Anda di halaman 1dari 36

Presentasi Kasus

KARSINOMA MAMAE
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul

Diajukan Kepada :
dr. Surya Hapsara.,Sp.B

Disusun Oleh :
Rizky Nur Amalia Kasun
20184010098

KSM ILMU BEDAH


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
2019
HALAMAN PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS

Kasrsinoma Mamae

Disusun oleh :
Rizky NurAmalia Kasun
20184010098

Telah disetujui dan dipresentasikan


pada tanggal 05 April 2019

Pembimbing

dr. Surya Habsara,Sp.B


BAB I
LAPORAN KASUS

I. LATAR BELAKANG
Carcinoma mammae atau kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal
dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan
penunjangnya yang tumbuh infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase. Kanker
payudara merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. (who,2009)

Berdasarkan laporan dari WHO, tahun 2004 diperkirakan 519.000 wanita


meninggal karena kanker payudara dan dari angka itu, 69% kematian terjadi di
negara berkembang. Pada tahun 2009, diperkirakan 192.370 kasus baru dari
invasive carcinoma mammae didiagnosis di Amerika Serikat dan 62.280 kasus baru
carcinoma mammae insitu. Data di Indonesia, kanker payudara menduduki tempat
kedua (11,5%) setelah kanker leher rahim. Di Indonesia diperkirakan terdapat
20.000 kasus baru kanker payudara pertahun dan lebih dari 50% kasus berada dalam
stadium lanjut. (albar,2004)

Etiologi yang belum diketahui dengan pasti, perjalanan penyakit yang tidak
dapat diperkirakan serta usaha pencegahan yang sulit dilakukan serta adalah
masalah yang sampai saat ini belum teratasi. Namun demikian usaha-usaha untuk
mendeteksi dini dapat dilakukan dengan baik dengan mengikutsertakan masyarakat
melalui penyuluhan. Selain itu, kemajuan dalam deteksi dini yang dilengkapi
dengan kemajuan terapi, baik teknik operasi, radiasi, terapi hormonal serta
khemoterapi, yang didasarkan pada ketepatan penentuan stadium dan pengenalan
sifat-sifat biologis kanker, semakin membawa harapan baru untuk penderita kanker
payudara ini.
II. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. S
Usia : 64 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bantul Yogyakarta
Status : Menikah
Pekerjaan : penjahit
Masuk rumah sakit : 26 Februari 2019

III. ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan disertai luka terbuka di payudara kanan
Riwayat penyakit sekarang :
Sejak ± 5 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh

adanya luka pada payudara kanan. Keluhan disertai dengan nyeri dan keluar

nanah dan darah dari luka tersebut. Keluhan ini diawali dengan timbulnya

benjolan ± 1 tahun yang lalu (2018). Mula-mula benjolan itu sebesar

kelereng, kemudian lama-lama membesar hingga sebesar telur angsa. Pasien

berobat di pengobatan alternative dan diberi obat-obatan herbal dan suntik.

Keluhan tidak membaik kemudian dari benjolan tersebut timbul luka terbuka

yang makin lama makin membesar yang dialami pasien sekarang. Keluhan

tidak disertai dengan demam, sakit kepala hebat, rasa penuh di ulu hati,

maupun batuk-batuk kering atau sesak nafas.

Pasien haid pertama pada usia 16 tahun, siklus 30 hari, teratur.

Penderita menikah pada usia 19 tahun, lalu melahirkan anak pertama pada

usia 20 tahun. Penderita menyusui anaknya selama 2 tahun. Saat ini pasien

mempunyai 3 orang anak. Riwayat pemakaian pil KB selama 3 tahun diakui


penderita. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal. Pasien saat ini

sudah tidak menstruasi lagi.

Riwayat penyakit dahulu :


Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung maupun
pengobatan TB.

Riwayat operasi :
Mei 2017 operasi ORIF close fracture tibia dextra

Riwayat pengobatan :
Pasien sering minum obat-obatan herbal yang diperoleh dari pengobatan
alternative

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada yang mengalami keluhan serupa seperti pasien.

Riwayat alergi :
Tidak ada alergi makanan dan obat.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Kesadaran : compos mentis
Vital sign :
TD : 110 /70 mmHg
Rr : 24 x/menit
Hr : 82 x/menit
T : 37,0 0c

Status Generalis
a. Pemeriksaan kepala
Rambut : warna putih beruban, mudah dicabut
Mata : SI -/-, CA +/+, pupil isokor, R.cahaya +/+
Hidung : tidak ada secret, tidak ada deviasi.
Bibir : mukosa bibir basah, sianosis -
Gigi : terdapat ada caries

b. Pemeriksaan leher:
Tidak ada pembesaran KGB, thyroid dan tidak ada peningkatan JVP

c. Pemeriksaan thoraks
a. Paru-paru :
Depan:
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas,
Tampak massa dan luka terbuka di mammae
dextra (lihat status lokalis)
Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak ada krepitasi.
Perkusi : Sonor (+) paru kanan sulit di lakukan perkusi
Auskultasi : vesikuler +/+. Rh -, wh -.
Belakang :
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas.
Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak teraba massa.
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : vesikuler +/+, suara tambahan -/-
b. Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : tidak teraba ictus cordis, massa -
Auskultasi : BJ I dan II murni reguler

d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus normal, tidak ada bunyi tambahan.
Palpasi : Soepel, tidak teraba massa, defans muscular -, nyeri tekan-
Perkusi : Tympani seluruh lapang abdomen
e. Pemeriksaan ekstrimitas
Kekuatan otot : 5555
5555
Sensibilitas : dextra dan sinistra tidak ada kelainan
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Edema : (-/-)

Status lokalis :
Pemeriksaan mammae dextra :
•Inspeksi : Tampak massa meluas pada mammae dextra hingga linea axilaris
anterior, tampak lesi erosi abses +, darah+ bau busuk +. peau
d’orange +, jaringan sekitar kemerahan + retraksi papila mame
tidak bisa dinilai

•Palpasi : Teraba massa meluas, terfiksir, konsistensi keras, permukaan tidak


rata, batas tegas pada regio mammae dextra nyeri (+). Teraba
pembesaran limfonodi axilla dextra dan supraclavicula

Pemeriksaan mammae Sinistra :

•Inspeksi : Tak tampak masa pada mammae sinistra, retraksi -, peau d’orange

-, abses -, darah-. Tidak tampak benjolan pada axila sinistra


•Palpasi : Teraba massa sebesar kelereng, terfiksir, konsistensi keras,

permukaan tidak rata, batas tegas pada regio mammae sinistra


Nyeri (-).

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Lengkap

2. Foto rongent thoraks PA

26/02/2019
Cor : CTR < 50%
Pulmo :
Hilus normal, sinuses dan diafragma normal, corakan bronkhovaskuler
normal,
Tidak tampak bayangan opaq noduler dikedua lapang paru

Kesan :

tidak tampak metastasis intrapulmonal


Tidak tampak kardiomegali

3. Histologi
Pemeriksaan tanggal 27-02-2019
Makroskopis :
1. Keterangan biopsy mamae kanan : Jaringan ukuran 2 x 1 x 0,6, putih
kekuningan , permukaan agak padat ,pada pembelahan penampang putih
kekuningan
2. Keterangan biopsy mamae kiri : jaringan ukuran 1,5 x 1 x 0,6 cm, putih
kekuningan, kenyal agak padat pada pembelahan penampang kuning
Mikroskopis :
1. Dibatasi kulit pada jaringan ikat dengan tumor invasi diantara jaringan
ikat tumor seperti pada 2
2. Payudara dengan tumor invasi ke jaringan ikat sekitar, tumor solid

sebagian dengan “comedo necrosis”, sel-sel tumor atypia dan polimorfi

sedang sampai besar sel-sel tumor bulat dan oval sitoplasma sedikit
sampai cukup, inti hiperkromatis mitosis 9/10 LP
Kesimpulan biopsy mame dextra et sinistra: Carsinoma ductal infiltrative Gr.III

VI. DIAGNOSA KERJA


Tumor mamae dextra et sinistra susp Ca mamae

VII. PENATALAKSANAAN
Persiapan biopsi incisi
Bila hasil PA terbukti ganas , rujuk ke bedah onkologi kemoterapi ditambah
atau tanpa radioterapi preop/post op tumor mengecil, mastektomi radikal.
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad malam
Quo ad funtional : ad malam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Payudara

Payudara pada wanita menonjol mulai dari costa ke II/III sampai ke VI/VII
dan dari pinggir sternum sampai garis axilla anterior. Tetapi jaringan payudara
sebenarnya bisa lebih luas lagi sampai ke clavicula sebagai suatu lapisan jaringan
tipis dan ke medial sampai ke garis median, ke lateral sampai pinggir otot
latissimus dorsi. Ada suatu bagian dari payudara yang disebut buntut dari payudara
atau “axillary projection of the breast”.

1. Struktur Dasar

Terdiri atas kelenjar, jaringan ikat fibrosa dan jaringan lemak Jaringan
kelenjar, yang dinamakan kelenjar dan saluran tubuloalveolar, membentuk 15
sampai 20 lobus yang mengelilingi nipple, masing-masing bermuara ke duktus
lactiferous. Di tiap lobus terdapat lobulus-lobulus. Jaringan ikat fibrosa
memberikan struktur penahan dalam bentuk tali fibrosa atau ligament
suspensorium yang dihubungkan baik ke kulit maupun ke fascia. Jaringan lemak
terutama pada permukaan dan area tepi. Setiap kelenjar mammae terdiri atas
sekitar 15 sampai 20 lobus. Terdapat ligament Cooper yang meluas dari fascia
pectoralis profunda ke fascia kulit superficial yang memberikan tahanan.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran, yaitu upper inner quadrant (UIQ),
lower inner quadrant (LIQ), upper outer quadrant (UOQ) dan lower outer
quadrant (LOQ).

2. Vaskularisasi

Perdarahan payudara terutama dari cabang arteri perforantes anterior dari


arteri mammaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri
aksilaris, dan beberapa arteri interkostalis.

3. Drainase limfatik

a. Kelenjar getah bening pectoralis (anterior), berlokasi di lipatan aksila


anterior (di antara batas bawah M. Pectoralis mayor).
b. Kelenjar getah bening Subscapular (posterior), berlokasi di lipatan aksila
posterior (daerah batas lateral scapula). Drainasenya dari dinding belakang
dada dan sebagain lengan.
c. Kelenjar getah bening lateral, berlokasi di daerah humerus atas.
Drainasenya dari lengan.
d. Drainase dari KGB pusat di aksila, kemudian ke KGB infraclavicular dan
supraclavicular.
e. Sebagian drainase dari payudara ada yang langsung berhubungan dengan
KGB infraclavicular.
Persarafan payudara juga harus diperhatikan dalam proses pembedahan
payudara, apabila ada kerusakan akibat proses pembedahan maka dapat terjadi
defisit fungsional pada saraf yang terkena, sebagai contoh :

Otot/area
Nervus Defisit fungsional
persarafan

N. torasikus (of Bell) Serratus Winging scapula


anterior

N. torakodorsalis Latissimus Tidak dapat mendorong


dorsi diri sendiri untuk berdiri
dari posisi duduk

N. pektoralis medial dan lateral Pektoralis Kelemahan dari otot


mayor dan pektoralis
minor

N. interkostobrakhial Menyebrang Anestesi pada bagian


axilla secara dalam lengan
transversal
menuju
bagian
dalam
lengan
B. Epidemiologi
Kanker payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah
karsinoma serviks uterus. Di Amerika Serikat, kanker payudara merupakan 28%
kanker pada wanita kulit putih, dan 25% pada wanita kulit hitam.
Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang
sekali ditemukan pada wanita usia dibawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada
usia 45-66 tahun. Insidens kanker payudara pada lelaki hanya 1% dari kejadian pada
perempuan. (Dejong,2005)
C. Etiologi

Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau beberapa
gen. Dua di antaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling berpengaruh
disebut dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21), yang lainnya adalah gen p53 (pada
lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada kromosom 13. Gen
keempat yang juga terlibat adalah gen reseptor androgen pada kromosom Y. Mutasi
gen ini berhubungan dengan insiden kanker payudara pada pria. Etiologi kanker
payudara masih belum diketahui dengan pasti hingga sekarang namun yang paling
diyakini sebagai penyebab adalah paparan terhadap mutagen. Mutagen ini bisa
berupa mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid peroksidase dan
malondyaldehida (MDA) juga mutagen eksogen yaitu radiasi. Virus juga diduga
sebagai penyebab namun belum dapat dibuktikan pada manusia. (Dejong,2005)

D. Faktor Risiko Kanker Payudara

Hal-hal yang dianggap merupakan faktor risiko kanker payudara antara lain:

1. Usia

Risiko terjadinya kanker payudara meningkat seiring dengan


bertambahnya usia. Kebanyakan kasus kanker timbul pada wanita yang berusia
lebih dari 60 tahun.

Secara anatomi dan fingsional, payudara akan mengalami atrofi dengan


bertambahnya usia. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa
sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi
sebelum terjadinya perubahan klinis,

2. Faktor reproduksi

Karakteristik reproduksi yang berhubungan dengan risiko terjadinya


kanker payudara adalah nulliparitas, menarche pada usia muda, keteraturan
siklus menstruasi, menopause pada umur lebih tua dan kehamilan pertama pada
usia tua.

Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat


kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker
payudara. Wanita dengan riwayat kehamilan cukup bulan pada usia di bawah
18 tahun memiliki risiko terkena kanker payudara sepertiga dibandingkan
dengan wanita yang baru memiliki anak di usia 30 tahun.

3. Penggunaan hormon

Hormon eksogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.


Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat
penigkatan kanker payudara yang bermakna pada penggunaan terapi estrogen
replacement.

Suatu analisa mengatakan walaupun tidak terdapat risiko kanker


payudara pada pengguna kontrasepsi oral, wanita yang menggunakan obat ini
untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker ini
sebelum menopause.

4. Riwayat tumor jinak payudara

Wanita dengan riwayat tumor jinak payudara, dapat terjadi


peningkatan risiko terjadinya kanker payudara sebanyak empat kali dan risiko
ini akan terus meningkat hingga 30 tahun setelah didiagnosa tumor jinak
payudara.
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Penelitian terbaru
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap keganasan ini.

5. Konsumsi lemak

Konsumsi lemak diperkirakan sebagai faktor risiko terjadinya kanker


payudara.

6. ObesitasRiwayat radiasi dinding dada

Paparan dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan


terjadinya risiko kanker payudara. Dari bebrapa penelitian yang dilakukan
disimpulkan bahwa risiko akibat radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan
umur saat terjadinya pemaparan.

2. Riwayat keluarga dan faktor genetik

Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat


penderita yang akan dilaksanakan untuk skrining kanker payudara. Terdapat
peningkatan risiko keganasan ini pada wanita yang keluarganya menderita kanker
payudara.

Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan erat


dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen susceptibilitas
kanker payudara, probabilitas untuk terjadinya kanker payudara sebesar 60% pada
umur 50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun.

E. Algoritma Evaluasi Massa Payudara

Dalam mengevaluasi suatu massa di payudara, terdapat beberapa


algoritma untuk membantu menentukan kemungkinan diagnosa. Diantaranya
adalah algoritma yang dikemukakan oleh ICSI (Institute for Clinical System
Improvement).
Gambar 1. Algoritma Evaluasi Massa Payudara

F. Penegakan Diagnosis Kanker Payudara

Berdasarkan Protokol Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia,


diagnosis kanker payudara dapat ditegakkan melalui tahapan-tahapan berikut:

a. Anamnesis
Anamnesis dimulai dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap
dilanjutkan dengan keluhan utama. Keluhan utama penderita dapat berupa:
adanya benjolan pada payudara; rasa nyeri; keluar cairan dari puting susu;
retraksi puting susu; adanya ekzema di sekitar areola; keluhan kulit berupa
dimpling, venektasi, ulserasi atau adanya peau d’orange; adanya benjolan di
ketiak; edema lengan dan tanda metastasis jauh misalnya nyeri tulang
(vertebrae, femur), rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, dan sakit kepala hebat.
Benjolan payudara dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker
payudara dan merupakan tanda yang paling umum. Benjolan kanker cenderung
soliter, unilateral, padat, keras, ireguler, tidak dapat digerakkan (nonmobile),
cepat membesar dan tidak nyeri. Cairan yang keluar secara spontan dari puting
susu (nipple discharge) adalah tanda kedua yang paling umum dari kanker
payudara. Karakter nipple discharge dapat membantu menegakkan diagnosis.
Cairan seperti susu menandakan galaktore, cairan purulen disebabkan oleh
infeksi, dan cairan multiwarna atau lengket menandakan ektasia duktus
(comedomastitis). Cairan serous, serosanguinus, berdarah atau seperti air
mungkin menandakan papiloma (80%) atau karsinoma intraduktal (20%).
Selain itu juga perlu ditanyakan mengenai pengaruh siklus menstruasi
terhadap keluhan tumor; menstruasi pertama pada usia berapa; bila sudah
menopause, pada usia berapa; usia saat pertama kali melahirkan anak; menyusui
atau tidak; riwayat kanker payudara atau kanker lainnya dalam keluarga;
riwayat pemakaian obat-obat hormonal; riwayat operasi tumor payudara atau
tumor ginekologik; dan riwayat radiasi di daerah dada. Faktor-faktor risiko ini
perlu ditanyakan agar dokter dapat mempertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan mamografi pada penderita yang berisiko tinggi, dan bagi pasien
agar lebih waspada dan rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
Keluhan pasien di organ lain yang berhubungan dengan metastasis perlu
ditanyakan seperti batuk, sesak, rasa penuh di ulu hati, nyeri tulang, dan sakit
kepala hebat. Tanda-tanda umum tentang nafsu makan dan penurunan berat
badan juga perlu ditanyakan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada status generalis, selain tanda vital perlu juga diperiksa performance
status penderita. Karena payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain
estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan saat
pengaruh hormon ini seminimal mungkin, yaitu setelah lebih kurang satu
minggu dari hari pertama menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan
teliti, ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.
Teknik pemeriksaan
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka
1. Posisi tegak (duduk)
Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa berdiri di
depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi dilihat
simetri payudara kiri dan kanan; perubahan kulit berupa peau d’orange,
kemerahan, dimpling, edema, ulserasi dan nodul satelit; kelainan puting susu
seperti retraksi, erosi, krusta dan adanya discharge.
2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di
atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan bantal
kecil terutama pada penderita yang payudaranya besar. Palpasi dilakukan
dengan mempergunakan falang distal dan falang medial jari II, III dan IV
yang dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua
sampai ke distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah
sentral subareolar dan papil. Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi ke sentral
(sentrifugal) berakhir di daerah papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau
ada cairan keluar dengan menekan daerah sekitar papil. Pemeriksaan dengan
rabaan halus akan lebih teliti daripada dengan rabaan kuat karena rabaan
halus akan dapat membedakan kepadatan massa payudara.
Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan kuadran
payudara (lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial bawah, dan daerah
sentral), ukuran tumor (diameter terbesar), konsistensi, permukaan, bentuk
dan batas-batas tumor, jumlah tumor serta mobilitasnya terhadap jaringan
sekitar payudara, kulit, m.pektoralis dan dinding dada.
c. Pemeriksaan kelenjar getah bening regional
1. Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa aksila
jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak yang
dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan tangan kanan penderita
diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu kanan pemeriksa dan aksila
diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Diraba kelompok KGB mammari
eksterna di bagian anterior dan di bawah tepi m.pektoralis aksila; KGB
subskapularis di posterior aksila; KGB sentral di bagian pusat aksila; dan
KGB apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan ditentukan ukuran,
konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama lain atau ke jaringan
sekitarnya.
2. Supra dan infraklavikula serta leher utama, bagian bawah dipalpasi dengan
cermat dan teliti. Selain payudara dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa
adalah paru, tulang, hepar, dan otak untuk mencari metastase jauh.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue technic
yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara. Meskipun 15% kanker
payudara tidak bisa divisualisasikan dengan mammografi, 45% kanker
payudara dapat dilihat pada mammografi sebelum mereka dapat diraba.
Adanya proses keganasan akan memberikan tanda–tanda primer dan
sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, mikrokalsifikasi,
deposit kalsium baik dalam pola mulberrry atau curvilinear, dan distorsi
duktus mamaria. Tanda-tanda sekunder berupa bertambahnya vaskularisasi,
adanya bridge of tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur.
Mammografi sangat baik digunakan untuk diagnosis dini dan skrining, hanya
saja untuk skrining harganya mahal sehingga dianjurkan penggunaan yang
selektif yaitu untuk wanita-wanita dengan risiko tinggi. Sensitifitas
mammografi sekitar 75% dan spesifisitasnya hampir 90%.
Ultrasonografi berguna terutama untuk membedakan lesi padat atau
kistik juga untuk memandu FNAB dan core-needle biopsy. Mammografi dan
USG payudara dilakukan pada tumor yang berukuran < 3cm.
Pemeriksaan termografi ditemukan oleh Lawson tahun 1956. Dengan
menggunakan sinar infra merah pemeriksaan ini memanfaatkan perbedaan
suhu di mana suhu kanker payudara lebih tinggi dibanding jaringan
sekitarnya.
Xerografi merupakan pemeriksaan yang menggunakan sistem pencitraan
foto elektrik. Ketepatannya mencapai 95,3% dengan false positive ± 5%.
Scintimamografi merupakan teknik pemeriksaan radionuklir
menggunakan radioisotop Tc 99m. Sensitifitasnya dalam menilai aktifitas sel
kanker payudara cukup tinggi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi lesi
yang multipel dan adanya keterlibatan KGB regional.
2. Pemeriksaan histopatologi jaringan (gold standard)
Pemeriksaan histologi jaringan merupakan cara untuk menegakkan
diagnosis pasti kanker payudara. Bahan pemeriksaan dapat diambil melalui
biopsi eksisional (untuk ukuran tumor < 3cm) atau biopsi insisional (untuk
tumor operabel dengan ukuran > 3cm sebelum operasi definitif dan untuk
tumor yang inoperabel) yang kemudian diperiksa potong beku atau PA. Untuk
biopsi kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada mammografi
dapat dilakukan ultrasound atau stereotactic core biopsy yaitu pungsi dengan
jarum besar yang akan menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup untuk
pemeriksaan termasuk teknik biokimia.
3. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitopatologi dilakukan dengan FNAB (fine needle aspiration
biopsy). Sensitivitasnya dalam mendiagnosis keganasan dilaporkan sebesar
90-95% bila tepat cara pengambilan dan diekspertise oleh ahlinya.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah dilakukan sesuai dengan
perkiraan metastasis misalnya alkali fosfatase dan liver function tests untuk
metastasis ke hepar atau kadar kalsium dan fosfor untuk metastase tulang.
5. Pemeriksaan metastase jauh
Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, bone scanning dan/atau bone survey,
USG abdomen, dan CT scan dilakukan untuk mencari metastasis jauh.
Pemeriksaan yang direkomendasikan oleh PERABOI adalah foto thoraks dan
USG abdomen sedangkan bone scanning dan/atau bone survey (bila sitologi
dan/atau klinis sangat mencurigakan pada lesi > 5cm) dan CT scan dilakukan
atas indikasi.
Metastasis di parenkim paru pada foto rontgen memperlihatkan gambaran
coin lesion yang multipel dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastasis
dapat pula mengenai pleura yang akan menimbulkan efusi pleura. Metastasis
ke tulang vertebra akan terlihat pada foto rontgen sebagai gambaran
osteolitik/destruksi yang dapat menyebabkan fraktur patologis.
6. Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) dan imunohistokimia
Pemeriksaan kadar CEA dan CA 27.29 (CA 15-3) mungkin berguna untuk
memantau respon terhadap terapi pada penyakit yang sudah lanjut.
Pemeriksaan imunohistokimia seperti ER, PR, c-erb-2 (HER-2 neu),
cathepsin-D, dan p53 bersifat situasional.

G. Klasifikasi Kanker Payudara


a. Sistem TNM
Tumor primer (T)
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : Tidak terdapat tumor primer
Tis : Karsinoma insitu
 Tis (DCIS) : karsinoma in situ hanya ductal

 Tis (LCIS) : karsinoma in situ hanya lobular

 Tis (Paget) : penyakit Paget dari puting susu tanpa tumor (Catatan: Paget

penyakit yang terkait dengan tumor diklasifikasikan menurut ukuran


tumor
T1 : Tumor ≤ 2cm
 T1a : Tumor ≤ 0,5 cm.
 T1b : Tumor ≥ 0,5 cm dan ≤ 1 cm.
 T1c : Tumor ≥ 1 cm dan ≤ 2 cm.
T2 : Tumor > 2cm dan < 5cm.
T3 : Tumor > 5cm
T4 : Berapapun ukuran tumor dengan ekstensi langsung ke dinding dada atau
kulit.
 T4a : Ekstensi ke dinding dada tidak termasuk otot pektoralis
 T4b : Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara, atau
satelit nodul pada
kulit.
 T4c : Gabungan T4a dan T4b
 T4d : Karsinoma inflamasi (mastitis karsinomatosa)

Kelenjar getah bening regional/Nodul (N)


Nx : KGB regional tidak bisa dinilai
N0 : Tidak terdapat metastase KGB regional.
N1 : Dijumpai metastase KGB aksila ipsilateral yang mobile.
N2 : Teraba KGB aksila ipsilateral terfiksasi, berkonglomerasi, atau secara klinis
ada
pembesaran KGB mamari interna ipsilateral tanpa adanya metastase ke
KGB aksila.
 N2a :Teraba KGB aksila yang terfiksasi atau berkonglomerasi atau melekat ke
struktur lain.
 N2b : Secara klinis metastase hanya dijumpai pada KGB mamari interna
ipsilateral dan tidak terdapat metastase pada KGB aksila.
N3 : Metastase pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa
keterlibatan KGB aksila atau klinis terdapat metastase pada KGB mamaria
interna ipsilateral dan secara klinis terbukti adanya metastase pada KGB
aksila atau adanya metastase pada KGB supraklavikula ipsilateral dengan
atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna
 N3a : Metastase pada KGB infraklavikula ipsilateral
 N3b : Metastase pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
 N3c : Metastase pada KGB supraklavikula
Metastase jauh (M)
Mx : Metastase jauh belum dapat dinilai
M0 : Tidak terapat metastase jauh.
M1 : Dijumpai metastase jauh
Stadium klinis
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II A T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium II B T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium III A T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1 M0
T3 N2 M0
Stadium III B T4 N0 M0
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium III C Semua T N3 M0
Stadium IV Semua T Semua N M1
(American Joint Committee on Cancer, 2002)
b. Histopatologi
Kanker payudara mempunyai beberapa tipe histologi khusus yang turut
mempengaruhi prognosis, meskipun stadium klinis lebih berpengaruh. Pada
stadium I tanpa keterlibatan KGB regional 5-year survival rate sekitar 80%
untuk karsinoma duktal invasif dan sekitar 90-95% untuk karsinoma lobular,
koloid dan comedocarcinoma.
Malignant (carcinoma) - medullary carcinoma
1. Non invasive carcinoma - invasive lobular carcinoma
a. Non invasive ductal - adenoid cystic carcinoma
carcinoma - squamous cell carcinoma
b. Lobular carcinoma in sit - spindel cell carcinoma
2. Invasive carcinoma - apocrine carcinoma
a. Invasiveductal carcinoma - carcinoma with cartilaginous
- papillobular carcinoma and or osseous metaplasia
- solid-tubular carcinoma - tubular carcinoma
- schirrous carcinoma - secretory carcinoma
b. Special types - others
- mucinous carcinoma c. Paget’sdisease
Tipe Histopatologi
- In situ Paget’s disease - Mucinous
- NOS (no otherwise - Papillary (predominantly micropapillary
specified) pattern)
- Intraductal - Tubular
- Paget’s disease and - Lobular
intraductal - Paget’s disease and infiltrating
- Invasive carcinomas - Undifferentiated
- NOS - Squamous cell
- Ductal - Adenoid cystic
- Inflammatory - Secretory
- Medullary, NOS - Cribriform
- Medullary with lymphoid
stroma
Gradasi histologis (G)
- Gx : grading tidak dapat dinilai
- GI : low grade
- G2 : intermediate grade
- G3 : high grade
Berikut penjelasan beberapa tipe histologis dari kanker payudara:
a. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal invasif merupakan kelompok terbesar (78%) dari
seluruh tumor ganas payudara. Secara mikroskopik tampak proliferasi
anaplastik epitel duktus yang dapat memenuhi dan menyumbat duktus.
Karsinoma duktal noninvasif (karsinoma duktal in situ atau karsinoma
intraduktal) biasanya terjadi tanpa membentuk massa karena tidak ada
komponen scirrhous.
b. Karsinoma lobular (9%)
Separuh kasus karsinoma lobular ditemukan in situ tanpa tanda-tanda
invasi lokal sehingga sering dianggap premaligna dan disebut neoplasia
lobular. Secara histologi menunjukkan gambaran sel-sel anaplastik yang
semuanya terletak di dalam lobulus-lobulus.
c. Comedocarcinoma (5%)
Duktus yang diisi oleh tumor sel kecil dan debris sentral.
d. Karsinoma medular (4%)
Gambaran histologi menunjukkan stroma yang sedikit dan penuh berisi
kelompok sel yang belum berdifferensiasi, tidak teratur dan tidak jelas
membentuk kelenjar atau pertumbuhan kapiler. Terdapat banyak sebukan
limfosit yang menjolok pada stroma di dalam tumor.
e. Karsinoma koloid (3%)
Duktus dihambat oleh sel-sel karsinoma dan kista proksimal
berkembang.
f. Karsinoma mukoid/musinus (3%)
Tumor ini tumbuh perlahan-lahan dan secara mikroskopik sel tumor
yang menghasilkan musin tersusun membentuk asinus pada beberapa
tempat. Juga tampak sel-sel cincin stempel (signet ring cells).
g. Karsinoma skirus (schirrous)
Pada pemeriksaan mikroskopik tumor terdiri dari stroma yang padat
dengan kelompok sel epitel yang terlepas atau membentuk kelenjar. Sel-sel
berbentuk bulat atau poligonal, hiperkromatik.
h. Karsinoma inflamasi (1%)
Karsinoma ini memiliki prognosis paling buruk. Sistem limfa dipenuhi
oleh tumor memicu perubahan payudara dan kulit yang mirip infeksi.
i. Penyakit Paget (1%)
Merupakan karsinoma intraduktus pada saluran ekskresi utama yang
menyebar ke kulit puting susu dan areola, sehingga terjadi kelainan
menyerupai ekzema yaitu adanya krusta di daerah papil dan areola. Jika
tidak ditemukan massa tumor di bawahnya penyakit ini termasuk karsinoma
insitu, tapi jika ada massa tumor termasuk karsinoma duktal invasif.
Kelainan ini ditemukan pada wanita berusia lebih tua dari penderita kanker
payudara umumnya dan bersifat unilateral. Tanda khas adalah adanya
penyebukan epidermis oleh sel ganas yang disebut sel paget.
G.Diagnosis Banding Kanker Payudara
1. Fibroadenoma
Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak dan merupakan golongan terbesar
dari tumor payudara yaitu 45,28%-50% di RS Dr. Soetomo (Sukardja).
Fibroadenoma mammae (FAM) ini secara klinis diketahui sebagai tumor di
payudara dengan konsistensi padat kenyal, dapat digerakkan dari jaringan
sekitarnya, berbentuk bulat lonjong dan berbatas tegas. Pertumbuhannya lambat,
tidak ada perubahan pada kulit, dan tidak disertai rasa nyeri. FAM terdapat pada
usia muda yaitu 15-30 tahun, dapat dijumpai bilateral atau multipel (15%).
Sebagai tumor jinak, tidak ada metastase regional dan jauh, pengobatannya
cukup dengan eksisi tumornya.
2. Penyakit fibrokistik
Fibrocystic disease (FCD) biasanya multipel dan bilateral, disertai rasa nyeri
terutama menjelang haid. Ukurannya dapat berubah, terasa lebih besar, penuh
dan nyeri menjelang haid dan akan mengecil serta nyeri berkurang setelah haid
selesai. Hal ini terjadi karena FCD dipengaruhi oleh keseimbangan hormonal.
Tumor jenis ini umumnya tidak berbatas tegas kecuali kista soliter.
Konsistensinya padat kenyal, dapat pula kistik. Jenis yang padat kadang-kadang
sukar dibedakan dengan kanker payudara dini. Kelainan ini dapat juga dijumpai
tanpa massa tumor yang nyata hingga jaringan payudara teraba padat, permukaan
granular.
3. Cystosarcoma philloides
Gambaran klinis Cystosarcoma philloides dapat seperti FAM yang besar.
Bentuknya bulat lonjong, permukaan berbenjol, batas tegas, ukuran bisa
mencapai 20-30 cm. Konsistensinya dapat padat kenyal tapi ada bagian yang
kisteus. Walaupun ukurannya besar tidak ada perlekatan ke dasar atau kulit. Kulit
payudara tegang, berkilat dan tampak venektasi. Cystosarcoma philloides tidak
bermetastase karena ini adalah kelainan jinak tapi sejumlah kecil (27%)
ditemukan dalam bentuk ganas yang disebut malignant cystosarcoma philloides.
Pengobatannya adalah simple mastectomy untuk mencegah residif. Pada orang
muda atau belum berkeluarga dapat dipertimbangkan untuk mastekstomi
subkutan.
4. Galactocele
Galaktokel bukan kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru melainkan
suatu massa tumor kistik yang timbul akibat tersumbatnya duktus laktiferus pada
ibu-ibu yang sedang atau baru selesai masa laktasi. Tumor ini berbatas tegas,
bulat dan kisteus karena berisi air susu yang mengental.
5. Mastitis
Mastitis adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara yang biasanya terdapat
pada wanita yang sedang menyusui. Ditemukan tanda-tanda radang dan sering
sudah menjadi abses.
H. Penatalaksanaan Kanker Payudara
a. Modalitas terapi
Untuk kanker payudara terdapat beberapa modalitas terapi yang bisa dipilih:
1. Operasi
Terdapat beberapa jenis operasi untuk terapi yaitu BCS (breast conserving
surgery), simple mastectomy, modified radical mastectomy, dan radical
mastectomy. Di antara beberapa jenis operasi tersebut metode yang paling tua
adalah mastektomi radikal klasik dari Halsted. Pada mastektomi radikal
dilakukan pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya,
m.pektoralis mayor, m.pektoralis minor, dan semua kelenjar ketiak sekaligus.
Pembedahan ini merupakan standar baku sejak awal abad ke-20 hingga tahun
50-an namun sekarang sudah jarang dilakukan kecuali bila ada tumor
payudara yang sangat besar dan melekat ke otot pektoralis.
Setelah tahun 60-an mastektomi radikal mulai digantikan oleh mastektomi
radikal yang telah dimodifikasi oleh Patey. Pada mastektomi radikal
modifikasi ini m.pektoralis mayor dipertahankan sehingga suplai
persarafannya tidak terganggu dan efek kosmetik pada dinding dada yang
terjadi bila dilakukan mastektomi radikal dapat dikurangi. M.pektoralis minor
dapat pula dipertahankan, atau diangkat, atau diretraksi untuk mendapatkan
akses ke aksila. Pada mastektomi simpel dilakukan pengangkatan payudara
saja tanpa mengangkat limfonodus atau otot. Pembesaran KGB aksila dirawat
dengan radioterapi. Metode ini dipopulerkan oleh MacWhirter di Inggris. Bila
dilakukan pengangkatan payudara pertimbangkan kemungkinan rekonstruksi
mammae dengan implantasi prostesis atau cangkok flap muskulokutan.
Rekonstruksi ini dapat dilakukan sekaligus dengan bedah kuratif atau
beberapa waktu setelah radioterapi atau kemoterapi adjuvan. Bila hal ini tidak
dapat dilakukan usahakan prostesis eksterna.
Sekarang, biasanya dilakukan pembedahan kuratif dengan
mempertahankan payudara yang disebut dengan breast conserving surgery
(BCS). BCS merupakan satu paket yang terdiri dari tiga tindakan yaitu
pengangkatan tumor (lumpektomi luas atau tumorektomi atau segmentektomi
atau kuadrantektomi) ditambah diseksi kelenjar aksila dan radioterapi pada
sisa payudara tersebut. Penyinaran diperlukan untuk mencegah kambuhnya
tumor di payudara dari jaringan tumor yang tertinggal atau dari sarang tumor
lain (karsinoma multisentrik). BCS secara kosmetik lebih baik dari
mastektomi bahkan yang telah direkonstruksi sekalipun. Tapi diseksi aksila
disini lebih sulit dikerjakan karena otot-otot pektoral tetap intact dan jaringan
payudara masih ada sehingga pembukaan lapangan operasi aksila terhambat.
Indikasi BCS:
 T: 3 cm (stadium I atau II)
 Pasien ingin mempertahankan payudaranya
Syarat BCS:
 Keinginan penderita setelah dilakukan informed consent
 Penderita dapat melakukan kontrol rutin setelah pengobatan
 Tumor terletak tidak sentral
 Perbandingan ukuran tumor dan volume payudara cukup baik untuk
kosmetik pasca BCS
 Mammografi tidak memperlihatkan mikrokalsifikasi atau tanda keganasan
lain yang difus
 Tumor tidak multipel
 Belum pernah terapi radiasi di dada
 Tidak menderita SLE atau penyakit kolagen
 Terdapat sarana radioterapi yang memadai (megavolt)

2. Radiasi
Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi primer,
adjuvan atau paliatif. Radioterapi kuratif tunggal tidak begitu efektif tetapi
radioterapi adjuvan cukup bermanfaat. Radioterapi paliatif dapat dilakukan
dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor sudah tidak operabel.
Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan keadaan sebagai berikut:
 Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)
 Tepi sayatan dekat (T ≥ T2) atau tidak bebas tumor
 Tumor sentral atau medial
 KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radioterapi:
 Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila
beserta supraklavikula) kecuali:
- pada keadaan T ≤ T2 bila cN = 0 dan pN, maka tidak dilakukan
radiasi pada KGB aksila supraklavikula
- pada keadaan tumor di medial/sentral diberikan tambahan radiasi
pada mammaria interna
 Dosis lokoregional profilaksis adalah 50 Gy, booster dilakukan sebagai
berikut:
- pada yang potensial terjadi residif ditambahkan 10 Gy (misalnya tepi
sayatan dekat tumor atau post BCS)
- pada yang terdapat massa tumor atau residu post op (mikroskopik
atau makroskopik) maka diberikan booster dengan dosis 20 Gy
kecuali untuk aksila 15 Gy
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu terapi sistemik yang dapat digunakan
sebagai terapi adjuvan atau paliatif. Kemoterapi adjuvan dapat diberikan pada
pasien pascamastektomi yang pada pemeriksaan histopatologik ditemukan
metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Kemoterapi juga dapat diberikan
sebelum pembedahan pada kanker payudara yang besar namun masih operabel
pada stadium lokal lanjut. Berdasarkan penelitian kemoterapi yang disebut
kemoterapi neo adjuvan ini dapat mengecilkan ukuran tumor sehingga
memudahkan pembedahan. Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasien
yang telah menderita metastasis sistemik. Obat kemoterapi diberikan dalam
bentuk kombinasi seperti CAF (CEF), CMF dan AC.
4. Hormonal
Dasar dari pemberian terapi hormonal adalah fakta bahwa 30-40% kanker
payudara adalah hormon dependen. Terapi ini semakin berkembang dengan
ditemukannya reseptor estrogen dan progesteron. Kanker payudara dengan
reseptor estrogen dan progesteron yang merespons positif terapi hormonal
mencapai 77%. Terapi hormonal merupakan terapi utama stadium IV di samping
kemoterapi karena kedua-duanya merupakan terapi sistemik. Terapi hormonal
biasanya diberikan sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan
efek sampingnya lebih sedikit.
Sebelum pemberian terapi hormonal dilakukan uji reseptor (estrogen
receptor/ER positif atau progesteron receptor/PR positif) dan dipertimbangkan
status hormonal penderita (premenopause, 1-5 tahun menopause, dan
pascamenopause). Setelah itu dapat ditentukan apakah terapi hormonal akan
diberikan secara additif atau ablatif. Terapi additif berupa pemberian obat-obatan
(antiestrogen, aromatase inhibitor, megestrol acetate dan androgen atau
estrogen) dilakukan pada pasien pascamenopause. Yang tergolong antiestrogen
adalah tamoxifen citrate, toremifene, dan raloxifene tapi raloxifene lebih banyak
digunakan untuk pengobatan osteoporosis. Aromatase inhibitor seperti
anastrozole dan letrozole menghambat konversi androgen menjadi estrogen.
Terapi ablatif berupa ovarektomi bilateral, dilakukan bila tanpa pemeriksaan
reseptor, pada wanita premenopause dan wanita yang sudah 1-5 tahun
menopause dengan ER (+) dan pada penyakit yang bersifat slow growing dan
intermediate growing.
5. Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu
pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini,
trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2
dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien
sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan
trastuzumab.
b. Pilihan terapi berdasarkan stadium
Pada stadium I, II, dan III awal (stadium operabel) sifat pengobatan adalah
kuratif dengan pembedahan sebagai terapi primer, terapi lainnya hanya bersifat
adjuvan. Semakin cepat dilakukan pembedahan semakin tinggi kurasinya.
Sedangkan untuk stadium III akhir dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif
yaitu terutama untuk mengurangi penderitaan pasien dan memperbaiki kualitas
hidup.
1. Kanker payudara stadium 0
Dilakukan BCS atau mastektomi simpel. Terapi definitif pada T0
tergantung pada pemeriksaan blok parafin, lokasinya didasarkan pada hasil
pemeriksaan imaging.
2. Kanker payudara stadium dini/operabel
Dilakukan BCS (harus memenuhi syarat) atau mastektomi radikal
modifikasi atau mastektomi radikal dengan atau tanpa terapi adjuvan.
Terapi adjuvan diberikan berdasarkan ada atau tidaknya metastase ke
kelenjar getah bening aksila, reseptor estrogen atau reseptor progesteron,
dan usia premenopause atau postmenopause atau usia tua.
Tabel 1. Terapi adjuvan pada node negative (KGB histopatologi
negatif)
Status menopause Reseptor hormonal Risiko tinggi
Premenopause ER (+) / PR (+) Ke + Tam / Ov
ER (-) / PR (-) Ke
Postmenopause ER (+) / PR (+) Tam + Kemo
ER (-) / PR (-) Ke
Usia tua ER (+) / PR (+) Tam + Kemo
ER (-) / PR (-) Ke

Tabel 2. Terapi adjuvan pada node positive (KGB histopatologi


positif)
Status menopause Reseptor hormonal Risiko tinggi
Premenopause ER (+) / PR (+) Ke + Tam / Ov
ER (-) / PR (-) Ke
Postmenopause ER (+) / PR (+) Ke + Tam
ER (-) dan / PR (-) Ke
Usia tua ER (+) / PR (+) Tam + Kemo
ER (-) dan PR (-) Ke

3. Kanker payudara lokal lanjut/ locally advanced


a. Operable locally advanced
Mastektomi simpel/MRM + radiasi kuratif + kemoterapi adjuvant +
terapi hormonal
b. Inoperable locally advanced
- Radiasi kuratif + kemoterapi + terapi hormonal
- Radiasi + operasi + kemoterapi + terapi hormonal
- Kemoterapi neoadjuvan + operasi + kemoterapi + radiasi +
hormonal terapi
4. Kanker payudara lanjut metastase jauh
Terapi primer pada stadium IV adalah terapi sistemik yaitu terapi
hormonal dan kemoterapi. Terapi lokoregional seperti radiasi dan
pembedahan hanya dilakukan bila perlu. Radiasi kadang diperlukan untuk
paliasi pada daerah-daerah tulang weight bearing yang mengandung
metastase atau pada tumor bed yang berdarah, difus, dan berbau yang
mengganggu sekitarnya.
I.
Prognosis Kanker Payudara
Prognosis kanker payudara dapat ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu:
a. Stadium klinik
Tabel 3. Prognosis kanker payudara berdasarkan stadium klinik
Stadium Klinik 5 tahun (%) 10 tahun (%)
0 > 90 90
I 80 65
II 60 45
IIIA 50 40
IIIB 35 20
IV 10 5

b. Keterlibatan histologik KGB aksila


Tabel 4. Prognosis kanker payudara berdasarkan keterlibatan histologik
KGB aksila
KGB aksila 5 tahun (%) 10 tahun (%)
Tidak ada 80 65
1-3 KGB 65 40
> 3 KGB 30 15
c. Ukuran tumor
Tabel 5. Prognosis kanker payudara berdasarkan ukuran tumor
Ukuran tumor (cm) 10 tahun (%)
<1 80
3-4 55
5-7,5 45

d. Histologi
Kanker yang poor differentiated, metaplasia dan grade tinggi mempunyai
prognosis yang lebih buruk dibandingkan kanker yang well differentiated.
e. Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai waktu survival
yang lebih lama dibandingkan pasien dengan kanker yang bersifat ER negatif.

J. Screening dan Deteksi Awal Kanker Payudara


Kanker payudara tergolong dalam keganasan yang dapat didiagnosis secara
dini. American Cancer Society (ACS) merekomendasikan usaha untuk melakukan
diagnosis dini yaitu dengan2:
a. Periksa payudara sendiri (SADARI) atau breast-self examination
Penelitian menunjukkan 85% dari kasus kanker payudara diketahui atau
ditemukan lebih dulu oleh penderita. Oleh karena itu penting bagi wanita untuk
mengetahui cara memeriksa payudara yang benar agar bila ada suatu kelainan
dapat diketahui segera. SADARI sebaiknya mulai biasa dilakukan pada usia
sekitar 20 tahun, minimal sekali sebulan. SADARI dilakukan 3 hari setelah haid
berhenti atau 7 hingga 10 hari dari hari pertama menstruasi terakhir. Untuk
wanita yang sudah menopause, SADARI dilakukan pada tanggal yang sama
setiap bulan.
b. Pemeriksaan oleh tenaga kesehatan atau clinical breast examination
Pemeriksaan oleh dokter secara lege artis sebaiknya dilakukan setiap 3
tahun untuk wanita berusia 20-40 tahun dan setiap tahun untuk wanita berusia
lebih dari 40 tahun.
c. Mammografi
Wanita berusia 35-39 tahun sebaiknya melakukan satu kali baseline
mammography. Wanita berusia 40-49 tahn sebaiknya melakukan mammografi
setiap 2 tahun dan wanita berusia lebih dari 50 tahun sebaiknya melakukan
mammografi setiap tahun.
BAB IV
KESIMPULAN

Carcinoma mammae atau kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal
dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan
penunjangnya yang tumbuh infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase. Gen
yang paling berpengaruh disebut dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21), yang lainnya
adalah gen p53 (pada lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada
kromosom 13. Penegakkan diagnosis ca mamae dilakukan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Benjolan kanker payudara
cenderung soliter, unilateral, padat, keras, ireguler, tidak dapat digerakkan
(nonmobile), cepat membesar dan tidak nyeri. Terdapat cairan yang keluar secara
spontan dari puting susu (nipple discharge). Beberapa pemeriksaan penunjang
dapat dianjurkan, dengan pemeriksaan histopatologi sebagai alat diagnosis pasti
dari ca mamae. Berbagai stadium ca mamae juga dapat ditentukan untuk
menentukan terapi serta prognosis penyakit. Terapi yang dapat dianjurkan adalah
mastektomi, radiasi, kemoterapi, hormonal, dan imunologik. Deteksi awal ca
mamae dapat dilakukan antara lain dengan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI), pemeriksaan kesehatan, serta mamografi.
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Breast cancer : Prevention and Control .2009.


Available from : www.who.int.
2. Ramli, Muchlis. Kanker Payudara. Soelarto Reksoprodjo dkk (editor).
Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Edisi Pertama. Binarupa Aksara. 1995. Hlm:
342-364.
3. Albar, Zafiral Azdi dkk (editor). Protokol PERABOI 2003. PERABOI. Jakarta.
Edisi Pertama. 2004. Hlm: 2-15.
4. Asrul. Hubungan antara Besar Tumor dan Tipe Histologi Kanker Payudara
dengan Adanya Metastase pada Kelenjar Getah Bening Aksila. Bagian Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2003. Available from:
http://www.usu.ac.id.
5. De Jong, Wim . Buku Ajar Ilmu Bedah . EGC. Jakarta. Edisi Pertama . 2005 .
Hlm : 387-402.
6. Manuaba, Tjakra W. Payudara. R. Sjamsuhidajat dan Wim de Jong (editor).
Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. EGC. 2004. Hlm: 387-402.
7. Haskell, Charles M. and Dennis A. Casciato. Breast Cancer. Dennis A. Casciato
and Berry B. Lowitz (editors). Manual on Clinical Oncology. Lippincott
Williams and Wilkins. Philadelphia. 2000. Page: 11.
8. Souhami, Robert L. Et al (editors). Oxford Textbook of Oncology. 2nd Ed.
Oxford Press. Page: 110-116

Anda mungkin juga menyukai