A. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam analisis yakni terdiri dari data primer dan data sekunder.
Beberapa data primer yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan meliputi kondisi
geometrik jalan dan simpang, volume lalu-lintas, hambatan samping, juga kecepatan dan
waktu tempuh kendaraan dengan Floating Car. Sedangkan data sekunder yang dibutuhkan
adalah data seperti ukuran kota dan jumlah penduduk di Jakarta Selatan.
Penelitian yang dilakukan adalah sepanjang Jalan Lenteng Agung, yang merupakan pintu
gerbang utama dari Jakarta Selatan menuju Kota Depok, begitu juga sebaliknya.
Ps. Minggu
Halte UI
Pengambilan data kecepatan rata – rata ruang dengan Floating car (FC) pada penelitian
kali ini sangatlah penting demi mengetahui kecepatan sebenarnya yang terjadi di
sepanjang Jalan Lenteng Agung, Jakarta selatan. Pada pengambilan data Survey
Floating Car kali ini dilakukan sebanyak 6 kali putaran pada saat jam puncak pagi dan
sore.
Di dalam mencari nilai kecepatan rata – rata ruang tersebut, hal pertama yang harus
dilakukan adalah menginventarisasi panjang segmen ruas jalan yang ditinjau, dengan
lapangan didapatkan kondisi eksisting panjang Jalan Lenteng Agung adalah sebagai
berikut :
Tabel 22. Panjang Segmen Ruas Jalan Lenteng Agung (Depok menuju Jakarta)
Tabel 23. Panjang Segmen Ruas Jalan Lenteng Agung (Jakarta menuju Depok)
Setelah mendapatkan masing – masing panjang segmen yang dibutuhkan untuk tiap –
tiap arah perjalanan yakni menuju Jakarta dan Depok. Langkah selanjutnya mencari
kecepatan rata – rata ruang (Space mean speed) sebenarnya yang terjadi. Kecepatan rata
– rata ruang adalah kecepatan tempuh kendaraan sepanjang ruas jalan / segmen yang
diamati. Hasil kecepatan rata – rata ruang seperti diperlihatkan pada Tabel 24 di bawah
ini :
64
Tabel 24. Hasil Kecepatan kendaraan Survei Floating Car Arah menuju Jakarta.
TITIK - TITIK KONTROL BERHENTI
V
WAKTU V
L WAKTU PERJALAN
BERGERAK
SEG PERJALAN D BERGERAK AN
(Km/Jam)
DARI KE AN RERATA (Km/Jam)
MEN (meter) RERATA
RERATA
(DETIK) (DETIK)
(DETIK)
14 = (4/5) x 15 = (4/7) x
1 2 4 5 6 7
3 3,6 3,6
I Simpang ke
Bundaran UI 84 0 84 43 43
Srengseng 1.000
V simpang LA
Jl. Jagakarsa 121 1 121 36 36
Barat lama 1.200
IX Jl. TB.
Jl. Pertanian 138 0 138 44 44
Simatupang 1.700
Untuk lebih menyederhanakan tabel 24 di atas, di bawah ini disajikan berupa grafik
kecepatan perjalanan pada jam rata – rata puncak untuk arah menuju Jakarta bisa dilihat
=0
6
=0
5
3
1
Gambar.16. Grafik kecepatan kendaraan Puncak Total untuk arah menuju Jakarta
Sedangkan data kecepatan kendaraan Floating Car untuk menuju arah Depok hasilnya
Tabel 25. Hasil Kecepatan kendaraan Survei Floating Car Arah menuju Depok.
TITIK - TITIK KONTROL BERHENTI
L WAKTU WAKTU
SEG PERJALANAN D BERGERA
V V
DARI KE RERATA PERJALANAN BERGERAK
MEN (meter) RERATA K RERATA
(Km/Jam) (Km/Jam)
(DETIK) (DETIK) (DETIK)
14 = (4/5) x 15 = (4/7) x
1 2 4 5 6 7
3 3,6 3,6
II Jl.
Jl. Simatupang 209 35 174 15 19
Poltangan 900
VIII Jl. LA
Bundaran UI 130 8 122 33 35
Timur lama 1200
66
=0
3
4
=0
2
1
Gambar.17. Grafik kecepatan kendaraan Puncak Total untuk arah menuju Depok
Berdasarkan gambar dan grafik yang didapat dari hasil Floating Car di atas, terdapat
beberapa titik kemacetan yang diidentifikasi berdasarkan lokasi kemacetan sepanjang Jalan
Simpang yang akan dianalisa adalah berupa 2 buah simpang 3 lengan tak bersinyal yang
berada di Stasiun Lenteng Agung untuk arah menuju Jakarta. Analisis yang digunakan
Pada Simpang Jl. Jagakarsa dan Simpang Jl. M.Kahfi 2 termasuk pada simpang tak
bersinyal yang memiliki 3 lengan. Survei yang dilakukan meliputi pengukuran lebar
tiap lengan simpang, penentuan lebar pendekatan, pengukuran bahu jalan, pengukuran
Di dalam MKJI 1997, data kondisi lingkungan lokasi studi sangat dibutuhkan guna
mendapatkan hasil yang baik dan teliti. Terdapat tiga hal yang ditinjau diantaranya
adalah kelas ukuran kota, tipe lingkungan jalan, dan kelas hambatan samping.
69
Besar jumlah penduduk yang didapat dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kota Jakarta Selatan pada tahun 2012 adalah 2.135.571 jiwa. Berdasarkan Tabel A-
3:1 pada MKJI 1997, jumlah angka tersebut berada pada rentang 1 – 3 juta yang
Kondisi lingkungan jalan di sekitar kedua simpang bisa dilihat lebih jelas pada
Dilihat dari kondisi tata ruang yang ada di sekitar simpang Jalan Jagakarsa dan jalan
M.Kahfi 2, terdapat Stasiun Lenteng Agung sebagai pusat kegiatan dan diramaikan
oleh pasar dan bangunan – bangunan komersil seperti tenda – tenda dan ruko di
70
sekitar kedua simpang tersebut. Dampaknya terhadap lalu – lintas pun cukup besar
walau hanya terjadi pada jam – jam sibuk tetentu yakni pagi dan sore hari.
Berdasarkan MKJI 1997, tipe lingkungan jalan ini digolongkan dalam kelas
komersial.
Hambatan samping pada sisi jalan utama adalah yang paling tinggi dari ketiga
lengan pada simpang, dan tergolong kelas sangat tinggi, mengingat banyaknya
penumpang kereta yang menyeberang jalan baik dari dan menuju Stasiun Lenteng
Agung dan besarnya aktivitas komersil pada sisi jalan seperti adanya pasar Pasar
Lenteng Agung dan bangunan sisi jalan yang berfungsi sebagai ruko dan bangunan
komersil semacamnya. Hal ini terjadi terutama pada jam puncak pagi. Juga
Sedangkan pada (jalan minor) lengan C untuk kedua simpang tergolong ke dalam
Data lalu – lintas yang digunakan adalah data primer yang didapatkan melalui
ketelitian kendaraan yang melintas. Pengamatan volume lalu – lintas dilakukan selama
1 hari dan dipilih pada hari kerja yakni hari Rabu, tanggal 28 September 2011. pada
jam sibuk pagi dimulai dari pukul 06.00 – 8.00 WIB, sedangkan pada jam sibuk sore
Volume lalu – lintas dicatat setiap 5 menit agar didapat data yang lebih akurat dan teliti.
Selanjutnya pengolahan data dikumpulkan tiap 1 jam dengan interval yang digunakan
tiap 15 menit. Pada tabel 28 di bawah ini dijelaskan hasil survey arus lalu – lintas yang
didapat.
Tabel 28. Data Arus Jam Puncak Simpang Jl. Jagakarsa dan Jl. M.Kahfi 2
Periode Jumlah Volume Simpang Jumlah Volume Simpang
Untuk menghitung dan menganalisis karakteristik dan perilaku lalu – lintas pada Ruas
Jalan Lenteng Agung, dibutuhkan beberapa komponen yang nantinya akan digunakan
sebagai input dalam perhitungan. Metode perhitungan dan pendekatan yang digunakan
mengacu pada MKJI 1997. Panjang total ruas jalan Lenteng Agung yang dikaji adalah
8 km untuk masing – masing arah. Di bawah ini dijelaskan data mengenai beberapa
72
segmen ruas jalan yang memang berpotensi mengalami kemacetan di sepanjang Jalan
Lenteng Agung.
1. Ruas Jalan Lenteng Agung (Segmen V), Stasiun Lenteng Agung (Arah Depok).
2. Ruas Jalan Lenteng Agung (Segmen VII), Stasiun Tanjung Barat (Arah Jakarta).
3. Ruas Jalan Lenteng Agung (Segmen III), Stasiun Tanjung Barat (Arah Depok).
Pengukuran geometrik jalan yang dilakuakan meliputi pengukuran lebar badan jalan
termasuk lajur dan jumlah lajur, bahu jalan, komponen bangunan jalan seperti jarak
kerb ke penghalang pada trotoar, kondisi lingkungan dan bangunan sisi jalan yang
mempengaruhi tata guna lahan jalan tersebut, marka jalan, rambu jalan, dan sebagainya.
Gambar.22. Gambar Rencana Situasi dan Penampang melintang Jalan, Segmen VII
No / Batas Segmen : VII / Simpang LA Barat lama dan Stasiun Tanjung Barat
Gambar.23. Gambar Rencana Situasi dan Penampang melintang Jalan, Segmen VII
Lebar perkerasan : 13 m
Pengukuran nilai hambatan samping pada Ruas Jalan Lenteng Agung dilakukan dengan
mengacu pada prosedur yang dijelaskan pada MKJI 1997. Mengetahui nilai bobot
kejadian yang merupakan hasil dari Frekuensi kejadian dikalikan dengan faktor bobot,
cukup penting untuk dilakukan demi mengetahui klasifikasi kelas hambatan samping
pada segmen yang dikaji. Pengambilan pada jam puncak pagi dan sore, lalu dicari nilai
Dari hasil survei frekuensi kejadian yang dijelaskan pada tabel 26. Dengan faktor
bobot untuk hambatan samping yang ditentukan MKJI sebagai berikut ini.
Nilai frekuensi bobot kejadiannya akan dijelaskan pada tabel 27, di bawah ini :
Dari penyajian tabel 27 di atas, penentuan kelas hambatan samping digunakan yang
kemacetan yang terdapat pada beberapa titik sepanjang Jalan Lenteng Agung, maka
Pengambilan data arus lalu – lintas pada ruas Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan
dipilih beberapa segmen yang berpotensi mengalami kemacetan. Bukan serta merta
Data mengenai arus lalu – lintas kendaraan yang terwakili pada lalu-lintas harian rata –
rata kendaraan (LHR) yang dihitung yaitu gerak kendaraan sepanjang satu ruas jalan
tertentu. Data tersebut merupakan data primer yang secara langsung didapatkan melalui
hasil pengamatan di lapangan. Pengambilan data LHR dilakukan pada hari kerja.
Survei arus lalu – lintas dilaksanaan pada jam sibuk pagi (Pukul 06.00 – 08.00) dan
Pengamatan yang dilakukan dipilih pada hari kerja yakni Senin, Selasa, Rabu, Kamis
Tabel 31. Survei Arus Lalu Lintas Segmen V, Ruas Jl. Lenteng Agung,
Arah : Jakarta – Depok (lokasi : Stasiun Lenteng Agung).
16:15 - 17:15 1825 1825,0 140 168,0 7767 1941,8 9.732 3.935
16:30 - 17:30 1919 1919,0 135 162,0 8373 2093,3 10.427 4.174
16:45 - 17:45 1909 1909,0 127 152,4 8892 2223,0 10.928 4.284
17:00 - 18:00 1813 1813,0 114 136,8 8716 2179,0 10.643 4.129
Tabel 32. Survei Arus Lalu Lintas Segmen VII, Ruas Jl. Lenteng Agung,
Arah : Depok – Jakarta (lokasi : Stasiun Tanjung Barat).
Tabel 33. Survei Arus Lalu Lintas Segmen III, Ruas Jl. Lenteng Agung,
Arah : Jakarta – Depok (lokasi : Stasiun Tanjung Barat).
Tabel 34. Survei Arus Lalu Lintas Ruas Jl. Lenteng Agung untuk Segmen III, V,
Arah menuju Depok dan Segmen VII, Arah menuju Jakarta.
SEGMEN V SEGMEN VII SEGMEN III
Periode Waktu
(Stasiun Lenteng Agung) Stasiun Tanjung Barat Stasiun Tanjung Barat
(WIB)
Arah Jkt- Depok Arah Depok - Jkt Arah Jkt- Depok
Tanggal Kamis, 25 – 08 – 11 Senin, 23 – 08 – 11 Senin, 20 – 09 – 11