Anda di halaman 1dari 41

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN

PASAL 01 : PERATURAN DAN PERSYARATAN


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, berlaku peraturan-peraturan, persyaratan
persyaratan dan ketentuan-ketentuan sebagaimana yang tercantum dalam :

1.1. Pada perinsipnya semua material, semua tata cara pelaksanaan


pekerjaan dan semua peralatan kerja harus mendapat persetujuan
direksi sebelum dipasang dan atau digunakan dalam proyek ini.
1.2. Petunjuk – petunjuk dari pemilik proyek / pengawas lapangan.
1.3. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Jawatan/ Instansi
Pemerintah setempat, yang berkaitan dengan Permasalahan
Kontruksi Jalan; Standar Nasional Indonesia (SNI).

PASAL 02 : DIREKSI LAPANGAN


Dalam pelaksanaan pembangunan ini bertindak sebagai Direksi adalah
Pengelola Proyek yang terdiri dari:

2.1. Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabutapen Kubu
Raya

2.2. Pejabat Pembuat Komitmen

2.3. Perencana:

2.3.1.Perencana berkewajiban mengadakan pengawasan berkala.

2.4. Pengawas:
2.4.1.Pengawas Lapangan tidak dibenarkan merubah ketentuan-
ketentuan pelaksanaan pekerjaan sebelum mendapat izindari
Pemilik Kegiatan.

2.4.2.Bila Pengawas Lapangan menemui kejanggalan-kejanggalan atau


menyimpang dari RKS dan Gambar Kerja supaya segera
memberitahukan kepada Pemilik Kegiatan.

2.4.3.Mengambil tindakan dalam hal yang dianggap perlu


untukkemajuan dan keselamatan pekerjaan.

2.5. Kontraktor Pelaksana:


2.5.1. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai ketentuan -
ketentuan peraturan yang ada dan berlaku.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


2.5.2. Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli dan berpengalaman
untuk mengatur lancarnya pekerjaan sehingga perintah/petunjuk
Pengawas Lapangan dapat dilaksanakan dengan segera dan
sebaik mungkin.

2.5.3. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas hasil pekerjaannya.

2.5.4.Membuat laporan periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan


untuk disampaikan kepada Pemilik Kegiatan.

PASAL 03 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR


3.1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan syarat-
syarat (RKS) termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan
dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan(Aanwiizing).
3.2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
dan Bill Of Quantity ( BQ ) , maka yang mengikat / berlaku adalah ketentuan
yang ada dalam RKS dan BQ . Bila suatu gambar tidak cocok dengan
gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai skala besar yang
berlaku.
3.3. Bila perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan keraguan-keraguan
sehingga dalam pelaksanaan menimbulkan kesalahan, maka kontraktor
wajib menanyakan kepada konsultan pengawas / Direksi dan kontraktor
harus mengikuti keputusannya.

PASAL 04 : PERSIAPAN DILAPANGAN


4.1. Di lapangan Pekerjaan Kontraktor wajib menyediakan Bangsal Kerja tempat
para staf Konsultan Pengawas / Direksi melakukan tugasnya atas biaya
kontraktor dengan menggunakan bahan-bahan sederhana, pintu-pintu
dapat dikunci dengan baik, lantai papan, dinding papan / triplek dengan atap
seng atau sejenisnya.
4.2. Perlengkapan Bangsal Kerja Konsultan Pengawas, terdiri dari kursi dan meja
kerja serta perlengkapan lainnya yang dibutuhkan.
4.3. Bangsal Kerja untuk kantor Kontraktor dan gudang penyimpanan bahan
untuk pekerjaan ditentukan sendiri oleh kontraktor, tetapi letaknya harus
mendapat persetujuan Direksi Lapangan / Pemberi Tugas. Pembuatan
bangsal ini harus sesuai dengan syarat konstruksi dan kesehatan.
4.4. Bahan bangunan yang sudah dipasang menjadi Bangsal Kerja yang tertulis
pada ayat 1 dan 3 tidak boleh lagi diambil untuk keperluan konstruksi.
Bahan bangunan tersebut menjadi milik proyek / Pemberi tugas dan
dibongkar oleh kontraktor setelah serah terima pertama dan dibawa keluar
lapangan.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


PASAL 05 : JADWAL PELAKSANAAN
5.1. Sebelum memulai pekerjaan yang nyata di lapangan pekerjaan, kontraktor
wajib membuat rencana pekerjaan pelaksanaan dan bagian-bagian
pekerjaan berupa Bart-chart dan Curve “S” yang telah mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi / Konsultan Pengawas.
5.2. Kontraktor wajib memberikan Salinan rencana kerja rangkap 4 (empat)
kepada Direksi/Konsultan Pengawas. Satu salinan di lapangan yang
selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan (prestasi Kerja) di
lapangan.
5.3. Konsultan Pengawas/Direksi akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor
berdasarkan rencana kerja tersebut.

PASAL 06 : KUASA KONTRAKTOR DILAPANGAN


6.1. Di lapangan pekerjaan, kontraktor wajib menunjukan seorang kuasa
kontraktor atau biasa disebut PELAKSANA LAPANGAN yang cakap untuk
memimpin pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan di lapangan dan mendapat
kuasa penuh dari kontraktor, berpendidikan minimum STM jurusan
bangunan yang berpengalaman minimal 5 tahun atau sesuai yang
dihadirkan dalam kontrak. Penunjukan atau penugasan tenaga ahli yang
bertugas di lapangan ditujukan kepada Pemberi Tugas dan Pengelola
Teknis serta Direksi sebagai tembusannya.
6.2. Dengan adanya pelaksana lapangan, tidak berarti bahwa kontraktor lepas
tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan kewajibannya.
6.3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada pengelola Teknis
Proyek dan Direksi, nama dan jabatan pelaksana untuk mendapat
persetujuan.
6.4. Bila kemudian hari, menurut pendapat Pengelola Proyek dan Direksi
pelaksana kurang mampu atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka
akan diberitahukan kepada kontraktor secara tertulis untuk mengganti
pelaksana lapangantersebut.
6.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan,
kontraktor harus sudah menunjuk pelaksana baru atau kontraktor sendiri
(penanggung jawab / direktur perusahaan) yang akan memimpin
pelaksanaan pekerjaan dilapangan.

PASAL 07 : TEMPAT TINGGAL (DOMISILI)KONTRAKTOR


7.1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja diluar jam kerja (lembur)
apabila terjadi hal-hal yang mendesak, kontraktor wajib memberitahukan
secara tertulis kepada Pengelola Proyek dan Direksi/ Pengawas

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


7.2. Alamat kontraktor atau pelaksana diharapkan tidak berpindah-pindah
selama pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, kontraktor / pelaksana
wajib memberitahukan secara tertulis
PASAL 08 : PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
8.1. Kontraktor wajib menjaga keamanan di lapangan terhadap barang- barang
milik proyek, Direksi / Pengawas dan milik pihak ketiga yang ada di
lapangan.
8.2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah dipasang atau
belum, menjadi tanggung jawab kontraktor dan tidak diperhitungkan dalam
biaya pekerjaantambahan.
8.3. Apabila terjadi kebakaran, kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya
baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu
kontraktor harus menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap
dipakai yang ditempatkan pada tempat yang mudah dijangkau.
PASAL 09 : JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
9.1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syaratsyarat
pertolongan pertama pada kecalakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan
siap digunakan di lapangan untuk mengatasi segala kemungkinan musibah
bagi semua petugas dan pekerja di lapangan.
9.2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi
syarat-syarat kesehatan dan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak
bagi semua petugas dan pekerja yang ada di lapangan membuat tempat
penginapan di dalam lapangan pekerjaan untuk penjaga keamanan.
9.3. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan pada pekerja
wajib diberikan kontraktor sesuai dengan peraturan yang berlaku.

PASAL 10 : SITUASI DAN UKURAN


10.1. Situasi
a. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan tanah
bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang dapat
mempengaruhi harga penawarannya.
b. Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat
dijadikan alasan untuk mengajukan tuntutan.
10.2. Ukuran
a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam Cm,
kecuali ukuran-ukuran untuk baja yang dinyatakan dalam inch atau
mm.
b. Pedoman titik duga lantai (permukaan atas lantai) 0.00 bangunan
adalah sesuai dengan gambar kerja, atau ditentukan kemudian oleh
pengelola teknik dan Direksi atas persetujuan kontraktor.
10.3. Memasang Patok

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


a. Pekerjaan pengukuran dan pemasangan patok, dilaksanakan setelah
pekerjaan perataan tanah dan pembersihan lokasi selesai
dilaksanakan.
b. Pembuatan dan pemasangan patok termasuk pekerjaan kontraktor
dimana ketepatan letak lokasi pekerjaan diukur dibawah pengawasan
Direksi dengan titik patok yang dipancang kuat-kuat dan papan duga
dari bahan kayu kelas III dengan ketebalan 2 cm diketam rata bidang
sisi atasnya dan yang tidak berubah oleh cuaca. Pemasangan harus
kuat dimana permukaan atas nya harus
rata

PASAL 11 : SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN DAN MATERIAL


11.1 Semua bahan dan material yang didatangkan harus memenuhi syarat-
syarat yang telah ditentukan.
11.2 Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan kontraktor wajib
memberitahukan.
11.3 Kontraktor wajib memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan.
Contoh-contoh ini harus mendapat persetujuan daripengawas.
11.4 Bahan dan material yang telah didatangkan kontraktor di lapangan
pekerjaan, tetapi ditolak pemakaiannya oleh pengawas, harus segera
dikeluarkan dan selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu
2 x 24 jam, terhitung dari jam penolakan.
11.5 Pekerja atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi ditolak
oleh pengawas, maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang telah
ditetapkan oleh pengawas.

PASAL 12 : PEMERIKSAANPEKERJAAN
12.1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutannya yang apabila pekerjaan ini telah
selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh pengawas, kontraktor
wajib meminta persetujuan kepada pengawas. Baru apabila
pengawas telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, kontraktor
dapat meneruskan pekerjaan.
12.2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam ( dihitung
dari diterima Surat Permohonan pemeriksaan, tidak dihitung hari raya
/ libur) tidak dipenuhi oleh pengawas, kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah
setuju Pengawas minta perpanjangan waktu.
12.3. Bila kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, pengawas berhak, menyuruh
membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.
Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab
kontraktor.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


PASAL 13 : PEKERJAAN TAMBAH KURANG
13.1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan
tertulis dalam buku harian oleh pengawas serta persetujuan Pemberi
Tugas.
13.2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada
perintah tertulis dari pengawas atau atas persetujuan Pemberi Tugas.
13.3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar Harga
Satuan pekerjaan, yang dimasukkan oleh kontraktor sesuai AV 41 artikel
50 dan 51 yang pembayarannya diperhitungkan bersama dengan
angsuran terakhir.
13.4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam
harga satuan yang dimasukkan dalam penawaran harga satuannya akan
ditentukan lebih lanjut oleh pengawas bersama-sama kontraktor dengan
persetujuan pemberi tugas.
13.5. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan penyebab
kelambatan penyerahan pekerjaan, tetapi pengawas/BimbinganTeknik
Pembangunan (BTP) dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu
karena adanya pekerjaan tambah tersebut.
PASAL 14 : URAIAN PEKERJAAN
14.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang akan dilaksanakan :
“PEKERJAAN REHAB JALAN LINGKUNGAN “
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
II. PEKERJAAN KONTRUKSI ASPAL
II.1 PEKERJAAN PENYIAPAN BADAN JALAN
II.2 PEKERJAAN URUGAN PASIR DAN TELPORD
II.3 PEKERJAAN LAPISAN PERMUKAAN PENETRASI MACADAM
II.4 PEKERJAAN MENGHAMPAR DAN MEMADATKAN LATASIR

I. PEKERJAAN PERSIAPAN
I.1. MOBILISASI
Mobilisasi sebagaimana ditentukan dalam kontrak ini akan meliputi pekerjaan persiapan yang
diperlukan untuk pengorganisasian dan pengelolaan pelaksanaan pekerjaan proyek, ini juga
akan mencakup Demobilisasi setelah penyelesaian pelaksanaan pekerjaan yang sesuai.
Penyedia/pelaksana harus mengerahkan sebanyak mungkin tenaga setempat dari kebutuhan
tenaga pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Sejauh mungkin Penyedia/Pelaksana berdasarkan Petunjuk direksi teknis harus


menggunakan rute (jalur) tertentu dan menggunakan kendaraan- kendaraan yang ukurannya
sesuai dengan kelas jalan tersebut serta membatasi muatannya untuk menghindari kerusakan
jalan dan jembatan yang digunakan untuk tujuan pengangkutan ke tempat proyek.
Mobilisasi peralatan berat dari dan menuju ke lapangan pekerjaan harus dilaksanakan pada

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


waktu lalu lintas sepi,dan truk-truk angkutan yang bermuatan harus ditutup dengan terpal.

Cakupan dari mobilisasi Peralatan ini meliputi :


a). Alat berat
b). Peralatan peralatan kerja
c). Dokumentasi dan Pelaporan
d). Pembutan Papan Nama Proyek
e). Dan lain sebagainya.

I.2. PENYIAPAN LAPANGAN


Penyedia harus menguasai lapangan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pengelolaan
dan pelaksanaan pekerjaan dalam daerah proyek. Penyedia/Pelaksana harus menyediakan
material-material sesuai dengan item-item pekerjaan.

I.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN


Untuk menjamin kualitas, ukuran-ukuran dan kinerja pekerjaan yang benar Penyedia harus
menyediakan staf teknik berpengalaman yang cocok sebagaimana ditentukan, Staf teknik tersebut
jika dan bila mana diminta harus mengatur pekerjaan lapangan dan mengorganisasi tenaga
kerja Penyedia dan memelihara catatan-catatan serta dokumentasi proyek. Sebelum pematokan
dan pengukuran dilapangan (setting cut) Penyedia harus mempelajari gambar-gambar kontrak
dan bersama-sama dengan direksi teknik mengadakan pemeriksaan daerah proyek, dan
khusus mengukur/memasang lebar jalan, daerah milik jalan, dan gorong-gorong.
Pada daerah perkerasan dimana satu pekerjaan perataan dan atau lapis permukaan harus
dibangun satu profil memanjang sepanjang sumbu jalan harus diukur serta penampang melintang
diambil pada interval tertentu untuk menentukan kelandaian,kemiringan melintang dan untuk
menentukan pengukuran ketebalan serta lebarnya konstruksi baru. Semua bahan yang dipasok
harus sesuai dengan spesifikasi dan harus disetujui oleh direksi teknis.

I.4. STANDARD DAN MUTU BAHAN


- BATU
Batu tersebut harus batu lapangan dengan pemukaan kasar atau batu sumber (quarry)
kasar yang keras dalam kondisi baik, awet dan mutunya padat, tahan terhadap daya
perusakan air, serta sepenuhnya cocok digunakan untuk pasangan batu.
- PASIR
Pasir tersebut harus memenuhi syarat spsifikasi yang sudah di tentukan berdasarkan
rujukan permen maupun SNI Agregat , Tidak Berlumpr ( Kadar Lumpur Tidak Boleh
Melibihi 5 % ).

- ASPAL
Bahan-bahan lain yang digunakan kwalitasnya dalam spesifikasi ini harus mempunyai
standart yang sesuai dengan SNI tentang bahan bahan tersebut.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


II. PEKERJAAN KONTRUKSI JALAN
Pekerjaan ini terdiri dari Penyiapan Badan Jalan, Urugan Pasir, Pekerjaan Telpord
Pekerjaan Lapen dan Pekerjaan Menghampar dan Memedat Latasir. untuk pekerjaan
stabilitas dan pembuangan tanah longsoran untuk galian bahan kontruksi ataupun
pembuangan bahan-bahan buangan dan pada umumnya pembentukan kembali daerah jalan,
sesuai dengan spesifikasi ini dan dalam pemenuhan yang sangat bertanggungjawab terhadap
batas lahan, kelandaian dan potongan melintang yang ditunjukkan dalam gambar rencana.

II.1. PEKERJAAN PENYIAPAN BADAN JALAN


Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar
atau permukaan jalan kerikil lama untuk penghamparan lapis pondasi Agregat, Lapis Pondasi
Jalan Tanpa Penutup Aspal, Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis Pondasi Beraspal di daerah
jalur lalu lintas (termasuk jalur tempat perhentian dan persimpangan) yang tidak ditetapkan
sebagai pekerjaan pengembalian kondisi dan di daerah bahu jalan baru yang bukan di atas
timbunan baru akibat pelebaran lajur lalu lintas.

Toleransi Dimensi
- Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi 2 cm atau lebih rendah 3 cm dari
yang disyaratkan atau disetujui.
- Seluruh permukaan akhir harus cukup halus dan rata serta memiliki kelandaian yang cukup,
untuk menjamin berlakunya aliran bebas dari air permukaan.

PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Pengajuan yang berhubungan dengan galian dan timbunan harus dibuat masing-masing untuk
seluruh galian dan timbunan yang dilaksanakan untuk penyiapan badan jalan.
b. Penyedia Jasa harus menyerahkan hasil pengujian kepadatan dan hasil pengukuran
permukaan dan data survey yang menunjukkan bahwa toleransi permukaan yang syaratkan
dalam bentuk tertulis kepada Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas
pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari direksi pekerjaan, tidak diperkenankan
menghampar bahan lain di atas tanah dasar atau permukaan jalan.
c. Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti oleh penghamparan
lapis pondasi bawah, maka permukaan tanah dasar dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, luas
pekerjaan penyiapan tanah dasar yang tidak dapat dilindungi pada setiap saat harus dibatasi
sedemikian rupa sehinga daerah tersebut yang masih dapat dipelihara dengan peralatan yang
tersedia dan penyedia jasa harus mengatur penyiapan tanah dasar dan penempatan bahan
perkerasan dimana satu dengan lainnya berjarak cukup dekat.
d. Tanah dasar pada setiap tempat haruslah mempunyai daya dukung minimum sebagiamana
yang diberikan dalam gambar, atau sekurang-kurangnya mempunyai CBR minimum 6 % jika
tidak disebutkan.
Bahan
Tanah dasar dapat dibentuk dari timbunan biasa, timbunan pilihan, lapisan pondasi agregat
atau darinase porous, atau tanah asli di daerah galian. Bahan yang digunakan dalam setiap hal

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


haruslah sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, dan sifat-sifat bahan yang
disyaratkan untuk bahan yang dihampar dan membentuk tanah dasar haruslah seperti yang
disyaratkan dalam spesifikas

Persiapan Untuk Pelebaran Perkerasan


Galian untuk Pelebaran Perkerasan harus mampu menyediakan ruang gerak yang cukup untuk alat
penggilas (roller) normal. Bilamana lebar galian melebihi lebar pelebaran perkerasan yang
diperlukan, maka bahan galian tersebut harus diisi kembali dan dipadatkan bersama-sama dengan
setiap bahan yang akan digunakan untuk pelebaran perkerasan. Perhatian khusus harus diberikan
untuk menjamin agar bahan yang digunakan untuk pelebaran perkerasan tidak terkontaminasi
dengan bahan galian yang diisi kembali, sedemikian rupa sehingga diperlukan suatu acuan untuk
memisahkan kedua jenis bahan selama penghamparan. Acuan pemisah ini harus ditarik keluar
bilamana pemadatan segera akan dilaksanakan. Dalam hal ini, lebar galian yang melebihi lebar
pelebaran perkerasan yang diperlukan tidak akan dipandang sebagai kuantitas galian tambahan
yang dapat dibayar.
Bahan yang ada harus digali hingga kedalaman yang ditunjukkan dalam Gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Kecuali jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan
galian tidak boleh digunakan kembali sebagai bahan untuk pekerjaan Pelebaran Perkerasan.

Pencampuran Bahan Berbutir Yang Baru Dan Lama


Pencampuran di tempat antara bahan berbutir yang baru dengan lama umumnya tidak
diperkenankan. Meskipun demikian, bilamana bahu jalan lama tampak atau diketahui terbuat
dari bahan agregat yang baik, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan Kontraktor
menggali lubang uji (test pit) untuk memastikan mutu bahu jalan lama dan selanjutnya dapat
menyetujui penggaruan bahan yang ada hingga kedalaman rancangan, dicampur dengan bahan
yang baru sebagaimana diperlukan dan dipadatkan kembali. Bilamana telah dilaksanakan
dengan cara ini, Pekerjaan Pelebaran Perkerasan tetap harus memenuhi semua toleransi
dimensi dan mutu yang disyaratkan dalam Seksi ini.

Penyiapan Bentuk Permukaan


Kontraktor harus memelihara permukaan tersebut dalam keadaan kering dan stabil sampai
penghamparan bahan yang diperlukan untuk pelebaran perkerasan, yang harus diisi dengan bahan
tersebut sesegera mungkin setelah pekerjaan penggalian.
Formasi yang disiapkan harus diperiksa oleh Direksi Pekerjaan sesaat sebelum penghamparan
bahan yang diperlukan untuk pelebaran perkerasan dan bahan tersebut tidak boleh dihampar
sebelum pekerjaan penyiapan badan jalan disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Penebangan Pohon Untuk Pelebaran Jalan


Pembersihan dan pengupasan lahan harus terdiri dari pembersihan semua pohon dengan
diameter lebih kecil dari 15 cm, pohon-pohon yang tumbang,halangan-halangan, semak-semak,
tumbuhan-tumbuhan lainnya, sampah, dan semua bahan yang tidak dikehendaki, dan harus
termasuk pembongkaran tunggul, akar dan pembuangan semua ceceran bahan yang
diakibatkan oleh pembersihan dan pengupasan. Pekerjaan ini juga harus termasuk
penyingkirkan dan pembuangan struktur-struktur yang menghalangi, menggangu atau

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


sebaliknya menghalangi pekerjaan kecuali bilamana disebutkan lain dalam spesifikasi ini atau
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Pembersihan dan pengupasan lahan untuk semua tanaman/pohon yang berdiameter kurang
dari 15 cm diukur 1 meter dari muka tanah, harus dilaksanakan sampai batas-batas
sebagaimana yang ditunjukan dalam gambar atau diperintahkan Direksi Pekerjaan.
Pada daerah galian, semua tunggul dan akar harus dibuang sampai kedalaman tidak kurang
dari 50 cm di bawah permukaan akhir dari tanah dasar.
Pada daerah di bawah timbunan, di mana tanah humus atau bahan yang tidak dikendaki
dibuang atau yang ditetap untuk dipadatkan, semua tunggul dan akar harus dibuang sampai
kedalaman sekurang-kurangnya 30 cm di bawah permukaan tanah asli atau 30 cm di bawah
alas dari lapis permukaan yang paling bawah.

Pengajuan Kesiapan kerja dan pencatatan


Penyedia Jasa harus menerima gambar penampang melintang Kontrak maupun mengajukan
kepada Direksi Pekerjaan sebelum memulai pekerjaan, perbaikan-perbaikan terinci terhadap
gambar penampang melintang yang menunjukan permukaan tanah sebelum pengoperasian
pembersihan dan pengupasan, atau setiap pemotong pohon yang akan dilaksanakan.

Pengaman Pekerjaan
Penyedia jasa harus menanggung semua tanggungjawab untuk memastikan keselamatan para
pekerja yang melaksanakan pembersihan, pengupasan dan pemotongan pohon, serta
keselamatan publik.

II.2. PEKERJAAN URUGAN PASIR DAN TELPORD


Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemorosesan, pengangkutan, penghamparan,
pembahasan dan pemdatan agregat di atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima
sesuai dengan detail yang ditunjukkan dalam gamabar atau sesuai dengan perintah Direksi
pekerjaan, dan memelihara lapis pondasi agregat yang telah selesai sesuai dengan yang
disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi, bila perlu, pemecahan, pengayakan, pemisahan,
pencampuran dan operasi lainnya yang perlu untuk menghasilakn suatu bahan yang memenuhi
ketentuan dari speifikasi ini.

Toleransi Dimensi dan Elevasi


a. Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Tabel II.1 dengan toleransidi bawah ini :

Tabel II.1 Toleransi Elevasi Permukaan Relatif Terhadap Elevasi rencana


Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Elevasi Permukaan relative
terhadap elevasi rencana
Lapisan Pondasi Agregat kelas B + 0 cm
digunakan Lapis POndasiBawah ( -2 cm
hanya permukaan atas dari Lapiasan
Pondasi Bawah

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Permukaan Lapis Pondasi Agregat + 0 cm
kelas A untuk Lapis Resap Penikat -1 cm
atau Pelaburan (Perkerasan atau
Bahu Jalan)

b. Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh terdapat ketidakrataan yang
dapat menampung air dan semua punggung (camber) permukaan itu harus sesuai dengan
yang ditunjukkan dalam gamabr.
c. Tebal total minimum lapis Pondasi Agregat tidak boleh kurang 1 cm dari tebal yang
disyaratkan.
d. Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat kelas A tidak boleh kurang 1 cm dari tebal yang
disyaratkan.
e. Pda permukaan Lapis Pondasi Agregat kelas A yang disiapkan untuk lapisan resap pengikat
atau pelaburan permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus dibuang dengan
sikat yang keras, maka penyimpangan maksimum pada kerataan permukaan yang diukur
dengan mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang sumbu jalan,
maksimum 1 cm.

Standar Rujukan
SNI 03-1744-1989 : Metode Pengujian CBR Laboratorium
SNI 03-4141-96 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan butir-butir mudah Pecah
dalam agregat
SNI 1743:008 : Cara Uji Kepdatan Berat untuk Tanah
SNI 1967 :2008 : Cara Uji Penentuan Batas Ciar Tanah
SNI 1966 :2008 : Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas Tanah
SNI 2417:2008 : Cara Uji Keausan Agregat dengan Mesin Abrasi Los Angeles

Pengajuan kesiapan Kerja


a. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan berikut di bawah ini paling
sedikit 21 hari sebelum tanggal yang diusulkan delam penggunaan setiap bahan untuk
pertama kalinya sebagai Lapisan Pondasi Agregat
b. Penyedia jasa harus mengirim berikut di bawah ini dalam bentuk tertulis kepada Direksi
Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan dan sebelum persetujuan
diberikan untuk penghamparan bahan lain di atas Lapis Pondasi Agregat

Cuaca Yang diijinkan untuk Bekerja


Lapis Pondasi agregat tidak boleh ditempatkan, dihamparkan, atau dipadatkan sewkatu turun
hujan, dan pemadatan tidak boleh dilakukan segera setelah hujan atau bila kadar air bahan jadi
tidak berada dalam rentang yang ditentukan.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Bahan
Kelas Lapis Pondasi Agregat
Terdapat 3 kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A, Kelas B dan Kelas S.
Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat Kelas A adalah mutu Lapis Pondasi Atas untuk lapisan
di bawah lapisan beraspal, dan Lapisan Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapisan Pondasi
Bawah. Lapisana Pondasi Agregat Kelas S digunakan untuk bahu jalan tanpa penutup.

Fraksi Agregat Kasar Untuk Telpord


Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel tau pecahan batu
atau kerikil yang keras dan awet. Bahan yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan
dikeringkan tidak boleh digunakan.
Bilamana agregat kasar berasal dari kerikil makan untuk Lapisan Pondasi Agregat Kelas A
mempunya 100% berat aregat kasar dengan angularitas 95/90* dan untuk Lapis Pondasi
Agregat Kelas B yang berasal dari kerikil mempunyai 60% berat agregat kasar dengan
angularitas 95/90*
*95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih
dan 90% agreat kasar mempunyai muka bidan pecah dua atau lebih.

Fraksi Agregat Halus Untuk Urugan pasir


Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel pasir alami atau batu pecah
halus dan partikel halus lainnya. Fraksi bahan yang lolos ayakan No.200 tidak boleh melampuai
dua per tiga fraksi bahan yang lolo ayakan NO. 40.

Sifat-sifat bahan yang disyaratkan


Seluruh lapisan Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organic dan gumpalan lempung atau
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki dan setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan
gradasi (menggunakan pengayakan secara basah) yang diberikan dalam Tabel II.2 dan
memenuhi sifat-sifat yang diberikan dalam

Tabel II.2 Ketentuan Gradasi Agregat


Ukuran Ayakan Persen Berat Yang lolos
ASTM (MM) Kelas A Kelas B Kelas S
2” 50 100
11/2” 37,5 100 88-95 100
1” 25,0 79-85 70-85 89-100
3/8” 9,50 44-58 30-65 55-90
No.4 4,75 29-44 25-55 40-75
No. 10 2,0 17-30 15-40 26-59
No.40 0,425 7-17 8-20 12-33
No.200 0,075 2-8 2-8 4-22

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Tabel II.2 Sifat-sifat Lapisan Pondasi Agregat
Sifat-sifat Kelas A Kelas B Kelas S
Abrasi dari Agregat Kasar ( SNI 0-40 % 0-40% 0-40%
2417:2008)
Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) 0-6 6-12 4-15
Hasil kali Indek Plastisitas dng.% Maks. 25 - -
Lolos Ayakan No. 200
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0-25 0-35 0-35
Bagian Yang Lunak (SNI03-4141- 0-5 % 0-5% 0- 5%
1996)
CBR (SNI 03-1744-1989) Min 90% Min 60% Min 50%

PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Penghamparan akhir LPB sampai ketebalan dan kemiringan melintang jalan yang diminta,
harus dilaksanakan dengan kelonggaran penurunan ketebalan kira-kira 15% untuk pemadatan
lapisan-lapisan lapis pondasi bawah. Segera setelah penghamparan dan pembentukan akhir,
masing-masing lapisan harus dipadatkan sampai lebar penuh lapis pondasi bawah
perkerasan, dengan menggunakan mesin gilas roda baja atau mesin gilas roda ban pneumatic
atau peralatan pemadatan lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
b. Penggilasan untuk pembentukan dan pemadatan bahan lapis pondasi bawah akan bergerak
secara gradual (sedikit demi sedikit) dari pinggir ke tengah, sejajar dengan garis sumbu jalan
sampai seluruh permukaan telah dipadatkan secara merata. Pada bagian-bagian superelevasi,
kemiringan melintang jalan atau kelandaian yang terjal, penggilasan harus bergerak dari
bagian yang lebih rendah ke bagian jalan yang lebih tinggi. Setiap ketidak-teraturan atau
bagian ambles yang mungkin terjadi, harus dibetulkan dengan menggaru atau meratakan
dengan menambahkan bahan lapis pondasi bawah untuk membuat permukaan tersebut
mencapai bentuk dan ketinggian yang benar.
Bagian-bagian yang sempit di sekitar kereb atau dinding yang tidak dapat dipadatkan dengan
mesin gilas, harus dipadatkan dengan pemadat atau mesin tumbuk yang disetujui.
c. Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga di dalam batas-batas 3% kurang dari
kadar air optium sampai 1% lebih dari kadar air optium dengan penyemprotan air atau
pengeringan seperlunya, dan bahan lapis pondasi bawah harus dipadatkan untuk
menghasilkan kepadatan yang disyaratkan pada seluruh ketebalan tiap lapisan dan mencapai
100% kepadatan kering maksimum yang di tetapkan yang sesuai dengan AASHTO T99
(PB0111)
d. Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali digunakan peralatan khusu yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
e. Segera setealah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap lapis harus dipadatkan
menyeluruh dengan alat pemadatan yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, Hingga kepadatan paling sedikit 100% dari kepadatan keriang maksimum modifikasi
seperti yang ditentukan oleh SNI 1743 :2008, Metode d
f. Direksi Perkajaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas beroda karet digunakan
untuk pemadatan akhir, bila mesin gilas stastis beroda baja dianaggap mengakibatkan

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


kerusakan atau degradasy berlebihan dari Lapis Pondasi Agregat.
Pengujian
a. Jumlah data pendudkung pengujian bahan yan diperlukan untuk persetujuan awal harus seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaa, namun harus mencakup seluruh jenis pengujian yang
disyaratkan.
b. Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus secara rutin diperiksa, menggunakan
SNI 2827 : 2008. Pengujian harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada
lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekrjaan, tetapi tidak boelh berselang dari 200m

II.3. PEKERJAAN LAPEN ( LAPISAN PERMUKAAN


PENETRASI MACADAM)
Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan bahan
untuk pelaksanaan lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal dan suatu lapis permukaan sementara
pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah yang telah disiapkan. Pemasokan bahan
akan mencakup, jika perlu, pemecahan, pengayakan, pencampuran dan operasi-operasi lainnya yang
diperlukan, untuk memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.

Toleransi Dimensi

- Tebal minimum tidak boleh kurang dari 1 cm terhadap tebal yang disyaratkan.
- Bila semua agregat yang lepas dibuang, standar kerataan dari permukaan yang padat harus
sedemikian rupa sehingga tidak satu titikpun pada permukaan berbeda lebih dari 1 cm diukur
dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang dipasang sejajar atau tegak lurus pada sumbu jalan.
- Ketidakrataan permukaan akhir tidak boleh menyebabkan terjadinya kantong air.
- Kecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan atau diberikan secara detil dalam Gambar, Lapis
Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal harus dilaksanakan dengan lereng melintang atau
punggung jalan sebesar 5 % untuk daerah bukan superelevasi.

Standar Rujukan

British Standards :
British Standard BS812 : Method of Sampling and Testing of Mineral Aggre-gates,
Sands and Fillers.

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


SNI 03-1967-1990 (AASHTO T : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Cassagrande.
89 - 90)
SNI 03-1966-1990 (AASHTO T : Metode Pengujian Batas Plastis.
90 - 87)
SNI 03-2417-1991 (AASHTO T : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los
96 - 87) Angeles.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Pengajuan Kesiapan Kerja
Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan berikut di bawah ini sedikit 21 hari
sebelum tanggal yang diusulkan dalam penggunan setiap bahan untuk pertama kalinya sebagai
Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal :
Dua contoh masing-masing seberat 50 kg bahan, satu disimpan oleh Direksi Pekerjaan sebagai
rujukan selama Periode Kontrak.Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang
diusulkan untuk Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, bersama dengan hasil pengujian
laboratorium yang membuktikan bahwa sifat-sifat bahan yang ditentukan dalam standar rujukan
dan SNI harus terpenuhi. Pernyataan perihal metode dan lokasi produksi dan pencampuran bahan
untuk lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal memenuhi ketentuan rujukan dan SNI.

Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja


Lapis Pondasi Agregat Jalan Tanpa Penutup Aspal tidak boleh ditempatkan, dihampar atau
dipadatkan pada waktu hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau juga
bila kadar air bahan.

BAHAN
Sumber Material
Material lapis pondasi jalan tanpa penutup aspal harus dipilih dari sumber yang disetujui sesuai
dengan Seksi "Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.
Pemilihan Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Spesifikasi ini mencakup ketentuan sifat-
sifat bahan untuk 2 kategori Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal yaitu Kelas C dan
Waterbound Macadam. Direksi Pekerjaan akan menentukan pilihan jenis lapis pondasi jalan
tanpa penutup aspal pada berbagai lokasi di sepanjang Kontrak pada waktu peninjauan kembali
rancangan awal atau revisi desain berdasarkan hasil pengujian bahan setempat yang tersedia,
yang dilaksanakan Kontraktor sebagai bagian dari pekerjaan survei lapangan.Tetapi penggunaan
Waterbound Macadam akan dibatasi hanya untuk pengembalian kondisi dan perbaikan jalan
dengan waterbound macadam.

Ketentuan Sifat-sifat Bahan


Bahan yang dipilih sebagai Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C harus memenuhi
ketentuan di bawah ini dan harus bebas dari gumpalan lempung, bahan organik, atau bahan-
bahan lain yang tidak dikehendaki dan harus mempunyai mutu sedemikian rupa sehingga dapat
menghasilkan lapis permukaan yang keras dan stabil.
Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C
Agregat untuk Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C dapat terdiri atas kerikil pecah,
batu pecah atau kerikil alam bulat yang memenuhi Spesifikasi Gradasi dalam Tabel 3.1 di bawah
ini.

Tabel 3.1 Ketentuan Gradasi untuk Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Kelas C.
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm)
¾” 19 100
No.4 4,75 51 - 74
No.40 0,425 18 - 36

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


No.200 0,075 10 - 22

Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal Waterbound Macadam


Agregat kasar dan halus untuk Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal jenis Waterbound
Macadam harus memenuhi ketentuan gradasi dari Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Ketentuan Gradasi untuk Waterbound Macadam


Ukuran Ayakan Tebal Lapisan Padat
Jenis Agregat ASTM (mm) (7-10 cm) (5-8 cm)
Persen Berat Yang Lolos
Agregat Pokok 3” 75 100 -
2 ½” 63 95 - 100 100
2” 50 35 - 70 100
1 ½” 37,5 0 - 15 95 - 100
1” 25 0-5 35 - 70
¾” 19 - 0-5
Agregat Halus 3/8” 9,5 100
No.4 4,75 70 - 95
No.8 2,0 45 - 65
No.20 1,0 33 - 60
No.40 0,425 22 - 45
N0.200 0,075 10 - 28

Agregat kasar juga harus memenuhi ketentuan berikut :


▪ Keausan Agregat dengan Mesin Los : Maks. 40
Angeles (SNI 03-2417-1991)

Agregat halus juga harus memenuhi ketentuan berikut :


▪ Indeks Plastisitas (SNI 03-1966- : Min.4 dan Maks.12
1990)
▪ Batas Cair (SNI 03-1967-1990) : Maks.35

Pencampuran Bahan Plastis


a) Pencampuran bahan plastis tidak boleh dilaksanakan bila bahan aslinya telah memenuhi
ketentuan plastisitas minimum, kecuali jika ditentukan lain atau disetujui Direksi Pekerjaan .
b) Bahan plastis tidak boleh mengandung bahan organik.
c) Bahan plastis tidak boleh mengandung butiran atau gumpalan lempung yang berukuran lebih
dari 4,75 mm.
d) Kadar air bahan plastis dan semua fraksi lainnya harus sedemikian rupa sehingga bahan
plastis itu tetap lepas sebelum dan selama proses pencampuran.
e) Bahan ini harus dicampur seluruhnya sampai merata. Cara pencampuran harus sampai
diterima oleh Direksi Pekerjaan .

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Pelaksanaan Waterbound Macadam
Kedalaman Lapisan
Lapis Pondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal jenis Waterbound Macadam harus dilaksanakan lapis
demi lapis dan memenuhi ketentuan kedalaman lapisan seperti yang tercantum dalam Tabel Di
atas Total ke dalam Lapis Pondasi yang telah selesai harus sesuai dengan Gambar Pelaksanaan.

Penebaran Agregat Kasar


Penebaran dapat dilaksanakan dengan peralatan mekanis atau cara manual dengan
menggunakan keranjang untuk menebar agregat. Penebaran harus dilakukan dengan ketebalan
merata.

Pemadatan dan Pembentukan Agregat Kasar


Pemadatan awal harus dilakukan dengan mesin gilas roda besi berat 6 - 8 ton. Pemadatan harus
dilanjutkan sampai diperoleh suatu lapis agregat yang stabil dan rata. Penggilasan harus
dilaksanakan minimum 6 lintasan di seluruh lokasi jalan tersebut.

Selama pelaksanaan pemadatan kerataan permukaan harus diperiksa dengan mistar lurus
sepanjang 3 m. Lokasi dimana permukaan agregat kasar menyim-pang dari garis mistar lurus lebih
dari 1 cm harus segera diperbaiki, dengan cara menggemburkannya dan kemudian dilakukan
penambahan atau pengu-rangan agregat kasar, sebelum dipadatkan sampai standar yang
disyaratkan.

Penebaran dan Pemadatan Agregat Halus


Agregat halus harus ditebar sedemikian hingga seluruh rongga permukaan agregat kasar terisi.
Agregat halus harus dibasahi dan digilas agar dapat masuk ke dalam rongga dalam lapis pondasi.

Pembasahan dan penggilasan dengan penambahan agregat halus jika diperlukan, harus berlanjut
sedemikian hingga seluruh kedalaman lapis pondasi terisi dengan agregat halus sampai padat
dan permukaan yang halus dan rapat dapat diperoleh.

LAPIS ASPAL RESAP PENGIKAT (PRIME COAT AND TACK COAT)


Untuk Lapis aspal resap pengikat (prime coat), pekerjaan ini terdiri dari pengadaan dan
pemakaian suatu bahan pengikat aspal dengan kekentalan rendah yang tepilih di atas satu
lapis pondasi jalan atau permukaan perkerasan tanpa lapis penutup yang sudah disiapkan, untuk
menutup permukaan tersebut yang akan menyediakan adhesi (pelekatan)untuk satu lapis
permukaan beraspal seperti penetrasi macadam.

Standar Rujukan
SNI 2432:2011 : Cara Uji Daktilitas Aspal
SNI 2434:2011 : Cara Uji titik lembek Asal dengan alat cincin dan bola
SNI 2488:2011 : Cara Uj iPenetrasi Aspal
SNI03-3642-1994 :MetodePengujian Kadar residu aspal emulsi dengan penyulingan
SNI03-3643-1994 : Aspal emulsi tertahan saringan No.20
SNI03-3644-1994 : Metode Pengujian Jenis Muatan Partikel Aspa emulsi
SNI4798:2011 : Spesifikasi Aspal emulsi kationik

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


SNI03-4799-1998 : Spesifikasi Aspal Cair Tipe Penguapan Sedang
SNI03-6721-2002 : Metode Pengujian keketalan Aspal Cair dan aspal emulsi denan alat
saybolt
SNI 6832:2011 : Spesifikasi Aspal emulsi anionic

AASHTO :
AASHTO M20-70 (2004) : Penetration Graded Asphalt cement
AASHTO M10-03 : Emulsified Asphalt
AASHTO T44-03 : Solubility of Bituminous Materials
AASHTO T59-01(2005) : Testing emulsified Asphalt

British Standarts:
BS 3403 : Industrial Tachometers

Kondisi Cuaca yang diijikan untuk bekerja


Lapisan Resap Penikat Harus disemprot hanya pada permukaan yang kerin atau mendekati
kering, dan lapisan perekat harus disemprot hanya pada permukaan yang benar-benar keriang.
Penyemprotan Lapis resap pengikat atau lapis perekat tidak boleh dilaksanakan waktu angin
kencang,hujan atau akan turun hujan.

Bahan Lapis Resep Pengikat


- Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow setting) yang
memenuhi SNI 03-4789-1998.
- Aspal semen Pen 60/70, memenuhi AASHTO M20, diencerkan dengan minyak tanah
(kerosene).

Syarat syarat pekerjaan


- Tidak boleh ada bahan aspal yang dibuang kedalam saluran tepi,parit atau jalan air.
- Permukaan permukaan struktur,pohon pohon atau hak milik disekitar permukaan jalan
yang sedang dilapisi harus dilindungi dari kerusakan akibat pekerjaan penyemprotan aspal.
- Penyedia harus menyediakan dan memelihara dilapangan dimana aspal sedang
dipanaskan, alat pengendalian dan pencegahan kebakaran yang memadai ,dan juga
peralatan dan sarana untuk pertolongan pertama.
- Kecuali diperoleh satu pengalihan ( alternatif) lalulintas, pekerjaan harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga memungkinkan satu jalur lalu lintas,dengan diadakan
pengaturan pengendalian lalu lintas sehingga mendapatkan persetujuan dari Direksi teknik.
- Penyedia harus bertangung jawab terhadap semua konsekuensi (akibat) lalu lintas yang
terlalu dini di izinkan melewati lapis aspal pengikat atau lapis aspal resap pelekat yang baru
dipasang dan harus melindungi permukaan tersebut.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Toleransi Peralatan Distributaor Aspal
Tachometer pengukur : ± 1.5 persen dar skla putaran penuh sesuai ketentuan
Kecepatan kendraan : BS 3403
Tachometer pengukur : ± 1.5 persen dar skla putaran penuh sesuai ketentuan
Kecepatan putaran pompa : BS 3403
Pengukur Suhu : ± 5 0C, rentang 0-250 0C, minimum garis tengah arloji 70 mm
Pengukuran volume atau : ± 2 persen dari total volume tangki, nilai maksimum
Tongkat celup : Garis skala ongkat celup 50 liter

PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Penyiapan permukaan yang akan disemprot aspal
- Apabila pekerjaan lapis resap pengikat dan lapis perekat akan dilaksanakan pada
permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua kerusakan
perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki.
- Sebelum penyemprotan aspal dimulai,permukaan harus dibersihakan dengan memakai
sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya.
- Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot
2. Takaran dan temperatur pemakaian bahan aspal
- Penyedia jasa harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan tingkay takaran yang tepat (literpermeter persegi) da
percobaan tersebut akan diulangi sebagai mana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila
jenis dari permukaan yang akan disemprot atau jenis dari bahan aspal berubah
- Lapis resap Pengikat 0,4 sampai 1,3 liter permeter persegi untuk lapis Pondasi Agregat
tanpa bahan pengikat.
- Temperatur penyemprotan harus sesuai dengan table 3.3 kecuali diperintahkan lain oleh
direksi pekerjaan.

Tabel 3.3 Takaran Pemakaian Lapis Perekat


Jenis Takaran (liter per meter persegi) pda
Aspal Permukaan Baru Permukaan Porous Permukaan
atau Aspal atau dan Terekpos Berbahan
Beton Lama Cuaca Pengikat Semen
Aspal Cair 0,15 0,15-0,35 0,2-1,0
Aspal 0,20 0,20-0,50 0,2-10
Emulsi
Aspal 0,40 0,40-1,00 0,4-2,0
Emulsi
yang
diencerkan
(1:1)
Aspal 0,20 0,20-0,50 0,2-1,0
Emulsi
Modifikasi

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Tabel 3.4 Temperatur Penyemprotan
Jenis Aspal Rentang Suhu Penyemprotan
Aspal Cair,25-30 pph mnyak tanah 110 ± 100C
Aspal cair,80-85 pph minyak tanah 45 ± 100C
(MC-30)
Aspal emulsi,emulsi modifikasi atau Tdak dipanaskan
aspal emulsi yang diencerkan

Pelaksanaan Penyemprotan
- Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan harus diukur dan
ditandai. Khususnya untuk Lapis Resep Pengikat, batas-batas lokasi yang disemprot harus
ditandai dengan cat atau benang.
- Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus disemprotkan
dengan batang penyemprotan dengan kadar aspal yang diperintahkan, kecuali jika
penyemprotan dengan distributor tidaklah paktis untuk okasi yang sempit, Direksi Pekerjaan
dapat menyetujui pemakaian pnyemprotan aspal tangan (hand sprayer)
- Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu lajur atau setangah
lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepajang sisi-
sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan
terbuka dan tidak boleh tertutp oleh lapisan berikutnya sampa lintasan penyemprotan di lajur
yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah ditetapkan, hal
ini dimaksudkan agar tepi permukaan yan ditetapkan tetap mendapat semprotan dari tiga
nosel, sama seperti permukaan yang lain.
- Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang cukup kedap.
Penyemprotan harus mulai dan dihentikan sampai seluruh batas bahan pelindung tersemprot,
dengan demikian seuruh nosel bekerja dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang akan
disemprot.
- Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan peralatan
semprot pada saat beroperasi.
- Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, bahan aspal yang
berlebihan dan terenang di atas permukaan yang telah disemprot harus diratakan dengan
menggunakan alat peadat roda karet, sikat ijuk atau alat penyapu dari karet.

Pengedalian mutu dan Penujian di Lapangan


- Dua liter contoh aspal yang akan dihamparkan harus diambil dari distributor aspal, masing-
masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang akhir penyemprotan.
- Gradasi agregat peutup (blotter material) harus dajukan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan sebelum agreat tersebut digunakan.
- Catatan harian yang terinci mengenai pelaksanaaan penyemprotan permukaan, termasuk
pemakaian bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran pemakaian yang
tercapai.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


II.4. PEKERJAAN MENGHAMPAR DAN MEMADATKAN
LATASIR
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet dari lapis perata, lapis pondasi atau lapis
aus campuran aspal yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur di pusat instalasi
pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan
jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan
memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar.

Semua campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di dalam Spesifikasi ini,
untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal yang cocok, rongga
udara, stabilitas, kelenturan dan keawetan ketebalan terpenuhi.

Dalam hal ini penting diingat bahwa dalam dalam merancang aspal beton konvensional, yang dimulai
dari memperoleh kepadatan agregat maksimum yang paling mungkin, tidak akan menghasilkan
campuran yang memenuhi Spesifikasi ini.
Jenis Campuran Aspal
Latasir (Sand Sheet) Kelas A dan B
Campuran-campuran ini ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas ringan, khususnya pada daerah
dimana agregat kasar sulit diperoleh. Pemilihan Kelas A atau B terutama tergantung pada gradasi
pasir yang digunakan. Campuran latasir biasanya memerlukan penambahan filler agar memenuhi
kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan. Campuran ini mempunyai ketahanan yang rendah
terhadap alur (rutting), oleh sebab itu tidak boleh digunakan dengan lapisan yang tebal, pada jalan
dengan lalu lintas berat dan pada daerah tanjakan.

Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini.


a) Pemeliharaan Lalu Lintas : Seksi 1.8
b) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9

c) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11

d) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1

Tebal Lapisan dan Toleransi


- Tebal setiap lapisan campuran aspal harus dipantau dengan benda uji "inti" (core) perkerasan
yang diambil oleh Kontraktor di bawah pengawasan Direksi Peker-jaan. Jarak dan lokasi
pengambilan benda uji inti harus sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan tetapi
paling sedikit harus diambil dua buah dalam arah melintang dari masing-masing penampang
lajur yang diperiksa. Jarak memanjang dari penampang melintang yang diperiksa tidak lebih dari
200 m dan harus sedemikian rupa hingga jumlah total benda uji inti yang diambil dalam setiap
ruas yang diukur untuk pembayaran tidak kurang dari 6 (enam).
- Tebal aktual campuran aspal yang dihampar di setiap ruas dari pekerjaan, didefinisikan sebagai
tebal rata-rata dari semua benda uji inti yang diambil dari ruas tersebut.
- Direksi Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyetujui dan menerima tebal rata-rata
yang kurang dari tebal nominal rancangan asalkan campuran aspal yang dihampar di atas

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


“hamparan baru” (bukan di atas perkerasan lama) mulus (sound) dan memenuhi semua
ketentuan.
- Bilamana campuran aspal yang dihampar lebih dari satu lapis, seluruh tebal campuran aspal
tidak boleh kurang dari toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 4.1 dan tebal nominal rancangan
yang disyaratkan dalam Gambar.

Tabel 4.10 Tebal nominal rancangan Campuran Aspal


Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal Minimum (cm)
Latasir Kelas A SS-A 1,5
Latasir Kelas B SS-B 2,0

- Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran aspal yang dihampar harus dipantau
oleh Kontraktor dengan menimbang setiap muatan truk yang meninggalkan pusat instalasi
pencampur aspal. Untuk setiap ruas pekerjaan yang diukur untuk pembayaran, bilamana berat
aktual bahan terhampar yang dihitung dari timbangan adalah kurang ataupun lebih lima persen
dari berat yang dihitung dari ketebalan rata-rata dan kepadatan rata-rata benda uji inti (core),
maka Direksi Pekerjaan harus mengambil tindakan untuk menyelidiki sebab terjadinya selisih
berat ini sebelum menyetujui pembayaran bahan yang telah dihampar. Investigasi oleh Direksi
Pekerjaan dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut ini :
• Memerintahkan Kontraktor untuk lebih sering mengambil atau lebih banyak mengambil
atau mencari lokasi lain benda uji inti (core);
• Memeriksa peneraan dan ketepatan timbangan serta peralatan dan prosedur pengujian
di laboratorium
• Memperoleh hasil pengujian laboratorium yang independen dan pemeriksaan kepadatan
campuran aspal yang dicapai di lapangan.
• Menetapkan suatu sistem perhitungan dan pencatatan truk secara terinci.
Meskipun demikian, investigasi detil belum tentu dapat menghasilkan nilai-nilai yang lebih
akurat dalam menentukan kuantitas bahan yang harus dibayar. Dalam segala hal, tak peduli
toleransi beratnya dilampaui atau tidak, pembayaran harus didasarkan atas dimensi nominal
lapisan beraspal seperti yang tercantum dalam Pasal 4.10. dari Spesifikasi ini dan bukan atas
berat bahan itu.
Biaya untuk setiap penambahan atau meningkatnya frekwensi pengambilan benda uji inti (core),
untuk survei geometrik tambahan ataupun pengujian laboratorium, untuk pencatatan muatan
truk, ataupun tindakan lainnya yang dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk mencari
penyebab dilampauinya toleransi berat harus ditanggung oleh Kontraktor sendiri.

Penampang Melintang
Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tepat di atas sumbu jalan
tidak boleh melampaui 5 mm untuk lapis aus atau 10 mm untuk lapis pondasi. Perbedaan setiap
dua titik pada setiap penampang melintang tidak boleh melampaui 5 mm dari elevasi yang
dihitung dari penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SK SNI-M-02-1994-03 : Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang


(AASHTO T11 - 90) Lolos Saringan No.200 (0,075 mm).

SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat


(AASHTO T27 - 88) Halus dan Kasar.

SNI-06-2456-1991 : Metode Pengujian Penetrasi Bahan-bahan Bitumen.


(AASHTO T49 - 89)

SNI-06-2432-1991 : Metode Pengujian Daktilitas Bahan-bahan Aspal.


(AASHTO T51 - 89)

SNI-03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los


(AASHTO T96 - 87) Angeles.

SNI-03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Batu ter-


(AASHTO T104 - 86) hadap Larutan Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.

Pd M-21-1995-03 : Metode Pengujian Pemulihan Aspal Dengan Alat


(AASHTO T170 - 90) Penguap Putar.

Pd M-03-1996-03 : Metode Pengujian Agregat Halus atau Pasir Yang


(AASHTO T176 - 86) Mengandung Bahan Plastis Dengan Cara Setara Pasir.

SNI-06-2440-1991 : Metode Pengujian Kehilangan Berat Minyak dan Aspal


(AASHTO T179 - 88) dengan Cara A.

SNI-03-2439-1991 : Metode Pengujian Kelekatan Agregat terhadap Aspal.


(AASHTO T182 - 84)

SNI-06-2489-1991 : Metode Pengujian Campuran Aspal dengan Alat Mar-


(AASHTO T245 - 90) shall.

Standar AASHTO :

AASHTO T73 - 89 : Flash Point by Pensky-Martens Colded Tester.

AASHTO T164 - 90 : Quantitative Extraction of Bitumen from Bituminous


Paving Mixtures.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


AASHTO T165 - 86 : Effect of Water on Cohesion of Compacted Bituminous
Paving Mixtures.

AASHTO T166 - 88 : Bulk Specific Gravity of Compacted Bituminous Mix-


tures.

AASHTO T168 - 82 : Sampling Bituminous Paving Mixtures.

AASHTO T209 - 90 : Maximum Spesific Gravity of Bituminous Paving Mix-


tures.

AASHTO M17 - 77 : Mineral Filler for Bituminous Paving Mixtures.

AASHTO M20 - 70 : Penetration Graded Asphalt Cement.

AASHTO M29 - 90 : Fine Aggregate for Bituminous Paving Mixtures.

AASHTO M226 - 90 : Viscocity Graded Asphalt Cement.

AASHTO TP-33 : Test Method for Uncompacted Voids Content of Fine


Aggregate (as influenced by Particle Shape, Surface
Texture and Grading).

Standar Lainnya :

ASTM D4791 : Standard Test Method for Flat or Elonngated Particles


in Coarse Aggregate.

ASTM D5581 : Marshall Prosedure Test for Large Stone Asphalt.

Pensylvania DoT Test : Determining the Percentage of Crushed Fragments in


Method, No.621 Gravel.

BS 598 Part 104 (1989) : The Compaction Procedure Used in the Percentage
Refusal Density Test.

Pengajuan Kesiapan Kerja


Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan : Contoh dari seluruh bahan yang
disetujui untuk digunakan, yang disimpan oleh Direksi Pekerjaan selama periode Kontrak untuk
keperluan rujukan;
Setiap bahan aspal yang diusulkan Kontraktor untuk digunakan, berikut keterangan asal
sumbernya bersama dengan data pengujian sifat-sifatnya, baik sebelum maupun sesudah
Pengujian Kehilangan Berat Berat dan Aspal sesuai dengan prosedur SNI 06-2440-1991.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Kondisi Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja
Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan keadaan kering dan tidak
turun hujan.

Perbaikan Pada Campuran Aspal Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


Lokasi dengan tebal atau kepadatan yang kurang dari yang disyaratkan, juga lokasi yang tidak
memenuhi ketentuan dalam segi lainnya, tidak akan dibayar sampai diperbaiki oleh Kontraktor
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Perbaikan dapat meliputi pembongkaran dan
penggantian, penambahan lapisan "Cam-puran Aspal" dan/atau tindakan lain yang dianggap perlu
oleh Direksi Pekerjaan.
Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk pembayaran haruslah
volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima. Tidak ada pembayaran
tambahan yang akan dilakukan untuk pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk
perbaikan.

Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian


Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau lainnya harus segera
ditutup kembali dengan bahan campuran aspal oleh Kontraktor dan dipadatkan hingga kepadatan
serta kerataan permukaan sesuai dengan toleransi yang diperkenankan dalam Seksi ini.

Lapisan Perata
Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, maka setiap jenis campuran dapat digunakan sebagai
lapisan perata. Semua ketentuan dari Spesifikasi ini harus berlaku kecuali .

BAHAN
Agregat – Umum
- Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar campuran aspal, yang
proporsinya dibuat sesuai dengan rumus perbandingan campuran yang direncanakan memenuhi
semua ketentuan yang disyaratkan dalam aturan rujukan dan SNI.
- Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan. Bahan
harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam rujukan dari Spesifikasi ini.
- Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menumpuk setiap fraksi agregat pecah dan
pasir untuk campuran aspal, paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan
persediaan harus dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan campuran aspal satu bulan
berikutnya.
- Dalam pemilihan sumber agregat, Kontraktor dianggap sudah memperhitung- kan penyerapan
aspal oleh agregat. Variasi kadar aspal akibat tingkat penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat
diterima sebagai alasan untuk negosiasi kembali harga satuan dari Campuran Aspal.
- Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %.
- Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Agregat Kasar
Tabel 4.2 Ketentuan Agregat Kasar
Pengujian Standar Nilai

Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium SNI 03-3407-1994 Maks.12 %


dan magnesium sulfat

Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 03-2417-1991 Maks. 40 %

Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %

Angularitas (ke dalaman Lalu Lintas < 1 juta DoT’s 85/80


ESA
dari permukaan < 10 cm) Pennsylvania
Lalu Lintas > 1 juta 95/90
Test Method,
ESA
PTM No.621
Angularitas (ke dalaman Lalu Lintas < 1 juta 60/50
ESA
dari permukaan > 10 cm)
Lalu Lintas > I juta ESA 80/75

Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D-4791 Maks. 10 %

Catatan :
85/80 menunjukkan bahwa 85 % agregat kasar mempunyai muka bidang pecah satu
atau lebih dan 80 % agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah dua atau lebih
- Fraksi individu agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin
(cold bin feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat
dikendalikan dengan baik.
- Batas-batas yang ditentukan dalam Tabel 6.3.2.(1) untuk partikel kepipihan dan
kelonjongan dapat dinaikkan oleh Direksi Pekerjaan bilamana agregat tersebut
memenuhi semua ketentuan lainnya dan semua upaya yang dapat
dipertanggungjawabkan telah dilakukan untuk memperoleh bentuk partikel agregat
yang baik.

Agregat Halus
Tabel 4.3 Angularitas Agregat Halus
Pengujian Lalu Lintas Standar Nilai

Angularitas (ke dalaman < 1 juta ESA Min. 40 %

dari permukaan < 10 cm) > 1 juta ESA AASHTO Min. 45 %


TP-33
Angularitas (ke dalaman < 1 juta ESA Min. 40 %

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


dari permukaan > 10 cm) > 1 juta ESA Min. 40 %

Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Aspal


- Bahan pengisi yang ditambahkan harus terdiri dari debu batu kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis lainnya dari sumber yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaaan. Bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak
dikehendaki.
- Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan dan bila
diuji dengan pengayakan secara basah sesuai SK SNI M-02-1994-03 harus mengandung
bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap beratnya.
- Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai bahan pengisi
yang ditambahkan maka proporsi maksimum yang diijinkan adalah 1,0 % dari berat total
campuran aspal.

Gradasi Agregat Gabungan


Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen terhadap berat
agregat, harus memenuhi batas-batas dan harus berada di luar Daerah Larangan (Restriction
Zone) yang diberikan dalam Tabel 4.13 Gradasi agregat gabungan harus mempunyai jarak
terhadap batas-batas toleransi yang diberikan dalam Tabel 4.13 dan terletak di luar Daerah
Larangan.
Tabel 4.4 : Gradasi Agregat Untuk Campuran Aspal

Ukuran % Berat Yang Lolos

ayakan Latasir (SS) Lataston (HRS) LASTON (AC)

ASTM (mm) Kelas Kelas WC Base WC BC Base


A B

1½” 37,5 100

1” 25 100 90 - 100

¾” 19 100 100 100 100 100 90 - 100 Maks.90

½” 12,5 90 - 90 - 90 - 100 Maks.90


100 100

3/8” 9,5 90 - 75 - 85 65 - Maks.90


100 100

No.8 2,36 75 - 50 - 35 - 28 - 58 23 - 39 19 - 45
100 721 551

No.16 1,18

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


No.30 0,600 35 - 60 15 - 35

No.200 0,075 10 - 15 8 - 13 6 - 12 2-9 4 - 10 4-8 3-7

DAERAH LARANGAN

No.4 4,75 - - 39,5

No.8 2,36 39,1 34,6 26,8 - 30,8

No.16 1,18 25,6 - 31,6 22,3 - 28,3 18,1 - 24,1

No.30 0,600 19,1 - 23,1 16,7 - 20,7 13,6 - 17,6

No.50 0,300 15,5 13,7 11,4

Tabel 4.5: Contoh Batas-batas “Bahan bergradasi senjang”

% lolos No.8 40 50 60 70

% lolos No.30 Paling sedikit 32 Paling sedikit 40 Paling sedikit 48 Paling sedikit 56

% kesenjangan 8 atau kurang 10 atau kurang 12 atau kurang 14 atau kurang

Bahan Aspal Untuk Campuran Aspal


Bahan aspal harus dari jenis aspal semen Pen.60/70. Bahan aspal harus memenuhi yang
memenuhi AASHTO M20 dan mempunyai titik lembek minimum 48C, yang ditentukan sesuai
dengan SNI 06-2434-1991 (AASHTO T53). Pengambilan contoh bahan aspal harus
dilaksanakan sesuai dengan AASHTO T40. Sebagai tambahan, pengambilan contoh bahan
aspal dari tiap truk tangki harus dilaksanakan pada bagian atas, tengah dan bawah. Contoh
pertama yang diambil harus langsung diuji di laboratorium lapangan untuk memperoleh nilai
penetrasi dan titik lembek. Bahan aspal di dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke dalam
tangki penyimpan sebelum hasil pengujian contoh pertama tersebut memenuhi ketentuan dari
Spesifikasi ini. Bilamana hasil pengujian contoh pertama tersebut lolos pengujian, tidak berarti
bahan aspal dari truk tangki yang bersangkutan diterima secara final kecuali bahan aspal dari
contoh yang mewakili telah memenuhi semua sifat-sifat bahan aspal yang disyaratkan dalam
Spesifikasi ini.

Bahan Aditif Untuk Aspal


Aditif kelekatan dan anti pengelupasan harus ditambahkan ke dalam bahan aspal bilamana
diperintahkan dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Aditif haruslah jenis yang disetujui Direksi
Pekerjaan dan persentase aditif yang diperlukan harus dicampurkan ke dalam bahan aspal

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya dan untuk waktu yang demikianlah diperlukan
untuk menghasilkan campuran yang homogen.

CAMPURAN
Petunjuk Untuk Campuran Khusus

Latasir (Sand Sheet)

Carilah sumber pasir yang memadai. Gunakan pasir yang mempunyai angularitas yang
lebih besar agar dapat memberikan campuran yang lebih kuat danm lebih tahan terhadap
deformasi. Latasir Kelas B dapat dibuat dengan atau tanpa penambahan agregat kasar,
tergantung gradasi pasir yang tersedia.

Tabel 4.6 Ketentuan Sifat-sifat Campuran

Latasir Lataston Laston

Sifat-sifat Campuran Kelas A WC Bas WC BC Bas


e e
&B

Penyerapan kadar aspal Maks. 2,0 1,2 untuk Lalu Lintas >
1.000.000 ESA

1,7 untuk Lalu Lintas <


1.000.000 ESA

Jumlah tumbukan per bidang 50 75 112


(1)

Lalu Lintas Min. Tidak - 4.9


(LL) digunak
Maks. an untuk - 5.9
> 1 juta ESA
Rongga dalam LL
campuran (%) (4) > 0,5 juta Min. berat 4.0 3.9
ESA & < 1
juta ESA Maks. 6.0 4.9

Lalu Lintas Min. 3.0 3.0


(LL)
Maks. 6.0 5.0
< 0,5 juta
ESA

Rongga dalam Agregat (VMA) Min. 20 18 17 15 14 13


(%)

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Lalu Lintas Min. Tidak 65 65 63 60
(LL) digunak
an untuk
> 1 juta ESA LL
Rongga terisi
aspal (%) > 0,5 juta Min. berat 68
ESA & < 1
juta ESA

Lalu Lintas Min. 75 73


(LL)

< 0,5 juta


ESA

Stabilitas Marshall (kg) Min. 200 800 800


(1)

Maks. 850 - -

Kelelehan (mm) Min. 2 2 2 (1)

Maks, 3 - -

Marshall Quotient (kg/mm) Min. 80 200 200

Stabilitas Marshall Sisa setelah Min. 85 untuk Lalu Lintas > 1.000.000 ESA
pe-endaman selama 24 jam, 60
80 untuk Lalu Lintas < 1.000.000 ESA
ºC (5)

Rongga dlm Lalu Lintas Min. Tidak - 2,5


campuran (%) (LL) digunak
Maks.
pada (2,3) an untuk
> 1 juta ESA LL
Kepadatan berat
membal > 0,5 juta Min. 2
(refusal) ESA & < 1
juta ESA Maks.

Lalu Lintas Min. 1


(LL)
Maks.
< 0,5 juta
ESA

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Catatan :
- Modifikasi Marshall (lihat Lampiran 6.3.B).
- Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), penumbuk bergetar (vibratory
hammer) disaran-kan digunakan untuk menghindari pecahnya butiran agregat dalam
campuran. Jika digunakan penumbukan manual jumlah tumbukan per bidang harus
600 untuk cetakan berdiamater 6 in dan 400 untuk cetakan berdiamater 4 in
- Untuk lalu lintas yang sangat lambat atau lajur padat, gunakan kriteria ESA yang lebih
tinggi.
- Berat jenis efektif agregat akan dihitung berdasarkan pengujian Berat Jenis
Maksimum Agregat (Gmm test, AASHTO T-209)
- Direksi Pekerjaan dapat menyetujui prosedur pengujian AASHTO T283 sebagai
alternatif pengu-jian kepekaan kadar air. Pengondisian beku cair (freeze thaw
conditioning) tidak diperlukan. Standar minimum untuk diterimannya prosedur T283
harus 80% Kuat Tarik Sisa.

Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)


Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal, Kontraktor harus menyerahkan
secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, usulan Rumus Campuran Rancangan (DMF) untuk
campuran yang akan digunakan dalam pekerjaan. Rumus yang diserahkan harus menentukan
untuk campuran berikut ini:
- Ukuran nominal maksimum partikel.
- Sumber-sumber agregat.
- Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan Kontraktor, pada
penampung dingin maupun penampung panas.
- Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan dalam Tabel 4.15
- Kadar aspal total dan efektif terhadap berat total campuran .
- Suatu temperatur tunggal saat campuran dikeluarkan dari alat pengaduk.
Kontraktor harus menyediakan data dan grafik campuran percobaan laboratorium untuk
menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua kriteria dalam Tabel 6.3.3.(1). Sifat-sifat
benda uji yang sudah dipadatkan harus dihitung menggunakan metode dan rumus yang
ditunjukkan dalam Asphalt Institute MS-2 (1994), atau Petunjuk Rancangan Campuran Aspal,
Puslitbang Jalan (1999).

Dalam tujuh hari Direksi Pekerjaan akan :


- Menyatakan bahwa usulan tersebut yang memenuhi Spesifikasi dan meng-ijinkan Kontraktor
untuk menyiapkan instalasi pencampur aspal dan peng-hamparan percobaan.
- Menolak usulan tersebut jika tidak memenuhi Spesifikasi.
Selanjutnya Kontraktor harus melakukan percobaan campuran tambahan dengan biaya
sendiri untuk memperoleh suatu campuran rancangan yang memenuhi Spesifikasi. Direksi
Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyarankan Kontraktor untuk memodifikasi
sebagian rumus rancangannya atau mencoba agregat lainnya. Bagaimanapun juga
pembuatan suatu rumus campuran rancangan yang memenuhi ketentuan merupakan
tanggungjawab Kontraktor.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Tabel 4.7 Toleransi Komposisi Campuran
Agregat Gabungan Lolos Ayakan Toleransi Komposisi Campuran

Sama atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5 % berat total agregat

2,36 mm sampai No.50 ± 3 % berat total agregat

No.100 dan tertahan No.200 ± 2 % berat total agregat

No.200 ± 1 % berat total agregat

Kadar aspal Toleransi

Kadar aspal ± 0,3 % berat total campuran

Temperatur Campuran Toleransi

Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ke tempat ± 10 ºC


penghamparan

Bilamana setiap bahan pokok memenuhi batas-batas yang diperoleh dari Ru-mus
Perbandingan Campuran (JMF) dan Toleransi Yang Diijinkan, tetapi menunjukkan perubahan
yang konsisten dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat diterima atau jika sumber
setiap bahan berubah, maka suatu Rumus Perbandingan Campuran (JMF) baru harus
diserahkan dengan cara seperti yang disebut di atas dan atas biaya Kontraktor sendiri untuk
disetujui, sebelum campuran aspal baru dihampar di lapangan.

KETENTUAN INSTALASI PENCAMPUR ASPAL


Instalasi pencampur aspal dapat berupa pusat pencampuran dengan sistem penakaran
(batching) atau sistem menerus (continuous), harus memiliki kapasitas yang cukup untuk
memasok mesin penghampar secara terus menerus bilamana menghampar campuran pada
kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki. Instalasi ini harus dirancang, dikoordinasi
dan dioperasikan sedemikian hingga dapat menghasilkan campuran dalam rentang toleransi
perbandingan campuran.
Instalasi pencampur aspal (AMP) harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust
collector) yang lengkap yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran basah (wet
cyclone) sehingga tidak menimbulkan pencemaran debu ke atmosfir. Bilamana salah satu
sistem di atas rusak atau tidak berfungsi maka instalasi pencampur aspal tidak boleh
dioperasikan

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Timbangan Pada Instalasi Pencampuran
Timbangan untuk setiap kotak timbangan atau penampung (hopper) harus berupa jenis
jam (pembacaan jarum) tanpa pegas dan merupakan produksi standar serta dirancang dengan
ketelitian berkisar antara setengah sampai satu persen dari beban maksimum yang diperlukan.
Bilamana dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan, maka timbangan yang telah disetujuipun tetap
akan diperiksa berulang kali sehingga ketepatananya dapat selalu dijamin. Kontraktor harus
senantiasa menyediakan tidak kurang dari 10 buah beban standar 20 kg untuk pemeriksaan
semua timbangan.

Ketentuan Keselamatan Kerja


Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform) alat pencampur dan
landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit perlengkapan harus dipasang.
Untuk mencapai puncak bak truk, perlengkapan untuk landasan atau perangkat lain yang
sesuai harus disediakan sehingga Direksi Pekerjaan dapat mengambil benda uji maupun
memeriksa temperatur campuran. Untuk memudahkan pelaksanaan kalibrasi timbangan,
pengambilan benda uji dan lain-lainnya, maka suatu sistem pengangkat atau katrol harus
disediakan untuk menaikkan peralatan dari tanah ke landasan (platform) atau sebaliknya.
Semua roda gigi, roda beralur (pulley), rantai, rantai gigi dan bagian bergerak lainnya yang
berbahaya harus seluruhnya dipagar dan dilindungi.
Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan sekitar tempat pengisian
muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari benda yang jatuh dari landasan
(platform) alat pencampur.

Peralatan Pengangkut
Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat dari logam yang
rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit air sabun, minyak bakar yang tipis,
minyak parafin, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran aspal pada bak.
Setiap genangan minyak pada lantai bak truk hasil penyemprotan sebelumnya harus dibuang
sebelum campuran aspal dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus ditutup dengan
kanvas/terpal atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat
melindungi campuran aspal terhadap cuaca.
Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada campuran aspal aki-bat sistem
pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan kebocoran oli yang nyata, atau
yang menyebabkan keterlambatan yang tidak semestinya, atas perintah Direksi Pekerjaan
harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.

Peralatan Penghampar dan Pembentuk


Peralatan penghampar dan pembentuk harus penghampar mekanis bermesin sendiri
yang disetujui, yang mampu menghampar dan membentuk campuran aspal sesuai dengan
garis, kelandaian serta penampang melintang yang diperlukan.
Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi dengan arah
gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal secara merata di depan "screed"
(sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang
dapat digerakkan dengan cepat dan efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan mundur

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


seperti halnya maju. Penampung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap yang dapat dilipat
pada saat setiap muatan campuran aspal hampir habis untuk menghindari sisa bahan yang
sudah mendingin di dalamnya.
Alat penghampar harus mempunyai perlengkapan mekanis seperti equalizing runners
(penyeimbang), straightedge runners (mistar lurus), evener arms (lengan perata), atau
perlengkapan lainnya untuk mempertahankan ketepatan kelandaian dan kelurusan garis tepi
perkerasan tanpa perlu menggunakan acuan tepi yang tetap (tidak bergerak).
Alat penghampar harus dilengkapai dengan "screed" (sepatu) baik dengan je-nis penumbuk
(tamper) maupun jenis vibrasi dan perangkat untuk memanasi "screed" (sepatu) pada
temperatur yang diperlukan untuk menghampar campuran aspal tanpa menggusur atau
merusak permukaan hasil hamparan.
Istilah "screed" (sepatu) meliputi pemangkasan, penekanan, atau tindakan praktis lainnya
yang efektif untuk menghasilkan permukaan akhir dengan kerataan atau tekstur yang
disyaratkan, tanpa terbelah, tergeser atau beralur.

Peralatan Pemadat
Setiap alat penghampar harus disertai dua alat pemadat roda baja (steel wheel roller)
dan satu alat pemadat roda karet. Semua alat pemadat harus mempunyai tenaga penggerak
sendiri. Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki tidak kurang
dari sembilan roda yang permukaannya halus dengan ukuran yang sama dan mampu
dioperasikan pada tekanan ban pompa 6,0 - 6,5 kg/cm2 (85 - 90 psi). Roda-roda harus berjarak
sama satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur sedemikian rupa sehingga tengah-tengah
roda pada sumbu yang satu terletak di antara roda-roda pada sumbu yang lainnya secara
tumpang-tindih (overlap). Setiap roda harus dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan
operasi yang disyaratkan sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda tidak melebihi 0,350
kg/cm2 (5 psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban harus disediakan untuk memeriksa dan
menyetel tekanan ban pompa di lapangan pada setiap saat. Untuk setiap ukuran dan jenis ban
yang digunakan, Kontraktor harus memberikan kepada. Direksi Pekerjaan grafik atau tabel
yang menunjukkan hubungan antara beban roda, tekanan ban pompa, tekanan pada bidang
kontak, lebar dan luas bidang kontak. Setiap alat pemadat harus dilengkapi dengan suatu cara
penyetelan berat total dengan pengaturan beban (ballasting) sehingga beban per lebar roda
dapat diubah dari 300 - 375 kilogram per 0,1 meter. Tekanan dan beban roda harus disetel
sesuai dengan permintaan Direksi Pekerjaan, agar dapat memenuhi ketentuan setiap aplikasi
khusus. Pada umumnya pemadatan dengan alat pemadat roda karet pada setiap lapis
campuran aspal harus dengan tekanan yang setinggi mungkin yang masih dapat dipikul bahan.
- Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dapat dibagi atas tiga jenis :
• Alat pemadat tiga roda
• Alat pemadat dua roda, tandem maupun kecil
• Alat pemadat tandem dengan tiga sumbu
Alat pemadat roda baja harus mampu memberikan tekanan pada roda belakang tidak
kurang dari 200 kg per lebar 0,1 meter di atas lebar penggilas minimum 0,5 meter dan
pemadat roda baja mempunyai berat statis tidak kurang dari 6 ton. Roda gilas harus bebas
dari permukaan yang datar, penyok, robek-robek atau tonjolan yang merusak permukaan
perkerasan.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


- Dalam penghamparan percobaan, Kontraktor harus dapat menunjukkan kom- binasi jenis
penggilas untuk memadatkan setiap jenis campuran sampai dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan, sebelum campuran standar kerja (job standard mix) disetujui. Kontraktor harus
melanjutkan untuk menyimpan dan menggunakan kombinasi penggilas yang disetujui untuk
setiap campuran. Tidak ada alternatif lain yang diperkenankan kecuali jika Kontraktor dapat
menunjukkan kepada Direksi Pekerjaan bahwa kombinasi penggilas yang baru paling tidak
seefektif yang sudah disetujui.

PEMBUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL


Kemajuan Pekerjaan
Campuran aspal tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan
pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin
kemajuan pekerjaan dengan tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas instalasi
pencampuran.
Penyiapan Bahan Aspal
Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur antara 140 ºC sampai 160 ºC di
dalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya
pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal ke alat pen-campur secara terus
menerus pada temperatur yang merata setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses
pencampuran dimulai, minimum harus terdapat 30.000 liter aspal panas yang siap untuk
dialirkan ke alat pencampur.
Penyiapan Agregat
Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui pemasok
penampung dingin yang terpisah. Pra-pencampuran agregat dari berbagai jenis atau dari
sumber yang berbeda tidak diperkenankan. Agregat untuk campuran aspal harus dikeringkan
dan dipanaskan pada alat pengering sebelum dimasukkan ke dalam alat pencampur. Nyala
api yang terjadi dalam proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat agar
dapat mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat.
Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat harus kering dan dipanaskan
terlebih dahulu dengan temperatur dalam rentang yang disyaratkan untuk bahan aspal, tetapi
tidak melampaui 15 ºC di atas temperatur bahan aspal.
Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka bahan peng-isi (filler)
tambahan harus ditakar secara terpisah dalam penampung kecil yang dipasang tepat di atas
alat pencampur. Bahan pengisi tidak boleh ditabur di atas tumpukan agregat maupun dituang
ke dalam penampung instalasi pemecah batu. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian kadar
filler dapat dijamin.

Pengangkutan dan Penyerahan di Lapangan


Tabel 4. 8 Prodedur Pengankutan dan Penyerahan di Lapangan
VISKOSITAS SUHU
No. PROSEDUR PELAKSANAAN ASPAL (PA.S) CAMPURAN
ASPAL (ºC)

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Pen.60/70

1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 ± 1

2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 ± 1

3 Suhu pencampuran maks. di AMP tidak diperlukan 165

4 Pencampuran, rentang temperatur 0,2 - 0,5 145 - 155


sasaran

5 Menuangkan campuran aspal dari 0,5 - 1,0 135 - 150


alat pencampur ke dalam truk

6 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 130 - 150

7 Penggilasan Awal (roda baja) 1-2 125 - 145

8 Penggilaan Kedua (roda karet) 2 - 20 100 - 125

9 Penggilasan Akhir (roda baja) < 20 > 95

Catatan :
- Direksi Pekerjaan akan menyetujui atau memerintahkan setiap perubahan yang dianggap
perlu terhadap rentang suhu yang diberikan dalam tabel di atas, berdasarkan data
pengujian viskositas aspal yang dipakai, untuk menjamin agar rentang viskositas yang
disyaratkan terpenuhi. Dengan demikian kriteria batas-batas viskositas inilah yang diatur
dalam Spesifikasi, bukan kriteria suhu.
- Bilamana campuran aspal sulit dipadatkan (retak atau sungkur) temperatur campuran
harus diturunkan lebih rendah dari yang ditunjukkan dalam tabel ini. Hal ini terjadi
sehubungan dengan jenis campuran aspal yang berbeda (terlalu halus, atau kadar pasir
terlalu tinggi).

PENGHAMPARAN CAMPURAN
Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi
Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam kondisi
rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah berubah bentuk secara
berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan lapisan di bawahnya, harus dibongkar atau
dengan cara perataan kembali lainnya, semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang,
dan permukaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran aspal atau bahan lain
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana permukaan yang akan dilapisi terdapat atau
mengandung sejumlah bahan dengan rongga dalam campuran yang tidak memadai,
sebagimana yang ditunjukkan dengan adanya kelelehan plastis dan/atau kegemukan
(bleeding), seluruh lapisan dengan bahan plastis ini harus dibongkar. Pembongkaran

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


semacam ini harus diteruskan ke bawah sampai diperoleh bahan yang keras (sound). Toleransi
permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk pelaksanaan lapis
pondasi agregat.

Pemadatan
Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut harus
diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran
aspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan harus dimulai
dalam rentang viskositas aspal yang ditunjukkan pada dibawah.
Tabel 3.9 Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi
yang terpisah beri-kut ini
No. Operasi Perkiraan waktu mulai setelah
penghamparan

1. Penggilasan Awal atau Breakdown 0 - 10 menit

2. Penggilasan Kedua atau Utama 5 - 15 menit

3. Penggilasan Akhir / Penyelesaian < 45 menit

Catatan :
• Perkiraan waktu di atas hanyalah pedoman kasar. Bagaimanapun juga aplikasi
penggilasan harus berdasarkan viskositas aspal yang ditentukan dalam Tabel.
• Penggilasan awal atau breakdown harus dilaksanakan baik dengan alat pema-dat roda
baja maupun dengan alat pemadat roda karet. Penggilasan awal harus dioperasikan
dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus
menerima minimum dua lintasan pengilasan awal.
• Pertama-tama penggilasan harus dilakukan pada sambungan melintang yang telah
terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan pergerakan
campuran aspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang dibuat untuk
menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal harus dilakukan
sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek.

• Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian dari tepi
luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan menuju
ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai dari tempat
yang terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang berurutan harus
saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah lebar roda dan lintasan-lintasan
tersebut tidak boleh berakhir pada titik yang kurang dari satu meter dari lintasan
sebelumnya.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


PENGENDALIAN MUTU DAN PEMERIKSAAN DI LAPANGAN
Pengujian Permukaan Perkerasan
Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 meter atau
mistar lurus beroda sepanjang 3 meter, keduanya disediakan oleh Kontraktor, dilaksanakan
tegak lurus dan sejajar dengan sumbu jalan. Kontraktor harus menugaskan beberapa
surveyornya yang sudah terlatih untuk menggunakan mistar lurus tersebut sesuai dengan
petunjuk Direksi Pekerjaan untuk memeriksa seluruh permukaan perkerasan.

Ketentuan Kepadatan
Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan, seperti yang ditentukan
dalam AASHTO T 166, tidak boleh kurang dari 97 % Kepadatan Standar Kerja (Job Standard
Density) untuk Lataston (HRS) dan 98 % untuk semua campuran aspal lainnya.
Cara pengambilan benda uji campuran aspal dan pemadatan benda uji di laboratorium
masing-masing harus sesuai dengan AASHTO T 168 dan SNI-06-2489-1991 untuk ukuran
butir maksimum 25 mm atau ASTM D5581 untuk ukuran maksimum 50 mm.
Kontraktor dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan cam-puran aspal
bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau lebih besar dari nilai-nilai yang
diberikan Tabel Dibawah. Bilamana rasio kepadatan maksimum dan minimum yang
ditentukan dalam serangkaian benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur
untuk pembayaran, lebih besar dari 1,08 : 1 maka benda uji inti tersebut harus dibuang dan
serangkaian benda uji inti baru harus diambil.
Tabel 3.10 Ketentuan Kepadatan
Kepadatan yg. Jumlah ben- Kepadatan Mini- Nilai minimum seti-ap
disyaratkan (% da uji per mum Rata-rata pengujian tunggal (% JSD)
JSD) pengujian (% JSD)
98 3-4 98,1 95

5 98,3 94,9

6 98,5 94,8

97 3-4 97,1 94

5 97,3 93,9

6 97,5 93,8

Pengendalian Proses
Frekwensi minimum pengujian yang diperlukan dari Kontraktor untuk maksud pengendalian
proses harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4.17 di bawah ini atau sampai dapat diterima
oleh Direksi Pekerjaan.
Direksi Pekerjaan harus memerintahkan Kontraktor untuk mengulangi proses campuran
rancangan dengan biaya Kontraktor sendiri bilamana Kepadatan Marshall Harian rata-rata dari

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


setiap produksi selama empat hari berturut-turut berbeda lebih 1 % dari Kepadatan Standar Kerja
(JSD).
Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian pengujian, Kontraktor
dapat memilih untuk mengambil contoh di atas ruas yang lebih panjang (yaitu, pada suatu
frekuensi yang lebih besar) dari yang diperlukan dalam Tabel dibawah.

3.11. Pengendalian Mutu Pengambilan Campuran


Pengujian Frekwensi pengujian (satu
pengambilan contoh per)
Agregat :

- Abrasi dengan mesin Los Angeles 5.000 m3

- Gradasi agregat yang ditambahkan ke tumpukan 1.000 m3

- Gradasi agregat dari penampung panas (hot bin) 250 m3 (min. 2 pengujian per hari)

- Nilai setara pasir (sand equivalent) 250 m3

Campuran :

- Suhu di AMP dan suhu saat sampai di lapangan jam

- Gradasi dan kadar aspal 200 ton (min. 2 pengujian per hari)

- Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Marshall Quo-tient, 200 ton (min. 2 pengujian per hari)
rongga dalam campuran pd. 75 tumbukan

- Rongga dalam campuran pd. Kepadatan Membal 3.000 ton

- Campuran Rancangan (Mix Design) Marshall Setiap perubahan agregat/rancangan

Lapisan yang dihampar :

- Benda uji inti (core) berdiameter 4” untuk parti-kel 200 meter panjang
ukuran maksimum 1” dan 5” untuk partikel ukuran
di atas 1”, baik untuk pemeriksaan pema-datan
maupun tebal lapisan : paling sedikit 2 benda uji inti
per lajur dan 6 benda uji inti per 200 meter panjang.

Toleransi Pelaksanaan :

Paling sedikit 3 titik yang diukur


melintang pada paling sedikit setiap
12,5 meter memanjang sepanjang
jalan tersebut..

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Pemeriksaan dan Pengujian Rutin
Pemeriksaan dan pengujian rutin akan dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah
pengawasan Direksi Pekerjaan untuk menguji pekerjaan yang sudah diselesai- kan sesuai
toleransi dimensi, mutu bahan, kepadatan pemadatan dan setiap ketentuan lainnya yang
disebutkan dalam Seksi ini.
Seluruh pengujian dari setiap ruas jalan, meliputi bahan atau ketenaga-kerjaan, yang tidak
memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dibuang dan diganti dengan bahan dan ketenga-
kerjaan yang memenuhi Spesifikasi atau, bilamana diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan,
diperbaiki sedemikian rupa sehingga setelah diperbaiki, pekerjaan tersebut memenuhi semua
ketentuan yang disyaratkan, semua biaya pembuangan dan penggantian bahan maupun
perbaikan menjadi beban Kontraktor.

Pengambilan Benda Uji Inti Lapisan Beraspal


Kontraktor harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core) yang mampu
memotong benda uji inti berdiameter 4” maupun 6” pada lapisan beraspal yang telah selesai
dikerjakan. Biaya ektraksi benda uji inti untuk pengendalian proses harus sudah termasuk ke
dalam harga satuan Kontraktor untuk pelaksanaan perkerasan lapis beraspal dan tidak dibayar
secara terpisah.

Pengujian Pengendalian Mutu Campuran Aspal


- Kontraktor harus menyimpan catatan seluruh pengujian dan catatan tersebut harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa keterlambatan.
- Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hasil dan catatan pengujian
berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari produksi, beserta lokasi penghamparan yang
sesuai :
- Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat dari se-tiap penampung
panas.
- Temperatur campuran saat pengambilan contoh di instalsi pencampur aspal (AMP)
maupun di lokasi penghamparan (satu per jam).
- Kepadatan Marshall Harian dengan detil dari semua benda uji yang diperiksa.
- Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan lapangan relatif
terhadap Kepadatan Campuran Kerja (Job Mix Density) untuk setiap benda uji inti (core).
- Stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, paling sedikit dua contoh.
- Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi kadar aspal paling
sedikit dua contoh. Bilamana cara ekstraksi sentri-fugal digunakan maka koreksi abu harus
dilaksanakan seperti yang disyaratkan AASHTO T164.
- Rongga dalam campuran pada kepadatan membal (refusal), yang dihi-tung berdasarkan
Berat Jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (AASHTO T209).
- Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan Berat jenis
Maksimum campuran perkerasan aspal (AASHTO T209).

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN


Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran Aspal
Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pembayaran, campuran aspal
yang dihampar harus selalu dipantau dengan tiket pengiriman campuran aspal dari rumah
timbang sesuai dengan rujukan dan SNI dari Spesifikasi ini.

SPESIFIKASI TEKNIS PEMBANGUNAN JALAN

Anda mungkin juga menyukai