PENDAHULUAN
3
B. RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Sejauh mana hasil belajar
siswa terhadap pembelajaran IPS pada materi permasalahan sosial”.
Setelah peneliti merumuskan permasalahan di atas, selanjutnya masalah tersebut
dibatasi dengan harapan akan menjadi lebih jelas dan mempermudah pelaksanaan
penelitian. Adapun inti permasalahan penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Peserta didik tidak dapat menjelaskan pengertian permasalahan sosial.
2. Peserta didik tidak dapat menyebutkan jenis-jenis permasalahan sosial.
3. Peserta didik tidak dapat menjelaskan cara mengatasi permasalahan sosial.
Setelah disepakati dari hasil diskusi dengan teman sejawat penyebab siswa
tidak dapat memahami permasalahan sosial karena dalam pembelajaran guru tidak
menggunakan metode pembelajaran yang sesuai. Dari uraian diatas, yang menjadi
fokus perbaikan pembelajaran adalah pembelajaran dalam upaya membantu siswa
agar mereka dapat dengan mudah menjelaskan pengertian permasalahan sosial,
menyebutkan jenis-jenis permasalahan sosial, dan menjelaskan cara mengatasi
permasalahan sosial. Sehingga dapat disimpulkan fokus perbaikan pembelajaran
menjadi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana metode kerja kelompok dapat mengefektifkan pembelajaran IPS?
2. Bagaimana metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
4
D. MANFAAT PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak,
terutama jika penelitian ini berhasil. Maka manfaat yang diperoleh sebagai
berikut:
1) Bagi Siswa
a. Meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran.
b. Meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran
2) Bagi Guru
a. Memperbaiki pembelajaran yang dikelola.
b. Membantu guru berkembang secara profesional.
c. Memperluas pengalaman mengajar di kelas dalam rangka perencanaan
pembelajaran yang efektif.
d. Sebagai acuan memperbaiki proses pembelajaran dan landasan
meningkatkan proses pembelajaran di kelas.
3) Bagi Sekolah
a. Sebagai sumbangan yang positif untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang dihadapi di sekolah
b. Menumbuhkan iklim kerja sama yang kondusif untuk memajukan sekolah.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. MEDIA PEMBELAJARAN
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting
dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan multimedia sangat
memungkinkan dapat mengaktifkan peserta didik dalam belajar yang penuh
makna (meaningful learning) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
1. Pengertian Media Pembelajaran
Secara lafal media diartikan sebagai medium dan perantara. Dalam
kaitannya dengan proses pembelajaran, media diartikan sebagai wahana penyalur
pesan pembelajaran. Bebapa ahli telah menmgemukakan pengertian tentang
media pembelajaran dalam Hernawan dkk (2006) antara lain sebagai berikut :
a. Media pembelajaran sebagai sarana komunikasi, baik dalam bentuk cetak
maupun pandang dengar, termasuk perangkat kelasnya.
b. Media pembelajaran sebagai teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.
c. Media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta perangsang peserta didik untuk belajar.
d. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak didik sehingga
dapat mendorong terjadinya pada diri siswa.
e. Media pembelajaran adalah sebagai alat fisik dimana pesan-pesan
instruksional dikomunikasikan.
f. Media pembelajaran sebagai setiap alat, baik hardware maupun software yang
digunakan sebagai media komunikasi dan yang tujuannya untuk
meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.
Dari keenam definisi media pembelajaran yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan secara lebih sederhana bahwa yang dimaksud dengan media
pembelajaran adalah segala alat pembelajaran yang digunakan guru sebagai
6
perantara untuk menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses
belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran
tersebut.
9
Menurut Sumantri (1999), faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
memilih media adalah :
a. Objektivitas, artinya pemilihan media tidak didasarkan karena kerusakan
pribadi atau sekedar hiburan sehingga menghiraukan kegunaan dan
relevansinya dengan bahan dan karakteristik peserta didik.
b. Program pembelajaran, memilih media harus disesuaikan dengan program
pembelajaran karena tidak semua media dapat digunakan untuk semua
program pembelajaran.
c. Situasi dan kondisi pemilihan media harus disesuaikan dengan situasi belajar
mengajar artinya disesuaikan dengan metode mengajar, materi pelajaran, serta
lingkungan kelas dan sekolah.
d. Kualitas teknik, yaitu kesiapan operasional media sebelum digunakan.
e. Keefektifan dan keefesiensian penggunaan artinya penggunaan media bukan
semata-mata karena melaksanakan salah satu komponen pembelajaran tetapi
apakah media itu betul-betul berguna untuk memudahkan pengguasaan peserta
didik.
11
Sedangkan Roestiyah (2001:32) keuntungan menggunakan teknik kerja
kelompok adalah : a) mengembangkan keterampilan bertanya, b) siswa lebih
intensif dalam melakukan penyelidikan, c) mengembangan bakat kepemimpinan,
d) guru lebih memperhatikan siswa, e) siswa lebih aktif, dan f) mengembangkan
rasa menghargai dan menghormati antar siswa. Selanjutnya Mudjiono (2002:3)
menjelaskan “pembelajaran kelompok kecil merupakan perbaikan dari kelemahan
pengajaran klasikal”. Adapun pada pembelajaran kelompok kecil mempunyai
tujuan : a) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah secara rasional, b) mengembangkan sikap
sosial dan semangat gotong royong dalam kehidupan, c) mendinamiskan kegiatan
kelompok dalam belajar, sehingga setiap anggota merasa diri sebagai bagian
kelompok yang bertanggung jawab dan d) mengembangkan kemampuan
kepemimpinan-kepemimpinan pada setiap anggota kelompokj dalam pemecahan
masalah kelompok.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dapat diperoleh beberapa ciri
yang menonjol dalam pembelajaran secara kelompok, yaitu : a) siswa sadar
sebagai anggota kelompok, b) siswa memiliki tujuan bersama, c) siswa memiliki
rasa saling membutuhkan, d) interkasi dan komunikasi antar anggota, e) ada
tindakan bersama dan f) guru bertindak sebagai fasilitator, pembimbing dan
pengendali ketertiban kerja.
13
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan terdiri dari :
a) Lingkungan alami
Yang dimaksud dengan lingkungan alami adalah keadaan lingkungan
disekitar siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar, seperti temperatur
udara dan kelembaban. Belajar dengan udara yang segar akan lebih baik
hasilnya daripada belajar dalam kondisi pengab dan udara panas.
b) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial yang baik yang berwujud manusia maupun hal hal lain
akan berpengaruh langsung dalam proses dan hasil belajar siswa. Siswa yang
sedang belajar memecahkan persoalan dan dibutuhkan ketenangan, dengan
kehadiran orang lain yang selalu mondar mandir didekatnya maka siswa
tersebut akan terganggu.
3) Faktor instrumental
Faktor instrumental adalah faktor yang ada dan pemanfaatannya telah
dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini dapat
berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
dirancang , faktor ini dapat berupa :
a) Hardware (perangkat keras) seperti gedung, perlengkapan belajar, alat
praktikum.
b) Software (perangkat lunak), perangkat ini berupa kurikulum, program,
peraturan dan pedoman pembelajaran.
4) Faktor kondisi individu siswa
Faktor kondisi individu siswa mencakup dua hal yaitu :
a) Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis sangat berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran
seorang siswa. Seorang siswa yang dalam kondisi bugar jasmaninya akan
berlainan dengan belajarnya siswa yang dalam keadaan kelelahan. Disamping
kondisi fisiologis umum, hal yang tidak kalah penting adalah kondisi panca
indra, terutama penglihatan dan pendengaran.
14
b) Kondisi Psikologis
Kondisi psikologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara
lain minat, bakat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif
(Suryasubrata, 1989 : 113).
D. PENGERTIAN IPS
Menurut Sardjiyo, Sugandi, Ichak (2008:126). IPS, seperti halnya IPA,
Matematika, dan Bahasa Indonesia merupakan bidang studi. Dengan demikian,
IPS sebagai bidang studi memiliki garapan yang dipelajari cukup luas. Bidang
garapannya itu meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di
masyarakat. Dari gejala dan masalah tadi di telaah, dianalisis faktor-faktornya
sehingga dapat dirumuskan jalan pemecahannya. Memperhatikan kerangka kerja
IPS, seperti yang dikemukakan di atas dapat ditarik pengertian IPS sebagai
berikut.
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala
dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek
kehidupan atau satu perpaduan.
Jika diartikan, seperti di atas maka apakah bedanya dengan studi sosial?
Jawabannya adalah tidak ada bedanya atau apa yang diistilahkan sebagai studi
sosial negara-negara yang berbahasa inggris itu sama dengan IPS di negeri kita.
Oleh karena itu, sifat IPS sama dengan studi sosial, yaitu praktis, interdisipliner
dan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
IPS yang diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah, menjadi dasar
pengantar bagi mempelajari IPS/Studi Sosial ataupun ilmu Sosial di Perguruan
Tinggi. Bahkan dalam kerangka kerjanya dapat saling melengkapi. Hasil
penelaahan IPS dapat dimanfaatkan oleh ilmu sosial, studi sosial, dan sebaliknya
hasil kajian ilmu sosial, dapat dimanfaatkan oleh IPS.
Dengan demikian, antar ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan
sosial ternyata terdapat kaitan satu sama lainnya sehingga terdapat persamaan dan
perbedaan.
15
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial dalam penyelenggaraan pendidikan
di Indonesia masih relatif baru digunakan. Ilmu Pengetahuan Sosial
adalah terjemahan dari social studies dalam konteks kurikulum pendidikan
dasar dan menengah di Amerika Serikat. Edgar B. Wesley dalam buku
Teaching Social Studies (1952) mengartikan Studi Sosial “those portions or
aspect of social sciences that heve been selected and adapted for used in the
school or in other instructional situation” (bagian atau aspek-aspek ilmu
sosial yang dipilih dan disesuaikan dengan maksud digunakan di sekolah atau
situasi pengajaran lain). Paul Mathias dalam buku The Teacher’s
Handbook for Social Studies memberikan penjelasan bahwa Studi Sosial
merupakan pelajaran tentang manusia dalam masyarakat pada masa lalu,
sekarang, dan yang akan datang. Karena itu Studi Sosial membahas ciri
kemasyarakatan yang mendasar dari manusia, meliputi studi banding tentang
perbedaan-perbedaan rasial dan lingkungan antara manusia yang satu dengan
yang lainnya, dan memerlukan penelitian rinci terhadap berbagai
pernyataan (perilaku) mengenai adaptasi manusia terhadap lingkungan
hidupnya, serta hubungan antara manusia yang satu dengan lainnya. John
Jarolimek menulis Pengetahuan Sosial adalah bagian dari kurikulum sekolah
dasar yang mengambil subject matter content dari ilmu-ilmu sosial seperti sejarah,
sosiologi, politik, psikologi, philosofi, antropologi, dan ekonomi.
Leonard S. Kenworthy mengatakan Pengetahuan Sosial adalah studi tentang
manusia untuk menolong siswa mengenal dirinya maupun orang lain, di dalam
suatu masyarakat yang sangat bervariasi, baik karena perbedaan tempat atau
waktu sebagai individu maupun kelompok dalam memenuhi kebutuhannya
melalui berbagai institusi seperti halnya manusia mencari kepuasan batin dan
masyarakat yang baik.
Diana Nomida Musnir dan Maas DP (1998) menjelaskan hakikat
pendidikan IPS adalah berbagai konsep dan prinsip yang terdapat dalam ilmu-
ilmu sosial, misalnya tentang kependudukan, kriminalitas, korupsi dan kolusi dan
sebagainya yang dikemas untuk kepentingan pendidikan dalam rangka upaya
pencapaian tujuan di berbagai jenjang pendidikan. Berbagai realitas tersebut
16
dijelaskan melalui pendekatan multi dimensi arah dalam melakukan berbagai
prinsip dan generalisasi yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial seperti sejarah,
sosiologi, antropologi, psikologi sosial, geografi dan ilmu politik.
Dengan demikian IPS adalah ilmu pengetahuan tentang manusia dalam
lingkungan hidupnya, yaitu mempelajari kegiatan hidup manusia dalam kelompok
yang disebut masyarakat dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu sosial,
seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan sebagainya.
17
c. Guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
meraih sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
d. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh
nilai yang baik. Jadi angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat
bagi siswa.
c. Pengajaran IPS hendaknya dimulai dari hal-hal yang kongkrit kehal
yang abstrak, dari hal-hal yang mudah menuju hal-hal yang sulit dan akhirnya
akan memotivasi siswa untuk belajar IPS karena kemudahan
tersebut. Pusat pengajaran lebih diutamakan kepada murid, tidak lagi kepada
guru.
d. Memberikan gairah dan semangat siswa untuk belajar IPS dengan
berbagai pendekatan dan metode serta penggunaan media pengajaran.
e. Perencanaan pembelajaran yang tersturktur dengan baik diantaranya dengan:
a. Keterampilan Mengelola Kelas
Sebelum kegiatan belajar mengajar guru lebih dahulu mengelola kelas
pada situasi kondisi belajar yang kondusif agar belajar mengajar dapat
berlagsung dengan efesien.
b. Keterampilan Membuka Pelajaran
Membuka pelajaran adalah kegiatan menciptakan kesiapan mental dan
menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan
dipelajari. Guru dapat membuat kaitan antara materi kegiatan yang telah
dikuasai oleh siswa dengan bahan baru yang akan dipelajari. Siswa
yang siap belajar adalah siswa yang mengetahui tujuan, masalah pokok,
langkah kegiatan belajar dan batas batas tugas yang harus dikerjakan,
dan kebutuhan akan minat siswa. Membuka pelajaran dengan nmenarik
perhatian siswa melalui gaya mengajar, penggunaan alat bantu dan
interaksi yang bervariasi.
c. Keterampilan Menjelaskan
Guru tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit dan guru
menghindari penggunaan kata-kata yang meragukan dan berlebih-lebihan.
Guru memberikan contoh yang cukup untuk menanamkan pengertian
18
dalam penjelasannya. Contoh yang digunakan guru sesuai dengan usia,
pengetahuan dan latar belakang siswa. Guru menunjukan dengan jelas pola
atau struktur sajian khususnya hubungan antara contoh dengan
generalisasi, hukum dan rumus IPS, dan memberikan ikhtisar butir–
butir yang penting dari suatu materi..
Guru mengadakan variasi suara dalam memberikan penekanan pada hal-
hal penting dalam penjelasannya. Penekanan yang berbeda diberikan
pula dengan mimik, isyarat ataupun dengan gerakan selama pelajaran
berlangsung. Dan guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa, minat siswa, atau sikap siswa tentang relevansi
atau kegunaan suatu penjelasan.
d. Keterampilan Bertanya
Guru memberikan pertanyaan disesuaikan dengan taraf psikologi,
pengetahuan anak, dalam mengajukan pertanyaan guru dapat bertanya ke
seluruh kelas, ke siswa tertentu dan giliran respons jawaban teman.
Keterampilan bertanya diharapkan mendorong interaksi antar siswa
ataupun interaksi antara guru dengan siswa.
e. Keterampilan Menutup Pelajaran
Cara yang dapat dilakukan guru untuk menutup pelajaran adalah meninjau
kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan
membuat ringkasan. Serta mengevaluasi pembelajaran yang sudah
disampaikan.
f. Melakukan variasi mengajar dengan menggunakan berbagai komponen
dan keterampilan yang dimiliki oleh guru sebagai fasilitator guna
meningkatkan semangat belajar anak terhadap IPS sehingga tujuan
pengajaran dapat tercapai. Variasi dalam gaya mengajar guru meliputi; suara,
mimik dan gerak, kesenyapan, kontak pandang, perubahan posisi,
memusatkan, variasi penggunaan media dan alat bantu pengajaran, variasi
ajaran, variasi visual, variasi pola interaksi dan variasi kegiatan siswa.
19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
21
4. Tahap Refleksi
Peneliti mengadakan refleksi guna mengetahui kelemahan- kelemahan dalam
proses pembelajaran yang telah berlangsung sehingga dapat digunakan untuk
menetukan tindakan kelas pada siklus berikutnya.
Siklus Kedua (Siklus II)
1. Tahap Perencanaan Tindakan, meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
a. Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran IPS
dengan KD : mengenal permasalahan sosial di daerahnya dengan
menggunakan metode kerja kelompok.
b. Menyiapkan media pembelajaran yang dibutuhkan.
c. Menyiapkan lembar kerja siswa.
d. Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa :
1) Lembar aktivitas guru
2) Lembar aktivitas siswa
3) Lembar penilaian siswa
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Peneliti melaksanakan proses pembelajaran sesuai Rencana Perbaikan
Pembelajaran yang telah dibuat dalam mata pelajaran IPS dengan
KD : mengenal permasalahan sosial di daerahnya.
3. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yaitu
pada proses pembelajaran IPS pada KD : mengenal permasalahan sosial
dengan metode kerja kelompok. Kegiatan yang dilakukan peneliti adalah :
a. Memiliki monitor siswa selama proses pembelajaran.
b. Peneliti menilai hasil yang dicapai siswa setelah pelaksanaan pembelajaran.
4. Tahap Refleksi
Peneliti dan teman sejawat bersama-sama membahas hasil pembelajaran. Siswa
dikatakan berhasil jika kemampuan mengenal permasalahan sosial siswa
kelas IV benar-benar meningkat sesuai KKM yang ditentukan yaitu bila 80%
dari jumlah siswa mendapat nilai > 60 dan rata-rata kelas mencapai 60,0.
22
C. Teknik Analisis Data
Analisis data diperoleh dari hasil-hasil penelitian melalui 2 siklus. Data
yang telah diperoleh dianalisis dengan mendeskripsikan peningkatan hasil belajar
siswa pada materi mengenal permasalahan sosial dengan metode kerja kelompok.
a. Analisis Lembar Observasi
Data pengamatan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran dianalisis
dengan menggunakan persentase (%) yakni banyaknya frekuensi kejadian
yang sering muncul selama pembelajaran berlangsung sesuai dengan jumlah
kegiatan dengan frekuensi atau keseluruhan dikali 100%.
f
fP = x 100%
n
Keterangan :
P = Persentase jenis aktivitas guru dan siswa
f = Frekuensi kejadian yang muncul
n = Jumlah aktivitas keseluruhan
∑ fx
M =
n
Keterangan :
M = mean (nilai rata-rata)
∑fx = jumlah nilai siswa
n = jumlah seluruh siswa
(Soebakri, 1992:25)
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
24
Dengan berpedoman pada standar kompetensi mata pelajaran IPS,
peneliti melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
metode kerja kelompok. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam
persiapan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Memilih/menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator
yang hendak dicapai.
2) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan.
3) Menyusun rencana persiapan pembelajaran berdasarkan kesepakatan
bersama.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok sesuai rencana yang telah disusun.
Kegiatan diawali dengan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan dengan
mengabsen siswa dan mengatur tempat duduk siswa. Sebagai kegiatan awal,
guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang permasalahan sosial.
Kegiatan ini diulang-ulang sampai siswa mengetahui betul materi yang
diajarkan. Sebagai latihan guru memberi tugas kepada beberapa siswa untuk
menjawab pertanyaan tentang materi pelajaran. Selanjutnya guru membagi
siswa ke dalam kelompok yang masing-masing kelompoknya terdiri dari 4
(empat) siswa dan memberikan lembar kerja untuk dikerjakan secara
kelompok. Setelah selesai lembar kerja dikumpulkan untuk dibahas bersama.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan soal evaluasi pada siswa, dan
sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah (PR) bagi siswa.
c. Pengamatan
Dalam tahap ini, guru secara kolaboratif dengan teman sejawat dan
kepala sekolah melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu
berupa lembar observasi. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data
mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan rencana perbaikan
25
pembelajaran yang telah disusun serta mengetahui seberapa besar
pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan kemampuan memahami
permasalahan sosial pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sidodadi. Oleh karena
itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, termasuk suasana kelas pada setiap pertemuan.
Adapun uraian pengamatan pada siklus I adalah sebagai berikut :
Hasil Pengamatan :
Kegiatan Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan (terlampir) maka dipaparkan hasil pengamatan
sebagai berikut : a) Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru. b)
Siswa cukup aktif menjawab pertanyaan guru. c) Rasa ingin tahu dan
keberanian siswa mulai meningkat. d) Kreatifitas dan inisiatif siswa cukup
xlvii
baik. e) Siswa cukup aktif mengerjakan tugas individu dan kelompok.
Kegiatan Guru
Berdasarkan hasil pengamatan (terlampir) maka dipaparkan hasil pengamatan
sebagai berikut: a) Guru sudah memberikan apersepsi. b) Guru sudah
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. c) Guru sudah menyampaikan
materi. d). Guru telah memotivasi siswa untuk belajar. e) Guru sudah
menerapkan metode kerja kelompok f) Guru penuh perhatian dengan siswa.
g) Guru telah menggunakan pendekatan dengan baik. h) Guru telah
menyimpulkan materi pelajaran. i) Guru telah menyusun lembar evaluasi. j)
Guru telah memeriksa pekerjaan siswa. k) Guru sudah melaksanakan tindak
lanjut.
26
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan untuk
dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses
tindakan, diketahui bahwa pada siklus I dengan materi permasalahan sosial,
telah menunjukkan peningkatan prestasi lebih baik dibandingkan dengan
sebelum tindakan walaupun dikatakan belum berhasil.
Hasil refleksi selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Hasil Refleksi :
Hasil refleksi pada siklus I ini menunjukkan bahwa siswa cukup aktif
memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru. Kemampuan
memahami materi permasalahan sosial mengalami peningkatan dari
pembelajaran sebelum perbaikan, terbukti dari hasil nilai tes menunjukkan
bahwa siswa yang memperoleh nilai ≥60 sebanyak 16 siswa dari 24 siswa
atau 66,67% dengan rata-rata kelas mencapai 60,42.
Berdasarkan usulan penelitian yang sudah disetujui bersama bahwa
pembelajaran dikatakan berhasil apabila 80% dari jumlah siswa atau minimal
sebanyak 19 siswa dari 24 siswa mendapat nilai > 60 dan rata-rata kelas
mencapai 60,0. Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai ≥ 60,0
sebanyak 16 siswa dari 24 siswa atau 66,67% dari jumlah siswa dan nilai rata-
rata kelas yang mencapai 60,42 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok yang dilakukan sudah meningkat
walaupun belum berhasil. Data nilai hasil perbaikan pembelajaran siswa pada
siklus I selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1.
27
Tabel 4.1 Data Nilai Hasil Perbaikan Pembelajaran Siswa pada Siklus I
7
8
6
5
Frekuensi
0
21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 – 90 91 – 100
Rentang Nilai
29
kegiatan siklus I. Guru melakukan langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam persiapan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Memilih/menentukan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator
yang hendak dicapai.
2) Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan.
3) Menyusun rencana persiapan pembelajaran berdasarkan kesepakatan
bersama.
b. Pelaksanaan
Dalam tahap ini, guru kelas melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok sesuai rencana yang telah disusun.
Kegiatan diawali dengan berdoa bersama, kemudian dilanjutkan dengan
mengabsen siswa dan mengatur tempat duduk siswa. Sebagai kegiatan awal,
guru melakukan apersepsi dengan tanya jawab dan menyampaikan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi tentang permasalahan sosial,
kegiatan ini diulang-ulang sampai siswa benar-benar memahami materi yang
diajarkan. Sebagai latihan guru memberi tugas kepada beberapa siswa untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Selanjutnya guru membagikan lembar
kerja untuk dikerjakan secara kelompok dengan jumlah anggota masing-
masing kelompok sebanyak 4 siswa. Setelah selesai lembar kerja
dikumpulkan untuk dibahas bersama.
Pada kegiatan akhir, guru memberikan soal evaluasi pada siswa, dan
sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah (PR) bagi siswa.
c. Pengamatan
Dalam tahap ini, guru kelas secara kolaboratif dengan teman sejawat dan
kepala sekolah melaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu
berupa lembar observasi. Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh data
mengenai kesesuaian pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan rencana
perbaikan pembelajaran yang telah disusun serta mengetahui seberapa besar
30
pembelajaran yang dilaksanakan dapat meningkatkan pemahaman tentang
permasalahan sosial pada siswa kelas IV SD N egeri 1 Sidodadi. Oleh
karena itu pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam
melaksanakan pembelajaran, termasuk suasana kelas.
Adapun uraian pengamatan pada siklus II adalah sebagai berikut :
Hasil Pengamatan :
Kegiatan Siswa
Berdasarkan hasil pengamatan (terlampir) maka dipaparkan hasil pengamatan
sebagai berikut : a) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru. b) Siswa
aktif menjawab pertanyaan guru. c) Rasa ingin tahu dan keberanian siswa
meningkat. d) Kreatifitas dan inisiatif siswa meningkat. e) Siswa aktif
xlvii
mengerjakan tugas individu dan kelompok.
Kegiatan Guru
Berdasarkan hasil pengamatan (terlampir) maka dipaparkan hasil pengamatan
sebagai berikut: a) Guru sudah memberikan apersepsi. b) Guru sudah
menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. c) Guru sudah menyampaikan
materi. d). Guru telah memotivasi siswa untuk belajar. e) Guru sudah
menerapkan metode kerja kelompok f) Guru penuh perhatian dengan siswa.
g) Guru telah menggunakan pendekatan dengan baik. h) Guru telah
menyimpulkan materi pelajaran. i) Guru telah menyusun lembar evaluasi. j)
Guru telah memeriksa pekerjaan siswa. k) Guru sudah melaksanakan tindak
lanjut.
31
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan untuk
dianalisis. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan selama proses
tindakan, diketahui bahwa pada siklus II dengan materi permasalahan sosial,
telah menunjukkan peningkatan prestasi lebih baik dibandingkan dengan
siklus I sehingga dapat dikatakan pelaksanaan siklus II telah berhasil.
Hasil refleksi selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut :
Hasil Refleksi :
Hasil refleksi pada siklus II ini menunjukkan bahwa siswa lebih aktif
memperhatikan penjelasan guru dan menjawab pertanyaan guru.
Pemahaman materi permasalahan soial sudah meningkat, terbukti dari hasil
nilai tes menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 sebanyak 22
siswa dari 24 siswa atau 91,67% dengan rata-rata kelas mencapai 75,42.
Berdasarkan usulan penelitian yang sudah disetujui bersama bahwa
pembelajaran dikatakan berhasil apabila 80% dari jumlah siswa atau minimal
sebanyak 19 siswa dari 24 siswa mendapat nilai > 60 dan rata-rata kelas
mencapai 60,0. Dengan demikian siswa yang memperoleh nilai ≥ 60,0
sebanyak 22 siswa dari 24 siswa atau 91,67% dari jumlah siswa dan nilai
rata-rata kelas yang mencapai 75,42 menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan metode kerja kelompok yang dilakukan berhasil. Data
nilai hasil perbaikan pembelajaran siswa pada siklus II selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 4.2.
32
Tabel 4.2 Data Nilai Hasil Perbaikan Pembelajaran Siswa pada Siklus II
7
8
6
5
Frekuensi
0
21 – 30 31 – 40 41 – 50 51 – 60 61 – 70 71 – 80 81 – 90 91 – 100
Rentang Nilai
34
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
Nilai
No Nama Siswa
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 40 50 60
2 50 70 80
3 50 60 50
4 50 70 90
5 40 60 60
6 50 60 60
7 50 50 70
8 60 70 80
9 70 70 100
10 50 70 90
11 50 70 70
12 30 30 50
13 30 50 60
14 50 60 80
15 60 70 90
16 50 60 80
17 40 50 70
18 50 60 80
19 70 80 100
20 80 80 100
21 30 40 60
22 50 50 70
23 60 70 80
24 30 50 80
Jumlah 1190 1450 1810
Rata-rata 49,58 60,42 75,42
Persentase Ketuntasan (%) 25,00 66,67 91,67
Dari tabel di atas terlihat bahwa, penggunaan metode kerja kelompok dapat
meningkatkan hasil belajar siswa, dari 25% siswa yang tuntas pada saat sebelum
perbaikan, meningkat menjadi 66,67% pada siklus pertama dan meningkat lagi
menjadi 91,67% pada siklus kedua, dengan KKM 60.
35
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbaikan pembelajaran dengan menggunakan
dua siklus tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode kerja kelompok pada mata pelajaran IPS materi
permasalahan sosial dapat meningkatkan hasi beajar siswa, hal ini ditunjukkan
oleh data-data berikut :
1. Pada siklus I guru menggunakan metode kerja kelompok dalam
pembelajaran sehingga nilai rata-rata kelas meningkat yaitu 60,42 namun
belum tuntas KKM.
2. Pada siklus II metode kerja kelompok yang digunakan dalam pembelajaran
dibuat lebih menarik untuk memudahkan siswa dalam memahami materi
sehingga nilai rata-rata kelas meningkat yaitu 75,42 dan memenuhi ketuntasan
KKM yang telah ditentukan.
Dengan demikian dapat dibuktikan kebenarannya bahwa pembelajaran IPS
materi permasalahan sosial dengan menggunakan metode kerja kelompok dapat
meningkatkan hasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Sidodadi Kecamatan
Sekampung Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2013/2014.