Oleh Dan Kasun - KSM ILMU BEDAH PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER R PDF
Oleh Dan Kasun - KSM ILMU BEDAH PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER R PDF
KARSINOMA MAMAE
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
di Bagian Bedah RSUD Panembahan Senopati Bantul
Diajukan Kepada :
dr. Surya Hapsara.,Sp.B
Disusun Oleh :
Rizky Nur Amalia Kasun
20184010098
PRESENTASI KASUS
Kasrsinoma Mamae
Disusun oleh :
Rizky NurAmalia Kasun
20184010098
Pembimbing
I. LATAR BELAKANG
Carcinoma mammae atau kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal
dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan
penunjangnya yang tumbuh infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase. Kanker
payudara merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia. (who,2009)
Etiologi yang belum diketahui dengan pasti, perjalanan penyakit yang tidak
dapat diperkirakan serta usaha pencegahan yang sulit dilakukan serta adalah
masalah yang sampai saat ini belum teratasi. Namun demikian usaha-usaha untuk
mendeteksi dini dapat dilakukan dengan baik dengan mengikutsertakan masyarakat
melalui penyuluhan. Selain itu, kemajuan dalam deteksi dini yang dilengkapi
dengan kemajuan terapi, baik teknik operasi, radiasi, terapi hormonal serta
khemoterapi, yang didasarkan pada ketepatan penentuan stadium dan pengenalan
sifat-sifat biologis kanker, semakin membawa harapan baru untuk penderita kanker
payudara ini.
II. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 64 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bantul Yogyakarta
Status : Menikah
Pekerjaan : penjahit
Masuk rumah sakit : 26 Februari 2019
III. ANAMNESIS
Keluhan utama : Benjolan disertai luka terbuka di payudara kanan
Riwayat penyakit sekarang :
Sejak ± 5 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh
adanya luka pada payudara kanan. Keluhan disertai dengan nyeri dan keluar
nanah dan darah dari luka tersebut. Keluhan ini diawali dengan timbulnya
Keluhan tidak membaik kemudian dari benjolan tersebut timbul luka terbuka
yang makin lama makin membesar yang dialami pasien sekarang. Keluhan
tidak disertai dengan demam, sakit kepala hebat, rasa penuh di ulu hati,
Penderita menikah pada usia 19 tahun, lalu melahirkan anak pertama pada
usia 20 tahun. Penderita menyusui anaknya selama 2 tahun. Saat ini pasien
Riwayat operasi :
Mei 2017 operasi ORIF close fracture tibia dextra
Riwayat pengobatan :
Pasien sering minum obat-obatan herbal yang diperoleh dari pengobatan
alternative
Riwayat alergi :
Tidak ada alergi makanan dan obat.
Status Generalis
a. Pemeriksaan kepala
Rambut : warna putih beruban, mudah dicabut
Mata : SI -/-, CA +/+, pupil isokor, R.cahaya +/+
Hidung : tidak ada secret, tidak ada deviasi.
Bibir : mukosa bibir basah, sianosis -
Gigi : terdapat ada caries
b. Pemeriksaan leher:
Tidak ada pembesaran KGB, thyroid dan tidak ada peningkatan JVP
c. Pemeriksaan thoraks
a. Paru-paru :
Depan:
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas,
Tampak massa dan luka terbuka di mammae
dextra (lihat status lokalis)
Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak ada krepitasi.
Perkusi : Sonor (+) paru kanan sulit di lakukan perkusi
Auskultasi : vesikuler +/+. Rh -, wh -.
Belakang :
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas.
Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak teraba massa.
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : vesikuler +/+, suara tambahan -/-
b. Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : tidak teraba ictus cordis, massa -
Auskultasi : BJ I dan II murni reguler
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : Bising usus normal, tidak ada bunyi tambahan.
Palpasi : Soepel, tidak teraba massa, defans muscular -, nyeri tekan-
Perkusi : Tympani seluruh lapang abdomen
e. Pemeriksaan ekstrimitas
Kekuatan otot : 5555
5555
Sensibilitas : dextra dan sinistra tidak ada kelainan
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Edema : (-/-)
Status lokalis :
Pemeriksaan mammae dextra :
•Inspeksi : Tampak massa meluas pada mammae dextra hingga linea axilaris
anterior, tampak lesi erosi abses +, darah+ bau busuk +. peau
d’orange +, jaringan sekitar kemerahan + retraksi papila mame
tidak bisa dinilai
•Inspeksi : Tak tampak masa pada mammae sinistra, retraksi -, peau d’orange
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Lengkap
26/02/2019
Cor : CTR < 50%
Pulmo :
Hilus normal, sinuses dan diafragma normal, corakan bronkhovaskuler
normal,
Tidak tampak bayangan opaq noduler dikedua lapang paru
Kesan :
3. Histologi
Pemeriksaan tanggal 27-02-2019
Makroskopis :
1. Keterangan biopsy mamae kanan : Jaringan ukuran 2 x 1 x 0,6, putih
kekuningan , permukaan agak padat ,pada pembelahan penampang putih
kekuningan
2. Keterangan biopsy mamae kiri : jaringan ukuran 1,5 x 1 x 0,6 cm, putih
kekuningan, kenyal agak padat pada pembelahan penampang kuning
Mikroskopis :
1. Dibatasi kulit pada jaringan ikat dengan tumor invasi diantara jaringan
ikat tumor seperti pada 2
2. Payudara dengan tumor invasi ke jaringan ikat sekitar, tumor solid
sedang sampai besar sel-sel tumor bulat dan oval sitoplasma sedikit
sampai cukup, inti hiperkromatis mitosis 9/10 LP
Kesimpulan biopsy mame dextra et sinistra: Carsinoma ductal infiltrative Gr.III
VII. PENATALAKSANAAN
Persiapan biopsi incisi
Bila hasil PA terbukti ganas , rujuk ke bedah onkologi kemoterapi ditambah
atau tanpa radioterapi preop/post op tumor mengecil, mastektomi radikal.
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad malam
Quo ad funtional : ad malam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Payudara
Payudara pada wanita menonjol mulai dari costa ke II/III sampai ke VI/VII
dan dari pinggir sternum sampai garis axilla anterior. Tetapi jaringan payudara
sebenarnya bisa lebih luas lagi sampai ke clavicula sebagai suatu lapisan jaringan
tipis dan ke medial sampai ke garis median, ke lateral sampai pinggir otot
latissimus dorsi. Ada suatu bagian dari payudara yang disebut buntut dari payudara
atau “axillary projection of the breast”.
1. Struktur Dasar
Terdiri atas kelenjar, jaringan ikat fibrosa dan jaringan lemak Jaringan
kelenjar, yang dinamakan kelenjar dan saluran tubuloalveolar, membentuk 15
sampai 20 lobus yang mengelilingi nipple, masing-masing bermuara ke duktus
lactiferous. Di tiap lobus terdapat lobulus-lobulus. Jaringan ikat fibrosa
memberikan struktur penahan dalam bentuk tali fibrosa atau ligament
suspensorium yang dihubungkan baik ke kulit maupun ke fascia. Jaringan lemak
terutama pada permukaan dan area tepi. Setiap kelenjar mammae terdiri atas
sekitar 15 sampai 20 lobus. Terdapat ligament Cooper yang meluas dari fascia
pectoralis profunda ke fascia kulit superficial yang memberikan tahanan.
Payudara dibagi menjadi empat kuadran, yaitu upper inner quadrant (UIQ),
lower inner quadrant (LIQ), upper outer quadrant (UOQ) dan lower outer
quadrant (LOQ).
2. Vaskularisasi
3. Drainase limfatik
Otot/area
Nervus Defisit fungsional
persarafan
Kanker payudara merupakan hasil dari mutasi pada salah satu atau beberapa
gen. Dua di antaranya terletak pada kromosom 17. Gen yang paling berpengaruh
disebut dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21), yang lainnya adalah gen p53 (pada
lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada kromosom 13. Gen
keempat yang juga terlibat adalah gen reseptor androgen pada kromosom Y. Mutasi
gen ini berhubungan dengan insiden kanker payudara pada pria. Etiologi kanker
payudara masih belum diketahui dengan pasti hingga sekarang namun yang paling
diyakini sebagai penyebab adalah paparan terhadap mutagen. Mutagen ini bisa
berupa mutagen endogen yaitu radikal bebas seperti lipid peroksidase dan
malondyaldehida (MDA) juga mutagen eksogen yaitu radiasi. Virus juga diduga
sebagai penyebab namun belum dapat dibuktikan pada manusia. (Dejong,2005)
Hal-hal yang dianggap merupakan faktor risiko kanker payudara antara lain:
1. Usia
2. Faktor reproduksi
3. Penggunaan hormon
5. Konsumsi lemak
a. Anamnesis
Anamnesis dimulai dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap
dilanjutkan dengan keluhan utama. Keluhan utama penderita dapat berupa:
adanya benjolan pada payudara; rasa nyeri; keluar cairan dari puting susu;
retraksi puting susu; adanya ekzema di sekitar areola; keluhan kulit berupa
dimpling, venektasi, ulserasi atau adanya peau d’orange; adanya benjolan di
ketiak; edema lengan dan tanda metastasis jauh misalnya nyeri tulang
(vertebrae, femur), rasa penuh di ulu hati, batuk, sesak, dan sakit kepala hebat.
Benjolan payudara dapat dideteksi pada 90% pasien dengan kanker
payudara dan merupakan tanda yang paling umum. Benjolan kanker cenderung
soliter, unilateral, padat, keras, ireguler, tidak dapat digerakkan (nonmobile),
cepat membesar dan tidak nyeri. Cairan yang keluar secara spontan dari puting
susu (nipple discharge) adalah tanda kedua yang paling umum dari kanker
payudara. Karakter nipple discharge dapat membantu menegakkan diagnosis.
Cairan seperti susu menandakan galaktore, cairan purulen disebabkan oleh
infeksi, dan cairan multiwarna atau lengket menandakan ektasia duktus
(comedomastitis). Cairan serous, serosanguinus, berdarah atau seperti air
mungkin menandakan papiloma (80%) atau karsinoma intraduktal (20%).
Selain itu juga perlu ditanyakan mengenai pengaruh siklus menstruasi
terhadap keluhan tumor; menstruasi pertama pada usia berapa; bila sudah
menopause, pada usia berapa; usia saat pertama kali melahirkan anak; menyusui
atau tidak; riwayat kanker payudara atau kanker lainnya dalam keluarga;
riwayat pemakaian obat-obat hormonal; riwayat operasi tumor payudara atau
tumor ginekologik; dan riwayat radiasi di daerah dada. Faktor-faktor risiko ini
perlu ditanyakan agar dokter dapat mempertimbangkan untuk melakukan
pemeriksaan mamografi pada penderita yang berisiko tinggi, dan bagi pasien
agar lebih waspada dan rutin melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
Keluhan pasien di organ lain yang berhubungan dengan metastasis perlu
ditanyakan seperti batuk, sesak, rasa penuh di ulu hati, nyeri tulang, dan sakit
kepala hebat. Tanda-tanda umum tentang nafsu makan dan penurunan berat
badan juga perlu ditanyakan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada status generalis, selain tanda vital perlu juga diperiksa performance
status penderita. Karena payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain
estrogen dan progesteron maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan saat
pengaruh hormon ini seminimal mungkin, yaitu setelah lebih kurang satu
minggu dari hari pertama menstruasi. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan
teliti, ketepatan pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi.
Teknik pemeriksaan
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka
1. Posisi tegak (duduk)
Lengan penderita jatuh bebas di samping tubuh, pemeriksa berdiri di
depan dalam posisi yang lebih kurang sama tinggi. Pada inspeksi dilihat
simetri payudara kiri dan kanan; perubahan kulit berupa peau d’orange,
kemerahan, dimpling, edema, ulserasi dan nodul satelit; kelainan puting susu
seperti retraksi, erosi, krusta dan adanya discharge.
2. Posisi berbaring
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di
atas lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan bantal
kecil terutama pada penderita yang payudaranya besar. Palpasi dilakukan
dengan mempergunakan falang distal dan falang medial jari II, III dan IV
yang dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua
sampai ke distal setinggi iga keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah
sentral subareolar dan papil. Palpasi juga dapat dilakukan dari tepi ke sentral
(sentrifugal) berakhir di daerah papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau
ada cairan keluar dengan menekan daerah sekitar papil. Pemeriksaan dengan
rabaan halus akan lebih teliti daripada dengan rabaan kuat karena rabaan
halus akan dapat membedakan kepadatan massa payudara.
Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan kuadran
payudara (lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial bawah, dan daerah
sentral), ukuran tumor (diameter terbesar), konsistensi, permukaan, bentuk
dan batas-batas tumor, jumlah tumor serta mobilitasnya terhadap jaringan
sekitar payudara, kulit, m.pektoralis dan dinding dada.
c. Pemeriksaan kelenjar getah bening regional
1. Aksila
Sebaiknya dalam posisi duduk karena dalam posisi ini fossa aksila
jatuh ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak yang
dapat dicapai. Pada pemeriksaan aksila kanan tangan kanan penderita
diletakkan atau dijatuhkan lemas di tangan/bahu kanan pemeriksa dan aksila
diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Diraba kelompok KGB mammari
eksterna di bagian anterior dan di bawah tepi m.pektoralis aksila; KGB
subskapularis di posterior aksila; KGB sentral di bagian pusat aksila; dan
KGB apikal di ujung atas fossa aksilaris. Pada perabaan ditentukan ukuran,
konsistensi, jumlah, apakah terfiksasi satu sama lain atau ke jaringan
sekitarnya.
2. Supra dan infraklavikula serta leher utama, bagian bawah dipalpasi dengan
cermat dan teliti. Selain payudara dan KGB, organ lain yang ikut diperiksa
adalah paru, tulang, hepar, dan otak untuk mencari metastase jauh.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Mammografi
Mammografi merupakan suatu pemeriksaan dengan soft tissue technic
yang dapat mendeteksi 85% kanker payudara. Meskipun 15% kanker
payudara tidak bisa divisualisasikan dengan mammografi, 45% kanker
payudara dapat dilihat pada mammografi sebelum mereka dapat diraba.
Adanya proses keganasan akan memberikan tanda–tanda primer dan
sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, mikrokalsifikasi,
deposit kalsium baik dalam pola mulberrry atau curvilinear, dan distorsi
duktus mamaria. Tanda-tanda sekunder berupa bertambahnya vaskularisasi,
adanya bridge of tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur.
Mammografi sangat baik digunakan untuk diagnosis dini dan skrining, hanya
saja untuk skrining harganya mahal sehingga dianjurkan penggunaan yang
selektif yaitu untuk wanita-wanita dengan risiko tinggi. Sensitifitas
mammografi sekitar 75% dan spesifisitasnya hampir 90%.
Ultrasonografi berguna terutama untuk membedakan lesi padat atau
kistik juga untuk memandu FNAB dan core-needle biopsy. Mammografi dan
USG payudara dilakukan pada tumor yang berukuran < 3cm.
Pemeriksaan termografi ditemukan oleh Lawson tahun 1956. Dengan
menggunakan sinar infra merah pemeriksaan ini memanfaatkan perbedaan
suhu di mana suhu kanker payudara lebih tinggi dibanding jaringan
sekitarnya.
Xerografi merupakan pemeriksaan yang menggunakan sistem pencitraan
foto elektrik. Ketepatannya mencapai 95,3% dengan false positive ± 5%.
Scintimamografi merupakan teknik pemeriksaan radionuklir
menggunakan radioisotop Tc 99m. Sensitifitasnya dalam menilai aktifitas sel
kanker payudara cukup tinggi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi lesi
yang multipel dan adanya keterlibatan KGB regional.
2. Pemeriksaan histopatologi jaringan (gold standard)
Pemeriksaan histologi jaringan merupakan cara untuk menegakkan
diagnosis pasti kanker payudara. Bahan pemeriksaan dapat diambil melalui
biopsi eksisional (untuk ukuran tumor < 3cm) atau biopsi insisional (untuk
tumor operabel dengan ukuran > 3cm sebelum operasi definitif dan untuk
tumor yang inoperabel) yang kemudian diperiksa potong beku atau PA. Untuk
biopsi kelainan yang tidak dapat diraba seperti temuan pada mammografi
dapat dilakukan ultrasound atau stereotactic core biopsy yaitu pungsi dengan
jarum besar yang akan menghasilkan suatu silinder jaringan yang cukup untuk
pemeriksaan termasuk teknik biokimia.
3. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitopatologi dilakukan dengan FNAB (fine needle aspiration
biopsy). Sensitivitasnya dalam mendiagnosis keganasan dilaporkan sebesar
90-95% bila tepat cara pengambilan dan diekspertise oleh ahlinya.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah dilakukan sesuai dengan
perkiraan metastasis misalnya alkali fosfatase dan liver function tests untuk
metastasis ke hepar atau kadar kalsium dan fosfor untuk metastase tulang.
5. Pemeriksaan metastase jauh
Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, bone scanning dan/atau bone survey,
USG abdomen, dan CT scan dilakukan untuk mencari metastasis jauh.
Pemeriksaan yang direkomendasikan oleh PERABOI adalah foto thoraks dan
USG abdomen sedangkan bone scanning dan/atau bone survey (bila sitologi
dan/atau klinis sangat mencurigakan pada lesi > 5cm) dan CT scan dilakukan
atas indikasi.
Metastasis di parenkim paru pada foto rontgen memperlihatkan gambaran
coin lesion yang multipel dengan ukuran yang bermacam-macam. Metastasis
dapat pula mengenai pleura yang akan menimbulkan efusi pleura. Metastasis
ke tulang vertebra akan terlihat pada foto rontgen sebagai gambaran
osteolitik/destruksi yang dapat menyebabkan fraktur patologis.
6. Pemeriksaan penanda tumor (tumor marker) dan imunohistokimia
Pemeriksaan kadar CEA dan CA 27.29 (CA 15-3) mungkin berguna untuk
memantau respon terhadap terapi pada penyakit yang sudah lanjut.
Pemeriksaan imunohistokimia seperti ER, PR, c-erb-2 (HER-2 neu),
cathepsin-D, dan p53 bersifat situasional.
Tis (Paget) : penyakit Paget dari puting susu tanpa tumor (Catatan: Paget
2. Radiasi
Radioterapi untuk kanker payudara dapat diberikan sebagai terapi primer,
adjuvan atau paliatif. Radioterapi kuratif tunggal tidak begitu efektif tetapi
radioterapi adjuvan cukup bermanfaat. Radioterapi paliatif dapat dilakukan
dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor sudah tidak operabel.
Radioterapi adjuvant diberikan bila ditemukan keadaan sebagai berikut:
Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)
Tepi sayatan dekat (T ≥ T2) atau tidak bebas tumor
Tumor sentral atau medial
KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radioterapi:
Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila
beserta supraklavikula) kecuali:
- pada keadaan T ≤ T2 bila cN = 0 dan pN, maka tidak dilakukan
radiasi pada KGB aksila supraklavikula
- pada keadaan tumor di medial/sentral diberikan tambahan radiasi
pada mammaria interna
Dosis lokoregional profilaksis adalah 50 Gy, booster dilakukan sebagai
berikut:
- pada yang potensial terjadi residif ditambahkan 10 Gy (misalnya tepi
sayatan dekat tumor atau post BCS)
- pada yang terdapat massa tumor atau residu post op (mikroskopik
atau makroskopik) maka diberikan booster dengan dosis 20 Gy
kecuali untuk aksila 15 Gy
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu terapi sistemik yang dapat digunakan
sebagai terapi adjuvan atau paliatif. Kemoterapi adjuvan dapat diberikan pada
pasien pascamastektomi yang pada pemeriksaan histopatologik ditemukan
metastasis di sebuah atau beberapa kelenjar. Kemoterapi juga dapat diberikan
sebelum pembedahan pada kanker payudara yang besar namun masih operabel
pada stadium lokal lanjut. Berdasarkan penelitian kemoterapi yang disebut
kemoterapi neo adjuvan ini dapat mengecilkan ukuran tumor sehingga
memudahkan pembedahan. Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasien
yang telah menderita metastasis sistemik. Obat kemoterapi diberikan dalam
bentuk kombinasi seperti CAF (CEF), CMF dan AC.
4. Hormonal
Dasar dari pemberian terapi hormonal adalah fakta bahwa 30-40% kanker
payudara adalah hormon dependen. Terapi ini semakin berkembang dengan
ditemukannya reseptor estrogen dan progesteron. Kanker payudara dengan
reseptor estrogen dan progesteron yang merespons positif terapi hormonal
mencapai 77%. Terapi hormonal merupakan terapi utama stadium IV di samping
kemoterapi karena kedua-duanya merupakan terapi sistemik. Terapi hormonal
biasanya diberikan sebelum kemoterapi karena efek terapinya lebih lama dan
efek sampingnya lebih sedikit.
Sebelum pemberian terapi hormonal dilakukan uji reseptor (estrogen
receptor/ER positif atau progesteron receptor/PR positif) dan dipertimbangkan
status hormonal penderita (premenopause, 1-5 tahun menopause, dan
pascamenopause). Setelah itu dapat ditentukan apakah terapi hormonal akan
diberikan secara additif atau ablatif. Terapi additif berupa pemberian obat-obatan
(antiestrogen, aromatase inhibitor, megestrol acetate dan androgen atau
estrogen) dilakukan pada pasien pascamenopause. Yang tergolong antiestrogen
adalah tamoxifen citrate, toremifene, dan raloxifene tapi raloxifene lebih banyak
digunakan untuk pengobatan osteoporosis. Aromatase inhibitor seperti
anastrozole dan letrozole menghambat konversi androgen menjadi estrogen.
Terapi ablatif berupa ovarektomi bilateral, dilakukan bila tanpa pemeriksaan
reseptor, pada wanita premenopause dan wanita yang sudah 1-5 tahun
menopause dengan ER (+) dan pada penyakit yang bersifat slow growing dan
intermediate growing.
5. Imunologik
Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu
pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini,
trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2
dan menghambat pertumbuhan tumor, bisa menjadi pilihan terapi. Pasien
sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan
trastuzumab.
b. Pilihan terapi berdasarkan stadium
Pada stadium I, II, dan III awal (stadium operabel) sifat pengobatan adalah
kuratif dengan pembedahan sebagai terapi primer, terapi lainnya hanya bersifat
adjuvan. Semakin cepat dilakukan pembedahan semakin tinggi kurasinya.
Sedangkan untuk stadium III akhir dan IV sifat pengobatannya adalah paliatif
yaitu terutama untuk mengurangi penderitaan pasien dan memperbaiki kualitas
hidup.
1. Kanker payudara stadium 0
Dilakukan BCS atau mastektomi simpel. Terapi definitif pada T0
tergantung pada pemeriksaan blok parafin, lokasinya didasarkan pada hasil
pemeriksaan imaging.
2. Kanker payudara stadium dini/operabel
Dilakukan BCS (harus memenuhi syarat) atau mastektomi radikal
modifikasi atau mastektomi radikal dengan atau tanpa terapi adjuvan.
Terapi adjuvan diberikan berdasarkan ada atau tidaknya metastase ke
kelenjar getah bening aksila, reseptor estrogen atau reseptor progesteron,
dan usia premenopause atau postmenopause atau usia tua.
Tabel 1. Terapi adjuvan pada node negative (KGB histopatologi
negatif)
Status menopause Reseptor hormonal Risiko tinggi
Premenopause ER (+) / PR (+) Ke + Tam / Ov
ER (-) / PR (-) Ke
Postmenopause ER (+) / PR (+) Tam + Kemo
ER (-) / PR (-) Ke
Usia tua ER (+) / PR (+) Tam + Kemo
ER (-) / PR (-) Ke
d. Histologi
Kanker yang poor differentiated, metaplasia dan grade tinggi mempunyai
prognosis yang lebih buruk dibandingkan kanker yang well differentiated.
e. Reseptor hormon
Pasien dengan kanker yang bersifat ER positif mempunyai waktu survival
yang lebih lama dibandingkan pasien dengan kanker yang bersifat ER negatif.
Carcinoma mammae atau kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal
dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan
penunjangnya yang tumbuh infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase. Gen
yang paling berpengaruh disebut dengan BRCA-1 (pada lokus 17q21), yang lainnya
adalah gen p53 (pada lokus 17p13). Gen ketiga adalah BRCA-2 yang terletak pada
kromosom 13. Penegakkan diagnosis ca mamae dilakukan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Benjolan kanker payudara
cenderung soliter, unilateral, padat, keras, ireguler, tidak dapat digerakkan
(nonmobile), cepat membesar dan tidak nyeri. Terdapat cairan yang keluar secara
spontan dari puting susu (nipple discharge). Beberapa pemeriksaan penunjang
dapat dianjurkan, dengan pemeriksaan histopatologi sebagai alat diagnosis pasti
dari ca mamae. Berbagai stadium ca mamae juga dapat ditentukan untuk
menentukan terapi serta prognosis penyakit. Terapi yang dapat dianjurkan adalah
mastektomi, radiasi, kemoterapi, hormonal, dan imunologik. Deteksi awal ca
mamae dapat dilakukan antara lain dengan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI), pemeriksaan kesehatan, serta mamografi.
DAFTAR PUSTAKA