumlah siswa yang mengikuti

Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji Ketuntasan Belajar Klasikal

Perhitungan uji ketuntasan hasil belajar pembelajaran yang diterapkan dalam kelas
yang disajikan pada Tabel 2, menunjukan kontrol, diawal pembelajaran guru menjelaskan
bahwa rata-rata hasil belajar kognitif dan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
proporsi ketuntasan kelas eksperimen lebih terlebih dahulu. Setelah materi disampaikan,
tinggi daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil guru memberikan contoh latihan soal kepada
tersebut, pembelajaran guided inquiry yang siswa. Setiap materi yang telah dijelaskan oleh
dipadukan dengan kerja sama tim menunjukan guru, siswa berlatih menyelesaikan soal yang
hasil belajar yang lebih baik pada kelas diberikan oleh guru dan dikerjakan secara
eksperimen. Hal ini juga didukung oleh hasil diskusi dengan kelompoknya. Tetapi, jalannya
penelitian sebelumnya yang dilakukan Yunus diskusi di kelas ini banyak didominasi oleh
(2013) bahwa pembelajaran dengan guided beberapa siswa saja. Siswa yang pemahamannya
inquiry dapat meningkatkan hasil belajar lebih cepat akan mendominasi kegiatan
kognitif. pembelajaran. Berbeda dengan pembelajaran
Perhitungan uji perbedaan rata-rata pada kelas eksperimen, setiap anggota dalam
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol kelompok kooperatif akan belajar satu sama
diperoleh thitung sebesar 1,12 dan ttabel sebesar lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam
1,67. Hasil tersebut membuktikan bahwa rata- kelompok tersebut telah menguasai konsep-
rata kelas eksperimen lebih baik dari kelas konsep yang telah dipikirkan (Slavin, 2008:4).
kontrol. Hal ini dikarenakan siswa pada kelas Hasil belajar pada ranah afektif dalam
eksperimen dilatih untuk memecahkan masalah penelitian ini terdiri 6 aspek meliput, (1)
melalui inkuiri terbimbing secara tim dan siswa kehadiran siswa, (2) partisipasi dalam
diberi kesempatan untuk menilai kinerja mereka pembelajaran, (3) kerjasama, (4) tanggung
dan berpikir untuk memperbaiki jawab, (5) kepemilikan sumber belajar, dan (6)
kekurangannya. Sehingga siswa akan lebih aktif perhatian dalam pembelajaran. Hasil
untuk melatih kemampuan berpikir kritis, perhitungan skor rata-rata aspek afektif
bekerja sama dalam tim, dan mampu disajikan pada Tabel 3.
memecahkan masalah. Sedangkan

166
Maulidiawati/Chemistry in Education 3 (2) (2014)

Tabel 3. Nilai Skor Rata-rata Aspek Afektif

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 3, dapat saling membantu, saling mendiskusikan


skor rata-rata tiap aspeknya pada kelas dan berargumentasi untuk mengasah
eksperimen lebih besar dibandingkan kelas pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan
kontrol. Hal ini menunjukan jika penerapan menutup kesenjangan dalam pemahaman
pembelajaran kooperatif POGIL pada kelas masing-masing siswa. Menurut Rofiq (2010)
eksperimen mampu menumbuhkan partisipasi pembelajaran secara kelompok tidak hanya
aktif dan kerjasama selama proses diskusi menghasilkan prestasi akademik yang lebih
berlangsung. Pembelajaran dengan guided tinggi untuk seluruh siswa namun juga
inquiry dapat mendorong siswa secara aktif meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan
menggali pengetahuannya sendiri sehingga untuk melakukan hubungan sosial serta mampu
siswa dapat menjadi pribadi yang mandiri, aktif, mengembangkan saling kepercayaan sesamanya
serta terampil dalam memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok, dan
berdasarkan informasi dan pengetahuan yang kemampuan saling membantu dan bekerjasama
didapatkan (Natalina, 2013). Penelitian dari antar teman. Dan pula terhindar dari
Ningsih (2012) juga menyatakan bahwa persaiangan antar individu, dengan kata lain
pembelajaran POGIL berbasis tim kerja tidak salin mengalahkan antar siswa.
membuat siswa lebih aktif dan bertanggung Sedangkan, hasil belajar aspek
jawab terhadap peran mereka dalam kelompok. psikomotorik didapatkan dari hasil pengamatan
Pembagian peran dalam kelompok ketika bekerja di laboratorium. Menurut Jufri
menumbuhkan keterlibatan siswa untuk (2013) proses pembelajaran bukan sekedar
memecahakan masalah yang diberikan guru dan kegiatan menyampaikan dan menjelaskan
meningkatkan kemampuan interpersonal yang konsep yang dipelajari. Tapi, melibatkan siswa
dimiliki (Hamdani, 2011). untuk membangun pengetahuan dan
Pada Tabel 3 dapat diketahui bahwa keterampilan merumuskan masalah melalui
aspek kerja sama pada kelas eksperimen lebih kegiatan laboratorium. Kegiatan laboratorium
tinggi dari pada kelas kontrol. Pembelajaran merupakan proses pembelajaran yang menuntut
dengan POGIL pada kelas eksperimen dibentuk keterampilan fisik atau gerak terampil. Hasil
dari kerjasama tim sehingga siswa bisa saling perhitungan skor rata-rata aspek afektif
membantu dalam memahami materi yang disajikan pada Tabel 4.
diajarkan. Setiap anggota dalam kelompok
Tabel 4. Nilai Skor Rata-rata Aspek Psikomotorik

167
Maulidiawati/Chemistry in Education 3 (2) (2014)

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui menarik kesimpulan melalui analisis data,


jika skor rata-rata psikomotorik tiap aspek pada model, atau contoh dengan mendiskusikan ide-
kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas ide bekerja sama dalam tim untuk memahami
kontrol. Hal ini dikarenakan siswa pada kelas konsep dan memecahkan masalah serta
eksperimen sudah memiliki persiapan yang merefleksikan pengalaman yang mereka
matang dalam bekerja di laboratorium. Siswa peroleh.
pada kelas eksperimen juga dibiasakan Hasil angket tanggapan siswa tentang
mengkonstruksi permasalahan yang ada pembelajaran kooperatif dengan model POGIL
sehingga mereka mampu menganalisis data yang dilaksanakan di kelas eksperimen
percobaan dan menghubungkannya dengan mendapatkan respon positif dari siswa. Angket
konsep yang dipelajari. Dengan pembelajaran memiliki tingkatan respon mulai dari sangat
dilaboratorium menurut Djamarah (2010: 84) setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan
dapat memberikan kesempatan pada siswa sangat tidak setuju (STS). Angket penelitian ini
untuk mengalami sendiri, menganalisis, berisi 8 pertanyaan tanggapan siswa mengenai
membuktikan, dan menarik kesimpulan pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan
mengenai sebuah percobaan. Hasil penelitian POGIL pada materi kelarutan dan hasil kali
Widyaningsih (2012) melalui pembelajaran kelarutan. Hasil analisis angket tanggapan siswa
POGIL sebagian besar siswa terlibat aktif dan disajikan pada Tabel 5.
berfikir di kelas dan laboratorium dalam

Tabel 5. Daftar Hasil Angket Tanggapan Siswa

Berdasarkan hasil analisis angket yang (2010) juga menunjukan bahwa siswa lebih
ditunjukan dalam Tabel 5, sebagian besar siswa tertarik dan merasa senang dengan
merespon sangat setuju dan setuju terhadap pembelajaran kimia dengan POGIL.
model pembelajaran kooperatif dengan POGIL. Peran guru juga sangat penting dalam
Hal ini berarti pembelajaran kimia pada materi proses pembelajaran pada terciptanya suasana
kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan model pembelajaran kimia yang kondusif dan
pembelajaran guided inquiry yang berorientasi menyenangkan bagi siswa. Laliyo (2010)
pada kerja kelompok dapat menumbuhkan mengungkapkan bahwa pengelolaan
motivasi siswa dalam belajar. Sebanyak 27 dari pembelajaran terletak pada bagaimana guru
30 siswa merespon setuju jika pembelajaran menyiapkan pembelajaran yang memungkinkan
kooperatif dengan POGIL mampu siswa menguaai konsep yang terkait dengan
meningkatkan kerjasama kelompok. Struktur pengalaman belajar yang diperolehnya selama
kelompok setiap pertemuan akan diroling mengikuti proses pembelajaran. Pendapat
sehingga setiap anggota akan saling membantu tersebut juga didukung oleh Majid (2005) yang
dan bekerja sama untuk memperbaiki kinerja menyatakan bahwa keberhasilan suatu
kelompok. Tanggapan positif terhadap model/metode pembelajaran ditentukan dari
pembelajaran POGIL ini juga diungkapkan oleh cara guru mengelola kelas tersebut agar materi
penelitian Bilgin (2009). Hasil penelitian Geiger yang diajarkan dapat terasa menarik bagi siswa.

168
Maulidiawati/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
Penelitian dan Pendidikan. 8 (1): 1-12
SIMPULAN Majid, A. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:
Berdasarkan hasil penelitian dan PT. Remaja Rosdakarya.
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Natalina, M. 2013. Penerapan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif dengan POGIL efektif inkuiri terbimbing (guided inquiry) untuk
pada hasil belajar siswa materi kelarutan dan meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar
biologi siswa kelas XI IPA SMA N 5 Pekanbaru
hasil kali kelarutan. Hal ini karena, hasil belajar tahun ajaran 2011/2012. Prosiding Semirata
kognitif mencapai tingkat ketuntasan klasikal FMIPA Universitas Lampung. Lampung:
yaitu sebesar 90%. Selain itu, hasil belajar 2013
afektif dan psikomotorik kelas eksperimen juga Ningsih, S.M. 2012. Implementasi model
memiliki rata-rata yang lebih tinggi pembelajaran process oriented guided
dibandingkan kelas kontrol. inquiry learning (POGIL) untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Unnes Physics Education Journal.1(2):
44-52
DAFTAR PUSTAKA
Bilgin, M. 2009. The effect of guided inquiry Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis,
instruction incorporating a cooperative Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta:
learning approach on university student’ Kencana.
achievement of acid and base concept and Rofiq, N. 2010. Pembelajaran kooperatif (cooperative
attitude toward guided inquiry instruction. learning) dalam pengajaran pendidikan
Academic Journal Scientific Research and Essay. agama Islam. Jurnal Falasifa. 1(1): 1-14.
4(10): 1038-1046. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Brown, P. J. P. 2010. Process­oriented guided­inquiry Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada
learning in an introductory anatomy and Media
physiology course with a diverse student Simon, S.R & Shadle, S.E. 2013. Implementing
population. Advan in Physiol Edu 34 (2):150- process oriented guided inquiry learning
155 (POGIL) in undergraduate biomechanics:
Djamarah, S.B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. lessons learned by a Novice. Journal of
Jakarta: Rineka Cipta. STEM Education. 14(1): 56-62
Geiger, M. 2010. Implementing POGIL in allied Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning: Theory,
health chemistry courses: insights from Research, and Practice. Boston: Asiman and
process education. International Journal of Schuster Co
Process Education. 2 (1): 19-34 Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Hamdani, A.M. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Alfabeta.
Bandung: CV Pustaka Setia. Widyaningsih, S. Y. 2012. Model MFI dan POGIL
Hanson, D. M. 2006. Instructor's guide to process­ ditinjau dari aktivitas belajar dan kreativitas
oriented guided­inquiry learning. Lisle, IL: siswa terhadap prestasi belajar. Jurnal Inkuiri.
Pacific Crest. 1 (3): 266-275
Herawati, R.F. 2013. Pembelajaran kimia berbasis Yunus, S.R. 2013. Implementasi pembelajaran fisika
multiple representasi ditinjau dari berbasis guided inquiry untuk meningkatkan
kemampuan awal terhadap prestasi belajar hasil belajar siswa auditorik. Jurnal
laju reaksi siswa SMA N 1 Karanganyar Pendidikan IPA Indonesia. 2(1): 48-52
tahun ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Zawadzki. 2009. Is process-oriented guided-inquiry
Kimia. 2 (2): 38-43 learning (POGIL) suitable as a teaching
Jufri, W. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. methoding Thailand’s higher education?
Bandung: Pustaka Reka Cipta. Asian Journal on Education and Learning. 1(2):
Laliyo, L.A.R. 2011. Model mental siswa dalam 66-74.
memahami perubahan wujud zat. Jurnal

169

Anda mungkin juga menyukai