Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

MANAJEMEN PENGENDALIAN MUTU

“Upaya Peningkatan Mutu Fasilitas Pelayanan Kesehatan”

Dosen Pembimbing :
Suprijandani, SKM., M.ScPH
DR. Mamik, SKM., M.Kes

Disusun Oleh:
Muhammad Firmansyah P27833314019

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIV KESEHATAN LINGKUNGAN SURABAYA
2017
A. PENINGKATAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT
Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah
dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu penetapan
kelas Rumah Sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 33 Tahun
1972. Secara umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kelas Rumah Sakit
A,B,C,D. Kriteria ini kemudian berkembang menjadi standar-standar. Kemudian dari
tahun ke tahun disusun berbagai standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana
dan prasarana untuk masing-masing kelas Rumah Sakit. Disamping standar, Departemen
Kesehatan juga mengeluarkan berbagai panduan dalam rangka meningkatkan penampilan
pelayanan Rumah Sakit.
Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai
indikator untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan (performance) Rumah Sakit
pemerintah kelas C dan Rumah Sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari Kesehatan
Nasional. Indikator ini setiap dua tahun ditinjau kembali dan disempurnakan. Evaluasi
penampilan untuk tahun 1991 telah dilengkapi dengan indikator kebersihan dan
ketertiban Rumah Sakit dan yang dievaluasi selain kelas C juga kelas D dan kelas B serta
Rumah Sakit swasta setara. Sedangkan evaluasi penampilan tahun 1992 telah dilengkapi
pula dengan instrumen mengukur kemampuan pelayanan. Evaluasi penampilan Rumah
Sakit ini merupakan langkah awal dari Konsep Continuous Quality Improvement (CQI).
1. Konsep Dasar Upaya Peningkatan Mutu Rumah Sakit
Agar upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit dapat dilaksanakan secara
efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar
upaya penigkatan mutu pelayanan.
a. Mutu Pelayanan Rumah Sakit
1) Pengertian Mutu
Pengertian mutu beraneka ragam dan di bawah ini ada beberapa pengertian yang
secara sederhana melukiskan apa hakekat mutu.
a) Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
b) Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (commitment) yang
selalu dicurahkan pada pekerjaan.
c) Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan.
2) Definisi Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Mutu pelayanan Rumah Sakit adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah
Sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan
kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit secara wajar,
efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan
norma, etika, hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan Rumah Sakit dan masyarakat konsumen.

3) Pihak Yang Berkepentingan Dengan Mutu


Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu, yaitu :
a) Konsumen
b) Pembayar/perusahaan/asuransi
c) Manajemen Rumah Sakit
d) Karyawan Rumah Sakit
e) Masyarakat
f) Pemerintah
g) Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.

4) Dimensi Mutu
Dimensi atau aspeknya adalah :
a) Keprofesian
b) Efisiensi
c) Keamanan Pasien
d) Kepuasan Pasien
e) Aspek Sosial Budaya

5) Mutu Terkait Dengan Input, Proses, Output Dan Outcome


Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3
variabel, yaitu :
a) Input, adalah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan,
teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang
bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur
dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam perencanaan dan
penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
b) Proses, merupakan aktivitas dalam bekerja, adalah merupakan interaksi
profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat).
Proses ini merupakan variabel penilaian mutu yang penting.
c) Output, ialah jumlah pelayanan yang dilakukan oleh unit kerja/rumah sakit.
d) Outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi
pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen
tersebut.

Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks,


padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di
Rumah Sakit menyangkut berbagai fungsi pelayanan, serta mencakup berbagai
tingkatan maupun jenis disiplin. Agar Rumah Sakit mampu melaksanakan fungsi
yang demikian kompleks, harus memiliki sumber daya manusia yang profesional
baik di bidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan
meningkatkan mutu, Rumah Sakit harus mempunyai suatu ukuran yang
menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan.
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit diawali dengan
penilaian akreditasi Rumah Sakit yang mengukur dan memecahkan masalah
pada tingkat input dan proses. Pada kegiatan ini Rumah Sakit harus menetapkan
standar input, proses, output, dan outcome, serta membakukan seluruh standar
prosedur yang telah ditetapkan. Rumah Sakit dipacu untuk dapat menilai diri
(self assesment) dan memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Sebagai kelanjutan untuk mengukur hasil kerjanya perlu ada latar
ukur yang lain, yaitu instrumen mutu pelayanan Rumah Sakit yang menilai dan
memecahkan masalah pada hasil (output dan outcome). Tanpa mengukur hasil
kinerja Rumah Sakit tidak dapat diketahui apakah input dan proses yang baik
telah menghasilkan output yang baik pula. Indikator Rumah Sakit yang disusun
dengan tujuan untuk dapat mengukur kinerja mutu Rumah Sakit secara nyata.

2. Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit


Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan keseluruhan
upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif memantau dan menilai mutu
pelayanan Rumah Sakit, memecahkan masalah-masalah yang ada dan mencari jalan
keluarnya, sehingga mutu pelayanan Rumah Sakit akan menjadi lebih baik. Di
Rumah Sakit upaya peningkatan mutu pelayanan adalah kegiatan yang bertujuan
memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien. Upaya
peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit akan sangat berarti dan efektif bilamana
upaya peningkatan mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di Rumah Sakit
termasuk pimpinan, pelaksana pelayanan langsung dan staf penunjang.
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau
pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara tepat dan efisien. Walaupun
disadari bahwa mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik
selalu memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih sedikit.
Berdasarkan hal di atas maka disusunlah definisi dan tujuan dari upaya peningkatan
mutu pelayanan Rumah Sakit.
a. Definisi Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit adalah keseluruhan upaya
dan kegiatan yang komprehensif dan integratif yang menyangkut input, proses
dan output secara objektif, sistematik dan berlanjut memantau dan menilai mutu
dan kewajaran pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan masalah-masalah
yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit berdaya
guna dan berhasil guna.

b. Tujuan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit


1) Tujuan Umum :
Meningkatkan pelayanan kesehatan melalui upaya peningkatan mutu
pelayanan Rumah Sakit secara efektif dan efisien agar tercapai derajat
kesehatan yang optimal.
2) Tujuan Khusus :
Tercapainya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit melalui
diantaranya :
a) Optimasi tenaga, sarana, dan prasarana.
b) Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan
yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan
pasien.
c) Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan
pelayanan kesehatan.
3) Indikator mutu
Indikator mutu Rumah Sakit meliputi indikator klinik, indikator yang
berorientasi pada waktu dan indikator ratio yang berdasarkan pada efektifitas
(effectivenes), efisiensi (efficiency), keselamatan (safety) dan kelayakan
(appropriateness).

4) Strategi
Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Rumah Sakit disusunlah
strategi, sebagai berikut :
a) Setiap petugas harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip
mutu pelayanan Rumah Sakit sehingga dapat menerapkan langkah-langkah
upaya peningkatan mutu di masing-masing unit kerjanya.
b) Memberi prioritas kepada peningkatan kompetensi sumber daya manusia di
Rumah Sakit, serta upaya meningkatkan kesejahteraan karyawan.
c) Menciptakan budaya mutu di. Rumah Sakit, termasuk di dalamnya
menyusun program mutu Rumah Sakit dengan pendekatan PDCA cycle
(Plan, Do, Check, Action).

5) Pendekatan Pemecahan Masalah


Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses siklus (daur)
yang berkesinambungan. Langkah pertama dalam proses siklus ini adalah
identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan bagian sangat penting
dari seluruh proses siklus (daur), karena akan menentukan kegiatan-kegiatan
selanjutnya dari pendekatan pemecahan masalah ini. Masalah akan timbul
apabila, diantaranya :
a) Hasil yang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada terdapat
penyimpangan.
b) Merasa tidak puas akan penyimpangan tersebut.
c) Merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut.
Dengan telah jelasnya cara memecahkan masalah maka bisa dilakukan
tindakan perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah
diadakan tindakan perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih ada yang
tertinggal. Dari penilaian kembali maka akan didapatkan masalah yang telah
terpecahkan dan masalah yang masih tetap merupakan masalah sehingga
proses siklus akan berulang mulai tahap pertama.
3. Prinsip Dasar Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan
untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus
memperhatikan prinsip dasar, sebagai berikut :
a. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan, diantaranya :
1) Keprofesian
2) Efisiensi
3) Keamanan pasien
4) Kepuasan pasien
5) Sarana dan lingkungan fisik

b. Indikator yang dipilih, sebagai berikut :


1) Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
2) Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada
untuk perorangan.
3) Dapat digunakan untuk membandingkan dengan Rumah Sakit lain, baik di
dalam maupun luar negeri.
4) Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor
5) Didasarkan pada data yang ada.

c. Kriteria yang digunakan :


Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat
menilai indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik
dan mutu tidak baik.

d. Standar yang digunakan :


1) Acuan dari berbagai sumber
2) Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
3) Berdasarkan trend yang menuju kebaikan
4. Pengendalian Kualitas Pelayanan Rumah Sakit
Pengendalian kualitas pelayanan pada dasarnya adalah pengendalian kualitas
kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan (quality os
customer’s satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian di Rumah
Sakit. Pengertian pengendalian kualitas pelayanan di atas mengacu pada siklus
pengendalian (control cycle) dengan memutar siklus “Plan-Do-Check-Action” (P-D-
C-A) = Relaksasi (rencanakan – laksanakan – periksa – aksi).
Pola P-D-C-A ini dikenal sebagai “siklus Shewart”, karena pertama kali
dikemukakan oleh Walter Shewhart beberapa puluh tahun yang lalu. Namun dalam
perkembangannya, metodologi analisis P-D-C-A lebih sering disebuit “siklus
Deming”. Hal ini karena Deming adalah orang yang mempopulerkan penggunaannya
dan memperluas penerapannya. Dengan nama apapun itu disebut, P-D-C-A adalah alat
yang bermanfaat untuk melakukan perbaikan secara terus menerus (continous
improvement) tanpa berhenti.
Konsep P-D-C-A tersebut merupakan panduan bagi setiap manajer untuk
proses perbaikan kualitas (quality improvement) secara rerus menerus tanpa berhenti
tetapi meningkat ke keadaaan yang lebih baik dan dijalankan di seluruh bagian
organisasi.
a. Langkah 1. Menentukan tujuan dan sasaran → Plan
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai didasarkan pada kebijakan yang
ditetapkan. Penetapan sasaran tersebut ditentukan oleh Kepala RS atau Kepala
Divisi. Penetapan sasaran didasarkan pada data pendukung dan analisis
informasi.Sasaran ditetapkan secara konkret dalam bentuk angka, harus pula
diungkapkan dengan maksud tertentu dan disebarkan kepada semua karyawan.
Semakin rendah tingkat karyawan yang hendak dicapai oleh penyebaran kebijakan
dan tujuan, semakin rinci informasi.

b. Langkah 2. Menentukan metode untuk mencapai tujuan → Plan


Penetapan tujuan dan sasaran dengan tepat belum tentu akan berhasil
dicapai tanpa disertai metode yang tepat untuk mencapainya. Metode yang
ditetapkan harus rasional, berlaku untuk semua karyawan dan tidak menyulitkan
karyawan untuk menggunakannya. Oleh karena itu dalam menetapkan metode yang
akan digunakan perlu pula diikuti dengan penetapan standar kerja yang dapat
diterima dan dimengerti oleh semua karyawan.
c. Langkah 3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan → Do
Metode untuk mencapai tujuan yang dibuat dalam bentuk standar kerja.
Agar dapat dipahami oleh petugas terkait, dilakukan program pelatihan para
karyawan untuk memahami standar kerja dan program yang ditetapkan.

d. Langkah 4. Melaksanakan pekerjaan → Do


Dalam pelaksanaan pekerjaan, selalu terkait dengan kondisi yang dihadapi
dan standar kerja mungkin tidak dapat mengikuti kondisi yang selalu dapat
berubah. Oleh karena itu, ketrampilan dan pengalaman para karyawan dapat
dijadikan modal dasar untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan
pekerjaan karena ketidaksempurnaan standar kerja yang telah ditetapkan.

e. Langkah 5: Memeriksa akibat pelaksanaan → Check


Manajer atau atasan perlu memeriksa apakah pekerjaan dilaksanakan
dengan baik atau tidak. Jika segala sesuatu telah sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dan mengikuti standar kerja, tidak berarti pemeriksaan dapat diabaikan.
Hal yang harus disampaikan kepada karyawan adalah atas dasar apa pemeriksaan
itu dilakukan. Agar dapat dibedakan manakah penyimpangan dan manakah yang
bukan penyimpangan, maka kebijakan dasar, tujuan, metode (standar kerja) dan
pendidikan harus dipahami dengan jelas baik oleh karyawan maupun oleh manajer.
Untuk mengetahui penyimpangan, dapat dilihat dari akibat yang timbul dari
pelaksanaan pekerjaan dan setelah itu dapat dilihat dari penyebabnya.

f. Langkah 6 : Mengambil tindakan yang tepat → Action


Pemeriksaan melalui akibat yang ditimbulkan bertujuan untuk menemukan
penyimpangan. Jika penyimpangan telah ditemukan, maka penyebab timbulnya
penyimpangan harus ditemukan untuk mengambil tindakan yang tepat agar tidak
terulang lagi penyimpangan. Menyingkirkan faktor-faktor penyebab yang telah
mengakibatkan penyimpangan merupakan konsepsi yang penting dalam
pengendalian kualitas pelayanan.
B. UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PUSKESMAS
Upaya peningkatan mutu pelayanan puskesmas memiliki tujuan antara lain
sebagai berikut :
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkat kan pelayanan kesehtan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan
Puskesmas secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehtan yang optimal.

b. Tujuan Khusus
1) Terlaksananya sistem pelayanan yang mengutamakan keselamatan pasien dan
petugas yang memberi pelayanan.
2) Terbentuknya budaya organisasi serta motifasi yang tinggi untuk peduli terhadap
peningkatan mutu dan kinerja Puskesmas secara kontinyu.
3) Terlaksananya pencatatan dan pelaporan semua indikator mutu pelayanan dan
indikator kinerja

2. Sasaran
a. Menetapkan indikator mutu klinis dan mutu manajerial.
b. Monitoring Mutu klinis dan mutu manajerial dilakukan tim manajemen mutu.
c. Monitoring Kepatuhan Terhadap SOP dilaksanakan oleh tim audit internal.
d. Monitoring Pelaporan Insiden semua insiden
e. Pelatihan Staf
Seluruh Staf dilatih cuci tangan dan pengunaan APAR

3. Ruang Lingkup
Program peningkatan mutu dan kinerja Puskesmas dalam pedoman ini meliputi
segala kegiatan dan/tindakan yang berhubungan dengan :
a. Kegitan Pokok
b. Menetapkan Indikator Mutu Klinis Puskesmas
c. Menetapkan Indikator Mutu Manajerial Puskesmas
d. Menetapkan Indikator Mutu Sasaran Keselamatan Pasien Puskesmas
e. Monitoring Indikator Mutu klinis Puskesmas
f. Monitoring Indikator mutu Manajerial Puskesmas
g. Monitoring indikator Mutu Sasaran keselamatan pasien Puskesmas
h. Monitoring Pelaporan Insiden
i. Pengembangan
j. Pelatihan

4. Rincian Kegiatan
1. Menetapkan Indikator Mutu Klinis, Mutu Manajerial, dan Sasaran Keselamatan
Pasien Puskesmas
2. Monitoring Indikator Klinis Puskesmas
1) Kejadian kesalahan dan kejadan nyaris cedera yang dengan kesalahan
pengobatan
2) Kelengkapan pengisian Medical Record
3) Kelengkapan Pengisian resep
3. Monitoring Indikator mutu Manajerial Mutu Keselamatan Pasien Puskesmas
1) Kedisiplinan Petugas
2) Kedsiplinan waktu pelayanan
3) Ketidaktersediaan obat dan barang habis pakai pada saat dibutuhkan
4) Kepuasan pelanggan terhadaap pelayanan puskesmas
5) Kecelakaan kerja karena tertusuk jarum
d. Monitoring Indikator Mutu Manajerial Puskesmas
1) Kepuasan Masyarakat trhadaap program puskesmas
2) Kedisiplinan petugas dalam menjalankan program sesuai jadwal
3) Pencapaian
e. Monitoring Indikator Mutu Keselamatan Pasien Puskesmas
1) Kepatuhan identifikasi Pasien dengan benar
2) Kepatuhan cuci tangan dengan benar sesuai dengan benar sesua dengan 6
langkah cuci tangan
f. Menetapkan SOP
g. Monitoring Kepatuhan terhadap SOP
h. Monitoring Pelapoan Insiden
1) kejadian Tidak Harapkan
2) Kejadian Nyaris
3) Kedaan Potensial Cidera
i. Pendidikan dan pelatihan
1) Pelatihan cuci tangan
2) Pelatiahan Pengunaan APAR
5. Pelaksanaan Kegiatan
a. Menetapkan Indikator Mutu Klinis, Mutu manajerial, dan Sasaran Keselamatan
Pasien Puskesmas.
1) Berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk melaksanakan kegiatan
2) Mencari dan mempelajari referensi terkait
3) Mengeventaris indikator mutu
4) Memilih prioritas indikator mutus indikator mutu
5) Menetapkan prioritas
b. Monitoring Indikator Mutu Klinis, Mutu Manajerial
1) Berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk melaksanakan kegiatan
2) Membuat deskripsi Indikator Mutu
3) Melatih Tim Manajemen Mutu dalam mengumpulkan data indikator mutu
4) Mengumpulkan data indikator mutu
5) Evaluasi dan laporan pelaksanaan kegiatan
c. Monitoring Pelaporan Insiden
1) Menyusun dan menetapakan prosedur pelaporan insiden
2) Pembuatan formulir pelaporan insidens
3) Sosialisasi prosedur pelaporan insiden
4) Monitoring pelaoran insiden
5) Evaluasi dan laporan pelaksanaan kegiatan
d. Pendidikan dan Pelatihan
1) Berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk melaksanakan kegiatan
2) Melatih staf
3) Evaluasi dan laporan pelaksanaan kegiatan

5. Evaluasi Kegiatan dan Pelaporan


a. Menetapkan Indikator Mutu Klinis, Mutu Manejeral, Mutu dan pelaporan
dilakukan setelah kgiatan oleh Tim Manajemen Mutu berkoordinasi dengan pihak
terkait.
b. Monitoring Indikator Mutu Klinis, Mutu Manajerial, dan pelaporan dilakuan
setelah kegiatan oleh tim manajemen mutu berkoordinasi dengan pihak terkait.
c. Monitoring Kepatuhan Terhadaap SOP
Evaluasi dan pelaporan dilakukan setelah kegiatan oleh tim audit internal
berkoordinasi dengan pihak terkait (internal audit dan komitmen).
d. Monitoring Pelaporan Insiden
Evaluasi dan pelaporan dilakukan setelah kegiatan oleh Tim audit internal
berkoordinasi dengan pihak terkait
e. Pelatihan Staf
Evaluasi dan pelaporan dilakukan setelah kegiatan oleh Tim K3 dan pengendalian
infeksi berkoordinasi dengan unit terkait

C. UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN LABORATORIUM


1. Kendali Mutu Laboratorium
Salah satu kegiatan utama untuk meningkatkan mutu pelayanan laboratorium
adalah melaksanakan kendali mutu. Dengan melaksanakan kegiatan kendali
mutu, mutu hasil pemeriksaan laboratorium dapat dijamin dan dipercaya. Kendali
mutu atau pemantapan mutu dalam arti luas merupakan proses atau tindakan yang
diambil untuk menjamin hasil pemeriksaan yang baik dan dipercaya. Pemilihan
metode merupakan salah satu komponen penting dalarn kegiatan kendali mutu.
Metode balm nasional harus mempertimbangkan berbagai aspek, antara lain,
ketepatan dan ketelitian hasil, kemudahan proses, dan ketersedia bahan. Kegiatan
pemeriksaan laboratorium juga harus dilakukan oleh tenaga yang kompeten,
misalnya tenaga ahli dan analis atau tenaga lain yang sudah memperoleh pendidikan
dan pelatihan bidang laboratorium.
Pengambilan spesimen secara benar dan pelaksanaan pemeriksaan
secara teliti dan tepat merupakan bagian dari upaya kendali mutu. Disamping
penghitungan dan pencatatan yang benar serta sistem dokumentasi yang baik,
pemeliharaan dan perbaikan alat secara teratur serta adanya prosedur tetap
(protap) untuk setiap kegiatan merupakan rangkaian kendali mutu laboratorium.
Peningkatan mutu pelayan laboratorium selain memberi manfaat kepada para
pemakai jasa laboratorium dan meningkatkan efisiensi pelayanan, sekaligus juga
meningkatkan kepercayaan diri dan disiplin bekerja para petugas laboratorium.
2. Peningkatan Laboratorium Mutu Pemeriksaan
Untuk meningkatkan mutu pemeriksaan . laboratorium, dilaksanakan
berbagai kegiatan yang melibatkan berbagai unit secara langsung maupun tidak
langsung. Alat-alat yang dipergunakan di laboratorium harus selalu diperhatikan
dengan melakukan kegiatan pemeliharaan, peneraan (ditera), dan pengecekan kualitas
penggunaannya harus dilakukan sesuai yang disarankan oleh pembuatnya agar
tidak terjadi penyimpangan.
Pengadaan bahan habis pakai sebaiknya dikelola dengan baik agar
tidak terjadi pengadaan yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan bahan melewati
masa kadaluwarsa atau sebaliknya, terjadi pengadaan terlambat yang
menyebabkan terhambatnya pelayanan laboratorium. Standarisasi atau pembakuan
merupakan salah satu kegiatan penting untuk meningkatkan mutu pemeriksaan
laboratorium. Standarisasi tersebut dilakukan untuk berbagai aspek dan kegiatan
laboratorium, seperti standarisasi untuk metode nilai normal, bahan pembanding,
sarana dan fasilitas, serta menjamin kebenaran hasil dari pemeriksaan laboratorium
dan peningkatan mutu pemeriksaan. Beberapa standarisasi yang patut diikuti
oleh laboratorium antara lain :
a. standarisasi untuk metode nilai normal
b. standarisasi bahan pembanding,
c. standarisasi sarana dan fasilitas laboratorium, dan
d. standarisasi ketenagaan (kemampuan pelayanan, dan pencatatan/pelaporan.
Di samping itu perlu dibuatkan penetapan standar nasional untuk nilai
normal hasil pemeriksaan dan bahan pembanding. Sampai sekarang baku
pembancling yang dipakai pada umumnya mengacu pada nilai normal dan bahan
pembanding dari luar negeri. Untuk itu, penetapan standar metode nilai normal
dan baku pembanding memerlukan dukungan penelitian dan kajian serta peran
aktif para peneliti. Dalam meningkatkan mutu pemeriksaan laboratorium , diperlukan
pula peningkatan sarana dan fasilitas laboratorium. Hal ini sesuai dengan standar
yang ditetapkan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang
laboratorium kesehatan.
Beberapa Kegiatan Laboratorium Untuk Meningkatkan Mutu
Pelayanan Kesehatan :
a. Kendali Mutu Internal
1) Uji Sterilisasi Ruangan
2) Pengujian Mutu Media dan Reagen.
3) Pengujian Muto Aquadest /Aquabidest
4) Kendali Mutu Peralatan
5) Uji Ketepatan Basil Pemeriksaan

b. Kendali Mutu Eksternal


Pemantapan kendali mutu ekstemal merupakan kegiatan yang
diselenggarakan oleh pihak lain, di luar laboratorium secara periodik untuk
memantau dan menilai penampilan laboratorium dalam bidang pemeriksaan
yang ditentukan. Dalam penyelenggaraan pemantapan mutu ekstemal
diupayakan keikutsertaan semua laboratorium pemerintah dan swasta. Yang
dikaitkan dengan akreditasi laboratorium kesehatan dan petjzinan pada
laboratorium swasta.
Penyelenggaran kendali mutu ekstemal lebih ditekankan kepada proses
pendidikan dan peningkatan kernampuan dan bukan merupakan proses
pemberian izin. Kendali mutu eksternal merupakan alat pendidikan yang
memungkinkan peserta dapat memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki
kinerja petugas laboratorium. Laboratorium yang ditunjuk sebagai laboratorium
rujukan mengirimkan lewat peserta, spesimen atau strain yang diketahui basil
tesnya. Hal ini untuk di tes ulang pada laboratorium peserta dengan cara yang
mereka pergunakan secara rutin, kemudian melaporkan temuan mereka kepada
pengelola program. Hal ini juga untuk memberikan tantangan kepada peserta lebih
meningkatkan kinerja laboratorium yang profesional.

c. Pemantapan Mutu
Aktivitas terencana dan terorganisasi yang menjamin produk yang
dihasilkan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan menjamin basil
pemeriksaan yang baik dan dapat dipercaya. Quality Assurance adalah
suatu kegiatan pemantapan mutu untuk meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan
laboratorium. Peningkatan mutu pelayanan laboratorium, selain memberi manfaat
kepada para pemakai jasa laboratorium dan meningkatkan efisiensi pelayanan
sekaligus juga meningkatkan kepercayaan diri dan disiplin para petugas
laboratorium. Pemantapan mutu laboratorium kesehatan antara lain
mengharuskan dilakukannya pemilihan metode pemeriksaan yang tepat dan
penyelenggaraan pemeriksaan dilakukan oleh tenaga yang kompeten dan
bertanggung jawab. Peningkatan kemampuan petugas laboratorium dalam
menunjukkan kualitas basil pemeriksaan yang tepat dapat dijamin mutunya
serta dipercaya hasilnya. Hal ini juga untuk meningkatkan kinerja petugas
laboratorium dalam melakukan deteksi yang tepat sesuai dengan standar yang
berlaku. Beberapa komponen penunjang terlaksananya pemantapan mutu pada
laboratorium klinik atau laboratorium kesehatan serta laboratorium
mikrobiologi, dibagi menjadi enam (6) kelompok yaitu :
1) pengendalian desain
2) pengendalian material
3) pengendalian proses
4) pengendalian luaran
5) pengendalian kepercayaan
6) pengendalian verifikasi.

d. Pengembangan Sumber Daya Manusia


Untuk mendukung upaya peningkatan mutu pelayanan laboratorium
kesehatan, diperlukan pengembangan sumber daya manusia yang mencakup jumlah,
mutu, dan profesionalisme. Pengadaan tenaga teknis melalui jalur pendidikan
diperlukan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang akan memberi juga
peningkatan kualitas basil kerja. Peningkatan mutu sumber daya manusia
dilaksanakan melalui pemberian kesempatan kepada tenaga teknis untuk
mengikuti pendidikan yang lebih tinggi untuk meningkatkan kualifikasi serta
pengembangan karier lebih lanjut. Peningkatan mutu tenaga merupakan suatu
kebijaksanaan yang tepat untuk menghadapi tantangan era globalisasi..
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Pedoman Peningkatan Mutu Dan Kinerja Puskesmas Simpang Ulim.

Depkes RI. 1994. Buku Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit.

Detasemen Kesehatan Wilayah Malang. 2015. Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan
Rumah Sakit.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.

Merryani Girsang. 1998. Kendali Mutu Laboratorium Kesehatan Dalam Upaya


Meningkatkan Mutu Pelayanan Kesehatan. Puslit Ekologi Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai