Chemistry in Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined
Maulidiawati, Soeprodjo
Abstract
The purpose of this study is to know the effectiveness of the cooperative learning of Process
Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) in the students’ achievement on the water
soluble substance and the result of its product. The selection of the sample is by using
cluster random sampling technique. The design of this study is post test only control design.
Data collection method used is testing, observation, questionnaires, and documentation.
The result of this study shows that the mean score of the experiment group is 79,36
comparing the mastery classical learning score 0,9, while the mean score of the control
group is 76,70 comparing the mastery classical learning score 0.8. Based on the result of t
test between both groups, they reach the objective of mastery proportion of the population.
In the test of the average difference between the two parties, it can be seen; tarithmetic is1,12
and t(0,95)(58) is 1,672, because tarithmetic less than t(0,95)(58), shows that the mean score of the
experiment group is better than the control one. The effectiveness of the cooperative learning
of POGIL in the watersoluble substance and the result of its product is shown by the mean
score of the experiment group is higher than the control one. The result of this study, the
mastery of the cognitive aspect has reached the mastery classical learning score. The results
of learning activity and psychomotor aspect has reached the mastery classical learning
score, and the results of the affective and psychomotor aspect of the experiment group is
higher than that of control one.
© 2014 Universitas Negeri Semarang
Alamat korespondensi:
Email: mwtbgt@gmail.com ISSN NO 2252-6609
Telp. 085713507898
Maulidiawati/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
Pendahuluan Karena pada dasarnya belajar kimia, harus
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan dimulai dari mengerjakan masalah yang
yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai berlangsung dalam kehidupan sehari-hari.
interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Permasalahan tersebut dihubungkan dengan
Guru perlu membangun interaksi secara penuh pengetahuan kimia, diharapkan dapat
dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya membangun pengertian dan pemahaman
pada siswa untuk untuk berinteraksi agar proses konsep kimia lebih bermakna karena mereka
pembelajaran berjalan lancar. Dalam proses membentuk sendiri struktur pengetahuan
pembelajaran, guru harus menuntun siswa konsep kimia melalui bantuan atau bimbingan
untuk menemukan berbagai potensinya dan guru (Herawati, 2013). Model pembelajaran
membantu siswa dalam proses belajar. Hal ini, yang diterapkan oleh guru sebenarnya sudah
dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat baik. Tetapi siswa belum mampu
membantu siswa untuk menguasai kompetensi mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajari
yang diharapkan. Inilah tujuan utama dari sehingga proses pembelajaran belum mampu
pembelajaran, yaitu membelajarakan siswa. mendorong siswa untuk aktif dalam
Belajar ilmu kimia sampai saat ini pembelajaran.
masih dirasa sulit oleh siswa karena materi Menyikapi masalah tersebut, salah satu
pelajaran kimia SMA memuat konsep-konsep model pembelajaran yang dapat mengajak siswa
yang cukup sulit untuk dipahami siswa dan untuk aktif mengkontruksi pengetahuannya
melibatkan reaksi-reaksi kimia serta adalah model Process Oriented Guided Inquiry
perhitungan kimia. Siswa juga harus mampu Learning (POGIL). Menurut Hanson (2006)
memahami, mengaitkan, dan mengaplikasikan POGIL merupakan pembelajaran inquiry yang
konsep-konsep kimia dalam kehidupan sehari- berorientasi proses dan berpusat pada siswa
hari. Pada dasarnya belajar sains (kimia), sesuai dalam suatu pembelajaran aktif yang
dengan karakteristiknya, harus diupayakan menggunakan kelompok belajar, aktvitas guided
seoptimal mungkin dimulai dengan inquiry untuk mengembangkan pengetahuan,
mengerjakan masalah yang terkait langsung pertanyaan untuk meningkatkan kemampuan
dengan kehidupan siswa sehari-hari. berfikir kritis dan analitis, memecahkan
Menyelesaikan masalah dalam realita masalah, metakognisi, dan tanggung jawab
kehidupan yang nyata dengan menerapkan individu. Melalui pembelajaran kooperatif yang
pengetahuan kimia, membantu siswa dipadukan dengan aktivitas guided inquiry, dapat
membangun pengertian dan pemahaman kimia memberi kesempatan kepada siswa untuk aktif
lebih bermakna (Laliyo, 2011). mengkonstruksi pemahaman mereka dalam
Kelarutan dan hasil kali kelarutan kelompok diskusi.
merupakan salah satu materi kimia yang Pembelajaran kooperatif dengan model
melibatkan reaksi-reaksi kimia serta POGIL, siswa yang semulanya kesulitan dalam
perhitungan kimia. Materi ini juga berkaitan belajar kimia karena melibatkan reaksi-reaksi
dengan materi-materi sebelumnya diantaranya kimia serta perhitungan kimia dapat
stoikiometri, persamaan reaksi, kesetimbangan mengkonstruksi pengetahuan yang ada dengan
kimia, dan pH larutan. Jika siswa masih lemah pengetahuan sebelumnya bersama dengan
dalam memahami materi sebelumnya maka anggota kelompoknya. Sesuai tahapan
siswa akan mengalami kesulitan untuk pembelajaran POGIL yaitu Engage, Elicit,
memahami materi selanjutnya. Sehingga Explore, Explain, Elaborate, Elaborate and extend,
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa Evaluate (7E) (Hanson, 2006). Sebelum
pada materi ini. Berdasarkan hasil studi memasuki materi guru menyajikan sebuah
observasi di SMA Negeri 8 Semarang diperoleh kasus yag berhubungan dengan sub materi yang
rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas XI dari akan menjadi pokok bahasan. Hal ini
tahun 2008/2009 sampai tahun 2012/2013 pada dimaksudkan agar siswa dapat mengaitkan
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan masih materi yang dipelajari dengan fenomena yang
kurang dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal ada dalam kehidupan dan membangkitkan rasa
(KKM). Dari perkembangan data hasil belajar keingintahuan siswa (Simon, 2013).
selama 5 tahun terakhir dapat dinyatakan Dalam kelas POGIL, setiap kelompok
bahwa pemahaman konsep kimia siswa pada akan mempersentasikan hasil diskusinya dan
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan masih guru berperan membimbing siswa dalam
rendah dan cukup sulit dipahami oleh siswa. meluruskan konsep yang masih dianggap sulit
164
Maulidiawati/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
oleh siswa sehingga siswa dapat memahami awal terdiri atas uji normalitas, uji homogenitas,
penyelesaian dari kesulitan yang dihadapi dan uji kesamaan dua rata-rata kelas
masing-masing kelompok. Pada diskusi kelas, eksperimen dan kontrol. Data analisis tahap
akan diminta mempersentasikan hasilnya awal menggunakan nilai ulangan akhir semester
sedangkan kelompok lainya dapat mengajukan gasal kelas XI IPA. Analisis data tahap akhir
pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terdiri atas uji normalitas, uji kesamaan dua
menuntut kesiapan kelompok untuk lebih aktif varians, uji hipotesis, uji perbedaan dua rata-
dalam mempelajari materi dan saling bekerja rata satu pihak, analisis deskriptif untuk data
sama untuk keberhasilan kelompoknya hasil belajar afekif dan psikomotorik, analisis
(Zawadzki, 2009). Hal ini sejalan seperti yang deskriptif angket tanggapan siswa.
diungkapkan oleh Sanjaya (2009) bahwa
keberhasilan seseorang ditentukan oleh
keberhasilan kelompoknya Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian ekperimen ini meliputi
Permasalahan yang diteliti adalah
hasil belajar pada ranah kognitif, afektif dan
seberapa besar tingkat keefektifan pembelajaran
psikomotorik. Hasil belajar pada ranah kognitif
kooperatif dengan POGIL pada hasil belajar
didapatkan dari hasil posttest, penilaian sikap
siswa materi kelarutan dan hasil kelarutan?
siswa selama pembelajaran berlangsung
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
digunakan untuk penilaian hasil belajar afektif.
tingkat keefektifan pembelajaran kooperatif
Sedangkan hasil belajar siswa pada ranah
dengan POGIL pada hasil belajar siswa materi
psikomotorik diperoleh saat siswa
kelarutan dan hasil kali kelarutan.
melaksanakan praktikum.
Berdasarkan hasil belajar ranah kognitif
Metode Penelitian pada kelas eksperimen yang menggunakan
Penelitian ini merupakan jenis model pembelajaran kooperatif dengan POGIL
penelitian eksperimen dengan menggunakan nilai rerata posttest sebesar 79,36 sedangkan
post test only control design (Noor, 2011). Materi kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kooperatif memperoleh rerata nilai posttest
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Populasi sebesar 76,70. Hasil posttest pada kedua kelas
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA yang diberi perlakuan berbeda menunjukan
SMA N 8 Semarang. Pengambilan sampel hasil belajar kognitif kelas eksperimen lebih
dilaksanakan menggunakan teknik cluster tinggi dibandingkan kelas kontrol. Siswa yang
random sampling (Sugiyono, 2006). Metode diberi model pembelajaran kooperatif dengan
pengumpulan data dilakukan dengan metode POGIL lebih dapat menguasai materi yang
dokumentasi, tes, observasi, dan angket. diajarkan melalui kerjasama tim dalam
Instrumen penelitian yang digunakan menyelesaikan soal maupun permasalahan yang
adalah silabus, rencana pelaksanaan diberikan oleh guru. Sesuai yang diungkapkan
pembelajaran, bahan ajar, lembar penilaian oleh Brown (2010) bahwa belajar dalam tim
kognitif, lembar penilaian psikomotorik, lembar memungkinkan siswa untuk lebih dapat
penilaian afektif, dan angket tanggapan belajar mengembangkan penalaran ke tingkat yang
siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena diskusi
adalah model pembelajaran. Model yang dilakukan pada kelas eksperimen terdapat
pembelajaran kooperatif dengan POGIL pembagian peran dalam kelompok yang
dilaksanakan di kelas XI IPA 1 sebagai kelas membuat pembelajaran lebih menarik dan
eksperimen dan pembelajaran kooperatif pada membantu terjadinya kerjasama antar anggota
kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Variabel sehingga menumbuhkan keaaktifan siswa dalam
terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar proses pembelajaran.
siswa. Data hasil belajar diperoleh melalui tes Banyaknya siswa yang tuntas pada kelas
tertulis di akhir proses pembelajaran. Variabel eksperimen adalah 27 dari 30 siswa, sedangkan
kontrol dalam penelitian ini adalah kurikulum, pada kelas kontrol adalah 24 dari 30 siswa,
materi, dan jumlah jam pelajaran yang sama. dengan batas KKM yang ditetapkan oleh
Analisis data penelitian ini sekolah yaitu 72. Nilai hasil posttest kelas
menggunakan analisis data tahap awal dan eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada
analisis data tahap akhir. Analisis data tahap Tabel 1.
165
Maulidiawati/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
Tabel 1. Nilai Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Perhitungan uji ketuntasan hasil belajar pembelajaran yang diterapkan dalam kelas
yang disajikan pada Tabel 2, menunjukan kontrol, diawal pembelajaran guru menjelaskan
bahwa rata-rata hasil belajar kognitif dan materi kelarutan dan hasil kali kelarutan
proporsi ketuntasan kelas eksperimen lebih terlebih dahulu. Setelah materi disampaikan,
tinggi daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil guru memberikan contoh latihan soal kepada
tersebut, pembelajaran guided inquiry yang siswa. Setiap materi yang telah dijelaskan oleh
dipadukan dengan kerja sama tim menunjukan guru, siswa berlatih menyelesaikan soal yang
hasil belajar yang lebih baik pada kelas diberikan oleh guru dan dikerjakan secara
eksperimen. Hal ini juga didukung oleh hasil diskusi dengan kelompoknya. Tetapi, jalannya
penelitian sebelumnya yang dilakukan Yunus diskusi di kelas ini banyak didominasi oleh
(2013) bahwa pembelajaran dengan guided beberapa siswa saja. Siswa yang pemahamannya
inquiry dapat meningkatkan hasil belajar lebih cepat akan mendominasi kegiatan
kognitif. pembelajaran. Berbeda dengan pembelajaran
Perhitungan uji perbedaan rata-rata pada kelas eksperimen, setiap anggota dalam
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol kelompok kooperatif akan belajar satu sama
diperoleh thitung sebesar 1,12 dan ttabel sebesar lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam
1,67. Hasil tersebut membuktikan bahwa rata- kelompok tersebut telah menguasai konsep-
rata kelas eksperimen lebih baik dari kelas konsep yang telah dipikirkan (Slavin, 2008:4).
kontrol. Hal ini dikarenakan siswa pada kelas Hasil belajar pada ranah afektif dalam
eksperimen dilatih untuk memecahkan masalah penelitian ini terdiri 6 aspek meliput, (1)
melalui inkuiri terbimbing secara tim dan siswa kehadiran siswa, (2) partisipasi dalam
diberi kesempatan untuk menilai kinerja mereka pembelajaran, (3) kerjasama, (4) tanggung
dan berpikir untuk memperbaiki jawab, (5) kepemilikan sumber belajar, dan (6)
kekurangannya. Sehingga siswa akan lebih aktif perhatian dalam pembelajaran. Hasil
untuk melatih kemampuan berpikir kritis, perhitungan skor rata-rata aspek afektif
bekerja sama dalam tim, dan mampu disajikan pada Tabel 3.
memecahkan masalah. Sedangkan
166
Maulidiawati/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
167
Maulidiawati/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
Berdasarkan hasil analisis angket yang (2010) juga menunjukan bahwa siswa lebih
ditunjukan dalam Tabel 5, sebagian besar siswa tertarik dan merasa senang dengan
merespon sangat setuju dan setuju terhadap pembelajaran kimia dengan POGIL.
model pembelajaran kooperatif dengan POGIL. Peran guru juga sangat penting dalam
Hal ini berarti pembelajaran kimia pada materi proses pembelajaran pada terciptanya suasana
kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan model pembelajaran kimia yang kondusif dan
pembelajaran guided inquiry yang berorientasi menyenangkan bagi siswa. Laliyo (2010)
pada kerja kelompok dapat menumbuhkan mengungkapkan bahwa pengelolaan
motivasi siswa dalam belajar. Sebanyak 27 dari pembelajaran terletak pada bagaimana guru
30 siswa merespon setuju jika pembelajaran menyiapkan pembelajaran yang memungkinkan
kooperatif dengan POGIL mampu siswa menguaai konsep yang terkait dengan
meningkatkan kerjasama kelompok. Struktur pengalaman belajar yang diperolehnya selama
kelompok setiap pertemuan akan diroling mengikuti proses pembelajaran. Pendapat
sehingga setiap anggota akan saling membantu tersebut juga didukung oleh Majid (2005) yang
dan bekerja sama untuk memperbaiki kinerja menyatakan bahwa keberhasilan suatu
kelompok. Tanggapan positif terhadap model/metode pembelajaran ditentukan dari
pembelajaran POGIL ini juga diungkapkan oleh cara guru mengelola kelas tersebut agar materi
penelitian Bilgin (2009). Hasil penelitian Geiger yang diajarkan dapat terasa menarik bagi siswa.
168
Maulidiawati/Chemistry in Education 3 (2) (2014)
Penelitian dan Pendidikan. 8 (1): 1-12
SIMPULAN Majid, A. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung:
Berdasarkan hasil penelitian dan PT. Remaja Rosdakarya.
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Natalina, M. 2013. Penerapan model pembelajaran
pembelajaran kooperatif dengan POGIL efektif inkuiri terbimbing (guided inquiry) untuk
pada hasil belajar siswa materi kelarutan dan meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar
biologi siswa kelas XI IPA SMA N 5 Pekanbaru
hasil kali kelarutan. Hal ini karena, hasil belajar tahun ajaran 2011/2012. Prosiding Semirata
kognitif mencapai tingkat ketuntasan klasikal FMIPA Universitas Lampung. Lampung:
yaitu sebesar 90%. Selain itu, hasil belajar 2013
afektif dan psikomotorik kelas eksperimen juga Ningsih, S.M. 2012. Implementasi model
memiliki rata-rata yang lebih tinggi pembelajaran process oriented guided
dibandingkan kelas kontrol. inquiry learning (POGIL) untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Unnes Physics Education Journal.1(2):
44-52
DAFTAR PUSTAKA
Bilgin, M. 2009. The effect of guided inquiry Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis,
instruction incorporating a cooperative Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta:
learning approach on university student’ Kencana.
achievement of acid and base concept and Rofiq, N. 2010. Pembelajaran kooperatif (cooperative
attitude toward guided inquiry instruction. learning) dalam pengajaran pendidikan
Academic Journal Scientific Research and Essay. agama Islam. Jurnal Falasifa. 1(1): 1-14.
4(10): 1038-1046. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Brown, P. J. P. 2010. Processoriented guidedinquiry Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada
learning in an introductory anatomy and Media
physiology course with a diverse student Simon, S.R & Shadle, S.E. 2013. Implementing
population. Advan in Physiol Edu 34 (2):150- process oriented guided inquiry learning
155 (POGIL) in undergraduate biomechanics:
Djamarah, S.B. 2010. Strategi Belajar Mengajar. lessons learned by a Novice. Journal of
Jakarta: Rineka Cipta. STEM Education. 14(1): 56-62
Geiger, M. 2010. Implementing POGIL in allied Slavin, R. E. 2008. Cooperative Learning: Theory,
health chemistry courses: insights from Research, and Practice. Boston: Asiman and
process education. International Journal of Schuster Co
Process Education. 2 (1): 19-34 Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung:
Hamdani, A.M. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Alfabeta.
Bandung: CV Pustaka Setia. Widyaningsih, S. Y. 2012. Model MFI dan POGIL
Hanson, D. M. 2006. Instructor's guide to process ditinjau dari aktivitas belajar dan kreativitas
oriented guidedinquiry learning. Lisle, IL: siswa terhadap prestasi belajar. Jurnal Inkuiri.
Pacific Crest. 1 (3): 266-275
Herawati, R.F. 2013. Pembelajaran kimia berbasis Yunus, S.R. 2013. Implementasi pembelajaran fisika
multiple representasi ditinjau dari berbasis guided inquiry untuk meningkatkan
kemampuan awal terhadap prestasi belajar hasil belajar siswa auditorik. Jurnal
laju reaksi siswa SMA N 1 Karanganyar Pendidikan IPA Indonesia. 2(1): 48-52
tahun ajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Zawadzki. 2009. Is process-oriented guided-inquiry
Kimia. 2 (2): 38-43 learning (POGIL) suitable as a teaching
Jufri, W. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. methoding Thailand’s higher education?
Bandung: Pustaka Reka Cipta. Asian Journal on Education and Learning. 1(2):
Laliyo, L.A.R. 2011. Model mental siswa dalam 66-74.
memahami perubahan wujud zat. Jurnal
169