PENDAHULUAN
Masalah adalah sesuatu yang tidak luput dari setiap manusia. Menurut KBBI
masalah diartikan sebagai sesuatu yg harus diselesaikan (dipecahkan), karena
masalah yang menimpa sesorang bila dibiarkan berkembang dan tidak segera
dipecahkan dapat mengganggu kehidupan, baik dirinya sendiri maupun orang lain.
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh
pihak luar(Notoatmodjo,2003)..
Masalah muncul karena ada kesenjangan antara harapan (das Sollen) dan
kenyataannya (das sein). Semakin besar kesenjangan, maka masalah semakin
berat.
Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-
beda.
Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu
sendiri maupun oleh lingkungan
Masalah timbul akibat dari proses belajar yang keliru.
Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar (basic Question) yang perlu
dijawab.
Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok.
Jenis-jenis Masalah
Siswa sekolah menengah berada dalam fase masa remaja. Pada fase ini individu
mengalami perubahan yang besar yang dimulai sejak datangnya fase masa puber.
Hurlock (1980:192) menuliskan berbagai perubahan sikap dan perilaku sebagai akibat
dari perubahan yang terjadi pada masa puber. Sikap dan perilaku yang dimaksudkan
adalah :
Ingin menyendiri
Bosan
Inkoordinasi
Antagonism social
Emosi yang meninggi
Hilangnya kepercayaan diri
Sikap dan perilaku anak yang berbeda dalam masa puber tersebut sering
mengganggu tugas-tugas perkembangan anak pada fase berikutnya yaitu fase remaja,
dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan
pada fase remaja.
e) Masalah Moral
Masalah moral yang terjadi pada remaja ditandai oleh ketidakmampuan
remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini disebabkan oleh
ketidak konsistenan dalam konsep benar dan salah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Maka, sekolah sebaiknya menyelenggarakan berbagai kegiatan
keagamaan, meningkatkan pendidikan budi pekerti.
f) Masalah Keluarga
Hurlock (1980,233) mengemukakan sebab-sebab umum pertentangan
keluarga selama masa remaja adalah: standar perilaku, metode disiplin, hubungan
dengan saudara kandung, sikap yang sangat kritis pada remaja, dan masalah palang
pintu.
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan modern
berbeda. Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan di antara
mereka.Yang dimaksud dengan masalah palang pintu adalah peraturan keluarga
tentang penetapan waktu pulang dan mengenai teman-teman remaja yang dapat
berhubungan terutama teman-teman lawan jenis. Untuk itu sekolah harus
meningkatkan kerjasama dengan orang tua.
a) Pendekatan Krisis
Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan upaya
bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah.
Bimbingan ini bertujuan mengarasi krisis atau masalah-masalah yang dialami
individu. Dalam pendekatan ini, pembimbing menunggu individu yang dating.
Selanjutnya, mereka memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan
individu.
b) Pendekatan Remedial
Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan
kepada individu yang mengalami kelemahan atau kekurangan. Tujuannya adalah
untuk membantu memperbaiki kekurangan/kelemahan yang dialami individu.
Pembimbing memfokuskan tujuannya pada kelemahan-kelemahan individu dan
selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya.
c) Pendekatan Preventif
Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi
masalah-masalah umum individu, mencegah jangan sampai masalah tersebut
menimpa individu. Pembimbing memberikan upaya seperti informasi dan
keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.
d) Pendekatan Perkembangan
Pendekatan perkembangan menekankan kepada pengembangan potensi dan
kekuatan yang ada pada individu secara optimal. Setiap individu memiliki potensi
dan kekuatan tertentu melalui penerapan berbagai teknik bimbingan potensi,
kemudian kekuatan-kekuatan tersebut dikembangkan. Layanan bimbingan ini
diberikan kepada setiap individu bukan hanya yang memiliki masalah.
b. Penjelasan masalah
Konselor mempersilahkan atau mengundang konseli untuk
mengungkapkan alam perasaan, alam pikiran kepada konselor secara bebas.
Konselor segera merespon pernyataan perasaan atau pikiran konseli dengan
teknik yang sesuai, memiliki derajat emosional yang tinggi, semakin membuka
dirinya.
c. Penggalian latar belakang masalah
Pada fase penggalian latar belakang masalah ini inisiatif ada pihak
konselor untuk memperoleh gambarn yang jelas, lengkap dan mendalam tentang
masalah konseli. Fase ini disebut dengan analisis kasus, yang dilakukan menurut
sistematika tertentu sesuai dengan pendekatan konseling yang diambil. Konselor
disini mengambil sikap’’ekletik’’, karena sistematika analisis disesuaikan dengan
jenis masalah, taraf perkembangan konseli, dan pengalaman konselor dalam
menetapkan konseling tertentu.
d. Penyelesaian masalah
Berdasarkan data setelah diadakan analisis kasus, konselor dan konseli
membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Meskipun konseli selama fase ini
harus ikut berfikir, memandang dan mempertimbangkan, peran konselor di
institusi pendidikan dalam mencari penyelesaian permasalahan pada umumnya
lebih besar.
e. Penutup
Mengakhiri proses konseling dapat mengambil bentuk yang agak formal
sehingga konselor dan konseli menyadari bahwa hubungan antar pribadi telah
usai. Oleh karena itu biasanya konselor mengambil inisiatif dalam memulai fase
penutup ini.
3.1 Kesimpulan
keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah harus terprogram, terstruktur
dan dikelola dengan baik. Sebagaimana pendapat yang dikemukakan Tresna (2011:
12), program bimbingan dan konseling merupakan bagian yang cukup mendasar
dalam menunjang keberhasilan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Hal ini karena program bimbingan dan konseling merupakan suatu keputusan awal
dan menentukan yang harus diambil oleh pemegang kebijakan pendidikan di sekolah
bagi terwujudnya kegiatan bimbingan dan konseling sekolah yang baik dan
memberikan manfaat bagi semua siswa. Lebih lanjut Tresna (2011: 13)
mengungkapkan, dalam pengembangan program bimbingan dan konseling, para
stakeholder hendaknya bermusyawarah untuk menentukan filosofi, misi, fungsi dan
isi keseluruhan program. Dasar pengembangan program yang lengkap merupakan hal
yang sangat penting untuk memastikan bahwa program bimbingan dan konseling
sekolah menjadi suatu bagian utuh dari seluruh program pendidikan untuk
keberhasilan para siswa.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi Mahasiswa D4 Kebidanan
Helvetia Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Asri Kmilah, 2014 Kompetensi Pengetahuan Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam
Merancang Program Bimbingan Dan Konseling Komprehensif Di Sekolah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu