Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
DI PAVILIUN JANTUNG RSAL DR RAMELAN SURABAYA

Disusun Oleh:

Anisa (183.0012)
Dewi Budi Arti (183.0031)
Tiara Galang (183.0096)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA


PRODI PROFESI NERS
2018-2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENATALAKSANAAN HIPERTENSI
DI PAVILIUN JANTUNG RSAL DR RAMELAN SURABAYA

Topik : Hipertensi

Subtopik : Penatalaksanaan Hipertensi

Sasaran : Pasien dan keluarga pasien dikamar 2 pavilun jantung

Tempat : Paviliun jantung

Hari/Tanggal : , Desember 2018

Waktu : 1 x 30 menit

A. Pendahuluan

Saputra (2014) mengemukakan bahwa Hipertensi seringkali disebut sebagai


pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa
disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.
Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap gangguan biasa, sehingga
korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit. Menurut WHO batasan
tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas
160/95 mmHg dinyatakan sebagai Hipertensi. Batasan ini tidak membedakan
antara usia dan jenis kelamin (Udjianti, 2010).

Dr Margaret Chan, Direktur Jendral World Health Organization, mengatakan


bahwa Setiap tahun, tekanan darah tinggi menyumbang kepada kematian hampir
9,4 juta orang (Susanto, 2013). Penyakit hipertensi menjadi penyebab kematian di
seluruh dunia, yaitu sekitar 13% dari total kematian (Murti, Ismonah dan
Wulandari, 2011). Menurut Depkes pada tahun 2006 hipertensi menempati urutan
kedua penyakit yang sering diderita oleh pasien rawat jalan di Indonesia (Murti,
Ismonah dan Wulandari, 2011). Diperkirakan bahwa penduduk di Indonesia
berusia di atas 20 tahun dan terserang penyakit hipertensi adalah 1,8- 2,86%.
Berdasarakan data hasil survey tersebut dapat diketahui bahwa Indonesia
prevalensi hipertensi menjadi masalah kesehatan nasional cukup tinggi
(Dalimartha, 2008).

Hipertensi mengakibatkan kerugian yang berlebihan, mengakibatkan otot


jantung membengkak, lalu melemah, dan mengalami kegagalan untuk memompa
secara efektif, bila naiknya tekanan darah berlangsung secara mendadak, maka
dinding pembuluh darah bisa pecah (Sitorus, 2005). Berdasarkan penelitian oleh
Argi, dkk mengenai efektivitas jus belimbing madu terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia diketahui bahwa Kalium yang terkandung dalam Belimbing
manis (Averrhoe carambola linn) berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran
natrium cairan meningkat, hal tersebut dapat membantu menurunkan tekanan
darah. Kalium juga berguna untuk menghambat renin dalam sistem angiotensin
dimana angiotensinogen tidak dapat membentuk angiotensin I. Selain mengandung
kalium, belimbing manis juga mengandung flavonoid catechin yang dapat
menyebabkan efek antihipertensi.

Berdasarkan dari uraian di atas penulis ingin mengetahui seberapa jauh dampak
terapi Jus Belimbing Madu terhadap penurunan tekanan darah pada pasien maupun
anggota keluarga pasien di Ruang B1 RSAL Dr. Ramelan Surabaya yang
mengalami Hipertensi sebagai terapi untuk menurunkan tekanan darah.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan pendidikan kesehatan tentang penanganan


hipertensi dengan pemberian jus belimbing dan diharapkan peserta mengerti dan
dapat menerapkan terapi tersebut untuk mengani masalah hipertensi yang dialami.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, peserta diharapkan mampu :
a. Peserta Mampu Menjelaskan Kembali Pengertian Hipertensi
b. Peserta Mampu Menjelaskan Kembali penyebab Hipertensi
c. Peserta Mampu Menyebutkan Kembali tanda dan gejala Hipertensi
d. Peserta Mampu Menjelaskan Kembali pencegahan Hipertensi
e. Peserta Mampu Menjelaskan Kembali cara pembuatan jus belimbing

C. Sasaran

Sasaran untuk memberikan informasi kepada keluarga Tn M tentang


Pendidikan kesehatan Penatalaksanaan Hipertensi.

D. Materi
(Terlampir)

E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

F. Media
Leflet

G. Organisasi
Penyaji :
Fasilitator :
Moderator :
H. Setting Tempat

/
keluarga

keluarga

keluarga
Px

Px

Px
Pintu

Obser
mc ver
penyaji
fasilit fasilit
ator / ator

/
/

keluarga

keluarga
keluarga

Px

Px
Px

I. Jadwal Kegiatan

No Jam Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audien


1. Pembukaan 5 menit Tahap pembukaan :
1. Moderator memberi 1. Menjawab salam
salam.
2. Moderator 2. Mendengarkan
memperkenalkan
anggota kelompok.
3. Moderator membuat 3. Mendengarkan
kontrak waktu.
4. Moderaotor menjelaskan 4. Mendengarkan
tujuan kegiatan

2. Penyampaian 1. Menggali pengetahuan 1. Mengemukakan


materi/isi pendahuluan audien. pendapat.
20 menit 2. Memberi masukan 2. Mendengarkan dan
positif. memperhatikan.
3. Menjelaskan pengertian 3. Mendengarkan dan
keracunan alkohol. memperhatikan.
4. Memberikan 4. Mengemukakan
kesempatan pada pendapat.
mahasiswa bertanya.
5. Menjawab pertanyaan. 5. Mendengarkan dan
memperhatikan.
6. Menggali pengetahuan 6. Mendengarkan dan
audien. memperhatikan.
7. Memberikan masukan 7. Mengemukakan
yang positif. pendapat.
8. Menjelaskan penyebab. 8. Mendengarkan dan
memperhatikan.
9. Memberikan 9. Mendengaarkan dan
kesempatan mahasiswa memperhatikan.
bertanya.
10. Menjawab pertanyaan. 10. Mengemukakan
pendapat.
11. Menggali pengetahuan 11. Mendengarkan dan
tentang pengobatan memperhatikan.
keracunan alkohol.
12. Menggali pengetahuan 12. Mendengarkan dan
pengobatan keracunan memperhatikan.
alkohol.
13. Memberikan masukan 13. Mengemukakan
yang positif. pendapat.
14. Menjelaskan tentang 14. Mendengarkan dan
pengobatan keracunan memperhatikan.
alkohol.
15. Memberi kesempatan 15. Mengemukakan
untuk bertanya. pendapat
16. Menjawab pertanyaan 16. Mendengarkan
dengan baik
3. Penutup 5 menit 1. Mengevaluasi materi 1. Mengajukan
yang telah disampaikan pertanyaan.
tentang keracunan
alkohol.
2. Memberikan 2. Mendengarkan.
inforcement positif.
3. Mengumpulkan hasil 3. Bersama-sama
penyuluhan bersama. mengumpulkan hasil
penyuluhan.
4. Mengucapkan salam 4. Menjawab salam

J. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Menyiapkan SAP
b. Menyiapkan materi dan media
c. Kontrak waktu dengan sasaran
d. Menyiapkan tempat
e. Menyiapkan pertanyaan
2. Evaluasi proses
a. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama pendidikan kesehatan
berlangsung
b. Sasaran aktif bertanya bila adahal yang belum dimengerti
c. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
d. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat pendidikan kesehatan berlangsung
e. Tanya jawab berjalan dengan baik
3. Evaluasi hasil
a. Peserta dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai Definisi
Hipertensi
b. Peserta mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai Penyebab
Hipertensi
c. Peserta mampu menjelaskan kembali tentang Pencegahan Hipertensi
d. Peserta mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai manifestasi
klinis
e. Peserta mampu memahami dan menjelaskan tentang cara Pembuatan Jus
Belimbing
MATERI

A. Pengertian Hipertensi
Saputra (2014) mengemukakan bahwa Hipertensi seringkali disebut sebagai
pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa
disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya.
Kalaupun muncul, gejala tersebut seringkali dianggap gangguan biasa, sehingga
korbannya terlambat menyadari akan datangnya penyakit. Menurut WHO batasan
tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama atau diatas
160/95 mmHg dinyatakan sebagai Hipertensi. Batasan ini tidak membedakan
antara usia dan jenis kelamin (Udjianti, 2010).
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika
tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi misalnya stroke (perdarahan
otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).
Hipertensi pada lanjut usia sebagian besar merupakan Hipertensi sistolik
terisolasi (HST), meningkatnya tekanan sistolik menyebabkan besarnya
kemungkinan kejadian stroke dan infark myocard bahkan walaupun tekanan
diastoliknya dalam batas normal (isolated systolic hypertension). Isolated systolic
hypertension adalah bentuk Hipertensi yang paling sering terjadi pada lansia
(Kuswardhani, 2006).

B. Penyebab Hipertensi
Udjianti (2010) menyatakan bahwa etiologi Hipertensi esensial/primer belum
diketahui secara pasti, beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya
Hipertensi esensial seperti berikut ini :
1. Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi
berisiko tinggi untuk menderita penyakit Hipertensi.
2. Jenis kelamin dan usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca
menopause berisiko tinggi untuk mengalami Hipertensi.
3. Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan
dengan terjadinya Hipertensi.
4. Berat badan : obesitas (> 25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya Hipertensi.
5. Gaya hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan
darah.

Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui. Berikut ini beberapa


kondisi yang menjadi penyebab terjadinya Hipertensi sekunder (Udjianti,2010)
diantaranya :
1. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
2. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
3. Gangguan endokrin
4. Coarctation aorta
5. Neurogenik
6. Kehamilan
7. Luka bakar
8. Peningkatan volume intravaskuler
9. Merokok.

C. Tanda dan Gejala Hipertensi


Hipertensi disebut sebagai “silent killer” karena orang dengan Hipertensi sering
tidak menampakkan gejala. Institut Nasional Jantung, Paru, dan darah
memperkirakan separuh orang yang menderita Hipertensi tidak sadar akan
kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau
dengan interval teratur karena Hipertensi merupakan kondisi seumur hidup
(Smeltzer & Bare, 2002).
Pada kasus Hipertensi berat, gejala yang mungkin dialami klien (Udjianti,
2010) antara lain:
1. Sakit kepala (rasa berat di tengkuk)
2. Palpitasi
3. Kelelahan
4. Nausea
5. Vomiting
6. Ansietas
7. Keringat berlebihan
8. Tremor otot
9. Nyeri dada
10. Epistaksis
11. Perubahan penglihatan (pandangan kabur atau ganda)
12. Tinnitus (telinga berdenging)
13. Kesulitan tidur.

Gejala Hipertensi menurut Ardiansyah (2012) antara lain :


1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah interaknium
2. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak dari
Hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan saraf
pusat
4. Nokturia (sering berkemih pada malam hari) karena adanya peningkatan aliran
darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

D. Pencegahan Hipertensi
Riyadi (2011) berpendapat bahwa pencegahan Hipertensi adalah sebagai
berikut :
1. Pencegahan primer
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal dan untuk menjaga agar tidak
terjadi Hiperkolestrolemia, Diabetes Melitus, dan sebagainya.
b. Tidak merokok
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun
dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer
b. Mengontrol tekanan darah supaya tetap normal dan stabil
c. Mengontrol faktor resiko terhadap penyakit jantung iskemik
d. Batasi aktivitas

E. Prosedur Pembuatan Jus Belimbing Madu


Terapi herbal banyak digunakan oleh masyarakat dalam menangani penyakit
hipertensi dikarenakan memiliki efek samping yang sedikit (Sustrani,2007). Karena
itu masyarakat lebih memilih untuk terapi non-farmakologis karena di samping
untuk biayanya murah dan mudah untuk di dapatkan pula terapi-terapinya dan efek
yang di timbulkan relative sedikit di bandingkan dengan terpi farmakologis dengan
obat kimianya.
Belimbing manis yang mengandung flavonoid bisa digunakan untuk terapi
tekanan darah tinggi, karena flavonoid dapat menghambat enzim pengubah
angiotensin. Selain itu juga mengandung kadar kalium yang tinggi, serta natrium
yang rendah sebagai obat hipertensi. Belimbing manis juga dapat menurunkan
kadar kolesterol jahat dalam tubuh, melancarkan proses pencernaan karena
belimbing memiliki kandungan serat yang baik. Kandungan nutrisi lain yang
terdapat pada buah bintang ini adalah 80 protein, karbohidrat, mineral, kalsium,
fosfor, zat besi, vitamin A, B1 dan C (Hernani, 2009). Pada dasarnya buah
belimbing mengandung kadar kalium yang tinggi serta natrium yang rendah
sebagai obat anti hipertensi. Kandungan kalium (potassium) dalam 1 buah
belimbing (127 gram) adalah sebesar 207 mg. Hal ini menunjukkan bahwa kalium
dalam buah belimbing mempunyai jumlah yang paling banyak dari jumlah mineral
yang ada dalam kandungan 1 buah belimbing (Afrianti, 2010).
Pengumpulan data diawali dengan mempersiapkan jus belimbing manis yang
merupakan campuran dari 375gr belimbing manis dan 50cc lalu diblender.
Kemudian mengukur TD pra intervensi 5 menit sebelum responden mengkonsumsi
jus belimbing manis. Pemberian jus belimbing dilakukan sebanyak 2x/ hari yaitu
pukul 6.30 dan 12.00 selama 3 hari berturut-turut. Pada hari ke-3 atau konsumsi jus
yang ke-6, 5 menit kemudian responden diukur kembali tekanan darahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Argi virgona & Lathifah N. A. (2014). Pengaruh Terapi jus Belimbing
Manis (Averhoa Carambola Linn) Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
Dengan Hipertensi Di Puskesmas Citeureup Kota Cimahi.

KemenKes RI. (2014). Hipertensi. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Kuswardhani, T. (2006). Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jurnal


Penyakit Dalam , 7 (2), 135.

Riyadi, S. (2011). Keperawatan Medikal Medah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Saputra, L. (2014). Buku Saku Keperawatan Pasien dengan gangguan Fungsi


Kardiovaskuler Disertai Contoh Kasus Klinik. Tanggerang Selatan:
Binarupa Aksara.

Smeltzer, & Bare. (2002). Keperawatan medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi
8 Vol 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai