1. 1. Pendirian a.Kesultanan Paser (yang sebelumnya bernama Kerajaan Sadurangas)
adalah sebuah kerajaan yang berdiri pada tahun 1516 dan dipimpin oleh seorang wanita (Ratu I) yang dinamakan Putri Di Dalam Petung. Wilayah kekuasaan kerajaan Sadurangas meliputi Kabupaten Paser yang ada sekarang, ditambah dengan Kabupaten Penajam Paser Utara,Balikpapan dan Pamukan. Menurut perjanjian VOC-Belanda dengan Kesultanan Banjar, negeri Paser merupakan salah satu bekas negara dependensi (negara bagian) di dalam "negara Banjar Raya". Dalam tahun 1853 penduduk Kesultanan Paser 30.000 jiwa b.Masuknya islam bersamaan dengan perkawinan antara Putri Adjie Meter dengan keturunan Arab dari Mempawah, Kalimantan Barat. Pendirian a.Kesultanan Paser (yang sebelumnya bernama Kerajaan Sadurangas) adalah sebuah kerajaan yang berdiri pada tahun 1516 dan dipimpin oleh seorang wanita (Ratu I) yang dinamakan Putri Di Dalam Petung. Wilayah kekuasaan kerajaan Sadurangas meliputi Kabupaten Paser yang ada sekarang, ditambah dengan Kabupaten Penajam Paser Utara,Balikpapan dan Pamukan. Menurut perjanjian VOC-Belanda dengan Kesultanan Banjar, negeri Paser merupakan salah satu bekas negara dependensi (negara bagian) di dalam "negara Banjar Raya". Dalam tahun 1853 penduduk Kesultanan Paser 30.000 jiwa b.Masuknya islam bersamaan dengan perkawinan antara Putri Adjie Meter dengan keturunan Arab dari Mempawah, Kalimantan Barat. 2. 2. Kerajaan Pasir menjadi Kesultanan Pasir, wilayah Pasir menjadi taklukan Kerajaan Banjar. Nama Penguasa Gelar Tahun Berkuasa Putri Di Dalam Petung 1516-xxxx Aji Mas Anom Indra bin Aji Mas Pati Indra 1607–1644 Aji Anom Singa Amulana bin Aji Mas Anom Indra 1644–1667 Aji Perdana bin Aji Anom Singa Maulana Penambahan Sulaiman 1667–1680 Aji Duwo bin Aji Mas Anom Singa Maulana Penambahan Adam 1680–1705 Aji Geger bin Aji Anom Singa Maulana Sultan Aji Muhammad Alamsyah (Sultan Pasir I) 1703–1726 La Madukelleng La Madukelleng (Sultan Pasir, Arung Matoa Kerajaan Wajo, Bugis,) 1726–1736 Aji Negara bin Sultan Aji Muhammad Alamsyah Sultan Sepuh Alamsyah (Sultan Pasir II) 1738–1768 Aji Dipati bin Panembahan Adam Sultan Dipati Anom Alamsyah (Sultan Pasir III) 1768–1799 Aji Panji bin Ratu Agung Sultan Sulaiman Alamsyah (Sultan Pasir IV) 1799–1811 Aji Sembilan bin Aji Muhammad Alamsyah Sultan Ibrahim Alamsyah 1811–1815 Aji Karang bin Sultan Sulaiman Alamsyah Sultan Mahmud Han Alamsyah 1815–1843 Aji Adil bin Sultan Sulaiman Alamsyah Sultan Adam Alamsyah 1843–1853 Aji Tenggara bin Aji Kimas Sultan Sepuh II Alamsyah 1853–1875 Aji Timur Balam Sultan Abdurahman Alamsyah 1875–1890 Sultan Muhammad Ali Alamsyah 1880–1897 Pangeran Nata bin Pangeran Dipati Sulaiman Sultan Sulaiman Alamsyah 1897–1898 Pangeran Ratu bin Sultan Adam Alamsyah Sultan Ratu Raja Besar Alamsyah 1898– 1900 Pangeran Mangku Jaya Kesuma Sultan Ibrahim Khaliluddin[23] 1900–1906 3. 3. Semua kebijakan Sultan Ibrahim Chaliluddin tidak ditaati oleh rakyat, seperti pajak. Melihat rakyat yang kurang koperatif, Sultan mulai putus asa. Apalagi mendengar kebijakan baru yang dibuat oleh Belanda, yaitu diberlakukannya kerja rodi yang Mewajibkan rakyat bekerja 20 hari pertahun yang secara langsung berpengaruh pada perekonomian Kerajaan Pasir. 1. PANTI Sebelum Putri Petong menikah dengan Abu Mansyur Indra Jaya. Putri Petong diyakini menganut kepercayaan animisme atau suatu kepercayaan yang memuja roh-roh halus dan dewa-dewa. Roh-roh halus atau dewa- dewa diyakini bisa membantu sewaktu-waktu diperlukan, untuk memanggil roh-roh halus tersebut dibutuhkan sebuah bangunan berbentuk rumah yang dinamakan Panti, di dalam panti tersebut diberi sesajen kue-kue yang dibuat berbentuk patung- patung dari tepung beras menyerupai roh yang akan dipanggil. 2. BENDERA PERANG 4. 4. Tiga tahun lamanya Sultan Ibrahim Chaliludin ditawan pihak Belanda di Banjarmasin, sampai pada akhirnya pada tanggal 31 Juli 1918 keluarlah vonnis Belanda yang menetapkan bahwa Sultan Ibrahim Chaliludin diasingkan ke Teluk Betung (Sumatera), Pangeran Mantri ke Padang (Sumatera), Pangeran Prawira ke Banyumas dan Adjie Menyuh ke Bengkulen. Perlawanan Bangsawan Pasir berakhir dengan tertangkapnya para pemimpin pada akhir tahun 1916. Tiga tahun lamanya Sultan Ibrahim Chaliludin ditawan pihak Belanda di Banjarmasin, sampai pada akhirnya pada tanggal 31 Juli 1918 keluarlah vonnis Belanda yang menetapkan bahwa Sultan Ibrahim Chaliludin diasingkan ke Teluk Betung (Sumatera), Pangeran Mantri ke Padang (Sumatera), Pangeran Prawira ke Banyumas dan Adjie Menyuh ke Bengkulen. Perlawanan Bangsawan Pasir berakhir dengan tertangkapnya para pemimpin pada akhir tahun 1916. 5. 5. PENDIRIAN: Kerajaan Islam Banjar merupakan salah satu kerajaan terbesar di Kalimantan. Hingga saat ini terdapat kontroversi di kalangan ahli sejarah mengenai kapan islam masuk ke Kalimantan Selatan. Paling tidak ada dua aliran besar tentang ini: Pertama kalangan yang mengatakan bahwa islam masuk sebelum pasukan demak tiba di Banjarmasin; kedua, golongan yang mengatakan bahwa islam masuk ke Kalimantan Selatan setelah Kerajaan Daha berhasil direbut oleh Pangeran Samudera bersamaan dengan pasukan militer Kerajaan Islam Demak. 6. 6. KESULTANAN BANJAR 7. 7. 1. 1526 – 1545: Pangeran Samudra yang kemudian bergelar Sultan Suriansyah, Raja pertama yang memeluk Islam. 2. 1545-1570: Sultan Rahmatullah 3. 1570 - 1595 : Sultan Hidayatullah 4. 1595 - 1620 : Sultan Mustain Billah, Marhum Penambahan yang dikenal sebagai Pangeran Kecil. Sultan inilah yang memindahkan Keraton Ke Kayutangi, Martapura, karena keraton di Kuin yang hancur diserang Belanda pada Tahun 1612. 5. 1620 - 1637 : Ratu Agung bin Marhum Penembahan yang bergelar Sultan Inayatullah. 6. 1637 - 1642 : Ratu Anum bergelar Sultan Saidullah. 7. 1642 - 1660 : Adipati Halid memegang jabatan sebagai Wali Sultan, karena anak Sultan Saidullah, Amirullah Bagus Kesuma belum dewasa. 8. 1660 - 1663 : Amirullah Bagus Kesuma memegang kekuasaan hingga 1663, kemudian Pangeran Adipati Anum (Pangeran Suriansyah) merebut kekuasaan dan memindahkan kekuasaan ke Banjarmasin. 9. 1663 - 1679 : Pangeran Adipati Anum setelah merebut kekuasaan memindahkan pusat pemerintahan Ke Banjarmasin bergelar Sultan Agung. 10. 1679 - 1700 : Sultan Tahlilullah berkuasa. 11. 1700 - 1734 : Sultan Tahmidullah bergelar Sultan Kuning. 12. 1734 - 1759 : Pangeran Tamjid bin Sultan Agung, yang bergelar Sultan Tamjidillah. 13. 1759 - 1761 : Pangeran Muhammad Aliuddin Aminullah. 14. 1761 - 1801 : Pangeran Nata Dilaga sebagai wali putera Sultan Muhammad Aliuddin yang belum dewasa tetapi memegang pemerintahan dan bergelar Sultan Tahmidullah. 15. 1801 - 1825 : Sultan Suleman Al Mutamidullah bin Sultan Tahmidullah. 16. 1825 - 1857 : Sultan Adam Al Wasik Billah bin Sultan Suleman. 17. 1857 - 1859 : Pangeran Tamjidillah. 18. 1859 - 1862 : Pangeran Antasari yang bergelar Panembahan Amir Oeddin Khalifatul Mu'mina 19. 1862 - 1905 : Sultan Muhammad Seman yang merupakan Raja terakhir dari Kerajaan Banjar 8. 8. Memiliki kekuatan yang cukup dari aspek militer dan ekonomi untuk menghadapi serbuan dari kerajaan lain, Sultan Banjar mengklaim Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir dan Kahayan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam Asam, Kintap dan Swarangan sebagai vazal dari kerajaan Banjarmasin, hal ini terjadi pada tahun 1636. 9. 9. Dalam kehidupan masyarakat Banjar terdapat susunan dan peranan sosial yang berbentuk limas (lapisan). Lapisan paling atas adalah golongan penguasa yang merupakan golongan minoritas. Mereka adalah kaum bangsawan atau “bubuhan raja- raja”. Penghargaan masyarakat terhadap golongan bangsawan ini sesuai dengan derajat kebangasawanannya. Mereka, secara turun-temurun, menjadi golongan terhormat dan berdarah bangsawan, serta mempunyai gelar-gelar seperti sultan, pangeran, ratu, gusti, andin, antung, dan nanang. Golongan ini mempunyai hak memungut cukai dari hasil bumi, hasil pertanian, perikanan dan lain-lain. (httplibrary.utem.edu.mye- melakakoleksi%20melakasejarahmn2008.pdf) Golongan kedua adalah pejabat kerajaan, ulama-ulama, mufti, dan penghulu. Golongan ini langsung berhubungan dengan penduduk. Segala macam barang yang mereka beli dari masyarakat dan di bayar dengan uang. Mufti sebagai pejabat formal mengurus segala perkara hukum pada tingkat tinggi. Sementara ulama-ulama menyampaikan ajaran agama islam. (httplibrary.utem.edu.mye-melakakoleksi%20melakasejarahmn2008.pdf) Golongan ketiga merupakan golongan terbesar, yaitu rakyat biasa. Mereka itu adalah golongan yang hidup dari bertani dan perdagangan kecil-kecilan, nelayan, kerajinan, industri, dan pertukangan. (httplibrary.utem.edu.mye- melakakoleksi%20melakasejarahmn2008.pdf) Golongan bawah adalah golongan pandeling. Golongan pandeling adalah mereka yang kehilangan setengah kemerdekaan akibat hutang-hutang yang tak dapat mereka bayar. Biasanya, merekalah yang menjalankan perdagangan dari golongan bangsawan atau pedagang-pedangan kaya. Golongan ini berakhir pada abad ke-19, seiring dengan dihapuskannya Kerajaan Banjar oleh Belanda. 10. 10. 1. GAMELAN 2. MAHIDIN 3. SENI UKIR 4. BALAMUT Setelah dikalahkannya Sultan Muhammad Seman oleh Belanda pada tahun 1905, praktis seluruh wilayah Kerajaan banjar jatuh ke tangan Belanda dan Kerajaan Banjar runtuh. Akan tetapi semangat yang dikobarkan pejuang perang Banjar melalui sumpah perjuangan "haram manyarah waja sampai kaputing" benar-benar memberikan semangat untuk mempertahankan Kerajaan Banjar. Walaupun akhirnya jatuh ke tangan belanda juga, kita mesti menghargai perjuangan para pejuang yang telah mengorbankan segalanya untuk mempertahankan Kerajaan Banjar. Kota Banjarmasin yang sekarang adalah bukti sejarah hasil perjuangan Sultan Suriansyah dan pengikutnya 11. 11. PENDIRIAN: Kesultanan Kotawaringin merupakan satu-satunya kesultanan yang tercatat pernah berdiri di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Menurut fakta sejarah, sejarah berdirinya Kesultanan Kotawaringin tidak bisa dilepaskan dari Kesultanan Banjar yang berlokasi di Kalimantan Selatan. Salah satu fakta sejarah ditunjukan dalam buku Mengenal Kabupaten Kotawaringin Barat karangan J.U. Lontaan dan G.M. Sanusi. Dalam buku tersebut, Lontaan dan Sanusi menyatakan bahwa Kesultanan Kotawaringin didirikan oleh Pangeran Anta Kasuma yang merupakan salah satu keturunan dari Sultan Banjar, Sultan Musta’in Billah. Dari fakta ini dapat disimpulkan bahwa sejak awal berdiri, Kesultanan Kotawaringin telah menjadi bagian dari Kesultanan Banjar. 12. 12. KERAJAAN KOTAWARINGIN 13. 13. Masa keemasan Kesultaan Kotawaringin tak berlangsung lama. Bersamaan dengan situasi di mana kesultanan mencapai titik tertinggi di bidang perekonomian, muncul kebijakan baru dari negara induk, yaitu Kesultanan Banjar untuk menyerahkan Kesultanan Kotawaringin di bawah penguasaan Belanda. Penyerahan Kesultanan Kotawaringin kepada Belanda merupakan konsekuensi yang harus dilakukan oleh Kesultanan Banjar semasa pemerintahan Sultan Tahmidillah II. Konsekuensi ini merupakan bagian dari kompensasi yang diberikan kepada Belanda karena telah membantu dalam peperangan melawan Pangeran Amir. Selain kompensasi berupa lada, emas, permata (intan), serta izin untuk mendirikan kantor di Tabanio, Hulu sungai, Pulau Kaget, dan Tatas, dalam perjanjian pada tanggal 13 Agustus 1787, Kesultanan Banjar juga menyerahkan sebagian wilayahnya yang meliputi daerah pantai Timur Kalimantan ke barat, termasuk Pasir, Pulau Laut, Tabanio, Mendawai, Sampit, Pembuang, dan Kotawaringin dengan lingkungan sekitar dan daerah taklukannya, serta sebagian dari Desa Tatas. Pada masa pasca kemerdekaan, status Kesultanan Kotawaringin berubah dari kerajaan yang independen menjadi salah satu bagian dari wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia yang berbentuk swapraja atau kawedanan. Secara resmi, daerah swapraja Kotawaringin masuk ke dalam wilayah Republik Indonesia pada tanggal 1 Mei 1950, meskipun sebenarnya Swapraja Kotawaringin telah dimasukan ke Kabupaten Kotawaringin semenjak tanggal 27 Desember 1949 berdasarkan undang-undang No. 22 Tahun 1948 Status ini kemudian berkembang menjadi bentuk Kabupaten Daerah Tingkat II Kotawaringin Barat. Daerah ini ditetapkan sebagai daerah otonom dengan Pangkalan Bun sebagai ibukota kabupaten. 14. 14. 1. Pangeran Adipati Anta Kasuma bergelar Ratu Bagawan 2. Pangeran Mas Adipati 3. Panembahan Kota Waringin 4. Pangeran Prabu/ Panembahan Derut 5. Pangeran Adipati Muda 6. Pangeran Panghulu 7. Pangeran Ratu Bagawan 8. Pangeran Ratu Anom Kasuma Yudha 9. Pangeran Imanudin/ Pangeran Ratu Anom 10. Pangeran Akhmad Hermansyah 11. Pangeran Ratu Anom Alamsyah I 12. Pangeran Ratu Sukma Negara 13. Pangeran Ratu Sukma Alamsyah 14. Pangeran Kasuma Anom Alamsyah II (meninggal pada tahun 1975) 15. Pangeran Muasyidin Syah (pengurus harian) 16. Pangeran Ratu Alidin Sukma Alamsyah (2010-sekarang) 15. 15. Pada masa Pangerana Ratu Bengawan (1727-1761 M ) Kesultanan kotawaringin mengalami masa keemasan, pada masa ini hasil pertanian dan hasil bumi melimpah ruah dan di eksfor keluar daerah. Perdagangan hasil kerajinan produksi Kotawaringin menjadi terkenal dan sangat laku di pasaran regional. Krena kemajuan ekonomi ini rupanya juga memacu perkawinan antar suku dan banyak pendatang baru yang menetap di Kotawaringin. Peralihan penguasaan Kesultanan Kotawaringin ternyata berdampak sangat besar. Pengalihan ini terutama berimbas pada sektor perekonomian dan pemerintahan. Penguasaan (monopoli) perdagangan yang sebelumnya dipegang oleh Kesultanan Kotawaringin, kini diambil alih oleh Belanda. Contoh nyata dari pengambil-alihan perdagangan tersebut adalah berpindahnya monopoli perdagangan garam yang sebelumnya dipegang oleh Kesultanan Kotawaringin, kini beralih ke tangan Belanda. Peralihan tesebut membuat pendapatan yang diterima Kesultanan Kotawaringin menjadi berkurang. 16. 16. a. Istana-istana dan bangunan yang indah seperti istana Alnursari, mesjid Jami Kotawaringin dan Istana Kuning atau Keraton Lawang Agung Bukit Indra Kencana yang bersifat terbuka. b. Kelompok Musik Raja dan Pernaman Abdul Mulik Sejenis Komedi Saudi Arabia a. Istana-istana dan bangunan yang indah seperti istana Alnursari, mesjid Jami Kotawaringin dan Istana Kuning atau Keraton Lawang Agung Bukit Indra Kencana yang bersifat terbuka. b. Kelompok Musik Raja dan Pernaman Abdul Mulik Sejenis Komedi Saudi Arabia Terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemunduran Kesultanan Kotawaringin. Pertama, penguasaan atas Kesultanan Kotawaringin yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Kesultanan Banjardiserahkan kepada Pemerintah Hindia Belanda. Kedua, perpecahan di pihak keluarga KesultananKotawaringin. Imbas dari penyerahan kekuasaan tersebut, Pemerintah Hindia Belanda kemudianmelakukan monopoli perdagangan (garam) sekaligus “memancing di air keruh” atas perselisihan yangmenimbulkan konflik di pihak keluarga kesultanan. Inilah masalah klasik yang melanda berbagai kerajaan di nusantara di akhir masa kekuasaan. 17. 17. PENDIRIAN: Pagatan baru disebut sekitar tahun 1750, dibangun oleh seoran hartawan asal Tanah Bugis, tepatnya dari Wajo (Sulawesi Selatan) bernama Puanna Dekkè. Beliau mulanya berlayar menuju tanah Pasir (Kalimantan Timur). Hatinya tak berkenan disana, sehingga berlayar lagi menyusuri Tanah Bumbu. Akhirnya Beliau menemukan sungai yang termasuk dalam wilayah kuasa Kesultanan Banjar. Selanjutnya Puanna Dekkè bertolak ke Bandarmasih (Banjarmasin) untuk membuka pemukiman kepada Sultan Banjar VII yaitu Panembahan Batu (1734). 18. 18. KERAJAAN PAGATAN 19. 19. Raja-raja Pagatan dan Kusan ; 1. La Pangèwa (1755-1800), Raja Pagatan I bergelar Kapitan Laut Pulo. 2. La Palèbi (1830-1838), Raja Pagatan II. 3. La Paliweng (Arung Abdul Rahim), 1838-1855, Raja Pagatan III. Pangeran Djaja Soemitra anak dari Pangeran Nafis menjadi Raja Kusan IV (1840-1850), pindah ke kampung Malino, menjadi Raja Pulau Laut I pada tahun 1850 hingga 1861. Sejak tahun 1850 pemerintahan Kerajaan Kusan digabung dengan Kerajaan Pagatan. 4.La Matunra (Arung Abdul Karim), 1855-1863, Raja Pagatan dan Kusan. 5. La Makkarau (1863- 1871). 6. Abdul Jabbar (1871-1875). 7. Ratu Senggeng (Daeng Mangkau), 1875-1883. 8. H. Andi Tangkung (Petta Ratu), 1883-1893. 9. Andi Sallo (Arung Abdul Rahman), 1893-1908. 20. 20. Daerah-daerah pesisir yang akan disinggahi para saudagar bugis, apabila memiliki nilai ekonomi strategis maka kemudian akan dijadikan perkampungan yang merupakan cikal balakal berkembangan peradabaan suku bugis diluar Sulawesi Selatan. Hal tersebut dapat ditelusuri sebagai salah satu kajian sejarah suku Bugis Pagatan yang ada di Wilayah Banua Orang Banjar Kalimantan Selatan. Keberadaan suku Bugis Pagatan di Kalimantan Selatan selanjutnya dapat menambah keunikan peradaban didaerah ini yang menjadi khasana Budaya yang hermonis dengan peradapan Budaya Orang Banua. Keberadaan Kerajaan Pagatan di Banua orang Banjar dalam sejarah tidak pernah dipersoalkan oleh Kesultanan Kerajaan Banjar, bahkan mendapat restu untuk mengatur pemerintahan sendiri terhadap daerah yang telah dibangun oleh suklu Bugis. Oleh karena itu berdirinya kerajaan pagatan hanya merupakan kerajaan kecil yang berdaulat pada Kerajaan Banjar yang merupakan salah satu kerajaan Islam terbesar di wilayah Nusantara. Keberadaan kerajaan Pagatan justeru membantu Kerajaan banjar dalam mempercepat pembangunan diwilayah pesisir dan penyebaranan Agama Islam di Kalimantan Selatan. 21. 21. PENDIRIAN: Pengaruh Islam yang masuk ke Kerajaan Sambas Tua sebenarnya datang dari Kesultanan Brunei Darussalam yang dipimpin Sultan Abdul Majid Hasan 1402 – 1408 M). Sultan ini tidak memiliki anak sehingga ketika beliau wafat pada tahun 1408 M, tahta kesultanan dilimpahkan kepada adik iparnya, bernama Ong Sum Pin, seorang muallaf keturunan Cina. Ong Sum Pin adalah suami dari Putri Ratna Dewi, adik kandung almarhum Sultan Abdul Majid Hasan. Setelah dinobatkan menjadi sultan, Ong Sum Pin menyandang gelar Sultan Ahmad (1408 – 1425 M) 22. 22. KESULTANAN SAMBAS 23. 23. Ketika berada di bawah pengaruh pemerintah kolonial Hindia Belanda, Kesultanan Sambas tidak lagi leluasa mengatur pemerintahannya sendiri. Penunjukan sultan dan putra mahkota harus dengan izin resmi dari pemerintah kolonial. Saat terjadi kekosongan pemerintahan, pemerintah kolonial berhak membentuk dewan pemerintahan kesultanan sementara bernama Bestuur Commisie yang terdiri dari bangsawan tinggi Kesultanan Sambas dan wakil dari pemerintah kolonial. 24. 24. 01. Raden Janur (sekitar tahun 1364 M). 02. Tang Nunggal. 03. Ratu Sepudak (1550 M). 04. Pangeran Prabu Kencana bergelar Ratu Anom Kesuma Yuda. 05. Raden Bekut bergelar Panembahan Kota Balai. 06. Raden Mas Dungun. Kesultanan (Islam) Sambas: 01. Sultan Muhammad Syafiuddin I (1631 – 1668 M). 02. Sultan Muhammad Tajuddin (1668 – 1708 M). 03. Sultan Umar Akamuddin I (1708 – 1732 M) 04. Sultan Abubakar Kamaluddin I (1732 – 1762 M). 05. Sultan Umar Akamuddin II (1762 – 1786 M). 06. Sultan Achmad Tajuddin (1786 – 1793 M). 07. Sultan Abubakar Tajuddin I (1793 – 1815). 08. Sultan Muhammad Ali Syafiuddin I (1815 – 1828). 09. Sultan Usman Kamaluddin (1828 – 1831). 10. Sultan Umar Akamuddin III (1831 – 1845). 11. Sultan Abubakar Tajuddin II (1845 – 1855). 12. Sultan Umar Kamaluddin (1855 – 1866). 13. Sultan Muhammad Syafiudin II (1866 – 1922). 14. Sultan Muhammad Ali Syafiuddin II (1922 – 1926). 15. Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Syafiuddin (1931 – 1943) (Ratih, tt:65). 16. Pangeran Ratu Muhammad Taufik (1944 – 1984). 17. Pangeran Ratu Winata Kusuma (2000 – 2008). 18. Pangeran Ratu Muhammad Tarhan (2008 – sekarang) 25. 25. Setelah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia secara resmi pada tahun 1949, Kesultanan Sambas bergabung dengan NKRI dan menjadi daerah swapraja. Pada perkembangannya, wilayah yang menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Sambas dijadikan sebagai ibu kota Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Karena sudah menjadi bagian dari wilayah negara Indonesia, jabatan sultan sebagai pemimpin Kesultanan Sambas ditiadakan dan digantikan dengan jabatan yang disebut Kepala Rumah Tangga Kesultanan Sambas hingga sekarang. Berhubungan dengan itu, maka perekonomian semakin membaik sampai sekarang dibandingkan pada masa colonial. 26. 26. 1) Kota Lama 2) Kota Bangun 3) Kota Bandir 4) Lubuk Madung memiliki cerita historis, selain sebagai pusat pemerinahan kesultanan sambas yang pertama, ubug madung juga merupakan tempat dimana Raden sulaiman dinobatkan menjadi sultan dan bersama keluargany dan pengikutnya menyebabkan agama islam. 5) Muara Ulakan menyimpan paling banyak peninggalan dari kesultanan sambas 6) Tiang Bendera 7) Makam-makam Sultan-Sultan Sambas 8) Masjid jami kesultanan sambas 27. 27. PENDIRIAN: Sejarah berdirinya Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura tidak bisa dipisahkan dari berdirinya Kerajaan Kutai. Keberadaan Kerajaan Kutai dibuktikan dengan ditemukannya tujuh prasasti (tiang batu bertulis) yang disebut yupa di Kalimantan Timur. Ketujuh yupa tersebut ditulis dalam bahasa Sanskerta dan menggunakan huruf Pallawa yang lazim dipakai pada abad ke-5 M atas titah seorang raja bernama Mulawarman. Jika huruf yang dipakai dalam prasasti di Kerajaan Kutai dibandingkan dengan huruf Pallawa yang berasal dari India, maka dapat diperkirakan bahwa Kerajaan Kutai berdiri pada abad 4-5 M. Dua orang ulama dari Makassar datang ke Kerajaan Kutai Kartanegara pada masa pemerintahan Aji Raja Mahkota (1525 – 1600 M), yaitu Tuan Ri Bandang dan Tunggang Pararang. Seperti dikisahkan dalam Salasilah Kutai, tujuan kedatangan kedua ulama tersebut adalah menyebarkan agama Islam dengan cara mengajak Aji Raja Mahkota untuk memeluk Islam. Pada awalnya, ajakan kedua ulama ini ditolak oleh Aji Raja Mahkota dengan alasan agama negara di Kerajaan Kutai Kartanegara adalah Hindu. 28. 28. KESULTANAN KUTAI KERTANEGARA ING MARTADIPURA 29. 29. 1. Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300 - 1320 M) 2. Aji Batara Agung Paduka Nira (1320 - 1370 M) 3. Aji Maharaja Sultan (1370 – 1420 M) 4. Aji Mandarsyah (1420 – 1475 M) 5. Aji Pangeran Tumenggung Baya-Baya (1475 – 1525 M) 6. Aji Raja Mahkota (1525 – 1600 M) 7. Aji Dilanggar (1600 – 1605 M) 8. Aji Pangeran Sinom Panji Mendapa ing Martadipura (1605 – 1635 M) 9. Aji Pangeran Agung ing Martadipura (1635 – 1650 M) 10. Aji Pangeran Dipati Majakesuma ing Martadipura (1650 – 1686 M) 11. Aji Bagi Gelar Ratu Agung (1686 – 1700 M) 12. Pangeran Jembangan (1700 – 1730 M) 13. Aji Pangeran Dipati Anom Mendapa ing Martadipura atau Aji Yang Begawan (1730 – 1732 M) 14. Aji Sultan Muhammad Idris (1732 – 1739 M) 15. Aji Marhum Muhammad Muslihudin (1739 – 1782 M) 16. Aji Sultan Muhammad Salehudin (1782 – 1845 M) 17. Aji Sultan Muhammad Sulaiman (1845 – 1899 M) 18. Aji Sultan Muhammad Alimudin (1899 – 1910 M) 19. Aji Sultan Muhammad Parikesit (1920 – 1960 M) 20. Sultan H. Aji Muhammad Salehuddin II (2001 – sekarang) 30. 30. MAJU DAN TERORGANISIR KARNA MEMILIKI SISTEM PEMERINAHAN YANG SIGNIFIKAN. 1. KETOPONG SULTAN KUTAI 2. KALUNG CIWA 3. KALUNG UNCAL 4. KURA KURA MAS 5. TALI JUWITA 6. KERING BUKIT KANG 7. KELAMBU KUNING 31. 31. Penghidupan kembali Kesultanan Kutai Kartanegara Pada tahun 1999, Bupati Kutai Kartanegara, Syaukani Hasan Rais berniat untuk menghidupkan kembali Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Dikembalikannya Kesultanan Kutai ini bukan dengan maksud untuk menghidupkan feodalisme di daerah, namun sebagai upaya pelestarian warisan sejarah dan budaya Kerajaan Kutai sebagaikerajaan tertua di Indonesia. Selain itu, dihidupkannya tradisi Kesultanan Kutai Kartanegara adalah untuk mendukung sektor pariwisata Kalimantan Timur dalam upaya menarik minat wisatawan nusantara maupun mancanegara. Pada tanggal 7 Nopember 2000, Bupati Kutai Kartanegara bersama Putera Mahkota Kutai H. Aji Pangeran Praboe Anoem Soerja Adiningrat menghadap Presiden RI Abdurrahman Wahid di Bina Graha Jakarta untuk menyampaikan maksud di atas. Presiden Wahid menyetujui dan merestui dikembalikannya Kesultanan Kutai Kartanegara kepada keturunan Sultan Kutai yakni putera mahkota H. Aji Pangeran Praboe. Pada tanggal 22 September 2001, Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, H. Aji Pangeran Praboe Anoem Soerya Adiningrat dinobatkan menjadi Sultan Kutai Kartanegara dengan gelar Sultan H. Aji Muhammad Salehuddin II. Penabalan H.A.P. Praboe sebagai Sultan Kutai Kartanegara baru dilaksanakan pada tanggal 22 September 2001. 32. 32. PENDIRIAN: MENURUT RISET TENTANG BERBAGAI SUKU BANGSA DI DUNIA, MASYARAKAT DI WIALAYAH BERAU TERMASUK SUKU BANGSA MELAYU PETA 33. 33. Sebelum bergabung menjadi Kerajaan Berau, di wilayah sekitar Sungai Berau sudah terdapat beberapa pemerintahan kecil yang disebut banua atau kampung. Masing- masing dari pemerintahan kecil di Berau sebenarnya sudah memiliki kelengkapan untuk menjadi sebuah negara atau kerajaan. Mereka mempunyai pemimpin, rakyat, wilayah kekuasaan, dan pengakuan dari luar wilayah mereka. Setiap banua dipimpin oleh seorang kepala adat atau kepala suku sebagai pemimpin pemerintahan sekaligus pemimpin adat dan pemimpin agama. 34. 34. 1. Aji Raden Soerja Nata Kasoema dan Aji 2. Poetari Paramaisoeri (1400-1432). 3. Aji Nikullam (1432-1461). 4. Aji Nikutak (1461-1492). 5. Aji Nigindang (1492-1530). 6. Aji Panjang Ruma (1530-1557). 7. Aji Temanggung Barani (1557-1589). 8. Aji Surya Raja (1589-1623). 9. Aji Surga Balindung (1623-1644). 10. Aji Dilayas (1644- 1673). 11. Aji Pangeran Tua (1673-1700). 12. Aji Pangeran Dipati (1700-1731). 13. Sultan Muhammad Hasanuddin (1731-1767). 14. Sultan Amiril Mukminin (1767- 1779). 15. Sultan Muhammad Zaenal Abidin (1779-1800) 35. 35. SIS.EKONOMI: bertani, mencari ikan dan mencari hasil hutan, seperti damar, gaharu, rotan dan lain-lain. Sektor perdagangan telah berjalan. SIS.SOSIAL: Kerajaan cukup baik dan makmur dan keamana terjaga Suku-suku Berau : Didaerah Berau dikenal 5 sub suku Dayak yaitu : Segayi, Punan, Kenyah, Labbu dan Basap, yang hampir semuanya memilih tinggal di pedalaman, di ulu-ulu sungai Segah dan Kelay. 36. 36. Bibit perpecahan dalam lingkungan keluarga kerajaan sejatinya sudah dimulai setelah era kekuasaan Aji Dilayas, raja Berau ke-9. Ketika itu, sang Raja yang beristri banyak memiliki banyak keturunan. Kemudian dua di antaranya sama kuat sebagai kandidat pengganti raja, yakni Pangeran Tua dan Pangeran Dipati. Dalam memutuskan siapa yang berhak mengantikan ayah mereka, terjadi sejumlah perdebatan besar di kalangan keluarga kerajaan. Khawatir konflik akan semakin membesar, diambillah keputusan bersama, bahwa Kerajaan Berau akan dipimpin secara bergantian oleh keduanya dan oleh keturunan keduanya. Sebagai putra sulung, Pangeran Tua mendapat kesempatan memerintah sejak 1673 hingga 1700. Sementara adiknya, Pangeran Dipati memerintah sejak 1700 hingga 1731. Kondisi ini terus berlangsung hingga akhirnya perseteruan yang terjadi di antara dua dinasti tidak bisa lagi damaikan. Pada 1800, Kerajaan Berau dibagi untuk dua keturunan. Keturunan Aji Pangeran Dipati, dengan pewaris tahta Sultan Gazi Mahyudi memperoleh wilayah di sebelah utara Sungai Berau serta wilayah kiri dan kanan Sungai Segah. 37. 37. Kesultanan Sambaliung (sebelumnya bernama Kerajaan Tanjung) adalah kesultanan hasil dari pemecahan Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an. Sultan Sambaliung pertama adalah Sultan Alimuddin yang lebih dikenal dengan nama Raja Alam. Raja Alam adalah keturunan dari Baddit Dipattung atau yang lebih dikenal dengan Aji Suryanata Kesuma raja Berau pertama. Sampai dengan generasi ke-9, yakni Aji Dilayas. Aji Dilayas mempunyai dua anak yang berlainan ibu. Yang satu bernama Pangeran Tua dan satunya lagi bernama Pangeran Dipati. Kemudian, kerajaan Berau diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati (hal inilah yang membuat terjadinya perbedaan pendapat yang bahkan kadang-kadang menimbulkan insiden). Raja Alam adalah cucu dari Sultan Hasanuddin dan cicit dari Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma. Raja Alam adalah sultan pertama di Tanjung Batu Putih, yang mendirikan ibukota kerajaannya di Tanjung pada tahun 1810. (Tanjung Batu Putih kemudian menjadi kerajaan Sambaliung). Kesultanan Sambaliung (sebelumnya bernama Kerajaan Tanjung) adalah kesultanan hasil dari pemecahan Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an. Sultan Sambaliung pertama adalah Sultan Alimuddin yang lebih dikenal dengan nama Raja Alam. Raja Alam adalah keturunan dari Baddit Dipattung atau yang lebih dikenal dengan Aji Suryanata Kesuma raja Berau pertama. Sampai dengan generasi ke-9, yakni Aji Dilayas. Aji Dilayas mempunyai dua anak yang berlainan ibu. Yang satu bernama Pangeran Tua dan satunya lagi bernama Pangeran Dipati. Kemudian, kerajaan Berau diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati (hal inilah yang membuat terjadinya perbedaan pendapat yang bahkan kadang-kadang menimbulkan insiden). Raja Alam adalah cucu dari Sultan Hasanuddin dan cicit dari Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma. Raja Alam adalah sultan pertama di Tanjung Batu Putih, yang mendirikan ibukota kerajaannya di Tanjung pada tahun 1810. (Tanjung Batu Putih kemudian menjadi kerajaan Sambaliung). 38. 38. Raja/sultan yang memerintah •Raja Alam (1830-1836) •Bungkoh (1837-1839) •Muhammad Jalaluddin bin Alam ( 1849) •Muhammad Hasyik Syarifuddin bin Alam (1849 - 1869) •Muhammad Adil Jalaluddin bin Muhammad Jalaluddin (1869 - 1881) •Abdullah Muhammad Khalifatullah Bayanuddin bin Muhammad Jalaluddin (1881 ) •Datuk Ranik ( 1921) •Muhammad Aminuddin (Datuk Ranik) (1921 ) 39. 39. Kesultanan Gunung Tabur adalah kerajaan yang merupakan hasil pemecahan dari Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an. Kesultanan ini sekarang terletak dalam wilayah kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau, provinsi Kalimantan Timur. Sultan Gunung Tabur Sultan-sultan Gunung Tabur diantaranya adalah sebagai berikut: 1. 1820 - 1834 - Zainul Abidin II bin Badruddin 2. 1834 - 1850 - Ayi Kuning II bin Zainul Abidin 3. 1850 - 1876 - Amiruddin Maharaja Dendah 4. 1876 - 1882 - Hasanuddin II Maharaja Dendah II bin Amiruddin 5. 1882 - ... - Sultan Siranuddin 6. ... - 1921 - Maulana Ahmad (bupati) 7. 1921 - ... - Muhammad Khalifatullah Jalaluddin 40. 40. Pendirian Kesultanan ini didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie, seorang putra ulama keturunan Arab Hadramaut dari Kerajaan Mempawah, pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H) yang ditandai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada tahun1778 (1192 H), Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinyaMasjid Jami Pontianak (kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariyah yang sekarang terletak diKelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak. Pendirian Kesultanan ini didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie, seorang putra ulama keturunan Arab Hadramaut dari Kerajaan Mempawah, pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H) yang ditandai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada tahun1778 (1192 H), Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinyaMasjid Jami Pontianak (kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariyah yang sekarang terletak diKelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur, Kota Pontianak. 41. 41. Kesultanan ini berlangsung selama hampir dua abad, yaitu sejak tahun 1771 hingga tahun 1950. Selama kesultanan ini masih eksis terdapat delapan sultan yang pernah berkuasa. Ketika kesultanan ini berakhir pada tahun 1950, yaitu seiring dengan bergabungnya banyak daerah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka sistem pemerintahan juga berubah menjadi pemerintahan Kota Pontianak.Pada tahun 1943- 1945, pejuang-pejuang di Kalimantan Barat ikut berjuang melawan kolonialisme Jepang di Indonesia, sebagaimana yang dilakukan pejuang- pejuang di Jawa dan Sumatera. Puncaknya, pada tanggal 16 Oktober 1943 terjadi pertemuan rahasia di Gedung Medan Sepakat Pontianak yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat dari berabagai golongan. Mereka bersepakat untuk merebut kekuasaan dari pemerintah kolonial Jepang dan mendirikan Negeri Rakyat Kalimantan Barat dengan lengkap 18 menterinya. Kesultanan ini berlangsung selama hampir dua abad, yaitu sejak tahun 1771 hingga tahun 1950. Selama kesultanan ini masih eksis terdapat delapan sultan yang pernah berkuasa. Ketika kesultanan ini berakhir pada tahun 1950, yaitu seiring dengan bergabungnya banyak daerah dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), maka sistem pemerintahan juga berubah menjadi pemerintahan Kota Pontianak.Pada tahun 1943- 1945, pejuang-pejuang di Kalimantan Barat ikut berjuang melawan kolonialisme Jepang di Indonesia, sebagaimana yang dilakukan pejuang- pejuang di Jawa dan Sumatera. Puncaknya, pada tanggal 16 Oktober 1943 terjadi pertemuan rahasia di Gedung Medan Sepakat Pontianak yang dihadiri oleh tokoh-tokoh masyarakat dari berabagai golongan. Mereka bersepakat untuk merebut kekuasaan dari pemerintah kolonial Jepang dan mendirikan Negeri Rakyat Kalimantan Barat dengan lengkap 18 menterinya. 42. 42. No Sultan Masa pemerintahan 1 Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie bin Habib Husein Alkadrie 1 September 1778 – 28 Februari 1808 2 Sultan Syarif Kasim Alkadrie bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie 28 Februari 1808 – 25 Februari 1819 3 Sultan Syarif Usman Alkadrie bin Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie 25 Februari 1819 – 12 April 1855 4 Sultan Syarif Hamid Alkadrie bin Sultan Syarif Usman Alkadrie 12 April 1855 – 22 Agustus 1872 5 Sultan Syarif Yusuf Alkadrie bin Sultan Syarif Hamid Alkadrie 22 Agustus 1872 – 15 Maret 1895 6 Sultan Syarif Muhammad Alkadrie bin Sultan Syarif Yusuf Alkadrie 15 Maret 1895 – 24 Juni 1944 * Interregnum 24 Juni 1944 – 29 Oktober 1945 7 Mayjen KNIL Sultan Hamid II (Sultan Syarif Hamid Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad Alkadrie) 29 Oktober 1945 – 30 Maret 1978 * Interregnum 30 Maret 1978 – 15 Januari 2004 8 Sultan Syarif Abubakar Alkadrie bin Syarif Mahmud Alkadrie bin Sultan Syarif Muhammad Alkadrie[4] 15 Januari 2004 – Sekarang 43. 43. Kesultanan Kadriah merupakan kerajaan terbesar di wilayah Kalimantan beserta kerajaan-kerajaan lain, seperti Kerajaan Sambas dan Kerajaan Banjar. Kesultanan Kadriah berkembang pesat karena didukung dengan adanya jalur pelayaran dan perdagangan yang menyebabkan banyaknya kapal nusantara dan asing yang datang ke pelabuhan tersebut untuk memasarkan berbagai jenis barang dagang. Di antara jenis barang yang dimaksud adalah: berlian, emas, lilin, rotan, tengkawang, karet, tepung sagu, gambir, pinang, sarang burung, kopra, lada, kelapa, dan sebagainya. Masyarakat Pontianak dikelompokkan secara sosial berdasarkan identitas kesukuan, agama, dan ras. Pengelompokan berdasarkan suku, yaitu: pertama, komunitas suku Dayak yang tinggal di daerah pedalaman. Komunitas ini dikenal tertutup, lebih mengutamakan kesamaan dan kesatuan sosio-kultural. Kedua, komunitas Melayu, Bugis, dan Arab, yang dikenal sebagai penganut Islam terbesar di daerah ini yang lebih menekankan aspek sosio-historis sebagai kelas penguasa. Ketiga, imigran Cina yang tinggal di daerah pesisir, yang dikenal sebagai satu kesatuan sosio-ekonomi. 44. 44. 1. Tradisi Saprahan (Makan Dalam Kebersamaan) Kata Saprahan sudah asing terdengar di telinga masyarakat Kalbar, padahal kata ini adalah sebuah jamuan makan yang melibatkan banyak orang yang duduk di dalam satu barisan, saling berhadapan dalam duduk satu kebersamaan. Masa kini tradisi tersebut telah berganti menjadi sebuah trend baru prasmanan, dimana sulit untuk mempertemukan sekelompok orang atau masyarakat dalam satu majelis, saling berbagi rasa tanpa syak swangka, saling berhadapan sembari menikmati hidangan makanan di hadapannya. 2. Pantun 3. Mantra 4. Syair 5. Jepin Lembut Dijadikan media dakwah dalam penyebaran islam. 45. 45. Setelah peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, atas prakarsa Sultan Hamid II, Kesultanan Pontianak dan kesultanan-kesultanan Melayu di Kalimantan Barat bergabung dengan Republik Indonesia Serikat. Pada masa itu Sultan Hamid II menjabat sebagai Presiden Negara Kalimantan Barat (Kepala Daerah Istimewa Kalimantan Barat) pada 1947-1950. Sultan Hamid II adalah perancang Lambang Negara Indonesia. Selain sebagai Ketua Perhimpunan Musyawarah Federal (Bijeenkomst voor Federaal Overleg / BFO) pada tahun 1949, ia juga menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio di Kabinet Republik Indonesia Serikat Pada 28 Oktober 1946, Pemerintah Sipil Hindia Belanda sebagai Dewan Borneo Barat membentuk Daerah Istimewa Kalimantan Barat dan mendapat kedudukan sebagai Daerah Istimewa pada 12 Mei 1947. Daerah Istimewa Kalimantan Barat meliputi monarki-monarki (swapraja) di Kalimantan Barat, termasuk Kesultanan Pontianak. Saat itu Sultan Hamid II ditujuk sebagai Kepala Daerah Istimewa Kalimantan Barat. Sebelum 5 April 1950, Daerah Istimewa Kalimantan Barat bergabung dengan Negara Republik Indonesia (RIS). Daerahnya kemudian menjadi bagian dari Provinsi Administratif Kalimantan. Setelah pembubaran Republik Indonesia Serikat pada 17 Agustus 1950, wilayah Kesultanan Pontianak menjadi bagian Provinsi Kalimantan Barat. Setelah Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978, terjadi kekosongan jabatan sultan di keluarga Kesultanan Paontianak. Kekosongan jabatan itu bahkan berlangsung selama 25 tahun. Namun pada 15 Januari 2004, pihak bangsawan Istana Kadriyah mengangkat Syarif Abubakar Alkadrie sebagai Sultan Pontianak. Jauh sebelumnya, tepatnya pada 29 Januari 2001 seorang bangsawan senior, Syarifah Khadijah Alkadrie, mengukuhkan Kerabat Muda Istana Kadriah Kesultanan Pontianak. Kerabat Muda ini bertujuan menjaga segala tradisi dan nilai budaya Melayu Pontianak, termasuk menghidupkan dan melestarikannya. 46. 46. PENDIRIAN: Kerajaan Tidung terletak di wilayah sebelah utara Kalimantan Timur. Kerajaan ini memerintah suku Tidung yang banyak bermukim di wilayah Kalimantan Timur dan Malaysia (Sabah) Terdapat dua fase untuk menggambarkan sejarah dari Kerajaan Tidung, yaitu fase Kerajaan Tidung Kuno dan Kerajaan Tidung (Kerajaan Tarakan). Kerajaan Tidung Kuno merupakan cikal bakal dari berdirinya Kerajaan Tidung. Pusat pemerintahan Kerajaan Tidung Kuno berpindah-pindah antara tahun 1076 – 1557 M. Akan tetapi sejak pusat pemerintahan Kerajaan Tidung Kuno menetap di Tarakan pada tahun 1557 M, mulai saat itulah Kerajaan Tidung Kuno dikenal dengan nama Kerajaan Tidung atau Kerajaan Tarakan. 47. 47. KERAJAAN TIDUNG/TARAKAN 48. 48. Sistem pemerintahan di Kerajaan Tidung dibagi menjadi dua, pertama ketika masih bernama Kerajaan Tidung Kuno dan kedua ketika telah bersulih nama menjadi Kerajaan Tidung. Ketika masih dinamakan sebagai Kerajaan Tidung Kuno, kerajaan ini telah membuat suatu sistem pemerintahan dengan menempatkan seorang raja sebagai pemimpin tertinggi. Sehubungan dengan beberapa kali perpindahan yang dilakukan oleh Kerajaan Tidung Kuno, maka pusat pemerintahan dibuat dengan konsep wilayah yang kecil atau lazim disebut kampung. Dari kampung inilah, raja di Kerajaan Tidung Kuno mengontrol wilayah kekuasaan yang tersebar di sekitar Tarakan, Provinsi Kalimantan Timur 49. 49. 1. Amiril Rasyd Gelar Datoe Radja Laoet (1557-1571) 2. Amiril Pengiran Dipati I (1571-1613) 3. Amiril Pengiran Singa Laoet (1613-1650) 4. Amiril Pengiran Maharajalila I (1650-1695) 5. Amiril Pengiran Maharajalila II (1695-1731) 6. Amiril Pengiran Dipati II (1731-1765) 6. Amiril Pengiran Dipati II (1731-1765) 7. Amiril Pengiran Maharajadinda (1765-1782) 8. Amiril Pengiran Maharajalila III (1782-1817) 9. Amiril Tadjoeddin (1817-1844) 10. Amiril Pengiran Djamaloel Kiram (1844-1867) 11. Datoe Maoelana Amir Bahar (1867-1896) 12. Datoe Adil (1896-1916) 50. 50. SOSIAL: Kelompok-kelompok suku Tidung pada zaman kerajaan Menjelutung belumlah seperti apa yang terdapat sekarang ini, sebagaimana diketahui bahwa dikalangan suku Tidung yang ada di Kalimantan timur sekarang terdapat 4 (empat) kelompok dialek bahasa Tidung, yaitu : A. Dialek bahas Tidung Malinau B. Dialek bahasa Tidung Sembakung. C. Dialek bahas Tidung Sesayap. D. Dialek bahas Tidung Tarakan yang biasa pula disebut Tidung Tengara yang kebanyakan bermukim di daerah air asin. EKONOMI: Adapun mengenai suku kaum Tidung, mata pencaharian andalannya adalah sebagai Nelayan, di samping itu juga bertani dan memanfaatkan hasil hutan. Berdasarkan dokumen dan informasi tertulis maupun lisan yang ada bahwa, tempo dulu di kawasan Kalimantan Timur belahan utara terdapat dua bentuk pemerintahan, yakni: Kerajaan dari kaum suku Tidung dan Kesultanan dari kaum suku Bulungan. Kerajaan dari kaum suku Tidung berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu, Sedangkan Kesultanan Bulungan berkedudukan di Tanjung Palas. 51. 51. Pesta Iraw Tengkayu adalah suatu bagian dari unsur kebudayaan Indonesia yang lahir dan berkembang pada masyarakat tidung sebagai bentuk interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Tradisi ini untuk memperlihatkan sesuatu tindakan rasa syukur masyarakat yang diberikan melalui aktifitas mereka sebagai nelayan sehingga pesta ini dikonotasikan sebagai pesta laut. 52. 52. PENDIRIAN: Adapun mengenai suku kaum Tidung, mata pencaharian andalannya adalah sebagai Nelayan, di samping itu juga bertani dan memanfaatkan hasil hutan. Berdasarkan dokumen dan informasi tertulis maupun lisan yang ada bahwa, tempo dulu di kawasan Kalimantan Timur belahan utara terdapat dua bentuk pemerintahan, yakni: Kerajaan dari kaum suku Tidung dan Kesultanan dari kaum suku Bulungan. Kerajaan dari kaum suku Tidung berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu, Sedangkan Kesultanan Bulungan berkedudukan di Tanjung Palas. 53. 53. KESULTANAN BULUNGAN 54. 54. Masa Pemerintahan Yang Dipimpin Oleh Seorang Kesatria/Wira 1. Datuk Mencang (Seorang bangsawan dari Brunei), beristrikan Asung Luwan(1555-1594) 2. Singa Laut, Menantu dari Datuk Mencang (1594-1618) 3. Wira Kelana, Putera Singa Laut (1618- 1640) 4. Wira Keranda, Putera Wira Kelana (1640-1695) 5. Wira Digendung, putra Wira Keranda (1695-1731) 6. Wira Amir, Putera Wira Digendung Gelar Sultan Amiril Mukminin (1731-1777) 55. 55. SULTAN 1. Aji Muhammad/Sultan Alimuddin bin Muhammad Zainul Abidin/Sultan Amiril Mukminin/Wira Amir (1777-1817) 2. Muhammad Alimuddin Amirul Muminin Kahharuddin I bin Sultan Alimuddin (jabatan ke-1) (1817-1861) 3. Muhammad Jalaluddin bin Muhammad Alimuddin (1861-1866) 4. Muhammad Alimuddin Amirul Muminin Kahharuddin I bin Sultan Alimuddin (jabatan ke-2) (1866- 1873) 5. Muhammad Khalifatul Adil bin Maoelanna (1873-1875) 6. Muhammad Kahharuddin II bin Maharaja Lela (1875-1889) 7. Sultan Azimuddin bin Sultan Amiril Kaharuddin (1889-1899). 8. Pengian Kesuma (1899-1901). Ia adalah istri Sultan Azimuddin. Sultan Kasimuddin 9. Datu Mansyur (1925-1930), Pemangku jabatan sultan 10. Maulana Ahmad Sulaimanuddin (1930-1931) menikah dengan Tengku Lailan Syafinah binti alm. Tuanku Sultan Abdul Aziz Abdul Jalil Rakhmat Shah (Sultan Langkat) 11.Maulana Muhammad Jalaluddin (1931-1958) 12. Maulana Al-Mamun Ibni Muhammad Maulana Djalaludin (2013) 56. 56. Sikap terbuka dan kecintaan keluarga sultan kepada rakyatnya dibuktikan dengan menentang pemerintah kolonial lewat sistim pendidikan. “Untuk menyaingi agitasi Belanda lewat pendidikan, sultan membuka pesantren yang menerapkan pendidikan Islami lewat Pesantren Al-Chairat, jauh sebelum bergabungnya Bulungan dengan pemerintah RI,” tambah Jalil. Tatakrama kesultanan tetap berlangsung, kendati waktu itu, Bulungan sudah menyatukan diri dengan pemerintah RI dan etika ketatanegaraan sudah berubah ke pemerintahan republik parlementer. Hingga pecah tragedi Juli 1964, belum ditemukan catatan, keluarga kesultanan berpolitik praktis.”Setahu saya keluarga kesultanan tidak ada yang terlibat partai politik,” 57. 57. 1. Sikat gigi paling mahal di Bulungan. 2. Delphin Filter. 3. Meja yang berkilau dari Bulungan. 4. Piring termahal dari Bulungan. 5. Sengkok dan jas 59 tahun yang silam, 17 agustus 1949 tepat didepan istana kesultanan bulungan, Sultan Muhammad Djalaluddin mengibarkan sangsaka merah putih sebagai tanda penyerahan kekuasaan dimana kesultanan bulungan kepada republik indonesia, sejak itu konstitusi kerajaan yang semula berwatak monarky bergeser ke watak republik yang yang lebih demokratis. sejak hari berakhir pulalah kesultanan bulungan yang berdiri 218 tahun itu. 58. MAKALAH SEJARAH KERAJAAN ISLAM SUMATRA DAN KALIMANTAN DISUSUN OLEH: MUHAMMAD ALFIAN YUNANMALIFAH MUHAMMAD ARIF MUHAMAD YULIANTO RAHARDIANSYAH SMA NEGERI 1 KOTA BIMA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 59. 2. KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ” KERAJAAN ISLAM SUMATRA DAN KALIMANTAN”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Bima,20 Februari 2015 Penyusun KELOMPOK VIII 60. 3. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah Negara yang dimana kebanyakan adalah orang yang menganut agama Islam, karena dalam agama ini tidak ada sistemkasta atau yang lainnya seperti dalam agama Hindu maupun agama Budha yang dimana agama itu sudah berkembang sebelum kedatangan agama Islam. Dalam agama Islam derajat seseorang itu sama, baik ia kaya atau miskin, yang menjadikan derajat orang itu tinggi adalah keimanan dan ketakwaan. Inilah yang menyebabkan kebanyakan orang memilih Islam sebagai agama yang patut untuk di ikuti atau di yakini. Dalam agama Islam ini Allah telah berfirman kepada manusia agar ia saling menyampaikan agama Islam kepada orang lain, yang dimana Firman itu berbunyi “sampaikanlah ajaranku walau satu ayat”. Rasulullah SAW telah menyampaikan ajaran Allah kepada seluruh penduduk Makkah selama berpuluhan tahun dengan mendapatkan berbagai rintangan yang ia hadapi, sebenarnya masyarakat pada wakyu itu sudah yakin dengan agama Islam , tapi para bangsawan kaum quraisy membuanh jauh-jauh keyakinan itu, sebab dalam Islam ini tidak mengenal aakn system kasta atau perbedaan yang lain, jadi kaum bangsawan sulit untuk di ajak masuk Islam, dan dengan kesabaran dan dan akhirya agama itu dapat di terima oleh orang-orang baik kaum bangsawan maupun rakyat jelata.Akhirnya agama Islam pun semakin berkembang. Dari sinilah akhirnya Islam dapat masuk dan berkembang di Indonesia ini. Seiring dengan berkembangnya Islam ini para sejarawan melakukan berbagai penelitian tentang bagaimana cara masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia ini, yang kemudian adanya berbagai teori yang muncul dalam penelitian-penelitian yang di lakukan oleh para sejarawan. 61. 4. 1.2 RUMUSAN MASALAH Menjelaskan tentang bagaimana Islamdatang ke Pulau Sumatra dan Kalimantan Menjelaskan tentang kerajaan-kerajaan di pulau sumatra dan kalimantan Menjelaskan tentang berbagai macam peninggalan Pulau Sumatra dan Kalimantan setelah Islamdatang. 1.3 TUJUAN Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Islam masuk ke Pulau Kalimantan dan pulau sumatra Supaya kita bisa mengetahui peninggalan-peninggalan kerajaan islam di pulau kalimantan dan pulau sumatra Untuk mengetahui kerajaan-kerajaan yg terdapat di pulau kalimantan dan pulau sumatra 62. 5. BAB II PEMBAHASAN 2.1 LANDASANTEORI PENGERTIAN KERAJAAN Kerajaan merupakan salah satu sitempemerintahan yang dijalankan berdasarkan sistem kekeluargaan yang dimana sistempemerintahan ini merupakan sistempemerintahan yang sah yang di dasarkan dengan agama. 1. KERAJAAN ISLAM DI KALIMANTAN Islam pertama kali masuk di Kalimantan adalah di daerah utara tepatnya di daerah Brunai sekitar pada tahun 1500 M. Setelah raja Brunai memeluk Islam (sekitar 1520), maka Brunai menjadi pusat penyiaran agama Islam sehingga Islam sampai ke Pilipina. Pusat penyebaran Islam yang lain adalah di Kalimantan Barat di dekat Muara Sambas. Islam masuk ke daerah ini diperkirakan pada abad XVI di bawa oleh orang-orang dari Johor, menyusul kemudian daerah Sambas ditaklukkan oleh kerajaan Johor. Adapun masuknya Islam di Kalimantan Selatan terjadi sekitar 1550 M atas pengaruh dari Jawa. Dikatakan bahwa raja-raja di Kalimantan Selatan memeluk agama Islam setelah mendapat bantuan dari Sultan Demak. Daerah Timur Kalimantan terdapat kerajaan Bugis yang mendapat pengaruh Islam sekitar tahun 1620 M. Islam masuk ke daerah ini melalui jalan perkawinan orang-orang Arab dengan putri-putri raja di daerah ini. A. AWAL MULA KERAJAAN ISLAM DI KALIMANTAN Pada waktu islam berkembang diseluruh kepulauaan indonesia kerajaan majapahit hindu diperintah oleh brawija putera angka wijaya, yang kemudian mengalami keruntuhan raja yang dirobohkan kerajaan majapahit ialah raden patah dengan delapan menterinya yaitu sunan ngampel.sunan giri.sunan drajat, sunan gunung jati. Sunan kudus, ngundung dan sunan demak. Mulai itulah agama islam disebar diseluruh indonesia . yang menjadi islam sesungguhnya adalah haji purwa putera brawijaya maesa tandrana dan lari ke cirebon. Dicirebon agama islam disebarkan oleh syech bin maulana malik syech ibrahim yang bergelar sultan gunung jati. Sedang kan kerajaan isalam dikalimantan ada dibanjarmasin sejak pangeran samudra atau pangeran suriansyah alias maruhum ialah: 1. (kerajaan banjar masin tahun 1540 dalam pemerintahan pangeran samudra (yang kemudian di islamkan bernama pangeran suriansyah atau maruhum); (2) kota waringin tahun1620. Sultannya yang pertama ratu bagawan; (3) pasir (tanah grogot) tahun 1600. Didirikan oleh orang arab yang menikah 63. 6. dengan seorang puteri sultan (puteri petung); (4) kutei (kutai) tahun 1600. Diperintah oleh raka mahkota; (5) berau dan bulongan tahun 1700, diperintah oleh raja adipati ; (6) pontianak tahun 1450; (7) matan tahun 1743, didirikan oleh seorang arab bernama syarif husin; dan (8) mempawa tahun 1750, juga oleh seorang arab bernama syarif husin. Mula-mula kerajaan hindu berperang dengan kerajaa islam, tetapi akhirnya kerajaan hindu menyerah , yaitu kerajaan hindu dicandi laras dan candi agung juga ditanjung pura dan lain-lain. Sebagian rakyat memeluk agama islam termasuk sebagian rakyat dayak dipantai-pantai. Rakyat dayak yang telah masuk islam , ialah yang sering disebut sebagai dayak melayu, yang kebanyakkan di kuala kapuas , tumpung laung (barito) dan beberapa kampung melayu, sebenarnya mereka tetap suku dayak , hanya sudah memeluk agama islam. Pangeran samudra (suriansyah) pernah meminta seorang puteri bernama biang lawai untuk dijadikan istri. Biang lawai, adalah adik patih dadar, patih muhur, dan mengijin perkawinan, hanya dengan perjanjian tidak akan di islamkan.mula-mula oleh pangeran samudra, disanggupi, tetapi sesudah sampai istana, putri itu dikabarkan diislamkan. Kabar tersebut sampai kepada patih muhur bersaudara, menimbulkan amarah patih rumbih dari kahayan , patih muhur dari bakumpai (barito)dengan ilmu gaib, berhasil merampas saudaranya kembali, biang lawai, dari istana sultan dan dibawanya kesungai katan. Pangeran samudra memerintah balatentaranya untuk mencari perempuan tersebutdipedelaman. Tetapi karena balatentara patihn muhur sangat hebat, maka mundur lah balatentara sultan. Patih muhur dan patih rumbih mundur dan membuat pertahanandi taliu dikampung tundai. Sesudah itu mereka mundur lagi membuat pertahanan didanau karam bersebrangan dengan negeri goha kahayan. Mereka menyebrangi danau tersebut dan dipasang dundang, bambu yang diruncingkan dibawah jembatans ehingga sewktu-wktu jembatan tersebut dapat diputuskan jika balatentara sultan lewatatas jembatan dan luka-luka terkena bambu yang diruncingkan dibawahnya. Perahu-perahu mereka dapat dirampas oleh patih rumbih ditengelamkan . sekarang tempat tersebut dinamai berayar yang artinay “berlayar”. Diantara tempat pertempuran-pertempuran tersebut dengan bentengnya ialah sungai muhur (barito), parabingan, (pangkoh) bukit rawi, tewang pajagen, tewah, hulu kaspuas dan lain-lain. Tentang tersebarnya agama islam dari banten kedaerah kalimantan dapat kita baca artikel kerajaan islam dari banten di karang an R. Muchtadi dalam almanak muhamadyah 1357 H (1938) hlm. 166 dan 169, antara lain ditulis : aliudin sultan banten bergelar abu mufakir muhamad aliudin, dia beramah tamah dengan kompeni, dan mendapat kebebasan sisa utang kerajaan banten sebanyak 60.000 ringgit, bekas menempuh landak (tahun 1698 ditentukan , bahwa landak dan sukadana diserahkan pada kompeni. Daerah pantai barat kalimantan diperintah oleh sultan abdurahman yang mendirikan kota pontianak. Sultan muhamad aliudin hanya berputera seorang saja dan meninggal ketika masih kanak-kanak tahun1786. Sultan zainal abidin dari banten memasuki landak, matan. Tahun 1699. Kapal kompeni /VOC dan 75 pecalang banten berlayar kesukadana diperintahkan oleh sultan agung (pangeran agung), keponakan sultan banten yang bergelar panebahan. Sultan landak didibantu oleh orang bugis dapat merebut kembali daerahnaya . sehingga panebahan dapat dipukul mundur , dengan keluarganya melarikan diri ke anyer (banten). Landak dipegaruhiselama 80 tahun (1699-1778). 64. 7. B. KERAJAAN ISLAM DI KALIMANTAN a.Kesultanan Pasir Dahulunya rakyat dayak pasir, diperintahkan oleh kepala-kepala dari rakyat dayak sendiri . ada seorang kepala suku dayak yang sangat berpengaruh , yang bernama tamanggung tokio, mengusulkan agar didaerah daerah dikepali oleh sorang kepala suku dan untuk itu diminta sultan yang dekat tempat tinggalnya. Mereka telah berangkat dengan perahu yang penuh bermuatan emas dan perak, yang dianugrahkan kepada nya kepada raja yang baru , mereka telah pergi ke utara dan selatan, tetapi tak ada mendapat seorangpun yang dipandang cakap. Tamanggung tokio sangatlah sedih sampai tidak minum dan makan , kemudian dalam mimpinya ia melihat seorang tua yang berkata kepadanya: Untuk mendapat raja, baiklah engkau pergi kelaut, dan disitu engkau memperoleh sepotong bambu, yang ruasnya tarapung apung dilaut ambilah bambu itu, dan bungkuslah dengan sutra kuning, karena didalam bambu itu ada sebutir telur yang harus dirabun diberi asap dupa, menyan dan garu. Dan dari telur itu nanti akan dilahirkan seorang raja perempuan. Pada esokkan harinya sesudah dia bangun, tamanggung tokio menuruti pesan perempuan dalam mimpinya . sesudah 3 hari 3 malam telur itu didupakan, maka terbelah dua lah buluh itu dan dari telur itu pecah pula dan dilahirkan seorang bayi puteriyang cantik jelita. Anak itu sama sekali tidak mampu menyusu, setelah berusaha dapatlah ia diberi makanan dengan susu kerbau putih: lambat laun menjadi akil balig. Puteri inilah yang diangkat jadi raja *(ratu pasir) , dan waktu ia berumur 15 tahun ia telah dinikahnkan , tetapi malang sekali ia tidak mendapat keturunan sihingga harus diceraikan beberapa kali. Seterusnya sesudah kawin yang ketujuh kali , belum juga mempunyai anak, kebetulan datang lah seorang arab dari jawa (gresik), terus dikawin kan dengan sang puteri . orang yang dari gresik tersebut dicarinya dukun agar membuang sari bambu yang ada pada sang puteri sehingga bisa melahirkan 2 puteri dan satu putera. Puetri yang tertua dikawinkan dengan seorang arab yang membawa agama islam dipasir (1600). Yang putera sesudah ibunda mangkat, mengantikan duduk disingasana. Inilah cerita ringkas dari raja pasir, yang berasal dari sebutir telur dan bersuamikan putera arab dari jawa. d.Kesultanan Banjar (1526-1905). Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin (berdiri 1520, masuk Islam 24 September 1526, dihapuskan Belanda 11 Juni 1860, pemerintahan darurat/pelarian berakhir 24 Januari 1905) adalah sebuah kesultanan wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kesultanan ini semula beribukota di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke Martapura dan sekitarnya (kabupaten Banjar). Ketika beribukota di Martapura disebut juga Kerajaan Kayu Tangi. Ketika ibukotanya masih di Banjarmasin, maka kesultanan ini disebut Kesultanan Banjarmasin. Kesultanan Banjar merupakan penerus dari Kerajaan Negara Daha yaitu kerajaan Hindu yang beribukota di kota Negara, sekarang merupakan ibukota kecamatan Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan. 65. 8. c.Kesultanan Kotawaringin Kerajaan Kotawaringin adalah sebuah kerajaan Islam (kepangeranan cabang Kesultanan Banjar) di wilayah yang menjadi Kabupaten Kotawaringin Barat saat ini di Kalimantan Tengah yang menurut catatan istana al- Nursari (terletak di Kotawaringin Lama) didirikan pada tahun 1615 atau 1530, dan Belanda pertama kali melakukan kontrak dengan Kotawaringin pada 1637, tahun ini dianggap sebagai tahun berdirinya sesuai dengan Hikayat Banjar dan Kotawaringin (Hikayat Banjar versi I) yang bagian terakhirnya saja ditulis tahun 1663 dan di antara isinya tentang berdirinya Kerajaan Kotawaringin pada masa Sultan Mustain Billah. Pada mulanya Kotawaringin merupakan keadipatian yang dipimpin oleh Dipati Ngganding. Kerajaan Pagatan (1750). Kerajaan Pagatan (1775-1908) adalah salah satu kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Tanah Kusan atau daerah aliran sungai Kusan, sekarang wilayah ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Wilayah Tanah Kusan bertetangga dengan wilayah kerajaan Tanah Bumbu (yang terdiri atas negeri-negeri: Batu Licin, Cantung, Buntar Laut, Bangkalaan, Tjingal, Manunggul, Sampanahan). d.Kesultanan Sambas (1675) Kesultanan Sambas adalah kesultanan yang terletak di wilayah pesisir utara Propinsi Kalimantan Barat atau wilayah barat laut Pulau Borneo (Kalimantan)dengan pusat pemerintahannya adalah di Kota Sambas sekarang. Kesultanan Sambas adalah penerus dari kerajaan-kerajaan Sambas sebelumnya. Kerajaan yang bernama Sambas di Pulau Borneo atau Kalimantan ini telah ada paling tidak sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab Negara Kertagama karya Prapanca. Pada masa itu Rajanya mempunyai gelaran "Nek" yaitu salah satunya bernama Nek Riuh. Setelah masa Nek Riuh, pada sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan Raja yang bernama Tan Unggal yang terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat Raja lagi. Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke-16 M (1530 M) datang serombongan besar Bangsawan Jawa (sekitar lebih dari 500 orang) yang diperkirakan adalah Bangsawan Majapahit yang masih hindu melarikan diri dari Pulau Jawa (Jawa bagian timur) karena ditumpas oleh pasukan Kesultanan Demak dibawah Sultan Demak ke-3 yaitu Sultan Trenggono. e.Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura. Kesultanan Kutai atau lebih lengkap disebut Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura (Martapura) merupakan kesultanan bercorak Islam yang berdiri pada tahun 1300 oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama dan berakhir pada 1960. Kemudian pada tahun 2001 kembali eksis di Kalimantan Timur setelah dihidupkan lagi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara sebagai upaya untuk melestarikan budaya dan adat Kutai Keraton. Dihidupkannya kembali Kesultanan Kutai ditandai dengan dinobatkannya sang pewaris tahta yakni putera mahkota Aji Pangeran Prabu Anum Surya Adiningrat menjadi Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura dengan gelar H. Adji Mohamad Salehoeddin II pada tanggal 22 September 2001. 66. 9. f.Kesultanan Berau (1400). Kesultanan Berau adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Kabupaten Berau sekarang ini. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-14 dengan raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar Aji Raden Suryanata Kesuma dan istrinya bernama Baddit Kurindan dengan gelar Aji Permaisuri. Pusat pemerintahannya berada di Sungai Lati, Kecamatan Gunung Tabur.[3] Sejarahnya kemudian pada keturunan ke-13, Kesultanan Berau terpisah menjadi dua yaitu Kesultanan Gunung Tabur dan Kesultanan Sambaliung.Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid- ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur- Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8 g.Kesultanan Sambaliung (1810). Kesultanan Sambaliung adalah kesultanan hasil dari pemecahan Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810- an. Sultan Sambaliung pertama adalah Sultan Alimuddin yang lebih dikenal dengan nama Raja Alam. Raja Alam adalah keturunan dari Baddit Dipattung atau yang lebih dikenal dengan Aji Suryanata Kesuma raja Berau pertama. Sampai dengan generasi ke-9, yakni Aji Dilayas. Aji Dilayas mempunyai dua anak yang berlainan ibu. Yang satu bernama Pangeran Tua dan satunya lagi bernama Pangeran Dipati. Kemudian, kerajaan Berau diperintah secara bergantian antara keturunan Pangeran Tua dan Pangeran Dipati (hal inilah yang membuat terjadinya perbedaan pendapat yang bahkan kadang-kadang menimbulkan insiden). Raja Alam adalah cucu dari Sultan Hasanuddin dan cicit dari Pangeran Tua, atau generasi ke-13 dari Aji Surya Nata Kesuma. Raja Alam adalah sultan pertama di Tanjung Batu Putih, yang mendirikan ibukota kerajaannya di Tanjung pada tahun 1810. (Tanjung Batu Putih kemudian menjadi kerajaan Sambaliung). h.Kesultanan Gunung Tabur(1820). Kesultanan Gunung Tabur adalah kerajaan yang merupakan hasil pemecahan dari Kesultanan Berau, dimana Berau dipecah menjadi dua, yaitu Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur pada sekitar tahun 1810-an. Kesultanan ini sekarang terletak dalam wilayah kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau, provinsi Kalimantan Timur. i.Kesultanan Pontianak(1771). Kesultanan Kadriah Pontianak didirikan pada tahun 1771 oleh penjelajah dari Arab Hadramaut yang dipimpin oleh al-Sayyid Syarif 'Abdurrahman al-Kadrie, keturunan Rasulullah dari Imam Ali ar-Ridha. Ia melakukan dua pernikahan politik di Kalimantan, pertama dengan putri dari Panembahan Mempawah dan kedua dengan putri Kesultanan Banjarmasin (Ratu Syarif Abdul Rahman, puteri dari Sultan Sepuh Tamjidullah I).Setelah mereka mendapatkan tempat di Pontianak, kemudian mendirikan Istana Kadariah dan mendapatkan pengesahan sebagai Sultan Pontianak dari Belanda pada tahun 1779. 67. 10. j.Kerajaan Tidung Kerajaan Tidung atau dikenal pula dengan nama Kerajaan Tarakan (Kalkan/Kalka) adalah kerajaan yang memerintah Suku Tidung di utara Kalimantan Timur, yang berkedudukan di Pulau Tarakan dan berakhir di Salimbatu. k.Kesultanan Bulungan(1731). Kesultanan Bulungan atau Bulongan adalah kesultanan yang pernah menguasai wilayah pesisir Kabupaten Bulungan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kota Tarakan sekarang. Kesultanan ini berdiri pada tahun 1731, dengan raja pertama bernama Wira Amir gelar Amiril Mukminin (1731–1777), dan Raja Kesultanan Bulungan yang terakhir atau ke-13 adalah Datuk Tiras gelar Sultan Maulana Muhammad Djalalluddin (1931-1958) C. PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI KALIMANTAN 1.Keraton Kadriah (kota Pontianak) Keraton Kadriah Pontianak merupakan pusat pemerintahan Pontianak tempo dulu, struktur bangunannya terbuat dari kayu yang sangat kokoh, didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman Alqadrie pada tahun 1771. keraton ini memberikan daya tarik khusus bagi para pengunjung dengan banyaknya artefak atau benda-benda bersejarah seperti beragam perhiasan yang digunakan secara turun-temurun sejak jaman dahulu. Di samping itu, koleksi tahta, meriam, benda-benda kuno, barang pecah belah dan foto keluarga yang telah mulai pudar, menggambarkan kehidupan dan kejayaan kerajaan ini dimasa lampau. 2.Keraton Amantubillah (Pontianak) Mempawah, memilki beragam potensi wisata. Selain event tahunan berupa acara robo- robo, mempawah juga memilki istana Amantubillah, seni budaya, dan beragam kuliner khas mempawah. Nama Istana “Amantubillah” mempunyai arti, “Aku beriman kepada Allah”. Istana yang didominasi oleh warna hijau ini menempatkan tulisan “ Mempawah harus maju, malu dengan adat” pada pintu gerbang istana 3.Keraton Ismahayana (Kab. Landak) Keraton Ismahayana Landak terletak sekitar 50 meter disebelah barat sungai pinyuh yang membelah kota ngabang. Istana ini berupa rumah panggung khas melayu Kalimantan Barat yang memanjang kebelakang dengan fondasi, lantai dan dinding, serta atap sirap dari kayu belian sebagai bahan utamanya. Terdapat beberapa koleksi peninggalan Kesultanan Landak yang tergolong sebagai warisan budaya dan sejarah, diantaranya mahkota Sultan Landak, keris “si kanyut”, sepasang pedang sakti, tempat tidur panembahan dan istrinya, duplikat payung kebesaran Sultan, dua kipas raja, seperangkat gamelan, dan Al-Quran kuno. Selain itu, ada juga artefak-artefak lain seperti meriam “si penyuk” dan empat buah meriam 68. 11. lainnya, lontar silsilah raja dan sejarah singkat Kesultanan Landak, foto-foto keluarga raja, bendera Kesultanan, serta perlengkapan upacara perkawinan adat berupa timbangan kayu. 4.Keraton Surya Negara (Kab. Sanggau) Dearah yang dikenal dengan julukan Bumi Daranante ini memilki banyak keunikan. Baik beragam kekayaan alam, sejarah maupun pesona budaya daerahnya. Seiring peradaban manusia, Kabupaten Sanggau juga mempunyai peninggalan kebudayaan jaman keemasan masyarakat sanggau tempo dulu. Ditandai dengan terdapatnya Keraton Surya Negara. Dari sejarah kerajaan sanggau memerintah pada abad ke-18 dengan rajanya bergelar “Panembahan”. Catatan seharah menyebutkan bahwa pertama kali Kerjaan Sanggau didirikan oleh Daranante. Dia bukan asli Sanggau, namun berasal dari Kabupaten Ketapang. Daranante kemudian menikah dengan Babai Cingak darui suku dayak Sanggau 5.Keraton Matan (Kab. Ketapang) Matan yang berarti “Tanah Keselamatan” merupakan kerajaan yang memilki sejarah panjang. Kerajaan Matan ini merupakan saksi bisu perjalanan sejarah masyarakat dan pemerintah Kabupaten Ketapang. Sekaligus dinasti terakhir Kerajaan Tanjungpura beragama hindu yang pernah berdiri sejak abad 9. baru setelah tahun 1451 raja-raja Tanjungpura memeluk agama islam dengan nama Kerajaan Matan yang dipimpin raja pertama bercirikan islam yakni pangeran Giri Kusuma. Koleksi unik terdapat di keraton ini adalah Meriam “Padam Pelita” dan sepasang tempayan bersejarah. 6.Rumah Melayu (Kab. Ketapang) Pada arsitektur traditional melayu terkandung nilai budaya yang tinggi. Hal ini terlihat dari bentuk bubungan yang tidak lurus. Tetapi agak mencuat ke kanan dan ke kiri. Dapat disimpulkan bahwa para ahli pembuat rumah melayu jaman dahulu telah memikirkan faktor keindahan pada bubungan rumah yang mereka diami. Letak rumah melayu pada jaman dahulu menghadap ke arah matahari terbit. Ini berarti mengharapkan berkah dan rahmat seperti halnya matahari pagi yang bersinar cerah. 7.Keraton Al Mukarramah (Kab.Sintang) seorang belanda. Sampai saat ini kompleks Istana Sintang masih terawat dengan baik. Dihalaman istana, terdapat sebuah meriam dan situs batu kundur, yaitu sebuah batu peninggalan Demong Irawan sebagai lambang berdirinya Kerajaan Sintang. Di serambi depan istana terpajang salinan Undang-undang Adat Kerajaan Sintang yang terbuat pada masa pemerintahan Sultan Nata (disalin ulang pada tahun 1939) serta silsilah raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Sintang. Sedangkan pada bangunan sisi barat dan timur tersimpan koleksi meriam, naskah Al-Quran tulisan tangan pada masa Sultan Nata. 69. 12. 8.Keraton Alwatzikhoebillah (Kab. Sambas) Kuno tapi terawat dengan baik. Hijau dan sejuk. Begitulah kira-kira kesan yang muncul ketika menginjakkan aki di istana Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas ini, bangunan istana didominasi dengan warna kuning sebagai warna khas melayu yang melambangkan kewibawaan dan keluhuran budi pekerti. Terdapat pula bekas kolam pemandian keluarga sultan di samping kanan istana dan rumah kediaman keluarga sultan yang berada di belakang istana. Pada sore hari, pengunjung akan berdecak kagum melihat pesona istana ini yang eksotik, apalagi di lihat dari atas perahu yang berjalan perlahan-perlahan di atas Sungai Sambas Kecil. 9.Rumah Adat Dayak Sebujit (Kab. Bengkayang) Rumah adat dayak sebujit yang bernama “Balug” ini terletak di kampung sebujit kecamatan siding Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat ini merupakan rumah adat dayak yang dimilki suku dayak Bidayuh. Khasanah masyarakat dayak bidayuh menggambarkan kebersamaan dan sangat menghormati setiap tamu yang datang. Benda-benda pusaka masih tetap menjadi simbol keperkasaan dan manjadi kebanggan masyarakat sebagai peninggalan leluhur yang harus tetap dijaga dan dihormati, sehingga ritual upacara adat tetap dilaksanakan setiap tahunnya. Salah satu upacara yang dikenal adalah upacara nyobeng yaitu upacara memandikan tengkorak manusia untuk keselamatan kampung dari bencana maupun malapetaka yang mungkin akan datang juga sebagai simbol penghormatan terhadap roh leluhur. 10.Bangunan Leluhur Marga Chia Hiap Sin (Kota Singkawang) Sebuah bangunan ala Tiongkok kuno terletak di belakang deretan bangunan ruko baru Jl. Budi Utomo, Singkawang. Tepatnya rumah no. 37 ini berada di ujung jalan menuju tepi sungai. Bangunan ini tampak masih kokoh berdiri selama ratusan tahun hingga sekarang. Bentuknya yang mirip “Si he yuan” (bangunan khas Tiongkok Utara) ini justru memberikan kesan bersahaja dan sedikit kesuraman karena terkikis hantaman cuaca selama ratusan tahun. Namun, rumah besar Hiap Sin ini merupakan bangunan ala kombinasi timur barat satu-satunya yang tertua dan masih berdiri kokoh di Singkawang. 11.Rumah Betang ( Rumah Adat Dayak KaLBar) Budaya Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga da masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan, suka duka maupun mobilitas tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan- perbedaan yang mereka miliki. Dari sini 70. 13. kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama ataupun latar belakang sosial. 2. KERAJAAN ISLAM DI SUMATRA A. AWAL MULA KERAJAAN ISLAM DI SUMTRA Di Indonesia, kehadiran Islam secara lebih nyata terjadi sekitar akhir abad 13 M, yakni dengan adanya makam Sultan Malik al-Saleh, terletak di kecamatan Samudra di Aceh utara. Pada makam tersebut tertulis bahwa dia wafat pada Ramadhan 696 H/1297 M. Dalam hikayat Raja-raja Pasai dan Sejarah Melayu Malik, dua teks Melayu tertua Malik Al-Saleh digambarkan sebagai penguasa pertama Kerajaan Samudra Pasai (Hill, 1960; Ibrahim Alfian, 1973, dalam artikel Ambary). Tetapi sebenarnya Sejak abad ke-7 M, kawasan Asia tenggara mulai berkenalan dengan tradisi Islam. Ini terjadi karena para pedagang muslim, yang berlayar di kawasan ini, singgah untuk beberapa waktu. Pengenalan Islam lebih intensif, khususnya di semenanjung Melayu dan nusantara Catatan Marco Polo yang mengunjungi Perlak dan tempat lain di wilayah ini pada 1292 tertulis bahwa pada proses islamisasi terjadi, persentuhan pedagang muslim dengan penduduk setempat telah terjadi disana untuk sekian lama hingga sebuah kerajaan Muslim berdiri pada abad ke-13 M, Samudra pasai. Pendiri kerajaan tersebut bisa dihubungkan dengan kelemahan kerajaan Sriwijaya sejak abad ke-12 dan ke-13 M sebagaimana dituturkan oleh Chou-Chu-Fei dalam catatan Ling Wa-Tai-ta (1178 M) (Tjandrasasmmita, 13- 14). Berdirinya kerajaan Samudra Pasai pada abad ke-13 M merupakan bukti masuknya Islam di Sumatera, selain kerajaan Samudra Pasai juga ada kerajaan Perlak, dan kerajaan Aceh. pada tahun 1978, peneliti Pusat Riset Arkeologi Nasional Indonesia telah menemukan sejumlah batu Nisan di situs Tuanku Batu Badan di Barus. Yang terpenting dari temuan itu adalah makam yang mencantumkan sebuah nama, yaitu Tuhar Amsuri, yang meninggal pada 19 Safar 602 H, sebagaimana ditafsirkan oleh Ahmad Cholid Sodrie dari pusat Riset Arjeologi Nasional, tapi ada penafsiran lain yang mengemukakan bahwa Tuhar Amsuri meninggal pada 19 Safar 972. Tapi dari temuan Arkeologis di barus dikatakan bahwa batu nisan Tuhar Amsuri tertanggal 602 lebih awal dari batu nisan Sultan As-Salih yang tertanggal 696 H. Ini berarti jauh sebelum kerajaan Samudra Pasai, sudah ada masyarakat Muslim yang tinggal di Barus, salah satu tempat di sekitar pantai barat Sumatera (Tjandrasasmmita,15-16) Sumatera Utara merupakan salah satu pusat perniagaan yang terpenting di Nusantara pada abad ke- 7 M. Sehingga Sumatera Utara menjadi salah satu tempat berkumpul dan singgahnya para saudagar-saudagar Arab Islam. Dengan demikian dakwah Islamiyah berpeluang untuk bergerak dan berkembang dengan cepat di kawasan ini Hal ini berdasarkan catatan tua Cina yang menyebutkan adanya sebuah kerajaan di utara Sumatera namanya Ta Shi yang telah membuat hubungan diplomatic dengan kerajaan Cina. Ta Shi menurut istilah Cina adalah istilah yang diberikan kepada orang-orang Islam. Dan letaknya kerajaan Ta Shi itu lima hari berlayar dari Chop’o (bagian yang lebih lebar dari 71. 14. malaka) di seberang selat Malaka. Ini menunjukkan Ta Shi dalam catatan tua Cina itu ialah Ta Shi Sumatera Utara, bukan Ta Shi Arab. Karena, Ta Shi Arab tidak mungkin di capai dalam waktu lima hari. Islam semakin berkembang di Sumatera Utara setelah semakin ramai pedagang – pedagang muslim yang datang ke Nusantara, karena Laut Merah telah menjadi Laut Islam sejak armada roma dihancurkan oleh armada muslim di Laut Iskandariyah. Disamping itu , terdapat satu factor besar yang menyebabkan para pedagang Islam Arab memilih Sumatera Utara pada akhir abad ke- 7 M. Yaitu karena terhalangnya pelayaran mereka melalui Selat Malaka karena disekat oleh tentara laut/Sriwijaya kerajaan Budha sebagai pembalasan atas serangan tentara Islam atas kerajaan Hindu di Sind. Maka terpaksalah mereka melalui Sumatera utara dengan pesisir barat Sumatera kemudian masuk selat Sunda melalui Singapura menuju Kantun, Cina. B. KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI SUMATERA 1. KERAJAAN PERLAK Kata Perlak berasal dari nama pohon kayu besar yaitu “Kayei Peureulak” (Kayu Perlak). Kayu ini sangat baik digunakan untuk bahan dasar pembuatan perahu kapal, sehingga banyak dibeli oleh perusahaan-perusahaan perahu kapal. Dan di Perlak banyak tumbuh jenis pepohonan ini, sehingga disebut negeri Perlak (Perlak). Perlak merupakan salah satu pelabuhan perdagangan yang maju dan aman pada abad ke- 8 M. sehingga menjadi tempat persinggahan kapal-kapal pedagang muslim. Dengan demikian, secara tidak langsung berkembanglah masyarakat Islam di daerah ini. Factor utamanya yaitu karena sebab pernikahan antara saudagar-saudagar muslim dengan perempuan-perempuan pribumi. Sehingga menyebabkan lahir keturunan-keturunan yang beragama Islam. Hal ini semakin berkembang sehingga berdirinya kerajaan IslamPerlak yaitu pada hari selasa bulan muharram tahun 225 H (840 M). dan sultannya yang pertama adalah Syed Maulana Abdul Aziz Shah yang bergelar Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Shah. Kemudian Bandar Perlak diganti namanya menjadi Bandar Khalifah. Islam terus berkembang di Perlak, dan hal ini terlihat jelas pada abad ke – 13 M. pada abad ini, perkembangan Islam di Perlak melebihi dari daerah-daerah lain di Sumatera. Hal ini bersumber pada riwayat Marco Polo yang tiba di Sumatera pada tahun 1292 M. Ia mengatakan bahwa pada saat iu di Sumatera terbagi dalam delapan kerajaan, yang semuanya menyembah berhala kecuali satu, itu kerajaan Perlak. Kerajaan Perlak terus berdiri hingga akhirnya bergabung dalam kerajaan Islam Samudera Pasai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik Al-Dzahir (1289 – 1326 M) 72. 15. 2. KERAJAAN SAMUDERA PASAI Raja pertamanya adalah Sultan Malik as Shaleh. Beliau adalah keturunan dari Raja Islam Perlak, yaitu Makhdum Sultan Malik Ibrahim Syah Joan (365 – 402 H/976 – 1012 M). Ada beberapa hal yang masih simpang siur mengenai Sultan Malik as Shaleh. Ada yang menyebutkan beliau memeluk agama Hindu yang kemudian diIslamkan oleh Syekh Ismail. Ada pula yang menyebutkan bahwa beliau sudah memeluk agama Islam sejak awal. Sebelum bernama Samudra Pasai, kerajaan ini bernama kerajaan Samudra saja. Kerajaan Samudra merupakan kerajaan yang makmur dan kaya. Juga memiliki angkatan tentara laut dan darat yang teratur. Kerajaan Samudra semakin bertambah maju, yang kemudian dikenal dengan nama “Samudera Pasai”, yaitu setelah dibangunnya Bandar Pasai pada masa pemerintahan Raja Muhammad. Hubungan Kerajaan Samudra Pasai dengan Kerajaan Perlak sangatlah baik. Dan hal ini makin dipererat dengan menikahnya Sultan Malik as Shaleh dengan putri raja Perlak. Puncak kejayaan kerajaan Samudra Pasai yaitu pada masa pemerintahan Sultan Al Malik Al Zahir (1326—1349/757—750 H). 3. KERAJAAN ACEH Kerajaan ini berdiri pada abad ke- 13 M. Pada awalnya Aceh merupakan daerah taklukan kerajaan Pidir. Namun berkat jasa Sultan Ali Mughiyat Syah, Aceh akhirnya mampu melepaskan diri dan berdaulat penuh menjadi Kerajaan. Atas jasa beliau, akhirnya Sultan Mghiyat Syah dinobatkan menjadi Raja pertama. Kerajaan Aceh mengalami masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607—1638 M). 4. KESULTANAN PALEMBANG Berdasarkan kisah Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan disebutkan seorang tokoh dari Kediri yang bernama Arya Damar sebagai bupati Palembang turut serta menaklukan Bali bersama dengan Gajah Mada Mahapatih Majapahit pada tahun 1343. Sejarawan Prof. C.C. Berg menganggapnya identik dengan Adityawarman. Begitu juga dalam Nagarakretagama, nama Palembang telah disebutkan sebagai daerah jajahan Majapahit serta Gajah Mada dalam sumpahnya yang terdapat dalam Pararaton juga telah menyebutkan Palembang sebagai sebuah kawasan yang akan ditaklukannya. Selanjutnya berdasarkan kronik Tiongkok nama Pa-lin-fong yang terdapat pada buku Chu- fan-chi yang ditulis pada tahun 1178 oleh Chou-Ju-Kua dirujuk kepada Palembang, dan kemudian sekitar tahun 1513, Tomé Pires seorang petualang dari Portugis menyebutkan Palembang, telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa yang kemudian dirujuk kepada kesultanan Demak serta turut serta menyerang Malaka yang waktu itu telah dikuasai oleh Portugis. Kemudin pada tahun 1596, Palembang juga ditaklukan oleh kesultanan Banten. Seterusnya nama tokoh yang dirujuk memimpin kesultanan Palembang dari awal adalah Sri Susuhunan Abdurrahman tahun 1659. Walau sejak tahun 1601 telah ada hubungan dengan VOC dari yang mengaku Sultan Palembang. 73. 16. 5. KERAJAAN PAGARUYUNG Kerajaan Pagaruyung adalah sebuah kerajaan yang pernah berdiri di provinsi Sumatra Barat sekarang dan daerah-daerah di sekitarnya. Nama kerajaan ini berasal dari ibukotanya, yang berada di negeri Pagaruyung. Kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari Majapahit bernama Adityawarman pada tahun 1347. Kerajaan Pagaruyung menjadi Kesultanan Islam sekitar tahun 1600-an. Walaupun Adityawarman merupakan pangeran dari Majapahit, ia sebenarnya memiliki darah Melayu. Dalam sejarahnya, pada tahun 1286, Raja Kertanegara menghadiahkan arca Amogapacha untuk Kerajaan Darmasraya di Minangkabau. Sebagai imbalan atas pemberian itu, Raja Darmas Raya memperkenankan dua putrinya, Dara Petak dan Dara Jingga untuk dibawa dan dipersunting oleh bangsawan Singosari. Dari perkawinan Dara Jingga inilah kemudian lahir Aditywarman. 6. KERAJAAN MALAKA Sebenarnya, Kerajaan Malaka tidak termasuk wilayah Indonesia, melainkan masuk dalam Negara Malaysia. Namun, kerajaaan ini memegang peranan penting dalam kehidupan politik dan kebudayaan Islam di sekitar perairan Nusantara. Terletak di jalur pelayaran dan perdagangan antara Asia Barat dengan Asia Timur. Sebelum menjadi kerajaan yang merdeka, Malaka termasuk wilayah Majapahit. Letak Kerajaan Malaka sangat strategis, yaitu berada di Semenanjung Malaya dengan ibukota di Malaka. Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan penyebaran Islam di Asia Tenggara, ketika Kerajaan Malaka mengalami masa kejayaan Pendiri Malaka adalah Pangeran Parameswara, berasal dari Sriwijaya (Palembang). Ketika di Sriwijaya terjadi perebutan kekuasaan pada abad ke- 14 M, Parameswara melarikan diri ke Pulau Singapura. C. PENINGGALAN KERAJAAN ISLAM DI SUMATRA 1. Masjid adalah tempat untuk beribadah umat Islam. Pada umumnya, setiap kerajaan Islam mempunyai peninggalan sejarah berupa masjid. Contoh peninggalan sejarah berupa masjid adalah sebagai berikut. a. Masjid Agung Demak yang didirikan oleh Walisanga. Masjid ini merupakan peninggalan Kerajaan Demak. b. Masjid Baiturrahman merupakan peninggalan Kerajaan Aceh. Masjid ini dibangun pada tahun 1879–1881. c. Masjid Agung Banten merupakan peninggalan Kerajaan Banten. Masjid ini didirikan Sultan Ageng Tirtayasa. d. Masjid Kudus terdapat di Kudus, Jawa Tengah yang didirikan oleh Sunan Kudus. 74. 17. 2. Makam Makam merupakan tempat untuk mengubur orang yang sudah meninggal. Letak makam umumnya berada di lereng-lereng bukit. Akan tetapi banyak juga yang berada di tempat datar. Misalnya Makam Sultan Malik as Shaleh dan Sultan Iskandar Muda (di NAD), Makam Maulana Malik Ibrahim (di Gresik, Jawa Timur), serta makam rajaraja Gowa–Tallo (di Makassar, Sulawesi Selatan). 3. Keraton Keraton atau istana merupakan bangunan yang luas untuk tempat tinggal raja dan keluarganya. Beberapa keraton atau istana yang merupakan peninggalan kerajaan Islamadalah sebagai berikut. a. Keraton Kasunanan Surakarta (Jawa Tengah). b. Kasultanaan Jogjakarta (Jogjakarta). c. Kasepuhan dan Kanoman Cirebon (Jawa Barat). d. Kasultanan Ternate (Maluku Utara). e. Kasultanan Deli (Sumatra Utara). 4. Seni Ukir Seni ukir yaitu lukisan, gambar, atau hiasan yang ditorehkan/dipahatkan pada kayu, batu, logam, dan lain sebagainya. Contoh seni ukir terdapat pada masjid Mantingan (Jepara), ukiran kayu dari Cirebon, ukiran pada makam (Gunongan) di Madura, ukiran pada gapura makam Sunan Pandanaran (Klaten), dan gapura makam Sendang Dhuwur (Tuban). 5. Aksara, Kaligrafi, dan Naskah Aksara yaitu sistemtanda-tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Berikut ini peninggalan sejarah yang berupa aksara. a. Aksara Jawi (Arab Melayu), yaitu aksara Arab yang terdapat di Sumatra dan Semenanjung Malaka. b. Aksara Pegon yaitu aksara Arab dalam bahasa Sunda dan Jawa. c. Aksara Arab gundul yaitu aksara Arab tanpa disertai baris dan harakat. Kaligrafi yaitu seni menulis indah menggunakan huruf Arab. Naskah adalah karangan asli seseorang yang masih berbentuk tulisan tangan. Naskah-naskah yang ditemukan rata-rata berbahasa Arab. 75. 18. a. Gharib al Hadist merupakan kumpulan hadis. Disusun oleh Abu Ubaidah Alqassimbin Sallam. Naskah ini tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden Belanda. b. Naskah yang disusun oleh Abu Qurairah berisi tentang tauhid. Naskah ini tersimpan di British Museum London. 6. Seni Pertunjukan, Budaya, dan Tradisi Seni pertunjukan memiliki beberapa macam bentuk. Misalnya tarian, musik, atau lakon tertentu semacam wayang. Berikut ini contoh seni pertunjukan. a) Seni tari: Saman, Seudati, Zapin, dan Rudat. b) Seni musik: rebana, orkes, dan gambus. c) Seni suara: qasidah dan shalawat. d) Seni pakeliran: wayang Menak (ceritanya dari Persia) e) Adat istiadat: pakaian adat, upacara adat, dan lain-lain. 7. Kesusastraan Peninggalan sejarah Islamberupa karya sastra di antaranya sebagai berikut. a. Hikayat, yaitu karya sastra lama bercorak Islam yang berisi cerita pelipur lara atau pembangkit semangat. Misalnya Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam. b. Syair, yaitu sajak yang terdiri atas empat bait di mana setiap baitnya terdiri empat baris. Misalnya Syair Peratun, Syair Burung Pingai, dan Syair Burung Pungguh. c. Suluk, yaitu kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Misalnya Suluk Suka Rasa, Suluk Wujil, serta beberapa syair dan prosa tulisan Hamzah Fansuri. d. Babad, yaitu cerita yang lebih menekankan pada sejarah atau latar belakang kejadiannya. Misalnya Babad Tanah Jawi atau riwayat para nabi, Kitab Manik Mayu, dan Kitab Ambia yang berisi cerita dari Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad saw. e. Kitab yang berisi ajaran moral dan tuntunan hidup sesuai dengan syariat dan adat. Contoh kitab di antaranya Tajus-Salatin (Mahkota Segala Raja) karya Bukhari al Jauhari, serta Bustanus- Salatin dan Siratul Mustaqin karya Nurudin ar Raniri atas perintah Sultan Iskandar Muda II. 76. 19. BAB III PENUTUP 1. KESIMPULAN Jadi dapat disimpulkan bahwa pulau sumatra dan pulau kalimantan merupakan pulau yang mayoritas kerajaan-nya adalah kerajaan islam. Hal ini disebabkan dari terdapat banyak-nya kerajaan di pulau sumatra dan pulau kalimantan yang dapat dibuktikan dari berbagai macam peninggalan- peninggalan kerajaan islam yang terdapat di kedua pulau tersebut. Setelah Islam datang ke Indonesia terutama di Pulau Kalimantan dan Sumatra banyak perubahan-perubahan yang terjadi terutama bagi rakyat yang menengah ke bawah. Mereka lebih di hargai dan tidak tertindas lagi karena Islam tidak mengenal sistem kasta, karena semua masyarakat memiliki derajat yang sama. Islam juga membawa perubahan-perubahan baik di bidang politik, ekonomi dan agama. Islam juga bisa mempersatukan seluruh masyarakat Indonesia untuk melawan dan memgusir para penjajah. 2. SARAN Kami yakin dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangannya. Untuk itu kami mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan saran, kritikan, atau mungkin komentarnya demi kelancaran tugas kelompok kami ini