Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Peningkatan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu tujuan yang sangat diinginkan
oleh bangsa Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah dan
masyarakat pendidikan telah melakukan berbagai upaya pada berbagai jenjang
persekolahan sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan secara nasional yang
memuat berbagai mata pelajaran termasuk Ilmu Pengetahuan Sosial.
Materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang diberikan di Sekolah Dasar
(SD) merupakan konsep dasar yang banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu, diperlukan penguasaan yang memadai terhadap konsep IPS.
Pemerintah berupaya meningkatkan mutu pendidikan yang dilakukan secara
menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai.
Pengembangan aspek-aspek tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kecakapan hidup (life skill) melalui seperangkat kompetensi,
agar peserta didik dapat bertahan hidup, menyesuaikan diri dan berhasil di masa
datang.
Menyadari bahwa pentingnya Ilmu Pengetahuan Sosial dalam kehidupan,
maka belajar selayaknya merupakan kebutuhan dan menjadi kegiatan yang
menyenangkan. Namun kenyataannya bahwa belajar IPS seakan sulit dipahami
oleh peserta didik.
Dalam pelaksanaan pembelajarannya, salah satu komponen yang sangat
penting adalah guru. Guru adalah ujung tombak pendidikan. Dalam konteks ini,
guru mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis, karena gurulah yang
berada di barisan paling depan dalam pelaksanaan pendidikan. Guru langsung
berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang di dalamnya
mencakup kegiatan pentransferan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
penanaman nilai-nilai positif melalui bimbingan dan tauladan. Untuk itu, guru
1
harus dapat memberikan pembelajaran yang baik kepada seluruh peserta didik.
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya interaksi antara pendidik, peserta didik, media, metode dan lingkungan
belajar. Dengan adanya interaksi yang baik antara pendidik, peserta didik, alat/
media, metode dan lingkungan belajar, maka tujuan pembelajaran akan tercapai
secara optimal. Dalam hal ini guru dituntut aktif, kreatif, dan inovatif serta
mempunyai kemampuan untuk merencanakan dan melaksanakan program
pembelajaran.
Siswa dapat dikatakan berhasil dalam mengikuti pembelajaran jika telah
menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Penguasaan materi tersebut
dinyatakan dalam perolehan nilai. Nilai dapat diperoleh dari tes lisan maupun tes
tertulis. Kegiatan evaluasi merupakan cara untuk mendapatkan informasi tentang
hasil pembelajaran siswa.
Dari data nilai yang diperoleh, maka guru dapat melakukan tindak lanjut.
Apabila nilai yang dicapai siswa dalam kegiatan evaluasi itu baik, maka guru
melakukan tindakan pengayaan. Tetapi jika nilai kurang baik, upaya guru adalah
mengadakan perbaikan pembelajaran, agar masalahnya dapat segera teratasi,
sehingga tujuan pembelajaran dapat berhasil dengan baik.
Dalam proses belajar siswa, tidak dipungkiri lagi bahwa pembelajaran IPS
di Sekolah Dasar belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian besar guru
dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa jarang menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai, sehingga terasa sekali bahwa Proses Belajar Mengajar
yang dikelolanya membosankan siswa, tidak menarik dan hasilnya tidak
memuaskan. Berbagai macam keluhan dalam pembelajaran IPS di SD seperti;
malas belajar, membosankan (jenuh), kurang bergairah, tidak menarik, dan
keluhan-keluhan lain dari para siswa, adalah permasalahan mendasar yang harus
segera diatasi. Dalam ilmu psikologi, gejala ini disebabkan oleh kurangnya
motivasi belajar siswa. Hal demikianlah yang terjadi di SDN 1 Sidodadi
Kecamatan Sekampung, Kabupaten Lampung Timur.
Dari Hasil pelaksanaan tes formatif mata pelajaran IPS kelas IV semester II
tahun pelajaran 2013/2014 pada KD Mengenal Permasalahan Sosial Di
2
Daerahnya, dari 24 siswa hanya 9 siswa yang mendapatkan nilai > 60 (Nilai
KKM). Dari data tersebut ternyata selama proses pembelajaran berlangsung
terlihat siswa kurang memperhatikan, kurang termotivasi untuk belajar, tidak mau
bertanya pada guru dan sulit menangkap pelajaran.
Berdasarkan data di atas, peneliti akan memperbaiki proses pembelajaran
melalui praktik Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) untuk meningkatkan
pemahaman materi dan motivasi sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
Setelah mengidentifikasi permasalahan dari proses pembelajaran yang
dilaksanakan, ditemukan beberapa permasalahan, yaitu :
1. Kurangnya motivasi peserta didik untuk belajar.
2. Peserta didik kurang memperhatikan penjelasan guru.
3. Peserta didik tidak mau bertanya kepada guru.
4. Peserta didik sulit menangkap materi pelajaran.
5. Pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi rendah.
Dari beberapa permasalahan yang teridentifikasi, peneliti berdiskusi dengan
teman sejawat tentang penyebab rendahnya pemahaman dan penguasaan siswa
terhadap materi yang diajarkan. Dari hasil diskusi ditemukan bahwa penyebab
pemahaman dan hasil siswa rendah adalah :
1. Guru kurang variatif dan monoton dalam menyampaikan materi.
2. Guru kurang memotivasi peserta didik.
3. Peserta didik merasa bosan.
4. Peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran.
5. Guru mendominasi jalannya pembelajaran.
Berdasarkan data di atas, peneliti ingin meningkatkan penguasaan siswa
terhadap materi permasalahan sosial dengan melakukan perbaikan pembelajaran
melalui praktik PKP yang pelaksanaannya dibantu oleh teman sejawat dan
supervisor. Salah satu upaya penulis dalam meningkatkan penguasaan materi
pelajaran IPS tentang permasalahan sosial adalah dengan menggunakan metode
kerja kelompok.

3
B. RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Sejauh mana hasil belajar
siswa terhadap pembelajaran IPS pada materi permasalahan sosial”.
Setelah peneliti merumuskan permasalahan di atas, selanjutnya masalah tersebut
dibatasi dengan harapan akan menjadi lebih jelas dan mempermudah pelaksanaan
penelitian. Adapun inti permasalahan penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Peserta didik tidak dapat menjelaskan pengertian permasalahan sosial.
2. Peserta didik tidak dapat menyebutkan jenis-jenis permasalahan sosial.
3. Peserta didik tidak dapat menjelaskan cara mengatasi permasalahan sosial.
Setelah disepakati dari hasil diskusi dengan teman sejawat penyebab siswa
tidak dapat memahami permasalahan sosial karena dalam pembelajaran guru tidak
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai. Dari uraian diatas, yang menjadi
fokus perbaikan pembelajaran adalah pembelajaran dalam upaya membantu siswa
agar mereka dapat dengan mudah menjelaskan pengertian permasalahan sosial,
menyebutkan jenis-jenis permasalahan sosial, dan menjelaskan cara mengatasi
permasalahan sosial. Sehingga dapat disimpulkan fokus perbaikan pembelajaran
menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode kerja kelompok dapat mengefektifkan pembelajaran IPS?
2. Bagaimana metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

C. TUJUAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan motivasi peserta didik dalam pembelajaran IPS sehingga
berjalan efektif.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS, guru
dapat melakukan pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan dengan
menggunakan metode kerja kelompok.

4
D. MANFAAT PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,
terutama jika penelitian ini berhasil. Maka manfaat yang diperoleh sebagai
berikut:
1) Bagi Siswa
a. Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
2) Bagi Guru
a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelola.
b. Membantu guru berkembang secara profesional.
c. Memperluas pengalaman mengajar di kelas dalam rangka perencanaan
pembelajaran yang efektif.
d. Sebagai acuan memperbaiki proses pembelajaran dan landasan
meningkatkan proses pembelajaran di kelas.
3) Bagi Sekolah
a. Sebagai sumbangan yang positif untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang dihadapi di sekolah
b. Menumbuhkan iklim kerja sama yang kondusif untuk memajukan sekolah.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting
dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan multimedia sangat
memungkinkan dapat mengaktifkan peserta didik dalam belajar yang penuh
makna (meaningful learning) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
1. Pengertian Media Pembelajaran
Secara lafal media diartikan sebagai medium dan perantara. Dalam
kaitannya dengan proses pembelajaran, media diartikan sebagai wahana penyalur
pesan pembelajaran. Bebapa ahli telah menmgemukakan pengertian tentang
media pembelajaran dalam Hernawan dkk (2006) antara lain sebagai berikut :
a. Media pembelajaran sebagai sarana komunikasi, baik dalam bentuk cetak
maupun pandang dengar, termasuk perangkat kelasnya.
b. Media pembelajaran sebagai teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.
c. Media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta perangsang peserta didik untuk belajar.
d. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak didik sehingga
dapat mendorong terjadinya pada diri siswa.
e. Media pembelajaran adalah sebagai alat fisik dimana pesan-pesan
instruksional dikomunikasikan.
f. Media pembelajaran sebagai setiap alat, baik hardware maupun software yang
digunakan sebagai media komunikasi dan yang tujuannya untuk
meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.
Dari keenam definisi media pembelajaran yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan secara lebih sederhana bahwa yang dimaksud dengan media
pembelajaran adalah segala alat pembelajaran yang digunakan guru sebagai
6
perantara untuk menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses
belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran
tersebut.

2. Tujuan Penggunaan Media Pembelajaran


Dari beberapa pengertian tentang media pembelajaran yang telah
dikemukakan oleh para ahli, tersirat tujuan dari penggunaan suatu media, yaitu
untuk membantu guru menyampaikan pesan-pesan secara lebih mudah kepada
peserta didik sehingga peserta didik dapat menguasai pesan-pesan tersebut secara
cepat dan akurat. Dalam kerangka proses belajar mengajar yang dilakukan guru,
penggunaan media dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan
belajar mengajar itu terhindar dari gejala verbalisme, yakni mengetahui kata-
kata yang disampaikan guru tetapi tidak memahami arti dan maknanya.
Menurut Sumantri (1999) secara khusus media pembelajaran digunakan
dengan tujuan sebagai berikut :
a. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami
konsep, sikap dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang
paling tepat menurut karakteristik bahan.
b. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih
merangsang minat peserta didik untuk belajar.
c. Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam teknologi karena
peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoprasikan media
tertentu.
d. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik

3. Fungsi Media Pembelajaran


Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk mengantarkan atau menyampaikan pesan berupa sejumlah pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap-sikap kepada peserta didik sehingga peserta didik itu
dapat menangkap, memahami dan memiliki pesan-pesan dan makna yang
disampaikan itu. Secara umum media pembelajaran berfungsi sebagai :
7
a. Alat bantu mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif
b. Bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar
c. Meletakkan dasar-dasar yang konkret dan konsep yang abstrak sehingga dapat
mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme
d. Membangkitkan motivasi belajar peserta didik
e. Mempertinggi mutu belajar mengajar
Hal tersebut di atas sesuai dengan yang telah disampaikan oleh Sumantri
(1999)

4. Alasan Penggunaan Media Pembelajaran


Menurut Sumantri (1999) alasan penggunaan media pembelajaran karena
bertitik tolak dari dua hal berikut ini :
a. Belajar merupakan perubahan tingkah laku
Belajar dipandang sebagai perubahan perilaku peserta didik. Perubahan
perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya tetapi melalui suatu proses. Proses
perubahan perilaku ini dimulai dari adanya rangsangan yaitu peserta didik
menangkap rangsangan kemudian mengolahnya sehingga membentuk suatu
persepsi. Semakin baik rangsangan diberikan semakin kuat persepsi peserta didik
terhadap rangsangan tersebut.
Pembentukan persepsi harus diupayakan secara kuat oleh guru agar
terbentuk pengalaman belajar peserta didik yang bermakna. Tetapi ada kalanya
pembentukan persepsi dapat terganggu karena terdapat kekurangan dan hambatan
dalam alat indera, minat, pengalaman, kecerdasan, perhatian serta kejelasan
objek yang akan dikenalkan. Untuk menanggulangi kekurangan atau hambatan
terbentuknya persepsi harus diupayakan suatu bentuk alat bantu yang
memudahkan atau mengurangi hambatan-hambatan penguasaan peserta didik.
Oleh karena itu digunakan media pembelajaran sebagai pemecahannya.
b. Belajar merupakan proses komunikasi
Proses belajar mengajar pada hakekatnya merupakan proses komunikasi.
Proses komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari sumber pesan
melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Dalam proses
8
penyampaian pesan tersebut tidak selamanya sukses, karena terdapat beberapa
hambatan atau gangguan dalam proses komunikasi ini disebut noises.
Noises atau hambatan dalam peristiwa komunikasi bisa bermacam- macam.
Dalam proses pengajaran, noise ini dapat berupa keterbatasan peserta didik
secara fisik maupun psikologis, kultural, maupun lingkungan. Keterbatasan
secara fisik dapat berupa cacat tubuh, keterbatasan daya indera, sakit, kelelahan.
Keterbatasan secara psikologis dapat berupa minat, kecerdasan, kepercayaan,
sikap dan lain sebagainya. Keterbatasan secara kultural misalnya adat istiadat
yang berbeda, kebiasaan hidup, sikap hidup, norma-norma kepercayaan, bahasa
dan sebagainya. Keterbatasan dalam aspek lingkungan dapat berupa keadaan
yang mencekam atau menakutkan, bising, polusi dan sebagainya.
Untuk meredam, memperkecil, mengatasi atau menghilangkan beragam
keterbatasan dalam komunikasi itu dapat digunakan alat perantara yang disebut
media pembelajaran.

5. Prinsip-prinsip Pemilihan Suatu Media


Sebelum memutuskan untuk menggunakan media tertentu dalam suatu
peristiwa pembelajaran, seorang guru perlu memahami prinsip- prinsip atau
faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan suatu media.
Dalam Sumantri (1999) menyebutkan prinsip-prinsip pemilihan media tersebut,
yaitu :
a. Memilih media harus berdasarkan tujuan pembelajaran dan bahan
pembelajaran yang akan disampaikan.
b. Memilih media harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik
c. Memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru, baik dalam
pengadaannya dan penggunaannya.
d. Memilih media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau pada
waktu, tempat, dan situasi yang tepat.
e. Memilih media harus memahami dari karakteristik dari media itu sendiri

9
Menurut Sumantri (1999), faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
memilih media adalah :
a. Objektivitas, artinya pemilihan media tidak didasarkan karena kerusakan
pribadi atau sekedar hiburan sehingga menghiraukan kegunaan dan
relevansinya dengan bahan dan karakteristik peserta didik.
b. Program pembelajaran, memilih media harus disesuaikan dengan program
pembelajaran karena tidak semua media dapat digunakan untuk semua
program pembelajaran.
c. Situasi dan kondisi pemilihan media harus disesuaikan dengan situasi belajar
mengajar artinya disesuaikan dengan metode mengajar, materi pelajaran, serta
lingkungan kelas dan sekolah.
d. Kualitas teknik, yaitu kesiapan operasional media sebelum digunakan.
e. Keefektifan dan keefesiensian penggunaan artinya penggunaan media bukan
semata-mata karena melaksanakan salah satu komponen pembelajaran tetapi
apakah media itu betul-betul berguna untuk memudahkan pengguasaan peserta
didik.

B. METODE KERJA KELOMPOK


Metode pembelajaran adalah teknik penyajian pelajaran yang dipergunakan
guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di
dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan
oleh peserta didik dengan baik. Ada berbagai macam teknik penyajian dari yang
tradisional yang telah dipergunakan sejak dulu sampai dengan pada teknik modern
yang dipergunakan sekarang ini. Teknik pembelajaran kelompok merupakan salah
satu strategi belajar mengajar, di mana peserta didik di dalam kelas dipandang
sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap
kelompok terdiri dari 3 sampai dengan 5 peserta didik, mereka bekerjasama dalam
memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditentukan guru. Kerja kelompok adalah kegiatan
sekelompok peserta didik yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk
kepentingan belajar, di mana keberhasilan kelompok ini menuntut kegiatan yang
10
kooperatif dari individu anggota kelompok tersebut (Robert L. Cilstrap dan
William R. Martin dalam Roestiyah 2001:45).
Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2002:34) mengemukakan kerja
kelompok berarti kerja kepemimpinan dan keterpimpinan yang perlu dipelajari
siswa untuk bekal dalam kehidupannya nanti”. Selanjutnya secara lebih lengkap
Burton (Nasution 2000:56) menjelaskan “kerja kelompok ialah cara individu
mengadakan relasi dan kerjasama dengan individu lain untuk bekerja sama. Relasi
di dalam kelompok demokratis artinya setiap individu berpartisipasi, ikut serta
secara aktif dan turut bekerjasama, sehingga individu akan memperoleh hasil
belajar yang lebih baik dan mengalami perubahan sikap”. Keuntungan yang
diperoleh dari adanya pembelajaran dengan pendekatan kelompok adalah sebagai
berikut :
a. Peserta didik bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat secara
aktif dan memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi.
b. Peserta didik mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi dan berfikir
kritis.
c. Terjadinya hubungan yang positif antar peserta didik.
Dengan demikian pembelajaran kelompok berhubungan dengan proses
belajar yang dilakukan peserta didik secara bersama-sama melalui komunikasi
interaktif dengan dipimpin oleh seorang pemimpin untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi sehubungan dengan materi pelajaran.
Untuk membentuk manusia demokratis harus ditekankan pelaksanaan
kerjasama atau kerja kelompok, karena menurut para ahli pendidikan prinsip
kerjasama lebih banyak faedahnya daripada sistem persaingan. Nasution
(2000:34) mengemukakan beberapa manfaat dari kerja kelompok sebagai berikut.
a. Mempertinggi hasil belajar, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
b. Keputusan kelompok lebih mudah diterima setiap anggota, bila mereka turut
memikirkan dan memutuskan bersama-sama.
c. Mengembangkan perasaan sosial dan pergaulan sosial yang baik.
d. Meningkatkan rasa percaya diri anggota kelompok.

11
Sedangkan Roestiyah (2001:32) keuntungan menggunakan teknik kerja
kelompok adalah : a) mengembangkan keterampilan bertanya, b) siswa lebih
intensif dalam melakukan penyelidikan, c) mengembangan bakat kepemimpinan,
d) guru lebih memperhatikan siswa, e) siswa lebih aktif, dan f) mengembangkan
rasa menghargai dan menghormati antar siswa. Selanjutnya Mudjiono (2002:3)
menjelaskan “pembelajaran kelompok kecil merupakan perbaikan dari kelemahan
pengajaran klasikal”. Adapun pada pembelajaran kelompok kecil mempunyai
tujuan : a) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah secara rasional, b) mengembangkan sikap
sosial dan semangat gotong royong dalam kehidupan, c) mendinamiskan kegiatan
kelompok dalam belajar, sehingga setiap anggota merasa diri sebagai bagian
kelompok yang bertanggung jawab dan d) mengembangkan kemampuan
kepemimpinan-kepemimpinan pada setiap anggota kelompokj dalam pemecahan
masalah kelompok.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dapat diperoleh beberapa ciri
yang menonjol dalam pembelajaran secara kelompok, yaitu : a) siswa sadar
sebagai anggota kelompok, b) siswa memiliki tujuan bersama, c) siswa memiliki
rasa saling membutuhkan, d) interkasi dan komunikasi antar anggota, e) ada
tindakan bersama dan f) guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing dan
pengendali ketertiban kerja.

C. PENGERTIAN HASIL BELAJAR


Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha
;(Dedy Sugono, 2008:528). Sedangkan belajar sebagaimana telah diuraikan di atas
adalah proses perubahan tingkah laku, sehingga hasil belajar dapat diartikan
sebagai sesuatu yang diadakan oleh usaha merubah tingkah laku.
Hasil belajar sering disebut dengan prestasi belajar. Menurut Winkel,
prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dicapai (Winkel, 1986 :162)
Hasil Belajar menurut Nana Sudjana (2000 : 7), merupakan suatu kompetensi atau
kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran
yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di suatu sekolah dan kelas tertentu.
12
Menurut Nana Sudjana yang dikutip oleh Rochmad Wahab (2009 : 24)
membagi lima kategori hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan
intelektual, kognitif, sikap, dan motorik.
Tipe hasil belajar terdiri dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom
dalam Dimyati 2002:26). Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan membentuk hubungan hierarki.
Dalam penelitian ini hanya ranah kognitif saja, meliputi : a) tipe hasil belajar
pengetahuan hafalan, b) pemahaman, c) penerapan, d) analisis, e) sintesis dan
f) evaluasi. (Sularyo 2004:9).
Proses Belajar merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan yang relative konstan dan berbekas. Perubahan perilaku ini merupakan
hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik.(Suprayekti,2003:4).
Hasil belajar adalah angka yang iperoleh siswa yang telah berhasil
menuntaskan konsep-konsep mata pelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Begitu
juga hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang tetap
sebagai hasil proses pembelajaran. Hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi
tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Prinsip yang mendasari penilaian hasil belajar yaitu untuk memberi harapan
bagi siswa dan guru untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas
dalam arti siswa menjadi pembelajar yang efektif dan guru menjadi motivator
yang baik.
Faktor faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (hasil belajar) yaitu :
1) Faktor bahan atau hal yang dipelajari
Bahan atau hal yang dipelajari ikut menentukan bagaimana proses
pembelajaran dapat berlangsung, dan bagaimana hasilnya agar dapat sesuai
dengan yang diharapkan.

13
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan terdiri dari :
a) Lingkungan alami
Yang dimaksud dengan lingkungan alami adalah keadaan lingkungan
disekitar siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar, seperti temperatur
udara dan kelembaban. Belajar dengan udara yang segar akan lebih baik
hasilnya daripada belajar dalam kondisi pengab dan udara panas.
b) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang baik yang berwujud manusia maupun hal hal lain
akan berpengaruh langsung dalam proses dan hasil belajar siswa. Siswa yang
sedang belajar memecahkan persoalan dan dibutuhkan ketenangan, dengan
kehadiran orang lain yang selalu mondar mandir didekatnya maka siswa
tersebut akan terganggu.
3) Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang ada dan pemanfaatannya telah
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini dapat
berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
dirancang , faktor ini dapat berupa :
a) Hardware (perangkat keras) seperti gedung, perlengkapan belajar, alat
praktikum.
b) Software (perangkat lunak), perangkat ini berupa kurikulum, program,
peraturan dan pedoman pembelajaran.
4) Faktor kondisi individu siswa
Faktor kondisi individu siswa mencakup dua hal yaitu :
a) Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran
seorang siswa. Seorang siswa yang dalam kondisi bugar jasmaninya akan
berlainan dengan belajarnya siswa yang dalam keadaan kelelahan. Disamping
kondisi fisiologis umum, hal yang tidak kalah penting adalah kondisi panca
indra, terutama penglihatan dan pendengaran.

14
b) Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara
lain minat, bakat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif
(Suryasubrata, 1989 : 113).

D. PENGERTIAN IPS
Menurut Sardjiyo, Sugandi, Ichak (2008:126). IPS, seperti halnya IPA,
Matematika, dan Bahasa Indonesia merupakan bidang studi. Dengan demikian,
IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang
garapannya itu meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di
masyarakat. Dari gejala dan masalah tadi di telaah, dianalisis faktor-faktornya
sehingga dapat dirumuskan jalan pemecahannya. Memperhatikan kerangka kerja
IPS, seperti yang dikemukakan di atas dapat ditarik pengertian IPS sebagai
berikut.
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala
dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek
kehidupan atau satu perpaduan.
Jika diartikan, seperti di atas maka apakah bedanya dengan studi sosial?
Jawabannya adalah tidak ada bedanya atau apa yang diistilahkan sebagai studi
sosial negara-negara yang berbahasa inggris itu sama dengan IPS di negeri kita.
Oleh karena itu, sifat IPS sama dengan studi sosial, yaitu praktis, interdisipliner
dan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
IPS yang diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah, menjadi dasar
pengantar bagi mempelajari IPS/Studi Sosial ataupun ilmu Sosial di Perguruan
Tinggi. Bahkan dalam kerangka kerjanya dapat saling melengkapi. Hasil
penelaahan IPS dapat dimanfaatkan oleh ilmu sosial, studi sosial, dan sebaliknya
hasil kajian ilmu sosial, dapat dimanfaatkan oleh IPS.
Dengan demikian, antar ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan
sosial ternyata terdapat kaitan satu sama lainnya sehingga terdapat persamaan dan
perbedaan.

15
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penyelenggaraan pendidikan
di Indonesia masih relatif baru digunakan. Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah terjemahan dari social studies dalam konteks kurikulum pendidikan
dasar dan menengah di Amerika Serikat. Edgar B. Wesley dalam buku
Teaching Social Studies (1952) mengartikan Studi Sosial “those portions or
aspect of social sciences that heve been selected and adapted for used in the
school or in other instructional situation” (bagian atau aspek-aspek ilmu
sosial yang dipilih dan disesuaikan dengan maksud digunakan di sekolah atau
situasi pengajaran lain). Paul Mathias dalam buku The Teacher’s
Handbook for Social Studies memberikan penjelasan bahwa Studi Sosial
merupakan pelajaran tentang manusia dalam masyarakat pada masa lalu,
sekarang, dan yang akan datang. Karena itu Studi Sosial membahas ciri
kemasyarakatan yang mendasar dari manusia, meliputi studi banding tentang
perbedaan-perbedaan rasial dan lingkungan antara manusia yang satu dengan
yang lainnya, dan memerlukan penelitian rinci terhadap berbagai
pernyataan (perilaku) mengenai adaptasi manusia terhadap lingkungan
hidupnya, serta hubungan antara manusia yang satu dengan lainnya. John
Jarolimek menulis Pengetahuan Sosial adalah bagian dari kurikulum sekolah
dasar yang mengambil subject matter content dari ilmu-ilmu sosial seperti sejarah,
sosiologi, politik, psikologi, philosofi, antropologi, dan ekonomi.
Leonard S. Kenworthy mengatakan Pengetahuan Sosial adalah studi tentang
manusia untuk menolong siswa mengenal dirinya maupun orang lain, di dalam
suatu masyarakat yang sangat bervariasi, baik karena perbedaan tempat atau
waktu sebagai individu maupun kelompok dalam memenuhi kebutuhannya
melalui berbagai institusi seperti halnya manusia mencari kepuasan batin dan
masyarakat yang baik.
Diana Nomida Musnir dan Maas DP (1998) menjelaskan hakikat
pendidikan IPS adalah berbagai konsep dan prinsip yang terdapat dalam ilmu-
ilmu sosial, misalnya tentang kependudukan, kriminalitas, korupsi dan kolusi dan
sebagainya yang dikemas untuk kepentingan pendidikan dalam rangka upaya
pencapaian tujuan di berbagai jenjang pendidikan. Berbagai realitas tersebut
16
dijelaskan melalui pendekatan multi dimensi arah dalam melakukan berbagai
prinsip dan generalisasi yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial seperti sejarah,
sosiologi, antropologi, psikologi sosial, geografi dan ilmu politik.
Dengan demikian IPS adalah ilmu pengetahuan tentang manusia dalam
lingkungan hidupnya, yaitu mempelajari kegiatan hidup manusia dalam kelompok
yang disebut masyarakat dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu sosial,
seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan sebagainya.

E. UPAYA GURU MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TERHADAP


PEMBELAJARAN IPS
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak hanya mentransfer ilmu
pengetahuan, tetapi juga mentransfer nilai-nilai positif kepada siswa sebagai
subjek yang belajar. Sebagai wujud dari keprofesional sebagai guru maka dalam
rangka memotivasi guna meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran IPS
yang dianggap sangat kurang dapat dilakukan beberapa upaya sebagai berikut:
a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman pada siswa bahwa IPS bukan
merupakan pelajaraan yang membosankan. Dan memberikan penjelasan
bahwa IPS merupakan ilmu yang sangat penting karena secara langsung
ataupun tidak langsung IPS mempunyai keterkaitan dengan pelajaran yang
lain.
b. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS, guru
hendaknya memotivasi baik ekstrinsik maupun intrinsik. Misalnya:
a. Kompetensi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang
lain.
b. Pada awal kegiatan belajar mengajar guru hendaknya terlebih dahulu
menyampaikan kepada siswa tujuan pembelajaran IPS yang akan
dicapainya sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai
tujuan pembelajaran IPS tersebut.

17
c. Guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
meraih sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
d. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh
nilai yang baik. Jadi angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat
bagi siswa.
c. Pengajaran IPS hendaknya dimulai dari hal-hal yang kongkrit kehal
yang abstrak, dari hal-hal yang mudah menuju hal-hal yang sulit dan akhirnya
akan memotivasi siswa untuk belajar IPS karena kemudahan
tersebut. Pusat pengajaran lebih diutamakan kepada murid, tidak lagi kepada
guru.
d. Memberikan gairah dan semangat siswa untuk belajar IPS dengan
berbagai pendekatan dan metode serta penggunaan media pengajaran.
e. Perencanaan pembelajaran yang tersturktur dengan baik diantaranya dengan:
a. Keterampilan Mengelola Kelas
Sebelum kegiatan belajar mengajar guru lebih dahulu mengelola kelas
pada situasi kondisi belajar yang kondusif agar belajar mengajar dapat
berlagsung dengan efesien.
b. Keterampilan Membuka Pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan menciptakan kesiapan mental dan
menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari. Guru dapat membuat kaitan antara materi kegiatan yang telah
dikuasai oleh siswa dengan bahan baru yang akan dipelajari. Siswa
yang siap belajar adalah siswa yang mengetahui tujuan, masalah pokok,
langkah kegiatan belajar dan batas batas tugas yang harus dikerjakan,
dan kebutuhan akan minat siswa. Membuka pelajaran dengan nmenarik
perhatian siswa melalui gaya mengajar, penggunaan alat bantu dan
interaksi yang bervariasi.
c. Keterampilan Menjelaskan
Guru tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit dan guru
menghindari penggunaan kata-kata yang meragukan dan berlebih-lebihan.
Guru memberikan contoh yang cukup untuk menanamkan pengertian
18
dalam penjelasannya. Contoh yang digunakan guru sesuai dengan usia,
pengetahuan dan latar belakang siswa. Guru menunjukan dengan jelas pola
atau struktur sajian khususnya hubungan antara contoh dengan
generalisasi, hukum dan rumus IPS, dan memberikan ikhtisar butir–
butir yang penting dari suatu materi..
Guru mengadakan variasi suara dalam memberikan penekanan pada hal-
hal penting dalam penjelasannya. Penekanan yang berbeda diberikan
pula dengan mimik, isyarat ataupun dengan gerakan selama pelajaran
berlangsung. Dan guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa, minat siswa, atau sikap siswa tentang relevansi
atau kegunaan suatu penjelasan.
d. Keterampilan Bertanya
Guru memberikan pertanyaan disesuaikan dengan taraf psikologi,
pengetahuan anak, dalam mengajukan pertanyaan guru dapat bertanya ke
seluruh kelas, ke siswa tertentu dan giliran respons jawaban teman.
Keterampilan bertanya diharapkan mendorong interaksi antar siswa
ataupun interaksi antara guru dengan siswa.
e. Keterampilan Menutup Pelajaran
Cara yang dapat dilakukan guru untuk menutup pelajaran adalah meninjau
kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan
membuat ringkasan. Serta mengevaluasi pembelajaran yang sudah
disampaikan.
f. Melakukan variasi mengajar dengan menggunakan berbagai komponen
dan keterampilan yang dimiliki oleh guru sebagai fasilitator guna
meningkatkan semangat belajar anak terhadap IPS sehingga tujuan
pengajaran dapat tercapai. Variasi dalam gaya mengajar guru meliputi; suara,
mimik dan gerak, kesenyapan, kontak pandang, perubahan posisi,
memusatkan, variasi penggunaan media dan alat bantu pengajaran, variasi
ajaran, variasi visual, variasi pola interaksi dan variasi kegiatan siswa.

19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat, Waktu Penelitian, dan Pihak yang Membantu


a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV, dengan jumlah sebanyak 24
siswa, yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Alasan penentuan kelas ini sebagai subjek penelitian adalah :
1. Rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial khususnya materi Permasalahan Sosial.
2. Siswa cenderung bersikap pasif dalam proses belajar mengajar.
3. Siswa masih malu dan takut untuk mengemukakan pendapatnya.
4. Kurangnya motivasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial.
b. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1 Sidodadi, Kecamatan
Sekampung, Kabupaten Lampung Timur dengan jumlah siswanya
168 orang, rata-rata tiap kelas mencapai kurang lebih 25 orang siswa.
c. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014
selama 3 (tiga) minggu pada bulan Mei 2014 dengan rincian sebagai
berikut :
1. Sebelum Perbaikan (Pra Siklus) : Senin, 5 Mei 2014
2. Perbaikan Pertama (Siklus I) : Senin, 12 Mei 2014
3. Perbaikan Kedua (Siklus II) : Senin, 19 Mei 2014
d. Pihak yang Membantu
Selama pelaksanaan penelitian, peneliti dibantu oleh seorang guru senior
bernama Mauizah, S.Pd.SD yang berperan sebagai supervisor 2 (teman
sejawat) karena memiliki pendidikan yang relevan dan menguasai
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
20
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Prosedur penelitian ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap siklus
dilaksanakan sesuai perubahan yang dicapai. Untuk mengetahui permasalahan
yang merupakan rendahnya kemampuan mengenal permasalahan sosial pada
siswa kelas IV SD Negeri 1 Sidodadi, Kecamatan Sekampung, Kabupaten
Lampung Timur dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru.
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijelaskan dalam tahap-tahap
sebagai berikut :
Siklus Pertama (Siklus I)
1. Tahap Perencanaan Tindakan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat R encana P erbaikan P embelajaran ( R P P ) mata pelajaran IPS
dengan KD : mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
c. Menyiapkan lembar kerja siswa.
d. Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa :
1) Lembar aktivitas guru
2) Lembar aktivitas siswa
3) Lembar penilaian siswa
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan RPP mata pelajaran
IPS dengan KD : mengenal permasalahan sosial di daerahnya yaitu membagi
siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4 siswa.
3. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yaitu
pada proses pembelajaran IPS dengan KD : mengenal permasalahan sosial di
daerahnya dengan metode kerja kelompok. Kegiatan yang dilakukan peneliti
adalah :
a. Memonitor siswa selama proses pembelajaran.
b. Menilai hasil tes siswa setelah pelaksanaan pembelajaran.

21
4. Tahap Refleksi
Peneliti mengadakan refleksi guna mengetahui kelemahan- kelemahan dalam
proses pembelajaran yang telah berlangsung sehingga dapat digunakan untuk
menetukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
Siklus Kedua (Siklus II)
1. Tahap Perencanaan Tindakan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS
dengan KD : mengenal permasalahan sosial di daerahnya dengan
menggunakan metode kerja kelompok.
b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
c. Menyiapkan lembar kerja siswa.
d. Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa :
1) Lembar aktivitas guru
2) Lembar aktivitas siswa
3) Lembar penilaian siswa
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai Rencana Perbaikan
Pembelajaran yang telah dibuat dalam mata pelajaran IPS dengan
KD : mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
3. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yaitu
pada proses pembelajaran IPS pada KD : mengenal permasalahan sosial
dengan metode kerja kelompok. Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah :
a. Memiliki monitor siswa selama proses pembelajaran.
b. Peneliti menilai hasil yang dicapai siswa setelah pelaksanaan pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Peneliti dan teman sejawat bersama-sama membahas hasil pembelajaran. Siswa
dikatakan berhasil jika kemampuan mengenal permasalahan sosial siswa
kelas IV benar-benar meningkat sesuai KKM yang ditentukan yaitu bila 80%
dari jumlah siswa mendapat nilai > 60 dan rata-rata kelas mencapai 60,0.

22
C. Teknik Analisis Data
Analisis data diperoleh dari hasil-hasil penelitian melalui 2 siklus. Data
yang telah diperoleh dianalisis dengan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar
siswa pada materi mengenal permasalahan sosial dengan metode kerja kelompok.
a. Analisis Lembar Observasi
Data pengamatan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran dianalisis
dengan menggunakan persentase (%) yakni banyaknya frekuensi kejadian
yang sering muncul selama pembelajaran berlangsung sesuai dengan jumlah
kegiatan dengan frekuensi atau keseluruhan dikali 100%.

f
fP = x 100%
n

Keterangan :
P = Persentase jenis aktivitas guru dan siswa
f = Frekuensi kejadian yang muncul
n = Jumlah aktivitas keseluruhan

b. Analisis Tes Hasil Belajar Siswa


Teknik analisis ini menggunakan penghitungan persentase keberhasilan atau
ketercapaian siswa secara keseluruhan, maka dilakukan penghitungan untuk
menyampaikan hasil belajar siswa adalah sebagai berikut :

∑ fx
M =
n
Keterangan :
M = mean (nilai rata-rata)
∑fx = jumlah nilai siswa
n = jumlah seluruh siswa
(Soebakri, 1992:25)

23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil penelitian ini diperoleh dari tindakan pada siklus I dan siklus II
berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa serta hasil tes kemampuan
siswa pada setiap siklus. Lembar aktivitas guru digunakan untuk mengetahui
bagaimana aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar
pengamatan siswa digunakan untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa
selama mengikuti proses pembelajaran materi permasalahan sosial dengan
metode kerja kelompok.
1. Siklus I (Perbaikan Pertama)
Pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari senin tanggal 12 Mei 2014
selama 2 x 35 menit (2 jam pelajaran) dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan prestasi
belajar sebelum tindakan, dapat diperoleh informasi sebagai data awal. Hasil
pencatatan menunjukkan bahwa dari 24 siswa kelas IV SD Negeri 1 Sidodadi
terdapat 18 siswa atau kurang lebih 77% yang nilai prestasi belajarnya
masih belum mencapai batas ketuntasan minimal. Setelah dilakukan
pemeriksaan dan analisa pada lembar pekerjaan siswa, ternyata sebagian
besar siswa masih belum dapat memahami tentang permasalahan sosial. Atas
dasar hal tersebut, peneliti melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan
teman sejawat tentang alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut di atas. Berdasarkan hasil koordinasi dengan kepala sekolah
dan teman sejawat, peneliti memilih penggunaan metode kerja kelompok
untuk meningkatkan pemahaman tentang permasalahan sosial di kelas IV SD
Negeri 1 Sidodadi.

24
Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran IPS,
peneliti melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
metode kerja kelompok. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
persiapan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Memilih/menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator
yang hendak dicapai.
2) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan.
3) Menyusun rencana persiapan pembelajaran berdasarkan kesepakatan
bersama.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok sesuai rencana yang telah disusun.
Kegiatan diawali dengan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan dengan
mengabsen siswa dan mengatur tempat duduk siswa. Sebagai kegiatan awal,
guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang permasalahan sosial.
Kegiatan ini diulang-ulang sampai siswa mengetahui betul materi yang
diajarkan. Sebagai latihan guru memberi tugas kepada beberapa siswa untuk
menjawab pertanyaan tentang materi pelajaran. Selanjutnya guru membagi
siswa ke dalam kelompok yang masing-masing kelompoknya terdiri dari 4
(empat) siswa dan memberikan lembar kerja untuk dikerjakan secara
kelompok. Setelah selesai lembar kerja dikumpulkan untuk dibahas bersama.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan soal evaluasi pada siswa, dan
sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah (PR) bagi siswa.
c. Pengamatan
Dalam tahap ini, guru secara kolaboratif dengan teman sejawat dan
kepala sekolah melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu
berupa lembar observasi. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data
mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan rencana perbaikan
25
pembelajaran yang telah disusun serta mengetahui seberapa besar
pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan kemampuan memahami
permasalahan sosial pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sidodadi. Oleh karena
itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan.
Adapun uraian pengamatan pada siklus I adalah sebagai berikut :

KD : Mengenal permasalahan sosial di daerahnya


Metode : Kerja Kelompok

Hasil Pengamatan :

Kegiatan Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan (terlampir) maka dipaparkan hasil pengamatan
sebagai berikut : a) Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru. b)
Siswa cukup aktif menjawab pertanyaan guru. c) Rasa ingin tahu dan
keberanian siswa mulai meningkat. d) Kreatifitas dan inisiatif siswa cukup
xlvii
baik. e) Siswa cukup aktif mengerjakan tugas individu dan kelompok.

Kegiatan Guru
Berdasarkan hasil pengamatan (terlampir) maka dipaparkan hasil pengamatan
sebagai berikut: a) Guru sudah memberikan apersepsi. b) Guru sudah
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. c) Guru sudah menyampaikan
materi. d). Guru telah memotivasi siswa untuk belajar. e) Guru sudah
menerapkan metode kerja kelompok f) Guru penuh perhatian dengan siswa.
g) Guru telah menggunakan pendekatan dengan baik. h) Guru telah
menyimpulkan materi pelajaran. i) Guru telah menyusun lembar evaluasi. j)
Guru telah memeriksa pekerjaan siswa. k) Guru sudah melaksanakan tindak
lanjut.

26
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan untuk
dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses
tindakan, diketahui bahwa pada siklus I dengan materi permasalahan sosial,
telah menunjukkan peningkatan prestasi lebih baik dibandingkan dengan
sebelum tindakan walaupun dikatakan belum berhasil.
Hasil refleksi selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut :

KD : Mengenal permasalahan sosial di daerahnya


Metode : Kerja Kelompok

Hasil Refleksi :

Hasil refleksi pada siklus I ini menunjukkan bahwa siswa cukup aktif
memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru. Kemampuan
memahami materi permasalahan sosial mengalami peningkatan dari
pembelajaran sebelum perbaikan, terbukti dari hasil nilai tes menunjukkan
bahwa siswa yang memperoleh nilai ≥60 sebanyak 16 siswa dari 24 siswa
atau 66,67% dengan rata-rata kelas mencapai 60,42.
Berdasarkan usulan penelitian yang sudah disetujui bersama bahwa
pembelajaran dikatakan berhasil apabila 80% dari jumlah siswa atau minimal
sebanyak 19 siswa dari 24 siswa mendapat nilai > 60 dan rata-rata kelas
mencapai 60,0. Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai ≥ 60,0
sebanyak 16 siswa dari 24 siswa atau 66,67% dari jumlah siswa dan nilai rata-
rata kelas yang mencapai 60,42 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok yang dilakukan sudah meningkat
walaupun belum berhasil. Data nilai hasil perbaikan pembelajaran siswa pada
siklus I selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

27
Tabel 4.1 Data Nilai Hasil Perbaikan Pembelajaran Siswa pada Siklus I

No Nama Siswa L/P Nilai Ket


1 50 Belum Tuntas
2 70 Tuntas
3 60 Tuntas
4 70 Tuntas
5 60 Tuntas
6 60 Tuntas
7 50 Belum Tuntas
8 70 Tuntas
9 70 Tuntas
10 70 Tuntas
11 70 Tuntas
12 30 Belum Tuntas
13 50 Belum Tuntas
14 60 Tuntas
15 70 Tuntas
16 60 Tuntas
17 50 Belum Tuntas
18 60 Tuntas
19 80 Tuntas
20 80 Tuntas
21 40 Belum Tuntas
22 50 Belum Tuntas
23 70 Tuntas
24 50 Belum Tuntas
Jumlah 1450
Rata-rata 60,42 KKM = 60
Persentase Ketuntasan (%) 66,67

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pembelajaran pada


siklus I untuk materi permasalahan sosial telah menunjukkan peningkatan
dibandingkan nilai sebelum tindakan dengan rata-rata kelas pada siklus I
mencapai 60,42 walaupun dikatakan belum berhasil. Data statistik nilai siswa
pada siklus I ditunjukkan pada grafik 4.1 di bawah ini.
28
Grafik 4.1 Data Statistik Nilai Siswa pada Siklus I

7
8
6

5
Frekuensi

0
21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 – 90 91 – 100

Rentang Nilai

2. Siklus II (Perbaikan Kedua)


Pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari senin tanggal 19 Mei
2014 selama 2 x 35 menit (2 jam pelajaran) dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi terhadap proses pembelajaran
dan prestasi belajar pada siklus I, dapat diperoleh informasi bahwa
pembelajaran belum berhasil walaupun sudah ada peningkatan baik nilai rata-
rata kelas maupun prestasi siswa. Atas dasar hal tersebut, guru kelas
melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan teman sejawat tentang
alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut di atas.
Berdasarkan hasil koordinasi tersebut, peneiti menyusun rencana perbaikan
pembelajaran yang lebih cermat dan teliti. Rencana perbaikan pembelajaran
menekankan pada pemahaman konsep, diikuti dengan penjelasan dan
pemberian contoh-contoh yang lebih bervariatif sehingga siswa lebih mudah
dalam memahami materi pelajaran. Jadi, segala kegiatan dilakukan untuk
memantapkan pemahaman konsep terhadap siswa tentang materi
pembelajaran permasalahan sosial, dengan berpedoman pada standar
kompetensi mata pelajaran IPS. Hal ini merupakan pengulangan dari

29
kegiatan siklus I. Guru melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam persiapan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Memilih/menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator
yang hendak dicapai.
2) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan.
3) Menyusun rencana persiapan pembelajaran berdasarkan kesepakatan
bersama.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap ini, guru kelas melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok sesuai rencana yang telah disusun.
Kegiatan diawali dengan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan dengan
mengabsen siswa dan mengatur tempat duduk siswa. Sebagai kegiatan awal,
guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang permasalahan sosial,
kegiatan ini diulang-ulang sampai siswa benar-benar memahami materi yang
diajarkan. Sebagai latihan guru memberi tugas kepada beberapa siswa untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Selanjutnya guru membagikan lembar
kerja untuk dikerjakan secara kelompok dengan jumlah anggota masing-
masing kelompok sebanyak 4 siswa. Setelah selesai lembar kerja
dikumpulkan untuk dibahas bersama.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan soal evaluasi pada siswa, dan
sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah (PR) bagi siswa.
c. Pengamatan
Dalam tahap ini, guru kelas secara kolaboratif dengan teman sejawat dan
kepala sekolah melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu
berupa lembar observasi. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data
mengenai kesesuaian pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan rencana
perbaikan pembelajaran yang telah disusun serta mengetahui seberapa besar
30
pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan pemahaman tentang
permasalahan sosial pada siswa kelas IV SD N egeri 1 Sidodadi. Oleh
karena itu pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, termasuk suasana kelas.
Adapun uraian pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut :

KD : Mengenal permasalahan sosial di daerahnya


Metode : Kerja Kelompok

Hasil Pengamatan :

Kegiatan Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan (terlampir) maka dipaparkan hasil pengamatan
sebagai berikut : a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru. b) Siswa
aktif menjawab pertanyaan guru. c) Rasa ingin tahu dan keberanian siswa
meningkat. d) Kreatifitas dan inisiatif siswa meningkat. e) Siswa aktif
xlvii
mengerjakan tugas individu dan kelompok.

Kegiatan Guru
Berdasarkan hasil pengamatan (terlampir) maka dipaparkan hasil pengamatan
sebagai berikut: a) Guru sudah memberikan apersepsi. b) Guru sudah
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. c) Guru sudah menyampaikan
materi. d). Guru telah memotivasi siswa untuk belajar. e) Guru sudah
menerapkan metode kerja kelompok f) Guru penuh perhatian dengan siswa.
g) Guru telah menggunakan pendekatan dengan baik. h) Guru telah
menyimpulkan materi pelajaran. i) Guru telah menyusun lembar evaluasi. j)
Guru telah memeriksa pekerjaan siswa. k) Guru sudah melaksanakan tindak
lanjut.

31
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan untuk
dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses
tindakan, diketahui bahwa pada siklus II dengan materi permasalahan sosial,
telah menunjukkan peningkatan prestasi lebih baik dibandingkan dengan
siklus I sehingga dapat dikatakan pelaksanaan siklus II telah berhasil.
Hasil refleksi selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut :

KD : Mengenal permasalahan sosial di daerahnya


Metode : Kerja Kelompok

Hasil Refleksi :

Hasil refleksi pada siklus II ini menunjukkan bahwa siswa lebih aktif
memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru.
Pemahaman materi permasalahan soial sudah meningkat, terbukti dari hasil
nilai tes menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 22
siswa dari 24 siswa atau 91,67% dengan rata-rata kelas mencapai 75,42.
Berdasarkan usulan penelitian yang sudah disetujui bersama bahwa
pembelajaran dikatakan berhasil apabila 80% dari jumlah siswa atau minimal
sebanyak 19 siswa dari 24 siswa mendapat nilai > 60 dan rata-rata kelas
mencapai 60,0. Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai ≥ 60,0
sebanyak 22 siswa dari 24 siswa atau 91,67% dari jumlah siswa dan nilai
rata-rata kelas yang mencapai 75,42 menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode kerja kelompok yang dilakukan berhasil. Data
nilai hasil perbaikan pembelajaran siswa pada siklus II selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 4.2.

32
Tabel 4.2 Data Nilai Hasil Perbaikan Pembelajaran Siswa pada Siklus II

No Nama Siswa L/P Nilai Ket


1 60 Belum Tuntas
2 80 Tuntas
3 50 Tuntas
4 90 Tuntas
5 60 Tuntas
6 60 Tuntas
7 70 Belum Tuntas
8 80 Tuntas
9 100 Tuntas
10 90 Tuntas
11 70 Tuntas
12 50 Belum Tuntas
13 60 Belum Tuntas
14 80 Tuntas
15 90 Tuntas
16 80 Tuntas
17 70 Belum Tuntas
18 80 Tuntas
19 100 Tuntas
20 100 Tuntas
21 60 Belum Tuntas
22 70 Belum Tuntas
23 80 Tuntas
24 80 Belum Tuntas
Jumlah 1810
Rata-rata 75,42 KKM = 60
Persentase Ketuntasan (%) 91,67

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa pembelajaran pada


siklus II untuk materi permasalahan sosial telah menunjukkan peningkatan
yang signifikan dibandingkan nilai perbaikan pembelajaran siklus I dengan
rata-rata kelas pada siklus II mencapai 91,67 dan dapat dikatakan berhasil.
Data statistik nilai siswa ditunjukkan pada grafik 4.2 di bawah ini.
33
Grafik 4.2 Data Statistik Nilai Siswa pada Siklus II

7
8
6

5
Frekuensi

0
21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 – 90 91 – 100

Rentang Nilai

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Berdasarkan pengamatan dari analisis data yang ada dapat dilihat adanya
peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran, serta perkembangan prestasi
belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Sidodadi, Kecamatan Sekampung, Kabupaten
Lampung Timur. Peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran antara lain :
1. Siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan dari guru
2. Siswa lebih aktif menjawab pertanyaan dari guru
3. Keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan guru lebih meningkat
4. Kerjasama siswa dengan teman meningkat
5. Siswa merasa senang mengerjakan tugas-tugas dari guru
Sedangkan perkembangan prestasi siswa yang memperoleh nilai ≥ 60
seperti yang tercantum dalam tabel rekapitulasi nilai mata pelajaran IPS materi
permasalahan sosial siswa kelas IV SD Negeri 1 S i d o d a d i pra si kl us
(sebelum perbaikan), Siklus I (perbaikan pertama), dan Siklus II (perbaikan
kedua).

34
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa

Nilai
No Nama Siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 40 50 60
2 50 70 80
3 50 60 50
4 50 70 90
5 40 60 60
6 50 60 60
7 50 50 70
8 60 70 80
9 70 70 100
10 50 70 90
11 50 70 70
12 30 30 50
13 30 50 60
14 50 60 80
15 60 70 90
16 50 60 80
17 40 50 70
18 50 60 80
19 70 80 100
20 80 80 100
21 30 40 60
22 50 50 70
23 60 70 80
24 30 50 80
Jumlah 1190 1450 1810
Rata-rata 49,58 60,42 75,42
Persentase Ketuntasan (%) 25,00 66,67 91,67

Dari tabel di atas terlihat bahwa, penggunaan metode kerja kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, dari 25% siswa yang tuntas pada saat sebelum
perbaikan, meningkat menjadi 66,67% pada siklus pertama dan meningkat lagi
menjadi 91,67% pada siklus kedua, dengan KKM 60.

35
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran dengan menggunakan
dua siklus tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok pada mata pelajaran IPS materi
permasalahan sosial dapat meningkatkan hasi beajar siswa, hal ini ditunjukkan
oleh data-data berikut :
1. Pada siklus I guru menggunakan metode kerja kelompok dalam
pembelajaran sehingga nilai rata-rata kelas meningkat yaitu 60,42 namun
belum tuntas KKM.
2. Pada siklus II metode kerja kelompok yang digunakan dalam pembelajaran
dibuat lebih menarik untuk memudahkan siswa dalam memahami materi
sehingga nilai rata-rata kelas meningkat yaitu 75,42 dan memenuhi ketuntasan
KKM yang telah ditentukan.
Dengan demikian dapat dibuktikan kebenarannya bahwa pembelajaran IPS
materi permasalahan sosial dengan menggunakan metode kerja kelompok dapat
meningkatkan hasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Sidodadi Kecamatan
Sekampung Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Saran Tindak Lanjut


Sesuai dengan simpulan hasil penelitian serta dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan pada umumnya dan meningkatkan hasil belajar peserta didik,
maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Agar hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS materi permasalahan
sosial dapat meningkat, maka disarankan bagi guru untuk menggunakan
metode kerja kelompok dalam pembelajaran..
2. Dalam penerapan metode kerja kelompok, siswa harus lebih kreatif dan
inisiatif dalam mengembangkan kemampuan pemahaman dan analisa.
36

Anda mungkin juga menyukai